Anda di halaman 1dari 17

UJI IMPAK

LAPORAN PRAKTIKUM
TME 243 – Praktikum Material Teknik

Nama : Hendri Tama


NIM : 2015-041-047
Kelompok : MA – 2
Tanggal Praktikum : 14 November 2016
Asisten : Bakti Kristianto

LABORATORIUM KARAKTERISASI dan REKAYASA MATERIAL


PRODI TEKNIK MESIN – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2016
I. TUJUAN
Menentukan kemampuan baja/kuningan menyerap energi yang dihasilkan
oleh pembebanan kejut, serta mengetahui temperatur transisi pada saat baja
berubah dari ulet menjadi getas.

II. TEORI DASAR


Suatu sifat mekanik material yang muncul sebagai respon terhadap gaya
impak disebut sebagai ketangguhan. Adapun ketangguhan sendiri didefinisikan
sebagai besarnya penyerapan energi yang diperlukan untuk mematahkan logam.
Ketangguhan suatu material sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan keuletan
material tersebut.
Pengujian impak yang ideal diasumsikan bahwa semua energi yang
munculakibat beban impak akan diserap seluruhnya oleh spesimen. Namun
padakenyataannya kondisi ideal tidak pernah terwujud, sebagian kecil energi akan
hilang sebagai akibat dari gesekan dan getaran mesin. Bentuk spesimen juga
memegang peranan dalam menentukan besarnya energi yang diserap.
Secara umum, pengujian impak dilakukan untuk mengetahui ketangguhan
baja. Pengujian tersebut di antaranya yaitu dengan metode Izod dan Charpy,
mengikuti Standar ASTM E23, sebagai berikut [1]:
1. Metode Izod
Pada pengujian dengan metode Izod, spesimen berfungsi seperti batang
cantilever, Gambar 1. Pengujian dengan metode Izod hanya dilakukan
pada suhu kamar. Pengujian dengan metode Izod umum digunakan di
Inggris/Eropa.
2. Metode Charpy
Pada pengujian dengan metode Charpy, spesimen berfungsi seperti batang
tumpuan sederhana (simple beam), Gambar 1. Pengujian dengan metode
Charpy tidak hanya dilakukan pada suhu kamar, namun dapat dilakukan
pada suhu yang bervariasi dari suhu rendah (kriogenik) sampai suhu
tinggi. Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan untuk mengetahui
apakah suatu material memiliki karakterisitik perubahan dari ulet menjadi
getas dengan turunnya temperatur operasi, Ductile to Brittle Transition.
Dengan demikian temperatur transisi perubahan dapat ditentukan.

Gambar 1. Peletakan spesimen uji Impak dengan Izod dan Charpy

Gambar 2. Diagram Ductile to Brittle Temperature Transition [2]

Spesimen yang digunakan baik pada pengujian dengan metode Izod


maupun
Charpy mempunyai bentuk batang dengan dimensi permukaan 10 mm x 10 mm,
notch (takik) berbentuk V dengan sudut 45° dan kedalaman 2 mm.

Gambar 3. Ukuran Spesimen Standar Uji Impak ASTM 23 [1]


Oleh karena spesimen impak memiliki takik berbentuk V maka pengujian
inisering disebut sebagai The Notched Bar Test atau pada metode Charpy dikenal
Charpy V Notched Test. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban
impak dalam bentuk palu pendulum dari ketinggian tertentu, h0. Pada saat palu
pendulum diayunkan akan menumbuk spesimen, selanjutnya spesimen akan patah
di daerah takikan yang berfungsi sebagai konsentrasi tegangan. Palu pendulum
akan
terus terayun sampai ketinggian maksimum, h1, yang tentu saja lebih rendah dari
h.

Gambar 4. Skema peralatan impak dengan arah ayunan palu pendulum [1]

Besarnya penyerapan energi untuk mematahkan spesimen dihitung


berdasarkan perbedaan ketinggian antar h0 dan h1, seperti skema pada Gambar 2
dan mengikuti persamaan sebagai berikut [2]:
U =mg(h0 −h1)

Energi sebelum patah U 0 =Wh=WR (1−cosα)


Energi setelah patah U 1=W h1=WR (1−cosβ )
Energi untuk mematahkan spesimen U =W ( h−h1 )=WR (cosβ −cosα)

Keterangan:
U = energi yang untuk mematahkan spesimen = energi yang diserap (J)
W = berat pendulum (N)
h0 = ketinggian awal dari palu pendulum (m)
h1 = ketinggian akhir (m)
α = sudut jatuh pendulum (o)
β = sudut pantul pendulum (o)
R = jarak dari titik pusat (m)

Pengujian impak dengan takik metode Charpy sebenarnya sangat


dibutuhkan untuk mengetahui temperatur transisi perubahan sifat ulet menjadi
getas pada logam akibat penurunan temperatur, Ductile to Brittle Transition
Temperature (DBTT). Pada beberapa logam ternyata terjadi perubahan sifat dari
ulet menjadi getas apabila terjadi perubahan temperaur kerja. Kondisi di bawah
temperatur transisi, logam akan cenderung menjadi getas dan patah pada energi
penyerapan yang rendah, sedangkan di atas temperatur transisi maka logam
cenderung bersifat ulet.
III. PERALATAN PERCOBAAN
a. Mesin uji Impak merek TIME model JB 300, Gambar 5.

Gambar 5. Mesin Uji Impak merek TIME model JB 300


b. Ukuran spesimen mengikuti standar ASTM E 23-82 tipe C.
c. Jenis spesimen dapat terdiri dari: baja karbon, baja karbon hasil proses
hardening, dan baja karbon hasil proses tempering, kuningan (sesuai
petunjuk asiten).
d. Tungku / furnace
e. Media pendingin (N2 cair)
f. Termokopel tipe K
g. Penjepit panjang, wadah tempat N2 cair

IV. PROSEDUR PERCOBAAN IMPAK CHARPY V


NOTCHED
a. Siapkan spesimen sesuai dengan petunjuk asisten. Terdapat 3 buah
spesimen yang akan diuji, pertama baja suhu kamar, baja suhu tinggi, dan
baja suhu rendah.
b. Untuk mendapatkan baja suhu tinggi dapat dipanaskan terlebih dahulu di
dalam tungku, dan untuk baja suhu rendah dapat dimasukkan lemari
pendingin atau dituangkan N2 cair ke spesimen.
c. Ukur dimensi spesimen pada suhu kamar, luas penampang dan kedalaman
takiknya.
d. Untuk memulai pengujian, nyalakan mesin alat uji impak dengan cara
memindahkan tuas ke posisi 2.
e. Letakkan spesimen pada dudukan sesuai tanda yang ada yang telah dibuat,
dengan cara menahan pendulum sedikit di atas dudukan menggunakan
kunci inggris terlebih dahulu.
f. Pengoperasian uji impak dapat dilakukan menggunakan control manual
ataupun menggunakan kontrol otomatis melalui screen. Posisi manual
control harus berada pada posisi ON, apapun pilihan pengoperasian yang
dipilih. Selanjutnya lakukan langkah sebagai berikut:

*) Catatan tambahan:
Dalam menggunakan tombol manual, saat menurunkan pendulum
harus ditekan terus hingga ke posisi terendah sampai mengeluarkan
suara “klik” baru dapat dilepas, bila tidak maka pendulum akan
cenderung untuk kembali ke posisi tertinggi. Dalam penggunaan layar
sentuh hal tersebut tidak perlu dilakukan.
g. Amati besarnya nilai yang ditunjukkan oleh 2 indikator besaran energi
yang terserap, baik melalui layar ataupun manual (analog).
h. Amati juga bentuk permukaan patahan dengan mengambil gambar
permukaan patahan yang terjadi dengan stereo microscope.
i. Ambil spesimen selanjutnya yang sudah dipanaskan dari tungku dan
lakukan kembali tahap e hingga h (ikuti petunjuk asisten).
j. Demikian halnya pada spesimen dengan suhu rendah lakukan tahap e
hingga h (ikuti petunjuk asisten).
V. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Jelaskan mengapa dalam uji impak perlu dibuat takik?
Jawab:
Keberadaan takik membuat daerah perpatahan menjadi lebih pasti.
Sehingga dalam pengamatan dan perhitungan teoritisnya, data yang
diperoleh melalui hasil patahan akan lebih mudah didapatkan.

2. Jelaskan pula ada berapa jenis takik dan mengapa takik V lebih umum
digunakan?
Jawab:
Jenis-jenis takikan yang terdapat dalam uji impak:
 Takik Segitiga (V)
Memiliki energi impak paling kecil, sehingga mudah patah. Hal ini
disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada
satu titik saja, yaitu pada ujung takik
 Takik Setengah Lingkaran (U)
Memiliki energi impak yang terbesar karena distribusi tegangan
tersebar pada setiap sisi, sehingga tidak mudah patah
 Takik Segiempat
Memiliki energi impak yang besar karena terdistribusi pada dua
titik pada sudutnya

Gambar 5.1 Jenis-jenis Takik


Takik yang lebih umum digunakan adalah takik segitiga (V). Karena lebih
mudah patah, sehingga menggambarkan keadaan sesungguhnya. Dengan
harga impak yang relatif kecil, pembebanan kejut ijin yang digunakan juga
dalam pengolahan juga kecil. Sehingga lebih aman untuk dijadikan faktor
keamanan.

3. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan impak suatu


material!
Jawab:
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan impak suatu material:
 Bentuk takik
Sesuai dengan jawaban nomor 1, bentuk takikan yang berbeda
berpengaruh pada besarnya harga impak. Urutan harga impak dari
yang terbesar ke terkecil: takik setengah lingkaran - takik
segiempat - takik segitiga
 Kadar karbon
Semakin sedikit kadar karbon suatu baja, maka akan semakin ulet
baja tersebut. Semakin ulet baja, maka harga impak yang
dibutuhkan untuk mematahkan spesimen baja akan semakin besar.
 Temperatur
Semakin tinggi suatu temperatur, suatu baja akan semakin ulet.
Semakin ulet suatu baja maka harga impak yang dibutuhkan untuk
mematahkan spesimen baja akan semakin besar.

4. Jelaskan bagaimana cara menentukan temperatur transisi perubahan sifat


daru ulet menjadi getas!
Jawab:
Temperatur transisi diperoleh dengan cara:
1) Membuat garis horizontal hasil dari penjumlahan harga impak
terendah dan tertinggi dibagi dua
2) Membuat garis vertikal kebawah dari perpotongan antara garis
horizontal tersebut dan grafik DBTT
3) Garis vertikal tersebut dilihat melalui sumbu-x dan itulah nilai
temperatur transisi
Dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Cara Mengetahui Temperatur Transisi

5. Cari literatur DBTT material selain baja!


Jawab:
DBTT material tembaga

Gambar 5.3 Literatur DBTT Tembaga


http://srjcstaff.santarosa.edu/~yataiiya/E45/PROJECTS/DBT%20experiment.pdf
VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN, DAN ANALISIS
VI. 2 PERHITUNGAN

a. Menghitung Harga Impak Teoritis


Spesimen baja dengan temperatur 16oC (Tabel 6.1 nomor 2)
E = 77.3 J
A = 130.96 mm2
E 77.3
HI = = =0.590 J /mm 2
A 130.96

b. Tabel
Luas Harga Harga Impak
Spesime Temperatur (oC) Energi (J) Patahan Impak teoritis
n (mm2) (J/mm2) (J/mm2)
Baja 23 165.2 115.99 2.064 1.424
Baja 16 77.3 130.96 0.967 0.590
Baja 389 179 31.01 2.238 5.772
Tabel 6.2 Hasil Pengujian Impak dan Perhitungan Teoritis

c. Diagram DBTT

Diagram DBTT
7
Harga Impak Teoritis (J/mm2)

6
5
4
3
2
1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Temperatur (oC)

Gambar 6.3 Diagram DBTT dengan Perhitungan HI Teoritis


VI. 3 ANALISIS
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengujian impak pada
spesimen baja dengan 3 temperatur yang berbeda, yaitu: temperatur kamar,
temperatur rendah dan temperatur tinggi. Namun pada kenyataannya, temperatur
rendah pada baja hanya berkisar 16oC. Disebabkan pendinginan yang kurang
sempurna, terlalu lama dibiarkan di udara terbuka, dan kemampuan sensor suhu
yang kurang baik. Demikian juga halnya pada temperatur tinggi, spesimen yang
telah dikeluarkan dari tungku harus dipindahkan ke mesin uji impak yang
lumayan jauh sehingga waktu yang terbuang menyebabkan penurunan suhu yang
drastis pada spesimen. Ditambah lagi kemampuan sensor yang kurang baik dalam
pengukuran suhu spesimen tersebut.
Pengujian impak dengan mesin uji impak merek TIME model JB 300
dapat diperoleh data berupa digital maupun analog. Bedanya adalah: pada analog,
harga impak ketika dilakukannya pembebanan kejut pada spesimen didapat
langsung seiring dengan perpindahan jarum. Sedangkan pada digital, respon dari
hasil pembebanan kejut diolah terlebih dahulu oleh mesin sehingga lebih
memungkinkan perbedaan yang lebih jauh dari angka sebenarnya dibandingkan
pengukuran secara analog.
Hasil yang didapat dari mesin uji impak ini tidaklah sempurna, karena
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain adalah adanya getaran
yang ditimbulkan oleh mesin, spesimen dapat bergeser karena tumpuannya tidak
dicekam, tegangan yang tidak merata, dan lain-lain.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
suhu spesimen, maka semakin tinggi harga impaknya, Hal tersebut disebabkan
karena suhu tinggi akan membuat baja semakin ulet, semakin ulet suatu baja maka
akan semakin tinggi harga impak yang dibutuhkan untuk mematahkan suatu baja.
Sifat ulet tersebut lebih baik dalam menyerap energi dibandingkan sifat getas.
Demikian juga pada luas patahan yang terjadi. Semakin ulet spesimen yang
diakibatkan suhu tinggi, maka luas patahannya akan semakin kecil. Hal tersebut
disebabkan semakin sulitnya mematahkan spesimen yang lebih ulet dibandingkan
spesimen yang bersifat lebih getas.
VII. SIMPULAN
 Praktikum kali ini membahas mengenai uji impak
 Uji impak digunakan untuk mengukur suatu kemampuan spesimen
menyerap energi hasil pembebanan kejut dan untuk mengetahui temperatur
transisi
 Terdapat dua metode uji impak yaitu metode Izod dan Charpy
 Ketidaksempurnaan data yang diperoleh dari mesin uji impak diakibatkan
adanya getaran yang ditimbulkan oleh mesin, spesimen dapat bergeser
karena tumpuannya tidak dicekam, tegangan yang tidak merata, dan lain-
lain
 Pengambilan data berupa suhu spesimen juga tidak sempurna, diakibatkan
karena spesimen terlalu lama dibiarkan di udara terbuka (baik proses
pendinginan maupun pemanasan), dan kemampuan sensor suhu yang
kurang baik
 Semakin ulet suatu baja maka akan semakin tinggi harga impak yang
dibutuhkan untuk mematahkan suatu baja
 Semakin ulet suatu baja juga menyebabkan hasil patahan pengujian impak
semakin kecil besarnya
VIII. DAFTAR PUSTAKA
[1] ---------, (2000): ASM Metals Handbook Volume 8: Mechanical Testing
and Evaluation, ASM International, Ohio.

[2] Callister, W.D., (2001): Fundamentals of Materials Science and


Engineering, John Willey & Sons, New York.

[3] ---------, (1991): Annual Book of ASTM Standards, Section 3: Metal Test
Methods and Analytical Procedure, Philadelphia.

[4] Dieter, G.E., (1988): Mechanical Metallurgy, McGraw Hill Book Co.,
London.

[5] Davis, H.E., et al., (1964): The Testing and Inspection of Engineering
Materials, McGraw Hill Book Co., London.

[6] Schuler, Aaron., dkk. (2011): http://srjcstaff.santarosa.edu/~yataiiya/E45/


PROJECTS/DBT%20experiment.pdf .
IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1 Spesimen untuk Pengujian Impak

Gambar 9.2 Proses Pengujian Impak

Gambar 9.3 Spesimen setelah Pengujian Impak


Gambar 9.4 Pengamatan Spesimen setelah Pengujian Impak pada Suhu 23oC

Gambar 9.5 Pengamatan Spesimen setelah Pengujian Impak pada Suhu 16oC

Gambar 9.6 Pengamatan Spesimen setelah Pengujian Impak pada Suhu 389oC

Anda mungkin juga menyukai