Anda di halaman 1dari 3

Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter?

Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha


manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna
membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.

Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana
tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna
penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.

10 Manfaat Pendidikan Karakter Sejak Dini

Pendidikan sains dan ilmu pengetahuan. ...

Pendidikan keterampilan dan professional. ...

Pendidikan moral dan etika. ...

Membentuk karakter individu. ...

Membuat individu menjadi lebih menghargai sesama. ...

Menciptakan generasi penerus bangsa yang berintegritas dan juga lebih baik. ...

Melatih mental dan juga moral dari peserta didik.

1. Problem dengan teman

Remaja sering dipusingkan dengan teman-teman sendiri. Di satu pihak mereka sangat butuh teman
untuk jadi tempat curhat, ketawa ketiwi, rame bareng, main, gaul, atau jadi kebanggaan tersendiri kalau
bisa gabung dengan teman-teman itu. Tapi di lain pihak, teman-teman yang sama bisa jadi persoalan
ketika mulai ada ketidaksamaan yang sulit dijembatani tanpa menipu diri

2.Problem cinta.Jatuh cinta tidak selalu berjuta rasanya, karena banyak lika liku yang
dihadapi. Jangan anggap remeh urusan patah hati, karena moment itu bisa membuka pintu berbagai
persoalan yang selama ini ditekan, disembunyikan, diabaikan, dsb. Dengan catatan, jika di masa
sebelumnya, remaja sudah punya persoalan tersendiri yg kompleks tapi di-repress habis.

3.Problem akademik
Setiap remaja pasti ingin naik kelas, bahkan kalau bisa jadi juara. Tapi tidak mudah dapat nilai baik,
selain pelajarannya sulit, disiplin diri lebih sulit lagi. Bellum lagi kalau banyak tugas kelompok dan tugas
praktikum bagi yang sudah di SMU atau kuliah.kompetisi di sekolah, bisa menjadi motivator namun ada
yang menganggapnya sebagai ancaman.

4. Problem dengan orang tua dan anggota keluarga lain

Generation gap membuat komunikasi anak dengan orang tua sering on off bahkan kurang nyambung.
Beda perspektif, beda pendapat, beda kesenangan, beda kebiasaan, dsb. Selain itu, remaja sering
bersitegang dengan orangtua, merasa kurang dimengerti dan terpaksa nurut karena takut. Belum lagi
jika orangtua atau anggota keluarga lain yg serumah mengalami masalah berat sampai berpengaruh
pada yang lain.

5.Problem diri sendiri

Remaja sering bingung dengan diri sendiri. Keinginan banyak, realisasi kurang.remaja juga sering
bertanya, “kenapa kok aku beda dengan dia?” “Kenapa aku selalu nggak PD ?” “Kenapa sih aku selalu
berubah-ubah? Kenapa emosiku tidak stabil?” Dan masih banyak persoalan yang berakar dari dalam diri.

Mekanisme Pertahanan Diri

1. Diskusikan dengan orang yang tepat

Teman tidak selalu pihak yang tepat, apalagi jika hanya mengkonfirmasi hal-hal yang ingin di dengar.
Teman seperti ini, hanya menambah pikiran dan beban emosional, tapi belum tentu punya solusi.
Carilah orang yang mungkin saja punya pendapat dan jalan pikiran yang beda. Perbedaan itu membuat
otak berpikir kritis dalam membaca persoalan, sehingga sedikit demi sedikit diperoleh gambaran yang
obyektif akan apa yang sebenarnya terjadi. Cara ini membantu menentukan tindakan apa yang
sebaiknya dilakukan.

Hanya, ada catatan penting, bahwa pola ini efektif membawa hasil jika ada kerendahan hati untuk mau
mengakui dan bisa melihat sikap/tindakan diri sendiri yang menyebabkan terjadinya masalah. Sikap
defensive, membuat apapun saran dan tawaran solusi, mental. Sebaliknya, sikap defensive, baik itu
berupa keengganan menerima kritik, malu kalau kelihatan kurangnya, sehingga menutup diri atau diam-
diam saja seolah tidak terjadi apa-apa, membuat masalah tidak selesai, meski dengan berlalunya waktu.
Waktu tidak menyelesaikan persoalan.

2. Lakukan tanggung jawab kita


Tanggung jawab harian kita, adalah obat mujarab bagi setiap persoalan. Tanpa kegiatan, energy stuck,
pikiran buntu, emosi membludak, kecemasan meningkat, kecurigaan dan pikiran negatif bertambah.
Jadi, apa yang harus dilakukan, lakukanlah sebaik mungkin, seoptimal mungkin, bukan demi orang lain,
tapi itu adalah anak tangga menuju jalan keluar dan kunci memelihara stamina mental serta
memberikan therapeutic effect. Jadi, jangan hindari apalagi hentikan kegiatan yang jadi tugas kita
dengan dalih ‘sedang tidak mood’.

3. Jalani hobi dan kegiatan positif

Seperti uraian di atas, menekuni hobi adalah kegiatan nurturing our soul. Melepaskan tekanan,
mengelola emosi dan menenangkan batin. Kita bisa berdialog dengan diri sendiri dan bahkan
mendengarkan petunjuk bijak Tuhan, justru saat asik mengerjakan hobi.

4. Berinisiatif untuk mencari solusi dan realisasikan dalam tindakan

Bergerak dan mengusahakan sekecil apapun tindakan, akan membawa perbedaan besar. Meskipun
usahanya mentok, bukan berarti gagal, malah memberi pengetahuan baru bahwa perlu cara lain untuk
melangkah berikutnya.

5. Membuka diri, mau melihat sisi lain

Ibarat belajar, jangan hanya membaca dari 1 buku atau 1 orang dan menganggap itu satu-satunya yang
paling baik dan benar. Coba cari teori dan penjelasan lain tentang masalah yang dihadapi, bisa dengan
bertanya pada profesional yang accessible, baik secara langsung maupun tak langsung (lewat
email/internet) banyak web site yang menyediakan informasi yang dibutuhkan remaja untuk
membantunya memahami, apa sih yang sebenarnya terjadi

Anda mungkin juga menyukai