Anda di halaman 1dari 14

GENDER DAN GENDER SEBAGAI ISU GLOBAL

Apa itu gender? Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-
laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai
dengan perkembangan jaman.

Apa itu Isu Global? Isu global adalah permasalahan yang mengemuka dan menjadi
perhatian dunia internasional. Isu global dimaksud biasanya dibahas para pemimpin dunia
dalam berbagai pertemuan untuk kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah di masing-
masing negara. kemudian gender mengemuka sebagai isu global, dan menjadi kesepakatan
di dunia internasional agar menjadi perhatian dalam kebijakan dan perencanaan program
pembangunan di segala bidang. Dimulai dari perjuangan kaum perempuan yang merasakan
ketertinggalannya dari kaum laki-laki dan mulai menuntut hak-hak untuk dipenuhi dan
diakui.

SEJARAH PERJUANGAN PEREMPUAN

perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan ini dikonstruksi sedemikian rupa sehingga
menjadikan posisi (derajat) jenis kelamin yang satu seolah-olah lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis kelamin yang lainnya. Selanjutnya terjadi dominasi salah satu jenis kelamin. Hal
ini mengakibatkan terjadinya perlakuan diskriminasi terhadap jenis kelamin yang satunya.

Apa itu patriarki? Untuk menyebut kekuasaan laki-laki atau sistem yang membuat/
menjadikan perempuan dikuasai laki-laki (Bhasin, 1996: 1).

Sejarah Perjuangan Perempuan Internasional

Seiring dengan perkembangan jaman, perempuan mulai menyadari perlakuan diskriminasi


terhadap dirinya Sebagai organisasi internasional, PBB pun menyadari keadaan tersebut.
Sebagai wujud kepedulian organisasi dunia itu terhadap permasalah tersebut
dicantumkannya persoalan kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam Mukadimah Piagam
PBB (1945). Dalam piagam dimaksud ditetapkan adanya hak-hak yang setara antara
perempuan dan laki-laki. Kaum perempuan semakin gencar memperjuangkan kesetaraan
dan keadilan gender setelah PBB memasukkan ketetapan dalam mukadimah piagam
tersebut menjadi bagian dari Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia pada tahun 1948. Penetapan
Deklarasi HAM PBB ini kemudian memunculkan konsep emansipasi. Konsep ini mengandung
pengertian: upaya yang dilakukan kaum perempuan untuk mengejar ketertinggalan dari
lakilaki, termasuk di dalamnya upaya untuk memperoleh kesamaan hak, peran, dan fungsi
dalam berbagai aspek kehidupan. Pada 12 Juli 1963, muncul gerakan global yang dipelopori
gerakan kaum perempuan. Gerakan ini berhasil mendeklarasikan suatu resolusi melalui
Badan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) nomor 861 F (XXVI).

Apa yang dimakasud “Women in Development” (WID) dan “Women and Development”
(WAD)? WID (perempuan dalam pembangunan) secara umum bertujuan untuk
mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan. Artinya, WID lebih menekankan pada
partisipasi (keikutsertaan) perempuan dalam pembangunan. WAD (Women and
Development atau perempuan dan pembangunan). Kata and atau dan dalam WAD lebih
tepat karena menekankan pada mutu (kualitas kesertaan perempuan). Konsep WAD
mengandung pengertian bahwa perempuan tidak cukup hanya dengan berpartisipasi, tapi
juga harus memperlihatkan keberdayaan dan kemampuannya.

Bagaimana perkembangan konsep WID dan WAD? Apa yang menjadi inti konsep GAD?
Anderson (1992) dan Moser (1993), menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan tanpa
melibatkan kaum laki-laki kurang menunjukkan hasil yang maksimal. WAD diubah menjadi
Gender and Development (GAD). Intinya, GAD lebih menekankan pada prinsip hubungan
kemitraan dan keharmonisan antara perempuan dan laki-laki. Dalam ICPD Kairo dilakukan
penyamaan konsep, yakni bahwa pemberdayaan perempuan merupakan kondisi dasar
untuk stabilisasi kependudukan dan pembangunan yang berkelanjutan, dengan
menekankan pada:

memberikan kesempatan dalam pendidikan, khususnya anak perempuan, keadilan dan


kesetaraan gender,menurunkan tingkat kematian ibu, bayi, dan anak,persamaan hak dalam
kesehatan reproduksi, termasuk KB.

adanya komitmen pemerintah untuk meningkatkan status perempuan: kesetaraan gender,


keadialan gender, pemberdayaan perempuan, integrasi kependudukan kedalam kebijakan
pembangunan yang berkesinambungan dan program penghapusan kemiskinan.

12 titik kritis : 1. perempuan dan kemiskinan (struktural) 2. keterbatasan kesempatan


pendidikan dan pelatihan 3. kesehatan dan hak reproduksi 4. kekerasan fisik 5. kekerasan di
wilayah konflik militer 6. terbatasnya akses perempuan di bidang ekonomi produktif 7.
keikutsertaan dalam pengambilan keputusan 8. terbatasnya kelembagaan/mekanisme
dalam sektor pemerintah/non-pemerintah 9. perlindungan/pengayoman hak-hak asasi
manusia 10. terbatasnya akses pada media massa 11. rentan terhadap pencemaran
lingkungan 12. terbatasnya kesempatan mengembangkan potensi diri bagi anak perempuan

kesepakatan (paket baru) yang dikenal dengan 5 ICPD, yaitu: Pendidikan dan melek huruf;
Pelayanan kesehatan reproduksi dan unmet need; Pengurangan jumlah kematian ibu; HIV
dan AIDS.

Tujuan khusus dalam 5 ICPD adalah: Akses universal terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi termasuk keluarga berencana dan kesehatan seksual; Akses terhadap pendidikan
terutam untuk perempuan; Kesetaraan dan keadilan gender.

hal yang ditekankan dalam 5ICPD: Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
reproduksi; Kepastian kebebasan memilih dalam KB; Menghargai hak azasi manusia
perempuan dan anak perempuan; Hak-hak reproduksi harus menjadi dasar fundamental
(utama) bagi kebijakan dan program pemerintah yang didukung oleh masyarakat di bidang
KB dan Kesehatan Reproduksi (KR).

Rangkuman : Isu gender mengemuka sebagai upaya mengangkat realitas yang dinilai lebih
memihak salah satu jenis kelamin dan merugikan, bahkan merendahkan, jenis kelamin yang
satunya. Melalui perjuangan kaum perempuan dalam mengupayakan kesamaan haknya
dengan kaum laki-laki, maka PBB memasukkan konsep emansipasi sebagai bagian dari Hak
Asasi Manusia sebagaimana tertuang dalam Deklarasi HAM PBB. Dari peristiwa inilah
wacana gender terus mengemuka dan menjadi topik pembicaraan dalam berbagai
pertemuan pemimpin dunia. Hal itu demi terciptanya sebuah kondisi kehidupan/ peradaban
yang menempatkan perempuan dan laki-laki secara setara dan adil. Inilah yang kemudian
dikenal dengan istilah Kesetaraan (equality) dan Keadilan (equity) Gender (KKG). PBB
melalui Millenium Development Goals (MDG’s) memasukkan kesetaraan dan keadilan
gender serta pemberdayaan perempuan sebagai satu di antara 8 (delapan) sasarannya. Hal
itu menjadi kesepakatan bersama dan harus diwujudkan di setiap negara yang ikut
meratifikasinya.Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan Inpres Nomor 9 tahun 2000
tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pembangunan. Untuk mewujudkannya,
diperlukan upaya dari berbagai pihak. Salah satunya adalah dengan mengubah pola pikir
(mindset) masyarakat tentang posisi perempuan dan lakilaki, mengungkap kondisi riil yang
terjadi yang akan diubah, mengungkap jalan panjang perjuangan kaum perempuan dalam
mewujudkan kesamaan hak dengan laki-laki, dan mengungkap berbagai kondisi yang
menjadi penyebab terjadinya diskriminasi terhadap perempuan.

GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari
sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu laki-laki dan
perempuan usia 10–24 tahun (BKKBN-UNICEF, 2004). Ada beberapa faktor yang mendasari
mengapa program KRR menjadi isu penting :

1. pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Hanya


17,1% perempuan dan 10,4% laki-laki mengetahui tentang masa subur dan risiko
kehamilan; remaja perempuan dan laki-laki usia 15– 24 tahun yang mengetahui
kemungkinan hamil dengan hanya sekali berhubungan seks masingmasing berjumlah
55,2% perempuan dan 52% laki-laki.
2. akses pada informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas, baik
dari orangtua, sekolah, maupun media massa.
3. informasi menyesatkan yang memicu kehidupan seksualitas remaja yang semakin
meningkat dari berbagai media, yang apabila tidak dibarengi oleh tingginya
pengetahuan yang tepat dapat memicu perilaku seksual bebas yang tidak
bertanggungjawab.
4. kesehatan reproduksi berdampak panjang. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
berdampak pada kesinambungan pendidikan, khususnya remaja putri. Remaja
tertular HIV karena hubungan seksual tidak aman mengakhiri masa depan yang sehat
dan berkualitas.
5. status KRR yang rendah akan merusak masa depan remaja, seperti pernikahan,
kehamilan serta seksual aktif sebelum menikah, juga terinfeksi HIV dan
penyalahgunaan narkoba.

Triad KRR : 1. Perkembangan seksual dan seksualitas (termasuk pubertas dan KTD). 2.
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV dan AIDS. 3. NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika,
dan Zat Adiktif lainnya alkohol termasuk dalam zat adiktif.

Seksualitas : segala sesuatu yang menyangkut emosi, kepribadian, dan sikap yang berkaitan
dengan perilaku seksual dan orientasi seksual. Jenis kelamin, Reproduksi seksual,
Rangsangan atau gairah seksual Hubungan seks, Orientasi seksual.Masa pubertas (puber)
ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi, baik primer (produksi sperma atau sel
telur) maupun organ reproduksi sekunder (kumis, rambut kemaluan, payudara). Awal masa
puber berkisar antara usia 11–12 tahun (perempuan) dan 13–14 tahun (laki-laki) dan
berakhir sekitar usia 17–18 tahun. Menstruasi akan berakhir saat perempuan berusia
sekitar 45–50 tahun (disebut menopause), mimpi basah

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV dan AIDS : IMS seringkali disebut pula sebagai
penyakit menular seksual (PMS), adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual
yang lebih berisiko bila hubungan seksual dilakukan dengan berganti-ganti pasangan, baik
melalui vagina, oral, maupun anal. HIV dan AIDS singkatan dari Human Immuno-deficiency
Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS adalah suatu infeksi yang merupakan
kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi virus HIV.

NAPZA : Narkotika: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Alkohol terdapat dalam minuman keras terbagi 3 golongan:
1 golongan A berkadar alkohol 01%–05% (seperti Bir, Green Sand); 2 golongan B berkadar
alkohol 05%–20% (seperti Martini, Wine); 3 golongan C berkadar alkohol 20%– 50% (seperti
Whisky, Brandy). Psikotropika zat/obat alamiah/sintetis bukan narkotika yang
bersifat/berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. zat adiktif lainnya
zat/bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat
membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung yang mempunyai sifak
karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi.

KESENJANGAN GENDER DALAM KRR

1. Perkawinan pada masa remaja, sekitar 2,6% wanita pernah kawin melakukan
perkawinan pertamanya pada kelompok umur 15–19 tahun. Kesenjangan gender
terjadi karena: peranan orangtua yang dominan dalam menentukan perkawinan
anak gadisnya; faktor sosial budaya yang beranggapan ‘perawan tua’ atau ‘tidak
laku’ bila perempuan tidak segera menikah pada usia belasan tahun;Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 yang membolehkan pernikahan perempuan usia 16
tahun dan laki-laki 19 tahun;
2. Kehamilan pada masa remaja berdampak pada tidak adanya peluang perempuan
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Kesenjangan gender terjadi
karena: perempuan seringkali tidak mempunyai kekuatan sebagai pengambil
keputusan karena keputusan ditangan suami dan keluarga; dampak dari pernikahan
usia remaja, orangtua menginginkan menimang cucu segera tanpa melihat kesiapan
si anak secara fisik maupun mental.

UPAYA MEWUJUDKAN KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM KRR

remaja ikut dalam berbagai kegiatan positif di sekolah dan tempat tinggalnya untuk
mendewasakan usia perkawinannya; akses informasi dan pelayanan KRR yang akurat, luas,
dan seimbang bagi remaja laki-laki dan perempuan; tidak adanya pembedaan perlakuan
orangtua terhadap remaja putri dan laki-laki; peluang yang sama dalam pendidikan bagi
perempuan dan laki-laki sesuai kemampuan/ potensinya

RANGKUMAN : Kesehatan reproduksi remaja menjadi isu penting dalam program keluarga
berencana mengingat bahwa kondisi kesehatan reproduksi di kalangan remaja yang masih
sangat memprihatinkan. Pengetahuan remaja dan akses informasi kesehatan reproduksi
yang masih sangat terbatas, informasi menyesatkan dari berbagai media serta dampak
buruk yang ditimbulkannya sangat mempengaruhi kualitas kehidupan remaja. Ada tiga hal
pokok dalam kesehatan reproduksi remaja yang mempunyai kaitan sebab akibat antara satu
dengan lainnya, yang dikenal dengan Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (Triad KRR). Triad
KRR ini seyogyanya menjadi perhatian semua pihak, orangtua, para guru, tokoh masyarakat
dan remaja itu sendiri untuk menghindarkan diri dari akibat yang tidak kita inginkan.
Seksualitas yang sebenarnya merupakan hal sangat wajar dapat berubah menjadi masalah
serius apabila terjadi penyimpangan akibat sangat terbatasnya informasi yang diterima
remaja dan orang-orang di sekitarnya. Penyimpangan orientasi seksual seperti homoseksual
atau biseksual dapat menjadi perantara penularan infeksi menular seksual dan HIV dan
AIDS. NAPZA dapat mendorong terjadinya perilaku seksual tidak sehat juga IMS–HIV dan
AIDS. Kesenjangan gender yang masih terjadi adalah perkawinan dan kehamilan usia remaja
yang dampaknya sangat merugikan remaja putri dibandingkan remaja putra. Hal ini terjadi
karena anggapan sebagian orangtua yang merasa memiliki anaknya, malu kalau anak
gadisnya tidak cepat menikah (‘perawan tua’) juga anggapan orangtua yang berhak
mengatur kesehatan reproduksi anak gadisnya. Semua ini diakibatkan oleh minimnya
informasi kesehatan reproduksi yang diterima serta kuatnya anggapan salah sebagian
masyarakat. Kesetaraan dan keadilan gender dapat diwujudkan apabila orangtua
memberikan perlakuan dan peluang yang sama kepada anak laki-laki dan perempuan, serta
orangtua dan remaja yang terus meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan
reproduksi remaja melalui berbagai media dan sarana yang tepat.

GENDER DALAM PENGENDALIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah golongan penyakit menular atau penyakit infeksi yang
terutama ditularkan melalui kontak/hubungan seksual. Penyakit ini merupakan salah satu
saluran transmisi penyakit Hepatitis B dan HIV dan AIDS.

Penyebab dan Cara Penularan IMS : IMS dapat disebab-kan oleh virus, bakteri atau parasit
jamur. IMS ditularkan dengan cara hubungan seksual: penis, vagina, anal (dubur), dan oral
(mulut). Cairan mani dan vagina merupakan tempat berkembangbiaknya bibit penyakit IMS,
penularan yang lain melalui jarum suntik atau alat-alat kedokteran yang tercemar
virus/bakteri IMS.

Risiko tertular IMS: setiap orang yang melakukan hubungan seksual dengan orang yang
mengidap IMS tanpa menggunakan pelindung/ kondom; orang yang sering berganti-ganti
pasangan seksual; setiap orang yang mendapat transfusi darah yang tercemar IMS, yaitu
darah tanpa penapisan/screening terhadap IMS, contohnya sifilis, HIV; bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang mengidap gonorrhoeae/GO (kencing nanah)

JENIS-JENIS IMS

1. Gonorrhoeae/GO atau kencing nanah Penyebabnya adalah bakteri Neisseria


Gonorrhoeae yang masa inkubasinya 2–10 hari sesudah kuman masuk ke tubuh
melalui hubungan seksual.
2. Sifilis (raja singa) Penyebabnya Triponema pallidum, dengan masa inkubasinya 2–6
minggu sampai 3 bulan sesudah kuman masuk melalui hubungan seksual.
3. Herpes genitalis (Dompo/Dampa) Penyebabnya virus herpes simplex dengan masa
inkubasi 4–7 hari dimulai dengan rasa terbakar atau kesemutan pada tempat virus
masuk.
4. Candidiasis (infeksi jamur) Penyebabnya jamur Candida Albicans yang umumnya
terdapat di mulut, usus, dan vagina.
5. Kutu pubis Penyebabnya kutu Phthirus Pubis yang hidup dan dapat menyerang
semua rambut, kecuali rambut kepala.
Trikomoniasis/ keputihan Berbau busuk, Ulkus molle (koreng), Klamidia,
Condiloma Accuminata (jengger ayam)

KESENJANGAN GENDER DALAM KASUS IMS : dalam kasus IMS ini perempuan menjadi
pihak yang lebih menderita karena: 1. istri menjadi pihak yang dipersalahkan sebagai
penyebab tertularnya suami akan IMS, padahal sebagian besar kasus IMS ditularkan oleh
suami kepada istrinya. 2. istri sangat merasakan dampak penularan IMS berupa rasa sakit
hebat pada kemaluan, panggul, dan vagina sampai pada komplikasi yang dapat
mengakibatkan kemandulan. Kesenjangan gender disebabkan oleh: 1. dominasi suami
sebagai pihak yang dianggap lebih tinggi nilainya menyebabkan suami tidak mau
dipersalahkan meski dia yang menularkan IMS kepada istrinya. 2. pengetahuan suami dan
istri tentang IMS dan perilaku seksual sehat masih terbatas. 3. masih adanya kecenderungan
pada kelompok masyarakat/budaya yang ‘membolehkan’ laki-laki melakukan semua hal
yang diinginkan termasuk perilaku seksual tidak sehat, karena rasa superioritas dan sifat
agresif suami terhadap istrinya, di samping pengetahuan kesehatan reproduksi suami yang
masih rendah.

KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM PENGENDALIAN IMS : 1.meningkatkan


pengetahuannya tentang perilaku seksual sehat; 2. suami dan istri setia kepada
pasangannya, tidak berganti-ganti pasangan seksual; 3. memeriksakan diri ke petugas
kesehatan apabila dirasakan ada gangguan kesehatan; 4. saling mendukung dalam
perawatan apabila salah satu pihak terjangkit serta memperhatikan cara pencegahan
penularannya dengan benar; 5. tidak saling menyalahkan dan curiga.

RANGKUMAN : Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah golongan penyakit menular atau
penyakit infeksi yang terutama ditularkan melalui kontak/hubungan seksual. Penyakit ini
merupakan salah satu saluran transmisi penyakit Hepatitis B dan HIV dan AIDS. IMS dapat
disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit jamur yang hanya dapat dilihat melalui alat
pembesar (mikroskop) karena sangat kecil tidak dapat dilihat oleh mata. Risiko tertular IMS
dapat dialami oleh perempuan dan laki-laki, terutama mereka yang melakukan hubungan
seksual dengan orang yang mengidap IMS tanpa menggunakan pelindung/ kondom; orang
yang sering berganti-ganti pasangan seksual serta setiap orang yang mendapat transfusi
darah yang tercemar IMS, yaitu darah tanpa penapisan/screening terhadap IMS, contohnya
sifilis, HIV. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengidap GO (kencing nanah) juga berisiko
tertular IMS ini. Ada berbagai jenis IMS seperti GO, sifilis, herpes genitalis, ulkus molle,
trikomoniasis, kutu pubis, jengger ayam juga infeksi jamur. Gejala dan akibatnya tidak sama
sehingga pemeriksaan ke sarana pelayanan kesehatan sedini mungkin sangat penting
dilakukan. Dalam kasus IMS, istri sering menjadi pihak yang dirugikan bukan hanya sebagai
penerima akibatnya tetapi sering menjadi pihak yang dipersalahkan sebagai penyebab.
Anggapan salah masyarakat akan dominasi suami yang tidak dapat dipersalahkan menjadi
penyebab terjadinya kesenjangan gender dalam IMS ini. Kasus IMS dapat diperkecil apabila
semua pihak selalu memperhatikan perilaku seksual sehat, meningkatkan pemahamannya
tentang kesehatan reproduksi dan sedini mungkin berkonsultasi pada petugas kesehatan
apabila ada keluhan. Pesan kunci “ABCDE” diperkenalkan sebagai pencegah terjadinya IMS
dan HIV dan AIDS dalam upaya meningkatkan ketahanan keluarga yaitu Abstinence: tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah, Be Faithfull : saling setia pada pasangan
yang sah, Condom: gunakan condom apabila salah satu dari pasangan terkena IMS atau HIV
dan AIDS, Drugs: hindari narkoba suntik, Equipment: mintalah peralatan kesehatan yang
steril.

GENDER DALAM PENGENDALIAN HIV DAN AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis virus (yakni
Rotavirus) yang dapat menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh, AIDS adalah
kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya fungsi kekebalan tubuh akibat
HIV. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome): a) Acquired berarti didapat dengan
pengertian bukan diturunkan atau penyakit turunan. b) Immuno adalah kekebalan tubuh
untuk mengantisipasi adanya serangan mikro organisme dari luar. c) Deficiency berarti
kurang atau penurunan dari keadaan yang normal. d) Syndome adalah serangkaian gejala.
HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, dan air susu ibu (ASI).

Untuk sampai pada fase AIDS seseorang yang telah terinfeksi HIV akan melewati beberapa
fase: Fase pertama, awal terinfeksi belum terlihat ciri-cirinya meskipun yang bersangkutan
melakukan tes darah. Hal ini terjadi karena pada fase ini sistem antibody terhadap HIV
belum terbentuk, tetapi orang tersebut sudah dapat menulari orang lain. Masa ini disebut
dengan window period, biasanya antara 1– 6 bulan. Fase kedua, berlangsung lebih lama
sekitar 2–10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase ini orang sudah HIV positif tetapi belum
menunjukkan gejala sakit meski sudah dapat menulari orang lain. Fase ketiga, muncul
gejala-gejala awal penyakit yang disebut dengan penyakit yang terkait dengan HIV tetapi
belum dapat disebut dengan gejala AIDS. Pada fase ini sistem kekebalan tubuh mulai
berkurang. Fase keempat, sudah masuk pada tahap AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa
setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T-nya (di bawah 2001
mikro liter) dan timbul penyakit lainnya yang disebut dengan infeksi oportunistik : kanker,
Infeksi paru-paru, Infeksi usus, Infeksi otak, Sariawan.

pencegahan cara yang paling ampuh adalah dengan ABCDE. pemeriksaan Tes Darah HIV
DAN AIDS a. Tes HIV adalah tes yang dilakukan untuk memastikan apakah seseorang dapat
dinyatakan terinfeksi HIV atau tidak. b. Tes HIV berfungsi untuk mengetahui adanya antibodi
terhadap HIV atau adanya antigen HIV dalam darah. c. Ada beberapa jenis tes yang biasa
dilakukan seperti tes Elisa, Rapid test, tes Western Blot. d. Masing-masing alat tes memiliki
kemampuan untuk menemukan orang yang mengidap HIV dan bukan pengidap HIV.
Pengobatan: Anti-retroviral (ARV) adalah obat yang digunakan untuk menghambat
perkembangbiakan virus. Obat yang termasuk anti retroviral, yaitu AZT, Didanoisne,
Zaecitabine, Stavudine. 2. Obat infeksi oportunistik yaitu obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya sistem kekebalan tubuh,
misal obat anti-TBC

KESENJANGAN GENDER DALAM KASUS HIV DAN AIDS : 1. perempuan kawin yang pernah
mendengar tentang AIDS sebesar 61% sedangkan lakilaki 71,4%. 2. perempuan pernah
kawin yang mengetahui cara mengurangi risiko tertular virus AIDS dengan kondom dan
membatasi berhubungan seks hanya dengan pasangan yang tidak terinfeksi 29,9%,
sedangkan laki-laki 41,3%. 3. perempuan pernah kawin yang mengetahui cara mengurangi
risiko terkena virus AIDS dengan tidak berhubungan seks 36,6%, laki-laki 42,9%

KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM PENGENDALIAN HIV DAN AIDS : bentuk
kesetaraan dan keadilan gender dalam keluarga: 1. Suami dan istri saling setia dan
berhubungan seksual hanya dengan suami atau istrinya. 2. Suami dan istri saling
mendukung untuk memperoleh informasi yang benar tentang HIV dan AIDS. 3. Suami dan
istri saling memberikan dukungan apabila salah satu pihak tertular HIV dan AIDS antara lain
dalam menjalani pengobatan, melakukan hubungan seksual dan kehidupan sehari-hari.

RANGKUMAN : HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis
virus (yakni Rotavirus) yang dapat menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh.
Ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit
dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia. AIDS adalah kumpulan gejala
penyakit yang didapat akibat menurunnya fungsi kekebalan tubuh akibat HIV. Penularan HIV
dan AIDS dapat terjadi melalui hubungan seksual, transfusi darah yang terinfeksi/terpapar
HIV, jarum suntik/tato/ tindik yang tidak steril serta ibu terinfeksi HIV kepada bayinya.
Untuk sampai pada AIDS, seseorang yang terinfeksi HIV melalui 4 fase yang untuk setiap
fasenya perlu dicermati Sama halnya dengan IMS, pencegahan penularan HIV dan AIDS
dilakukan dengan istilah A, B,C, D, E. Untuk memperoleh kepastian seseorang terinfeksi HIV
perlu dilakukan tes yang meliputi tes pre konseling, tes darah Elisa serta tes Western Blot.
Pengobatan yang dilakukan dengan ARV atau obat oportunistik bertujuan untuk
menghambat perkembang-biakan virus dan mengobati penyakit yang muncul sebagai akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh, bukan menghilangkan virus atau menyembuhkan
seseorang yang terinfeksi HIV. Dalam kasus HIV dan AIDS, kesenjangan gender yang terjadi
dapat dilihat dari sisi akses informasi antara laki-laki dan perempuan serta dipersalahkannya
perempuan sebagai penyebab penyebaran HIV dan AIDS. Kesetaraan gender dapat
diwujudkan apabila laki-laki dan perempuan mempunyai informasi yang setara, saling setia
dengan pasangan dan saling memberikan dukungan.
GENDER DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

Dalam kesehatan reproduksi ada beberapa permasalahan yang mungkin saja dialami oleh
individu maupun pasangan, yaitu: kanker alat reproduksi, infertilitas, gangguan kesehatan
seksual yang berdampak kepada kurang harmonisnya hubungan suami istri, Infeksi Saluran
Reproduksi. pentingnya kesehatan reproduksi diiringi oleh penyediaan sarana pelayanan
kesehatan yang memadai. Pelayanan ini meliputi pelayanan komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) serta pelayanan medis berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

GANGGUAN KESEHATAN SEKSUAL DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

1. Jenis Gangguan Kesehatan Seksual pada Perempuan : Frigiditas, yaitu tidak adanya
gairah terhadap rangsangan seksual sehingga tidak pernah merasakan kenikmatan
saat berhubungan seksual, Disfungsi orgasme, adalah gangguan dalam mencapai
orgasme sehingga istri tidak dapat mencapai puncak kenikmatan pada saat
melakukan hubungan seksual, disfungsi orgasme primer : selama perkawinan tidak
pernah mendapatkan puncak kenikmatan, disfungsi orgasme sekunder : pernah
mencapai orgasme, namun selanjutnya tidak lagi merasakan orgasme lagi.
Vaginismus, adalah kekejangan otot-otot bagian luar vagina sehingga penis tidak
dapat melakukan penetrasi (masuk ke liang sanggama).
2. Jenis Gangguan Kesehatan Seksual pada Laki-laki : Impotensi, yaitu
ketidakmampuan berereksi dan mempertahankannya secara sempurna sehingga
tidak dapat melakukan penetrasi dan berejakulasi dengan baik : impotensi primer:
seorang suami sejak pertama kali melakukan hubungan seksual belum pernah
mampu berereksi, penetrasi dan berejakulasi. Impotensi sekunder: seorang suami
pernah mampu berereksi, berpenetrasi dan berejakulasi secara cukup namun
selanjutnya tidak pernah mampu lagi. Ejakulasi Dini, adalah keadaan keluarnya air
mani lebih cepat sebelum masuknya penis ke liang sanggama. Ejakulasi Terhambat,
merupakan kebalikan dari ejakulasi dini, yaitu air mani tidak keluar pada saat
melakukan hubungan seksual.

INFEKSI SALURAN REPRODUKSI : Jenis Infeksi Saluran Reproduksi Infeksi yang terjadi pada
saluran reproduksi ada tiga kelompok infeksi : indigenous infection, yaitu infeksi yang
disebabkan oleh organisme normal yang terdapat dalam saluran reproduksi perempuan
sehat, namun selanjutnya tumbuh menjadi bibit penyakit dan menimbulkan infeksi di dalam
saluran reproduksi; introgenic infection, yaitu infeksi yang disebabkan oleh prosedur-
prosedur kesehatan dan tindakan bedah, misalnya aborsi tidak aman, persalinan atau
pemasangan IUD/ spiral yang tidak steril; sexual transmitted infection atau Infeksi Menular
Seksual

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami-istri belum memiliki keturunan
karena adanya masalah kesehatan reproduksi, baik pada suami, istri atau keduanya.
jenis infertilitas yaitu: infertilitas primer, adalah suatu keadaan dimana setelah dua tahun
pasangan usia subur menikah dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur belum
juga hamil dan mendapatkan keturunan, padahal tanpa usaha pencegahan kehamilan.
infertilitas sekunder, adalah suatu keadaan dimana pasangan suami-istri yang telah
mempunyai anak, sulit memperoleh anak berikutnya, meski telah melakukan hubungan
seksual secara teratur dan benar tanpa upaya pencegahan kehamilan

penyebab infertilitas adalah 40 persen faktor suami, 40 persen faktor istri, dan 20 persen
faktor dari keduanya. Faktor suami : Gangguan kesehatan seksual, Kelainan lubang penis,
Kelainan produksi atau pematangan sperma, Kondisi gizi yang kurang baik. Faktor istri :
Kelainan lendir leher rahim, Kelainan bentuk rahim, Faktor ovarium (indung telur), Faktor
Tuba Fallopi (saluran indung telur), Faktor serviks/leher rahim. Faktor Keduanya : reaksi
imunologik (kekebalan), yaitu adanya zat anti terhadap sperma pada suami maupun istri.
kurang pengetahuan tentang cara melakukan sanggama

KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI : Upaya yang dapat dilakukan : 1. mencari informasi
yang tepat, akurat, dan jelas; 2. membahas bersama informasi; 3. menyepakati bersama
penyediaan dana; 4. saling mendukung dan memberikan perhatian; 5. menghadapi
masalah kesrepro secara bersama.

Kesetaraan dan keadilan gender ini dapat terwujud apabila suami-istri sama-sama
mempunyai: 1. akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi; 2. posisi
setara dan seimbang dalam mengambil keputusan tentang rencana dan tindak lanjut
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi

RANGKUMAN : Setiap individu atau pasangan tentu ingin memiliki kesehatan reproduksi
yang baik. Namun demikian, tidak semua dapat memilikinya secara utuh karena berbagai
alasan, baik dari organ reproduksi dalam dirinya maupun pengaruh lingkungan. Berbagai
jenis kanker alat reproduksi, infeksi saluran reproduksi, gangguan kesehatan seksual, dan
infertilitas merupakan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang mungkin saja dihadapi
oleh individu atau pasangan suami-istri. Kanker alat reproduksi dapat dialami oleh
perempuan dan laki-laki namun 70 persen diantaranya adalah jenis kanker leher rahim yang
mengancam jiwa para perempuan kalau tidak dideteksi dan diobati secara dini. Kanker alat
reproduksi dapat dialami oleh perempuan maupun laki-laki meski perempuan lebih berisiko
terkena karena selain organ yang lebih rumit, beragam jenis kanker yang ada lebih banyak
mengenai organ reproduksi perempuan. Kesehatan seksual yang dapat terganggu, baik pada
perempuan maupun laki-laki seringkali kurang mendapat perhatian dan dianggap biasa saja
karena kekurang-tahuan pasangan suami-istri tentang berbagai gangguan kesehatan
seksual. Mereka kadang tidak sadar bahwa kesehatan seksual merupakan salah satu faktor
terjaganya keharmonisan keluarga. Infeksi saluran reproduksi merupakan infeksi yang
menyerang bagian dalam saluran reproduksi seringkali tidak diketahui pada awalnya karena
tidak kelihatan sampai terasa gejala lebih lanjut. Infertilitas yang merupakan salah satu
masalah kesehatan reproduksi sering diartikan sebagai ketidakmampuan istri memberikan
keturunan. Hal ini menunjukkan masih adanya kesenjangan gender yang dialami perempuan
sebagai pihak yang dipersalahkan, padahal faktor penyebab infertilitas dapat berasal dari
pihak suami, istri atau bahkan keduanya. Kesadaran perempuan dan laki-laki untuk
memperoleh informasi dan pelayanan yang tepat berkaitan dengan kesehatan reproduksi
serta posisi setara antara keduanya menjadi syarat penting tercapainya kesehatan
reproduksi dalam keluarga. Untuk itu, pelayanan informasi dan pelayanan kesehatan serta
tenaga terlatih harus tersedia dan berada dekat dengan keluarga.

KESETARAAN GENDER SALAH SATU TUJUAN PEMBANGUNAN INDONESIA

Konsep Gender dan Kesetaraan Gender Dari Berbagai Sudut Pandang : gender diartikan
sebagai perbedaan fisik dan perilaku. Konsep gender secara empiris dikembangkan pertama
kali oleh Margaret Mead, seorang ahli antropologi dari Amerika. Mead melakukan penelitian
pada masyarakat primitif di Papua Nugini pada tahun 1932. Kesimpulan penelitian Mead
menunjukkan bahwa perbedaan kepribadian dan perilaku antara laki-laki dan perempuan
tidak bersifat universal, tetapi ditentukan oleh kebudayaan, sejarah, dan struktur sosial
masyarakat tertentu. gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) yang
menyebut pencirian manusia yang didasarkan pada faktor sosial budaya, bukan fisik
biologis. Menurut Oakley, jenis kelamin merujuk pada perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis,
sementara gender merupakan perbedaan simbolis atau sosial yang berpangkal pada
perbedaan jenis kelamin. gender diartikan sebagai konstruksi sosial atau atribut yang
dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan. sehingga konsep manusia terkait
kodrati mengacu pada jenis kelamin, sedangkan pembedaan manusia yang bukan kodrati
mengacu pada konsep gender. Women’s Studies Encyclopedia dalam (Mulia, 2004) yang
menyatakan bahwa gender merupakan konsep kultural untuk membedakan peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang
dalam masyarakat. kesetaraan gender merupakan hak yang semestinya didapatkan agar
laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan ikut
berpartisipasi dalam bidang kehidupan

Peran Ganda Perempuan Wujud Kesetaraan Gender : perempuan berkontribusi dalam hal
manajemen rumah tangga, perawatan kesehatan anggota keluarga (anak-anak dan orang
tua) dan pendidikan anak (UNDP, 1996). Perempuan juga dianggap sebagai alokator
pendapatan dan pengambil kebijakan dalam distribusi pengeluaran (Boozer, Ranis, Stewart,
& Suri, 2003). Di samping itu, perempuan, khususnya Ibu rumah tangga, merupakan
penentu utama pemilihan, penyiapan dan alokasi pangan. Budaya konsumsi termasuk nilai-
nilai sosial dan kebiasaan terkait dengan pola diet, penyiapan pangan, dan asupan gizi
keluarga ada di tangan perempuan (BPS, 2015a).
Pembangunan Gender dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) : Definisi
pembangunan berkelanjutan sendiri adalah pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan
yang menjamin kesejahteraan manusia, kesatuan ekologi, kesetaraan, dan keadilan sosial
generasi saat ini dan dimasa mendatang (Munasinghe, 1992, Holdren et all, 1995, Campbell,
1996). Sehingga sangat jelas bahwa kesetaraan gender merupakan isu utama dalam
pembangunan yang berkelanjutan. PBB meluncurkan program pembangunan berkelanjutan
yang diberi nama “Sustainable Development Goals” (SDGs) untuk menggantikan program
sebelumnya “Millenium Development Goals” (MDGs) yang telah berakhir. SDGs memiliki 17
program. Dalam SDGs isu gender masuk dalam agenda pembangunan tujuan 5. Adapun
tujuan pembangunan gender yang ingin dicapai adalah mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan perempuan dan anak perempuan : Mengakhiri bentuk diskriminasi
terhadap perempuan, Menghapuskan bentuk kekerasan terhadap perempuan,
Menghilangkan semua praktek-praktek berbahaya, seperti pernikahan dini dan pernikahan
paksa serta sunat perempuan.

Penghapusan Diskriminasi Gender sebagai Target Pembangunan : kebutuhan analisis dan


integrasi gender dalam proyek-proyek pembangunan mulai muncul di berbagai bidang. Hal
tersebut dilatarbelakangi oleh kesenjangan yang ada di antara lakilaki dan perempuan baik
dalam hal akses, kontrol dan partisipasi terhadap sumber daya alam, serta pengambilan
keputusan dalam keluarga. Dalam RPJMN 2015-2019 perspektif gender di semua bidang dan
tahapan pembangunan sangat ditekankan. Kesetaraan dalam pembangunan tersebut tidak
lain untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembangunan yang
berkelanjutan. target pembangunan jangka menengah, sasaran yang ingin dicapai adalah
peningkatan kualitas hidup perempuan, peningkatan peran perempuan di berbagai bidang
kehidupan, pengintegrasian perspektif gender di semua tahapan pembangunan, dan
penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender, baik di level pusat maupun daerah.
Tantangan dalam mempercepat peningkatan kesetaraan gender dan peranan perempuan
dalam pembangunan adalah meningkatkan pemahaman, komitmen, dan kemampuan para
pengambil kebijakan dan pelaku pembangunan akan pentingnya pengintegrasian,
penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender termasuk perencanaan dan
penganggaran yang responsif gender.

Indikator Pembangunan Gender sebagai Ukuran Capaian Pembangunan : Sejak UNDP


memasukkan kesetaraan gender dalam HDI, maka faktor kesetaraan gender harus selalu
diikutsertakan dalam mengevaluasi keberhasilan pembangunan nasional. IPG/Indeks
Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Ukuran-ukuran tersebut
bertitik tolak pada konsep kesetaraan. Perhitungan IPG mencakup kesetaraan antara laki-
laki dan perempuan dalam usia harapan hidup, pendidikan, dan jumlah pendapatan.
Sedangkan perhitungan IDG mengukur kesetaraan dalam partisipasi politik dan
pemberdayaan dalam beberapa sektor lainnya seperti ekonomi.
Ketidaksetaraan gender dalam hal ekonomi diprediksi semakin berkurang dipengaruhi
oleh berbagai aspek (Jayachandran, 2014). 1. berkaitan dengan transformasi struktural
dalam bidang ekonomi dari pertanian menuju sektor industri dan jasa-jasa yang
memungkinkan perubahan sistem dalam dunia kerja. 2. perkembangan teknologi yang
memudahkan pekerjaan domestik rumah tangga yang berdampak pada efisiensi waktu dan
tenaga. 3. meningkatnya perbaikan sistem dalam dunia kesehatan yang menyebabkan
risiko dan kerentanan anak terhadap penyakit menjadi turun.

Dampak : perempuan menjedi lebih bebas dan tenang untuk bekerja dan meninggalkan
anak-anaknya di rumah. Faktor-faktor tersebut sangat memungkinkan perempuan dapat
lebih banyak berpartisipasi secara aktif dalam perekonomian.

eksistensi dan capaian perempuan dalam berbagai bidang pembangunan juga dapat dilihat
dari berbagai indikator, diantaranya angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, harapan
lama sekolah, pengeluaran, partisipasi angkatan kerja, persentase anggota parlemen
perempuan, persentase tenaga profesional perempuan, dan persentase PNS perempuan,
serta indikator lain yang menggambarkan pembangunan gender secara parsial.

Anda mungkin juga menyukai