Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERUBAHAN TARIF MENURUT PP NO.

23 TAHUN 2018
DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIP
PAJAK USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (STUDI PADA
UMKM YANG TERDAFTAR SEBAGAI WAJIP PAJAK DI KPP
PRATAMA KARAWANG SELATAN)

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Metedologi Penelitian pada Program studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh :

Frivanty Ekatiarta Nuriman

NPM : 1610631030120

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dan

menduduki peringkat ke 4 negara dengan populasi penduduk mencapai 269 juta jiwa pada tahun

2019. Dengan jumlah populasi penduduk yang besar merupakan salah satu potensi yang baik

terhadap roda pergerakan ekonomi untuk dapat memajukan negara dan dengan jumlah populasi

penduduk yang besar seharusnya dapat menguntungkan bagi sektor perpajakan di Indonesia,

karena salah satu unsur penerimaan negara yang memiliki peran sangat besar dan semakin di

andalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintahan yaitu pajak. Pajak

merupakan salah satu target utama pemerintah untuk mendapatkan pendapatan negara karena

pajak di Indonesia adalah penyumbang penerimaan terbesar bagi pemerintahan pusat maupun

daerah. Sektor pajak merupakan sektor yang paling mudah dalam pemungutan pajak didukung

oleh undang-undang perpajakan yang jelas dan tegas (Nita Andiyani,2018:218). Pemerintah saat

ini mulai gencar mencari saktor-sektor yang berpotensi dapat meningkatkan penerimaan pajak,

sejak tahun 2013 pemerintah mulai melirik sektor UMKM di Indonesia yang mulai tumbuh

dengan pesat dan dapat dipastikan memiliki potensi yang cukup besar untuk pemasukan pajak,

karena semakin pesat pertumbuhan UMKM di Indonesia maka akan semakin bertambah

pendapatan negara dari sektor UMKM, semakin banyak UMKM maka akan bertambah pula

pendapatan pajak yang diperoleh negara atas pajak UMKM tersebut. (Alfiatul Maulida,2018)
Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia saat ini memiliki

peranan dan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional dan sektor ini akan terus menjadi

ujung tombak pemerintahan dalam mendorong perekonomian Indonesia. Pasalnya saat ini

perekonomian di Indonesia didominasi oleh kegiatan usaha yang berbasis pada usaha mikro,

kecil dan memengah (UMKM) yang setiap tahunnya terus mengalami pertumbuhan.di beberapa

tahun terakhir, UMKM merupakan suatu usaha yang ikut berkontriusi terhadap kemajuan

ekonomi Indonesia, karena menyumbang Rp. 8,4 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Angka tersebut setara dengan 60% dari Rp. 14 triliun PDB Indonesia pada tahun 2018. Serta

UMKM dapat menampung 121 juta tenaga kerja, angka tersebut sekitar 96% dari serapan tenaga

kerja Indonesia pada tahun 2018 yang berjumlah 170 juta dari total pelaku usaha di Indonesia,

maka tidak heran jika perekonomian di Indonesia dapat berkembang dengan pesat melalui sektor

UMKM. Seperti pada tabel 1.1 dibawah ini yang memperlihatkan perkembangan UMKM di

Indonesia.

Tabel 1.1

Tingkat Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil , Menengah (UMKM) dan Usaha Besar

(UB) di Indonesia Tahun 2016-2017.

Tahun 2016 Tahun 2017


No Indikator
Jumlah Pangsa (%) Jumlah Pangsa (%)
60.863.57 62.106.90

1 Usaha Mikro 8 98,71 0 98,70


2 Usaha Kecil 731.047 1,19 757.09 1,20
3 Usaha Menengah 56.551 0,9 58.627 0,9
(sumber : www.depkop.go.id)
Banyaknya jumlah unit UMKM seharusnya sebanding dengan jumlah pajak yang

diterima dari sektor UMKM, tetapi pada kenyataanya jumlah unit UMKM tidak sebanding

dengan penerimaan pajak pada sekor tersebut. Peran UMKM terhadap perekonomian dan

penyerapan tenaga kerja di Indonesia tidak diragukan lagi. Namun, pada sektor perpajakan

UMKM masih belum mencerminkan kontribusi yang maksimal sebagaimana pengaruhnya

terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2014, kontribusi penerimaan

pajak dari PPh final UMKM kurang lebih Rp 2 triliun. asumsi UMKM berkontribusi Rp 3.000

triliun terhadap PDB, nilai itu masih relatif jauh dibawah potensi perpajakan sebesar Rp 30

triliun yaitu 1% dari kontribusi terhadap PDB ( Gustomo, 2018) .

Kementerian keuangan mencatat UMKM saat ini memegang porsi hingga 65% dari

jumlah pelaku usaha dalam perekonomian di Indonesia, tetapi dari banyaknya jumlah pelaku

UMKM di Indonesia jumlah pembayaran pajak yang aktif baru mencapai angka 1,8 juta UMKM.

Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kepatuhan wajip pajak dalam membayar pajak.

Permasalahan tingkat kepatuhan wajib pajak merupakan permasalahan yang menjadi perhatian

dalam bidang perpajakan. Di Indonesia tingkat kepatuhan wajib pajak masih dapat dikatakan

rendah. Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya

sangat memprihatinkan jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan usaha mikro , kecil dan

menengah di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami pertumbuhan. Namun, peningkatan

jumlah umkm ini tidak diimbangi dengan kesadaran para pemilik UMKM untuk melaksanakan

kewajiban perpajakannya ( Yusro dan Kiswanto,2014).

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan atas Wajib Pajak dalam membayar

pajak yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal

pada diri Wajib Pajak itu sendiri yang berhubungan dengan karakteristik yang terdapat pada diri
individu yang menjadi pemicu dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, seperti

pengetahuan dan pemahaman terhadap pentingnya dalam membayar pajak, sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri Wajib Pajak seperti perubahan tarif dan sanksi

pajak yang diberikan oleh pegawai pajak terhadap Wajib Pajak yang tidak mematuhi peraturan

agar Wajib Pajak semakin patuh dalam melakukan kewajibannya pembayar pajak.

Langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kesadaran Wajib

Pajak untuk melakukan kewajibannya dalam membayar pajak agar dapat meningkatkan

penerimaan pajak pada sektor UMKM yaitu, dengan menetapkan tarif pajak pada PPh final

UMKM sebesar 1% pada PP No 46 tahun 2013. Tarif 1% ini sangatlah ringan dalam perhitungan

prmbayaran pajak, yaitu hanya dikalikan dengan omzet bruto, dan pada peraturan yang terdapat

pada PP No 46 tahun 2013 adalah pajak yang bersifat final yang apabila Wajib Pajak telah

melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak. Mulai dari perhitungan , peneyetoran dan

pembayaran tersebut sudah terpenuhi maka sudah terpenuhi maka kewajiban dari Wajib Pajak

sudah selesai.Tetapi pada kenyataanya, keadaan dilapangan tidak sesuai dengan apa yang

pemerintah harapkan, karena banyak para pelaku UMKM yang masih merasa terbebani dengan

tarif PPh final tersebut

Penetapan tarif 1% pada PPh final sektor UMKM ternyata belum berjalan dengan

maksimal serta belum berjalan sesuai dengan harapan pemerintah karena masih banyak Wajib

Pajak UMKM yang tidak patuh terhadap kewajibannya dalam mambayar pajak. Rendahnya

kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak mendorong pemerintah untuk membuat

keputusan baru yaitu, perubahan tarif pada PPh final UMKM menjadi 0,5%. Keputusan tersebut

tetuang dalam Peraturan Pemerintah No 32 tahun 2018 yang disahkan pada tanggal 1 Juni 2018.

Penurunan tarif tersebut bertujuan untuk memberikan keadilan kepada Wajib Pajak dan tidak
menimbulkan kerugian terhadap Wajib Pajak yang mengalami kerugian. Pemerintah berharap

dengan diberlakukannya PP No 23 tahun 2018 ini dapat membantu para pelaku UMKM untuk

menjalankan kewajiban perpajakannya dengan baik dan tarif 0,5% ini sangatlah ringan dalam

perhitungan perpajakan pada pelaku UMKM, yaitu hanya dengan mengalikan dengan omzet

bruto.

Menteri keuangan Sri Mulyani menilai bahwa realisasi penerimaan pajak pada sektor

usaha mikro , kecil dan menengah (UMKM) semester I 2018 masih terlampau rendah. Ia

berharap penurunan tarif 1% menjadi 0,5% dapat meningkatkan penerimaan pajak dari sektor

UMKM dan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Realisasi penerimaan pajak pada

semester I 2018 masih rendah yaitu total penerimaanya adalah Rp 3 sampai 4 triliun. Menteri

keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa penerimaan pajak semester I 2018 sudah cukup

membaik dibandingkan dengan periode penerimaan pajak tahun sebelumnya. Ia menjelaskan

bahwa penerimaan pajak sudah mencapai 44,5% pada semester I 2018, pertumbuhan penerimaan

pajak sudah mencapai angka 23% , angka tersebut sudah lebih tinggi bandingkan tahun

sebelumnya yang hanya mencapai angka 16%. Perkembangan penerimaan pajak dari sektor

UMKM pada tahun 2015, 2016 dan 2018 adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1

Perembangan Penerimaan Pajak pada Sektor Usaha Mikro , Kecil dan Menengah

Penerimaan PPh Final UMKM


Penerimaan Pajak
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2015 2016 2018

Sumber : Pajak.go.id
Berdasarkan gambar 1.1 terlihat bahwa realisasi penerimaan perubahan yang cukup

signifikan dari tahun ke tahun dan setelah diberlakukannya perubahan kebijakan baru oleh

pemerintah yang tertuang pada PP No 23 tahun 2018 penerimaan pajak mengalami peningkatan

dari tahun sebelumnya. Penerimaan pajak pajak tahun 2015 mencapai angka Rp 3,4 triliun

kemudian mengalami sedikit peningkatkan pada tahun 2016 penerimaan pajak berada pada

angka Rp 4,4 triliun. pada tahun 2018, kembali terjadi peningkatan yang cukup baik terhadap

penerimaan pajak dari sektor UMKM sebesar Rp 5,7 triliun. persentasekepatuhan wajib pajak

telah mengalami peningkatan hingga tahun 2018, namun capaian kepatuhan wajib pajak tersebut

masih terbilang rendah karena belum mencapai target yang diharapkan oleh Direktorat Jendral

Pajak.

Data diatas dapat menunjukan bahwa perubahan tarif terhadap kepatuhan wajib pajak

sangat berpengaruh dan menunjukan peningkatan yang baik terhadap penerimaan pajak dari

sektor umkm. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah
pemahaman para pelaku UMKM terhadap kewajibanny dalam membayar pajaknya. masih

banyak para pelaku UMKM yang masih lemah akan pemahaman mengenai peraturan perundang

perpajakan yang berlaku. Kelemahan ini lah yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak. Wajib pajak UMKM harus memiliki pemahaman yang baik terhadap

peraturan perpajakan yang berlaku terutama pamahaman atas perubahan tarif dari PPh final yang

telah diberlakukan mulai 1 Juli 2018 menjadi 0,5%. Perubahan tarif tersebut akan mempermudah

wajib pajak dalam melakukan perhitungan dan pembayaran pajak setiap bulannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang terdapat dalam latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu :

1. Apakah perubahan tarif 0,5% pada PP No 23 tahun 2018 berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak UMKM?

2. Apakah pemahaman perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM?

1.3 Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini, beberapa tujuan

yang ingin didapatkan yaitu :

1. Mendapatkan bukti empiris dari pengujian pengaruh perubahan tarif terhadap kepatuhan

wajib pajak UMKM.

2. Mendapatkan bukti empiris dari pengujian pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan

wajib pajak UMKM.

1.4 Manfaat Penelitian


Setelah penelitian ini dilakukan, penulis berharap akan memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang terkait. Adapun beberapa manfaat diadakan penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada

pembaca khususnya kepada pengusaha UMKM yang beromset dibawah Rp 4,8M sehingga

dapat membantu untuk lebih memahami teori perpajakan khususnya mengenai PP No 23

tahun 2018 dan penulis berharap penelitian ini dapat memeberikan kontribusi untuk

pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik

terhadap pengembangan ilmu khusunya dalam bidang ekonomi maupun akuntansi yang

berkaitan dengan perpajakan

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan penulis

maupun pengetahuan para pembaca mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi wajib

pajak UMKM untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, dan dapat digunakan sebagai

bahan informasi dan perluasan terhadap penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

perpajakan pada sektor UMKM.

3. Manfaat Regulasi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada otoritas

yang berwenang, agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan yang

berkaitan dengan penetapan tarif pajak dan diharapkan menjadi bahan evaluasi dari

kebijakan pemerintah terhadap PP No 23 tahun 2018 agar peraturan tersebut didasarkan


kepada prinsip keadilan , kepastian dan kemampuan wajib pajak dalam membayar

pajaknya, serta dapat menjadikan penyempurnaan terhadap kebijakan pemerintah

selanjutnya.

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian.

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan pada UMKM yang beromset kurang dari Rp 4,8M di Kota

Karawang yaitu wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Karawang Selatan.

Anda mungkin juga menyukai