Promosi Kesehatan TB Paru
Promosi Kesehatan TB Paru
Disusun Oleh:
Pembimbing:
PUSKESMAS REMBANG 2
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberculosis. Hampir seluruh bagian tubuh manusia dapat diserang oleh bakteri
ini namun organ yang sering diserang adalah paru-paru. Beberapa faktor yang
terkait erat dengan penyakit TB meliputi usia, nutrisi, imunitas, kebiasaan hidup,
2015).
Jumlah kasus baru TB mencapai 8,8 juta per tahun di seluruh dunia.
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi TB dengan 75% ada di kalangan usia
produktif. Tahun 2013 angka insidensi TB sebesar 183 per 100.000 penduduk
dengan angka kematian TB sebesar 25 per 100.000 penduduk dan pada tahun
2014 angka insidensi meningkat menjadi 399 per 100.000 penduduk dengan
angka kematian yang juga meningkat menjadi 41 per 100.000 penduduk (WHO,
2015). Indonesia berada pada peringkat kelima negara dengan beban TB tertinggi
di dunia serta bertambah seperempat juta kasus baru dan sekitar 140.000 kematian
terjadi setiap tahunnya. Sebanyak 40% dari kasus baru di seluruh provinsi
Indonesia, jumlah kasus TB BTA+ baru paling tinggi ditemukan di Jawa Barat,
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Cure rate kasus TB pada tahun 2014 mengalami
11,10%, 2017 sebesar 11,73% dan 2018 sebesar 16,39%. Di wilayah kerja
TINJAUAN PUSTAKA
tahan asam sehingga dikenal dengan Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri
ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
(Siswanto, 2008).
2010) sekitar 8,8 juta (antara 8,5-9,2 juta) kasus baru terjadi di seluruh
sebanyak 1,1 juta kematian (rentang antara 0,9-1,2 juta) terjadi akibat
tubeculosis pada penderita TB dengan HIV negatif dan sebanyak 0,35 juta
dengan HIV positif. Hal yang perlu dicermati adalah penurunan jumlah
kejadian dengan angka estimasi kematian sejak tahun 2002. Dan sekitar 10
juta anak-anak di tahun 2009 menjadi yatim piatu karena orang tua yang
mengidap TB (WHO,2011).
Gambar 1. Perkiraan jumlah insiden, Berdasarkan negara, tahun 2010
(dikutip dari WHO,2011)
Berdasarkan laporan WHO tahun 2011 terdapat 5.7 kasus TB paru baru setara
dengan 65% angka prediksi di tahun 2011. India dan China memberikan
kontribusi 40% total penderita baru TB dan Afrika menyumbang 24% pasien
baru. Secara global angka keberhasilan terapi pada penderita baru TB dengan
sputum BTA positif adalah 87% di tahun 2009 MDR-TB dideteksi mencapai
46.000 kasus. Walaupun jauh dibawah angka estimasi yakni 290.000 kasus,
MDR-TB masih menjadi tantangan besar hingga saat ini. Survei prevalensi
yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2010, angka insiden TB di Indonesia
pada tahun 2009 mencapai 430.000 kasus, dan dengan 62.000 kasus berakhir
1.200.000 kasus atau 484 kasus per 100.000 populasi dengan angka mortalitas
mencapai 540.000 kasus atau 226 kasus per 100.000 populasi dengan 29.000
(MDR-TB) pada tahun 2008. Keempat negara yang memiliki jumlah kasus
Federasi Rusia (38.000 kasus), dan Afrika Selatan (13.000 kasus). Dan pada
2.3 Patofisiologi
±3000 droplet nukleus berukuran 5-10 µm yang dapat dikeluarkan pada saat
bertahan di udara selama beberapa jam dan masuk kedalam saluran nafas.
Selain melalui udara, penularan melalui kulit dan plasenta juga dapat terjadi
pertukaran udara diluar ruangan berlangsung baik dan ekspose trehadap sinar
ultraviolet jauh lebih tinggi. Penularan juga dapat terjadi melalui alat-alat
intervensi seperti bronchoscopy atau intubasi endotracheal. Selain melalui
derajat keparahan penyakit. Pasien dengan smear negatif cenderung lebih aman
PROSES INFEKSI
Dropet nukleus cukup kecil untuk masuk kedalam saluran nafas dan
mampu bertahan dari proses filtrasi di saluran nafas atas. Sekali terhirup,
mampu berkembang biak dalam jangka waktu mingguan hingga bulanan dan
phagosom dan lisosom sehingga tidak ada percampuran antara bakteri dengan
Tuberculosis didalam makrofag adalah adanya gen protektif antara lain katG
yang memproduksi enzim katalase/peroksidase yang dapat melindungi
M.tuberkulosis dari proses oksidatif, gen rpoV yang merupakan gen “induk”
dari beberapa protein penting M. Tuberculosis. Dua gen ini merupakan gen
yang penting dalam proses virulensi M. Tuberculosis. Selain itu gen lain
CD4+ yang akan membentuk IFN γ yang akan mengaktivasi makrofag lainnya.
antigen dan merangsang proses imun lebih jauh didalam limfonodus. Tahapan
ini dikenal sebagai proses Cell Mediated Immunity. Pada tahapan ini pasien
tuberkulin. Reaksi ini dapat timbul 48-96 jam setelah injeksi tuberkulin dan
banyak dan akan membentuk granuloma yang dikelilingi oleh limfosit dan
dapat terhambat karena lingkungan yang rendah oksigen dan derajat keasaman
Proses ini dikenal sebagai Tissue Damaging Reponse. Dalam jangka waktu
tahunan, granuloma dapat meluas dan membentuk kalsifikasi dan akan tampak
atas, apex paru (fokus Simon), atau limfonodus perihilar. Focus granuloma
Pada kasus tertentu, pada pusat lesi, material kaseosa mencair, dinding
bronchial dan pembuluh darah menjadi rusak dan terbentuklah kavitas. Pada
besar yang dapat menyebar ke jaringan paru lainnya dan dapat keluar saluran
sistem imun dan reaksi patologis dari M. Tuberculosis. Faktor yang dapat
Pada pasien dengan infeksi laten, infeksi dapat teraktivasi dalam jangka
waktu beberapa tahun, aktivasi dapat terjadi pada hampir semua jaringan
sering terjadi reaktivasi adalah jaringan paru. Rekativasi muncul pada fokus
granuloma terutama pada apeks paru. Fokus kaseosa yang besar dapat
semakin infeksius. Hal ini dapat dilihat dari jumlah M. Tuberculosis pada
influenza ini sehingga pasien merasa tidak pernah bebas demam. Keadaan
ini dipengaruhi daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
radang keluar karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama,
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang pada jaringan
darah pada TB terjadi pada kavitas, taetapi bisa juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
dirasakan sesak nafas. Biasanya akan ditemukan pada penyakit yang sudah
sering ditemukan berupa anorekisa tidak ada nafsu makan, badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat terjadi hilang timbul
2.5 Diagnosis
GEJALA KLINIS
dengan demam baik subfebris hingga febris dan keringat malam, berat badan
demam dan tidak adanya demam bukan berati tuberculosis dapat dihilangkan.
Dalam sebagian besar kasus, batuk non produktif biasanya muncul minimal
selama 2 minggu dan selanjutnya diikuti oleh batuk produktif dengan sputum
yang purulen bahkan diikuti bercak darah. Hemoptisis yang masif biasanya
dada biasa juga dirasakan terutama pada pasien dengan lesi pada pleura. Lebih
lanjut biasanya pasien akan sesak nafas dan diikuti dengan adult respiratory
yang berarti menunjukkan ada proses abnormalitas yang cukup parah sebagai
komplikasi dari infeksi tuberculosis. Pada keadaan tertentu pasien juga dapat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
adalah bercak infiltrat terutama kavitas yang biasanya dapat ditemukan pada
19% hingga 50%. Gambaran lainnya yang biasa muncul adalah infiltrat lobus
dan interstitial serta limfadenopati. Pada segmen apeks paru biasa ditemukan
Pada tahap lanjut lesi ini dapat menjadi kavitas dengan gambaran radiologi
kavitas yang berdinding tipis. Pada TB paru rekativasi, daerah yang paling
sering tampak kelainan yakni, apeks dan segmen posterior lobus kanan, apeks
dan segmen posterior lobus kiri, dan segemen superior lobus bawah Lesi pada
daerah ini lebih sering terlihat pada pasien dengan diabetes. Efusi pleura pada
tuberculosis paru tahap dini juga dapat terlihat terutama pada perkembangan
et all, 2006).
pada lapangan paru kanan sedangkan gambar kanan adalah gambaran CT scan
Gambar kiri tampak kavitas dan bercak berawan pada kedua lapangan
atas paru dan pada CT scan terdapat gambaran cavitas pada kedua lapangan
tuberculosis paru, tiga sampel sputum diambil yakni sewaktu, pada pagi hari
dan sewaktu. Pada pasien dengan tuberculosis paru, sputum dapat diperoleh
Induksi sputum dianggap sebagai salah satu cara yang umum dilakukan
JB, 2008).
tahan asam Ziehl-Neelsen atau Kinyoun dimana bakteri akan tampak bewarna
kemerahan dengan latar belakang biru dan putih. Metode pewarnaan lainnya
Akan tetapi hasil apusan sputum bergantung pada jumlah bakteri yang
Selain dari penampakan koloninya yang berwarna persik, tes biokimia juga
kadar glukosa yang normal hingga rendah. Sampel tersebut dapat digunakan
mencapai 65% pada cairan peritoneal, 75% pada cairan perikardium dan 85%
pada cairan pleura. Biopsi biasa dilakukan terutama untuk mendapatkan bukti
Akan tetapi melihat insidensi resistensi obat yang tinggi maka pemeriksaan
Pada pasien dengan infeksi tuberculosis laten, Tuberculin Skin Test dapat
merangsang reaksi kulit ketika diinjeksi secara subkutan pada pasien dengan
tuberculosis. Pada tahun 1932, Seibert dan Munday memurnikan produki ini
protein derivative (PPD). Tahun 1941 tes ini dijadikan sebagai tes standar
yang perlu diperhatikan hasil tes tuberkulin juga positif pada pasien dengan
IGRAs atau IFN-γ Release Assays merupakan tes yang lebih spesifik
terutama pada skin test. Saat ini terdapat 2 jenis pemeriksaan IFN-γ yang
hitungan jam dengan spesifitas dan sensitivitas yang tinggi. Tes ini biasa
digunakan sebagai konfirmasi cepat untuk pasien dengan BTA positif maupun
negatif. Selain itu semua tahap pengerjaan dilakukan dengan mesin sehingga
2015). Tes ini juga berperan untuk menentukan gen yang mengalami mutasi
yang juga menjadi sumber masalah resistensi pengobatan TB antara lain gen
rpoB yang menimbulkan resistensi rifampicin, dan gen lainnya inh A dan katG
untuk INH, dan gen gyr untuk resistensi fluoroquinolon sehingga kasu MDR-
TB dapat diketahui dengan cepat. Salah satu tes amplifikasi asam nukleat yang
2011).
(Herchline, 2011).
2.7 Penatalaksanaan
pemantauan ketat menelan obat. Pemberian regimen tiga kali seminggu baik
alternatif terakhir yang dapat diberikan asalkan pasien tidak tinggal dalam
bukti, pada pasien yang tinggal di negara dengan resistensi isoniazid yang
Pada pasien TB yang positif mengidap HIV dan pasien yang tinggal
adalah regimen harian baik pada fase intensif dan lanjutan. Pada keadaan
tertentu dimana pasien tidak dapat menerima terapi harian, pemberian obat
Pada pasien TB paru baik pasien baru maupun pasien relaps yang
fase intensif selama 2 bulan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa hasil apusan
terapi.
Bila pasien menunjukkan hasil positif pada smear bulan kedua, makan
pemeriksaan smear tahan asam dilanjutkan pada bulan ketiga. Bila hasil pada
bulan ketiga masih menunjukkan hasil positif maka harus dilakukan kultur sputum
Pada pasien yang diobati dengan regimen rifampicin, bila hasil smear
ditemukan positif pada fase intensif yang sudah selesai, tidak direkomendasikan
perlu menjalani tes kultur sputum dan sensitivitas antibiotik rifampicin dan
antiobitik yang rutin dilakukan, regimen pengobatan mengacu pada hasil tes
Regimen yang dapat diberikan pada pasien dengan relaps dengan pengobatan lini
Saat ini obat kombinasi tetap atau Fixed Drug Combination (FDC) sering
untuk mencegah insidensi obat yang tidak terminum yang berujung pada resistensi
per milimeter cubic yang diberi ART 2 minggu setelah terapi TB dimulai dengan
kelompok yang diberi anti TB 8-12 minggu kemudian. Hasil yang diperoleh
(Havlir, 2011).
tuberculosis pada pasien. dengan CD4+ T-cell <50 per cubic millimeter
meningkatkan angka survivalitas pada pasien dengan CD4+ T-cell 200 per cubic
millimeter atau lebih rendah (Blanc, 2011). WHO tetap menganjurkan pemberian
penderita dan berbagai penelitian terbaru lainnya. ART yang dianjurkan adalah
inhibitor (NNRTI). Atau agen ART terbaru lainnya seperti protease inhibitors
sebagai pengobatan lini kedua. NRTI pilihan antara lain zidovudine (AZT) atau
atau nevirapine (NVP) (23). Pada pasien TB, regimen ART yang
kehamilan.Regimen AZT +3TC + NVP atau TDF +3TC atau FTC + NVP atau
muda, jenis kelamin wanita, infeksi TB dengan apusan BTA positif, status gizi,
level albumin seperti yang dipaparkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
retina pada tikus. Hal ini didasari pada teori jalur eksitotoksik dimana terjadi
menggangu siklus sel. Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan apoptosis
pada sel epitel berpigmen pada retina. Toksisitas bergantung pada dosis dan
apabila sudah menjalani terapi intensif dan lanjutan namun hasil BTA tetap positif
pada bulan ke lima atau bulan berikutnya. Pasien default adalah pasien dengan
terapi yang terinterupsi selama minimal dua bulan berturut-turut (WHO, 2011).
PENANGANAN MDR-TB
bahwa obat yang digunakan belum berpotensi untuk resisten atau obat tersebut
regimen individual, obat yang akan digunakan sebaiknya berdasarkan pada hasil
silang. Resistesi silang adalah mutasi pada gen M.tuberculosis yang dapat
memberikan resistensi pada obat lain dengan golongan yang sama atau golongan
yang berbeda
3. Eliminasi obat yang tergolong tidak aman untuk diberikan pada pasien
misalnya obat yang menimbulkan alergi atau efek samping yang tidak dapat
ditolerir pasien.
4. Pemilihan lini pengobatan dilakukan berdasarkan tingkat potensi obat. Bila obat
lini pertama masih dapat digunakan untuk mengobati MDR maka regimen
regimen yang lebih tinggi. Bila obat di regimen lini pertama tidak cukup 4 jenis,
maka obat lainnya bisa diambil dari regimen yang lebih tinggi tingkatannya.
tuberculosis
Kelompok 1
Obat kelompok 1 merupakan obat yang sangat poten dan efek sampingnya dapat
dan pengalaman klinis mendukung efektifitas obat ini maka obat-obatan golongan
ini masih dapat dipakai untuk pengobatan walaupun insidensi resistensi silang
rifampicin.
Kelompok 2
Bila hasil tes sensitivitas menunjukkan hasil yang baik pada obat-obatan golongan
ini maka obat ini perlu digunakan. Obat golongan ini adalah aminoglikosida dan
Kelompok 4
P-aminosalicylic acid (PAS) juga dapat diberikan terlebih dulu. Kombinasi PAS
pengobatan. Tiga agen ini sering dipakai secara bersamaan. Terizidone dapat pula
Kelompok 5.
mengatasi TB resisten karena efektifitasnya yang masih tidak jelas. Regimen ini
dengan obat injeksi selama minimum 6 bulan hingga sedikitnya 4 bulan sejak
apusan BTA menjadi negatif. Pemberian obat juga perlu mempertimbangkan hasil
apusan, X ray dan gejala klinik dan dapat diperpanjang bila perlu. Hasil kultur
konversi kultur. Konversi kultur didefinisikan sebagai hasil kultur negatif selama
2.8 Komplikasi
poncet’s arthropathy.
2.9 Prognosis
negara dengan insidensi TB yang rendah. Reinfeksi lebih sering terjadi pada
pasien di negara dengan insidensi yang tinggi. Prognosis biasanya baik tergantung
apakah telah menyebar ekstra paru, immunokompeten. Usia tua serta riwayat
pengobatan sebelumnya. Indeks massa tubuh yang melambangkan status gizi juga
gangguan fungsi imunitas tubuh, sehingga penderita lebih rentan terserang infeksi,
defek fungsi sel-sel imun dan mekanisme pertahanan tubuh, termasuk gangguan
fungsi dari epitel pernapasan serta motilitas silia. Paru pada penderita DM akan
mikroangiopati sama seperti yang terjadi pada retinopati dan nefropati. Gangguan
neuropati saraf autonom berupa hipoventilasi sentral dan sleep apneu. Perubahan
lain yang juga terjadi yaitu penurunan elastisitas rekoil paru, penurunan kapasitas
tuberkulosis dan dapat terjadi pada pengaturan infeksi apa pun seperti pneumonia,
pasien dengan daya tahan tubuh yang terganggu. Adanya infeksi TB diduga
adalah istilah medis untuk keadaan di mana kadar gula dalam darah lebih tinggi
Mellitus (DM) adalah penyakit yang sudah diketahui berhubungan erat dengan TB
(Kemenkes RI, 2017). WHO tahun 2011 telah menekankan pentingnya skrining
mungkin berjalan baik bila terdapat kolaborasi yang harmoni antara penentu
dapat menjadi salah satu contoh kolaborasi yang harmonis antara penanganan
penyakit menular dan tidak menular di Indonesia. Oleh karena itu partisipasi
1) Penapisan
(1) Wawancara untuk mencari salah satu gejala / faktor resiko TB dibawah ini:
(e) TB ekstra paru antara lain: pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
(f) Sesak, nyeri saat menarik napas, atau rasa berat di suatu sisi dada
(2) Pemeriksaan foto toraks untuk mencari abnormalitas paru apapun. Jika
fasilitas tidak tersedia di FKTP, maka pasien dirujuk ke FKRTL atau lab
radiologi jejaring. Jika salah satu langkah di atas memberikan hasil positif,
resiko diatas. Pemeriksaan foto thoraks ulang ditentukan oleh dokter atas
langkah berikut:
(e) TB ekstra paru antara lain: pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
(f) Sesak, nyeri saat menarik napas, atau rasa berat di suatu sisi dada
pemeriksaan foto toraks ulang ditentukan oleh klinis. Jika salah satu
resiko diatas. Pemeriksaan foto toraska ulang ditentukan oleh dokter atas
glukosa plasma puasa (puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori
dikalibrasi).
glukosa plasma puasa (puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori
vena.
2) Diagnosis
diagnosis selanjutnya.
sudah ada.
Keterangan :
bulan dapat diupayakan dari sumber lain sesuai aturan. Dan perhatikan
**) Yang dimaksud kadar gula darah tidak terkontrol adalah kadar gula
diatas nilai rujukan tertinggi (lihat Lampiran: Tabel 1) pada Orang yang
tuberkulosis.
BENTUK KEGIATAN
terhadap pasien, kami menyimpulkan faktor resiko atau masalah apa saja
benar
post test.
BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN
4. Evaluasi kegiatan
Waktu : 13.00-14.00
Peraga : Kuesioner
BAB VI
STATUS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 49 tahun
6.2. Anamnesis
berdahak sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya batuk dirasakan tidak berdahak,
Batuk dirasakan hilang timbul. Selain batuk pasien merasakan demam setiap
malam namun tidak begitu tinggi, dan sering berkingat dingin saat malan hari.
Pasien juga merasakan sesak terutama saat batuk. Pasien merasa makan
banyak namun berat badannya menurun. Pasien hanya membeli obat batuk di
apotik dan berobat ke dokter terdekat rumah namun belum kunjung sembuh.
Riwayat diabetes melitus : diakui , sudah mendapatkan insulin long acting dari
Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Pasien bekerja sebagai
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 49 tahun, berat badan 55 kg, tinggi
Tanda Vital
Nadi : 88x/menit
RR : 19x/menit
Temperature : 36,60 C
Antropometri :
BB : 55 kg
TB : 167 cm
Status Internus
o Kepala : Mesocephale
o Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
o Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping
hidung (-)
o Telinga : Discharge (-)
o Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), stomatitis
angularis (-), atrofi papil lidah (-)
o Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
o Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
o Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
o Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara
tambahan (-)
o Paru
Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : stemfremitus dextra dan sinistra sama
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
o Extremitas
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
CRT <2/<2 <2/<2
Reflek fisiologis +/+ +/+
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax
Kesan :
Gambaran TB paru
masker medis.
3. Evaluasi kegiatan
yang disampaikan.
BAB VII
1. Masalah Medis
Tuberkulosis dengan penyakit dasar Diabetes Mellitus
2. Masalah Nonmedis
a. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit tuberkulosis
tuberkulosis.
7.3. Pembahasan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan didukung dengan
1. Perilaku
baik di rumah maupun di luar rumah. Selain itu pasien juga belum paham
2. Lingkungan
a. Ventilasi
udara segar dan pengeluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis
akan menjadi media yang baik bagi bakteri dan virus penyebab
penyakit (Mukono, 2006). Menurut Soedarto (1995), ventilasi yang
pun meningkat.
b. Pencahayaan
Pencahayaan merupakaan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman serta berkaitan erat dengan produktivitas
pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung, dapat
terutama kamar pasien. Kamar pasien hanya terdapat jendela berukuran kecil
3. Pelayanan kesehatan
yang diminum sehari sekali. Hal itu dikarenakan pasien enggan periksa di
4. Genetik
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai
oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). Salah satu
Gen penyebab DM akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita DM.
menjadi 75% (Diabetes UK, 2016) . Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu
lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar ibu dari pada ayah.
ekspresi gen reseptor esterogen β (ERβ). Gen ini akan bertanggung jawab
diabetes mellitus yaitu ibunya. Ibu sudah meninggal akibat penyakit diabetes
diabetes mellitus. Penyakit diabetes mellitus ini membuat daya tahan tubuh
Lingkungan
Perilaku
BAB VIII
MONITORING, EVALUASI, DAN KESIMPULAN
8.1. Monitoring
disampaikan dan dilakukan post test. Dari hasil penilaian post test
satu obat pun. Saat kunjungan ketiga, pasien juga sudah menggunakan
menggunakan masker baik itu di dalam maupun di luar rumah. Hal itu
8.3. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abdool Karim, Salim S. Naidoo, Kogieleum. Grobler, Anneke. Padayatchi, Nesri.
Baxter, Cheryl. Gray, Andrew L. integration of antiretroviral therapy with
tuberculosis treatment. N Engl J Med 2011;365:1492-501.
Blanc, François-Xavier. Sok, Thim. Laureillard, Didier. Borand, Laurence.
Rekacewicz, Claire. Nerrienet, Eric et al. Earlier versus later start of
antiretroviral therapy in hiv-infected adults with tuberculosis. N Engl J
Med 2011;365:1471-81.
Chai SJ, Foroozan R. Decreased retinal nerve fibre layer thickness detected by
optical coherence tomography in patients with ethambutol-induced optic
neuropathy. Br J Ophthalmol. 2007 Jul;91(7):895-7. Epub 2007 Jan 10.
Coulter JB. Diagnosis ofpulmonary tuberculosis in young children.Ann Trop
Paediatr. 2008 Mar;28(1):3-12.
Dinnes J, Deeks J, Kunst H, Gibson A, Cummins E, Waugh N, Drobniewski F,
Lalvani A. A systematic review of rapid diagnostic tests for the detection
of tuberculosis infection. Health Technol Assess. 2007 Jan;11(3):1-196.
Dennis. Cecil medicine 23rd edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2008.
Diabetes UK. Diabetes and Genetic. 2016. [cited 2016 Juli 30]. Available from:
http://www.diabetes.co.uk/diabetes-andgenetics.html.
Press. Surabaya.
Shakya, Rajani. B.S, Rao. Shrestha, Bhawana. Evaluation of risk factors for
antituberculosis drugs- induced hepatotoxicity in nepalese population.
Kathmandu University Journal Of Science, Engineering And Technology
Vol.Ii, No.1, February, 2006.
Waite, Stephen. Jeudy, Jean. White, Charles S. Chapter 12. Acute lung infections
in normal and immunocompromised hosts in : Mirvis, Stuart E.
Shanmuganathan, Kathirkamanathan. Emergency chest imaging. Canada:
Elsevier 2006.
World Health Organization. World Global Tuberculosis Control 2010. Geneva
World Health Organization. 2010
World Health Organization. World Global Tuberculosis Control 2011. Geneva
World Health Organization. 2011
World Health Organization. Multi drug and extensively drug 2010 global report
on surveillance and response. Geneva: World Health Organization 2011
World Health Organization. Treatment of tuberculois, guidelines. Geneva: World
Health Organization. 2011
World Health Organization, 2015. Global Tuberkulosis Report. 1-204
LAMPIRAN
20 Januari 2020
24 Januari 2020
27 Januari 2020
25 Januari 2020
KUISIONER PRE TEST TUBERKULOSIS PARU
Benar : 6
Salah : 4
KUISIONER POST TEST TUBERKULOSIS PARU
Salah : 2
Benar : 8