Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat-obat yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) merupakan salah

satu obat yang pertama ditemukan manusia primitif dan masih digunakan

secara luas sebagai zat farmakologi sampai sekarang. Disamping

penggunaannya dalam terapi, obat-obat SSP dipakai walaupun tanpa resep

untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang.

Cara kerja bebagai obat pada SSP tidak selalu dapat dijelaskan.

Walaupun demikian, dalam 30 tahun terakhir, banyak kemajuan yang

diperoleh dalam bidang metodologi farmakologi SSP. Saat ini telah dapat

diteliti cara kerja suatu obat pada sel-sel tertentu atau bahkan pada kanal ion

tunggal didalam sinaps. Informasi yang diperoleh dalam studi studi semacam

ini merupakan dasar dari sejumlah perkembangan yang utama dalam

penelitian SSP.

Pertama, telah jelas bahwa hampir semua obat SSP, bekerja pada

reseptor khusus yang mengatur transmisi sinaps. Sejumlah kecil obat seperti

anastesi umum dan alkohol dapat bekerja secara non spesifik pada membran

(meskipun perkecualian ini tidak sepenuhnya diterima), tetapi bahkan kerja

yang tidak diperantarai oleh reseptor inipun akan menghasilkan perubahan

dalam transmisi sinaps yang dapat dibuktikan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 1


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Kedua, obat-obatan merupakan salah satu alat terpenting untuk

mempelajari seluruh aspek fisiologi SSP, mulai dari terjadinya bangkitan

sampai penyimpanan memori jangka panjang.

Ketiga, penguraian kerja obat-obat yang efeksi klinisnya diketahui telah

menghasilkan beberapa hipotesis yang sangat berguna berkaitan dengan

berbagai mekanisme penyakit. Misalnya, informasi tentang kerja obat

antipsikotik pada reseptor dopamin memberikan dasar hipotesis yang penting

mengenai patofisiologi skizoprenia.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan yang dilakukan adalah untuk

menguji efektifitas pengunaan obat hipnotika sedativa terhadap hewan coba

mencit (Mus musculus L.)

2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

a. Untuk mengetahui onset dan durasi kerja obat hipnotika sedativa pada

hewan uji mencit (Mus musculus L).

b. Untuk mengetahui obat yang paling baik dalam memberikan efek

hipnotika sedativa melalui hewan uji mencit (Mus musculus L).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 2


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Tentang Sistem Saraf Pusat (SSP)

1. Definisi Sistem Saraf

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan

berkesinambungan serta terutama terdiri jaringan saraf. Dalam mekanisme

sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan

diatur (Gunawan, 2007).

2. Penggolongan Sistem Saraf

Sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya didalam

tubuh dibagi dua golongan yaitu :

a. Sistem saraf pusat (SSP) atau sistem saraf sentral, terdiri dari otak

(ensevalon) dan medula spinalis (sumsum tulang belakang)

b. Sistem saraf perifer yang terdiri dari :

a) Saraf-saraf motoris atau saraf eferen yang menghantarkan impuls

(isyarat) listrik dari SSP ke jaringan perifer melalui neuron eferen

(motoris).

b) Saraf-saraf motoris atau saraf aferen yang menghantarkan impuls

dari perifer ke SSP melalui neuro eferen (sensory) (Tjay dan

Rahardja, 2002).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 3


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

B. Teori Tentang Hipnotika Sedativa

1. Definisi Hipnotika Sedativa

Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi

diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan

mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan

pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis

yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka dinamakan sedativa

(Tjay dan Rahardja, 2002).

Hipnotika sedativa merupakan golongan obat depresan susunan saraf

pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,

menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya

kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat

sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan

menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah

tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H.

Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995).

2. Penggolongan Hipnotika-Sedativa

Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Benzodiazepin, contohnya : Flurazepam, lorazepam, temazepam,

triazolam.

b. Barbiturat, contohnya : Fenobarbital, tiopental, butobarbital

c. Hipnotik sedatif lain, contohnya : Kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid,

metiprilon, meprobamat

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 4


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

d. Alkohol (Ganiswarna dkk, 1995)

3. Efek Samping Umum

Efek Samping Umum Hipnotika Mirip Dengan Efek Samping

Morfin, yaitu :

a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan

pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada

kloralhidrat dan paraldehida.

b. Tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat.

c. Sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat.

d. “Hang Over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual,

perasaan ringan di kepala.

Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang

(plasma-t1/2-nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan

barbiturat yang disebut short-acting. Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil,

mudah melarut dan berkumulasi di jaringan lemak.

4. Mekanisme Kerja

Pada tahun 1977 ditemukan reseptor benzodiazepin spesifik

dipermukaan membran neuron, terutama dikulit otak dan lebih sediki di

otak kecil dan sistem limbis. Barbiturat dan benzodiazepin pada dosis

terapi terutama bekerja dengan jalan peningkatan pada reseptor tersebut.

Efeknya adalah potensiasi penghambatan neurotransmisi oleh GABA

(gammaaminobutyric) di sinaps semua saraf otak dan blokade dari

pelepasan muatan listrik.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 5


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

GABA adalah salah satu neurotransmitter-inhibisi otak, yang juga

berperan pada timbulnya serangan epilepsi.

Neurodepresi oleh benzodiazepin bersifat self-limiting, karena

tergantung pada pelepasan GABA endogen. Sebaliknya, pada dosis lebih

besar, barbiturat bedanya meniru efek inhibisi dari GABA dan dengan

demikian dapat mengakibatkan depresi SSP kuat. Perbedaan ini

bertanggung jawab atas keamanan benzodiazepin pada overdose. Lagi pula

kerja barbiturat lebih umum, yakni merintangi proses-proses lain di otak

hingga lebih cepat menyebabkan penurunan kesadaran.

Meprobamat, senyawa alkohol, aldehida dan sedativa lainnya tidak

bekerja melalui pendudukan reseptor spesifik, melainkan langsung

terhadap membran-sel (Tjay dan Rahardja, 2002).

C. Teori Tentang Mencit (Mus musculus L)

1. Morfologi Mencit (Mus musculus L.)

Mencit (Mus musculus L.) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh

kecil, berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi

ruang untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus L.) harus senantiasa

bersih, kering dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga

harus dijaga kisarannya antara 18-19ºC serta kelembaban udara antara

30-70%. Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 6


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak,

variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya

terkarakteristik dengan baik. Mencit yang sering digunakan dalam

penelitian di laboratorium merupakan hasil perkawinan tikus putih

“inbreed” maupun “outbreed”. Dari hasil perkawinan sampai generasi 20

akan dihasilkan strain-strain murni dari mencit (Budi, 2010).

2. Klasifikasi Mencit (Mus musculus L.)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Upafamili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus L (Budi, 2010).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 7


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

D. Uraian Bahan

1. A.P.I (FI Edisi III, Halaman : 97)

Nama Resmi : AQUA PRO INJECTION

Sinonim : Air untuk injeksi

Pemerian : Keasaman-kebasaan, amonium, besi, tembaga,

timbal, kalsium klorida, nitrat, sulfat, zat

teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada

aqua destilata

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan dalam

wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan

dalam waktu 3 hari setelah pembuatan

K/P : Untuk pembuatan injeksi

2. Alkohol 96% (FI edisi IV, Halaman : 63)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Sinonim : Etanol, Alkohol

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.

Bau khas, dan menyebabkan rasa terbakar pada

lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu

rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah

terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 8


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

3. Fenobarbital 30 mg (FI Edisi III, hal. 481)

Nama resmi : PHENOBARBITALUM

Nama lain : Fenobarbital, Luminal

Rumus molekul : C12H12N2O3

Berat molekul : 232,24

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau,

rasa agak pahit

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali

hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

K/P : Hipnotikum yaitu zat-zat yang digunakan untuk

meningkatkan keingianan tidur (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Sedativum yaitu zat-zat yang digunakan untuk

menurunkan aktivitas dan menenangkan (Tjay

dan Rahardja, 2002).

Farmakokinetik : Fenobarbital diabsorbsi secara lengkap tetapi

agak lambat; konsentrasi puncak dalam plasma

terjadi beberapa jam setelah pemberian suatu

dosis tunggal. Sebanyak 40% sampai 60%

fenobarbital terikat pada protein plasma dan

terikat dalam jumlah yang sama diberbagai

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 9


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

jaringan, termasuk otak. Sampai 25% dari suatu

dosis dieliminasi melalui ekskresi ginjal yang

tergantung PH dalam bentuk tidak berubah;

sisanya diinaktivasi oleh enzim mikrososm hati.

Sitokrom P450 yang paling bertanggung jawab

adalah CYP2C9, dengan sedikit metabolisme

oelh CYP2C19 dan 2EI. Fenobarbital

menginduksi enzim uridin difosfa glukuronosil

transferase (UGT) dan sitokrom P450 subfamili

CYP2C dan 3 A. Obat-obat yang dimetabolisme

oleh enzim-enzim ini dapat terurai lebih cepat

jika diberikan bersama fenobarbital; yang

penting, kontrasepsi oral dimetabolisme oleh

CYP3A4 (Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik : Efek sampingnya berkaitan dengan efek

sedasinya, yakni pusing, mengantuk, ataksia dan

pada anak-anak mudah terangsang. Efek samping

ini dapat dikurangi dengan penambahan obat-obat

lain (Ganiswarna S, 1995).

Mekanisme kerja : Menghambat kejang kemungkinan melibatkan

potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu

kerja pada reseptor GABA, rekaman intrasel

neuron korteks atau spinalis kordata mencit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 10


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

menunjukan bahwa fenobarbital meningkatkam

respons terhadap GABA yang diberikan secara

iontoforetik (Tjay dan Raharadja, 2002).

Dosis : 1-2 dd 30-125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2

kali); pada anak-anak 2-12 bulan 4 mg / kg berat

badan sehari; pada status epilepticus dewasa 200-

300 mg (Tjay dan Raharadja, 2002).

4. Na. CMC 0,5% ( FI. Edisi III, Hal. 401 )


Nama Resmi : NATRII CARBOXY METHYCELLULOSUM

Sinonim : Natrium Karboksimetil Selulosa, Natrium CMC

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopis.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspense koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Pensuspensi

BAB III

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 11


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat Yang Digunakan

a. Aluminium foil

b. Batang pengaduk

c. Canula spoit 1 cc, 3 cc dan 5 cc

d. Gelas Kimia 1000 mL

e. Gelas ukur 10 mL

f. Hot plate

g. Kertas perkamen

h. Lumpang dan alu

i. Stop watch

j. Timbangan analitik

k. Timbangan digital

2. Bahan Yang Digunakan

a. Aquadest

b. Aqua pro injeksi

c. Alkohol 96%

d. Fenobarbital injeksi

e. Fenobarbital tablet 30 mg

f. Na CMC 0,5 %

3. Hewan Uji

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 12


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Mencit (Mus musculus)

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Na. CMC 0,5% 200 mL

a. Ditmbang sebanyak 1 gram Na CMC

b. Dipanasakan air sebanyak 200 mL.

c. Dimasukkan Na. CMC kedalam air sedikit demi sedikit sambil diaduk

hingga larut dan bening.

d. Diangkat lalu didinginkan, kemudian ditutup dengan alumminium foil.

2. Perlakuan untuk Hewan Uji

a. Hewan uji dipuasakan 6-8 jam dan tetap diberi minum air ad libitum,

ditimbang dan dikelompokan sesuai perlakuan

a) Kelompok 1 diberi Fenobarbital 10 mg/kgbb oral

b) Kelompok 2 diberi Fenobarbital 20 mg/kgbb oral

c) Kelompok 3 diberi Fenobarbital 30 mg/kgbb oral

d) Kelompok 4 diberi Fenobarbital 40 mg/kgbb oral

e) Kelompok 5 diberi Fenobarbital 50 mg/kgbb oral

f) Kelompok 6 diberi Na. CMC 0,5 %

b. Dihitung waktu setelah peberian fenobarbital.

c. Dicatat mulai terjadinya sleeping time (ONSET).

d. Dicatat waktu bangun tidur yang ditandai dengan refleks balik badan

(mulai timbulnya onset dan kembali bangun) /DURASI/Lama sleeping

time).

BAB IV

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 13


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

DATA PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

BB Mencit Volume
Perlakuan Onset Durasi
(gram) Pemberian (mL)
(waktu) (waktu)

Fenobarbital
19,00 gram 0,63 mL 2 jam 14 menit
10 mg
Fenobarbital
20,35 gram 0,67 mL 2 jam 12 menit
20 mg
Fenobarbital
27,14 gram 0,90 mL 2 jam 30 menit
30 mg
Fenobarbital
24.72 gram 0,82 mL 2 jam 45 menit
40 mg
Fenobarbital
25,14 gram 0,83 mL 50 menit 55 menit
50 mg
Na. CMC 0,5 % 15,75 gram 0,52 mL 0 0

B. Grafik

BAB V

PEMBAHASAN

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 14


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Pada praktikum ini dilakukan pengujian terhadap efek Hipnotika-Sedativa

pada hewan coba mencit (Mus musculus L) dengan menggunakan obat

Fenobarbital 10 mg, Fenobarbital 20 mg, Fenobarbital 30 mg, Fenobarbital 40

mg, Fenobarbital 50 mg dan Na CMC 0,5 % sebagai kontrol.

Hewan coba mencit digunakan sebagai hewan uji karena mencit hampir

identik secara genetis, karakteristik biologi dan perilakunya sangat mirip manusia

dan banyak gejala kondisi manusia dapat direplikasi pada mencit.

Adapun percobaan untuk obat Hipnotika-Sedativa dengan menggunakan

Fenobarbital dimana mekanisme kerja dari obat ini yaitu penghambatan sinaps

melalui suatu kerja pada reseptor GABA.

Pada kelompok pertama pemberian Fenobarbital 10 mg sebanyak 0,63 mL

secara per oral dengan onset 2 jam dan durasinya 14 menit, kelompok kedua

pemberian Fenobarbital 20 mg sebanyak 0,67 mL secara per oral dengan onset 2

jam dan durasinya 12 menit, kelompok ketiga pemberian Fenobarbital 30 mg

sebanyak 0,90 mL secara per oral dengan onset 2 jam dan durasinya 30 menit,

kelompok keempat pemberian Fenobarbital 40 mg sebanyak 0,82 mL secara per

oral dengan onset 2 jam dan durasinya 44 menit, kelompok kelima pemberian

Fenobarbital 50 mg sebanyak 0,83 mL secara per oral dengan onset 50 menit dan

durasinya 55 menit.

Hal ini sesuai dengan literatur, dimana onset yaitu mulai terjadinya sleeping

time (waktu tidur), berlangsung antara 1-6 jam dan durasi yaitu mulai timbulnya

onset dan kembali bangun, berlangsung antara 10-60 menit dikarenakan

fenobarbital adalah obat tidur jangka panjang.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 15


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Percobaan ini menggunakan kontrol Na CMC didapatkan hasil pada mencit

dengan volume pemberian 0,52 mL didapatkan onset dan durasinya nol dan

dihentikan pengamatan saat mencit yang diberi Fenobarbital sadar, gejala yang

ditimbulkan yaitu gelisah dan tidak memberikan efek tidur berbeda dengan

fenobarbital.

Adapun obat yang paling baik memberikan efek yaitu Fenobarbital 50 mg,

ini sesuai dengan literatur dosis Hipnotika-Sedativa yaitu 15-50 mg. jadi semakin

besar pemberian obat Fenobarbital, maka semakin cepat pula memberikan efek

sleeping time (tidur).

BAB VI

PENUTUP

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 16


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa :

1. Fenobarbital 10 mg sebanyak 0,63 mL dengan onset 2 jam dan durasinya 14

menit, Fenobarbital 20 mg sebanyak 0,67 mL dengan onset 2 jam dan

durasinya 12 menit, Fenobarbital 30 mg sebanyak 0,90 mL dengan onset 2

jam dan durasinya 30 menit, Fenobarbital 40 mg sebanyak 0,82 mL dengan

onset 2 jam dan durasinya 44 menit, Fenobarbital 50 mg sebanyak 0,83 mL

dengan onset 50 menit dan durasinya 55 menit.

2. Obat yang paling baik dalam memberikan efek hipnotika sedativa melalui

hewan uji mencit (Mus musculus L) yaitu Fenobarbital 50 mg.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan adalah diharapkan kepada

praktikan untuk lebih serius dalam melakukan praktikum agar ilmu yang

didapat benar-benar dipahami dan harus mengikuti prosedur percobaan.

Diharapkan juga agar tetap menjaga kebersihan dan ketertiban dalam

laboratorium.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 17


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Akbar. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang


Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia Press

Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.

Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Gunawan, Gan Sulistia. 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI

H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Tjay, T. H. Dan Rahardja. K. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi Kelima


Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 18


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

LAMPIRAN

A. Skema Kerja Uji Hipnotif Sedatif pada hewan coba mencit (Mus muculus L)

Mencit dipasakan 6-8 jam

Mencit ditimbang

Fenobarbital Fenobarbital Fenobarbital Fenobarbbital Fenobarbital Na. CMC


10 mg 20 mg 30 mg 40 mg 50 mg 0,5 %

Diamati efek Hipnotik-Sedatif pada menit


ke 15, 30, 45, dan 60

Dicatat onset dan durasi

Pembahasan

Kesimpuan

B. Perhitungan bahan

Na.cmc 0,5% 200 mL

b x gram
% = ×100 %
w y mL

x
0,5 % = ×100 %
200

100
x = =1 gram
100

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 19


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

C. Perhitungan dosis

a. Fenobarbital 10 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 10 mg x 0,0026

= 0,026 mg

BB Max
Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min

30 gram
= x 0,026 mg
20 gram

= 0,039 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x bobot rata−rata
Dosis etiket

0,039 mg
= x 0,12 gram
30 g

= 0,000156 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 mL = 0,000156 mg/mL x 30 mL

= 0,00468 mg/mL

BB mencit yang digunakan


Volume pemberian = x1
BB max

19,00 gram
= x 1 mL
30 gram

= 0,63 mL

b. Fenobarbital 20 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 20 mg x 0,0026

= 0,052 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 20


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

BB Max
Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min

30 gram
= x 0,052 mg
20 gram

= 0,078 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x bobot rata−rata
Dosis etiket

0,078 mg
= x 0,12 gram
30 g

= 0,00046 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 mL = 0,00046 mg/mL x 30 mL

= 0,0138 mg/mL

BB mencit yang digunakan


Volume pemberian = x1
BB max

20,35 gram
= x 1 mL
30 gram

= 0,67 mL

c. Fenobarbital 30 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 30 x 0,0026

= 0,078 mg

BB Max
Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min

30
= x 0,078
20

= 0,117 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x Bobot rata table
Dosis lazim

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 21


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

0,117 mg
= x 0,12 gram
30 gram

= 0,000468 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 ml

= 0,000468 mg/mL x 30 mL

= 0,014 mg/mL

BB mencit
Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max

27,14 gr
= x 1 mL
30 gr

= 0,90 mL

d. Fenobarbital 40 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 40 mg x 0,0026

= 0,104 mg

BB Max
Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min

30 gram
= x 0,104 mg
20 gram

= 0,156 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x bobot rata−rata
Dosis etiket

0,156 mg
= x 0,12 gram
30 g

= 0,0006 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 mL = 0,0006 mg/mL x 30 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 22


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

= 0,018 mg/mL

BB mencit yang digunakan


Volume pemberian = x1
BB max

24,72 gram
= x 1 mL
30 gram

= 0,824 mL

e. Fenobarbital 50 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 50 x 0,0026

= 0,13 mg

BB Max
Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min

30 gram
= x 0,13 mg
20 gram

= 0,195 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x bobot rata−rata
Dosis lazim

0,195 mg
= x 0,12 gram
30 g

= 0,00078 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 mL

= 0,00078 mg/mL x 30 ml

= 0,0234 mg/mL

BB mencit
Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max

25,14 gr
= x 1 mL
30 gr

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 23


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

= 0,83 mL

D. Gambar

1. Saat pemberian obat per oral

2. Pengamatan onset dan durasi tidur mencit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 24


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 25

Anda mungkin juga menyukai