Anda di halaman 1dari 16

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI

KEBUMIAN JURUSAN TEK NIK EOLOGI

MAKALAH GEOLOGI
DINAMIK

“TEKTONIK LENGAN TENGGARA


SULAWESI”

O
L
E
H
:

SUFI AMRULLAH
R1C1 18 050
KEN
DAR
I

2
0
1
9

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat tuhan yang


maha esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah Geologi Dinamik ini bisa selesai pada
waktunya.

Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kendari, 26
oktober 2019
Penulis
Sufi amrullah
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu bagian dari pulau Sulawesi yang
berada di lengan tenggara Sulawesi . Adanya penunjaman Lempeng Samudera Pasifik
dan Benua Eurasia mengakibatkan terbentuknya gugusan pulau-pulau kecil di
sekitarnya. Aktifitas tektonik tersebut juga berdampak pada terbentuknya sesar-sesar
yang cukup besar. Sesar besar tersebut diantaranya yaitu sesar Lawanopo, Sesar
konaweha, Sesar kolaka dan Sesar Hamilton. Aktifitas sesar-sesar tersebut hingga
saat ini aktif dan dibuktikan dengan beberapa catatan gempa yang cukup kuat di
sekitar daerah penelitian.

Seperti yang telah di uraikan sebelumnya,pulau Sulawesi dan daerah


sekitarnya merupakan pertemuan tiga lempeng yang aktif bertabrakan.Akibat tektonik
aktif ini,pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya dipotong oleh sesar regional yang
masih aktif sampai sekarang.Kenampakan morfologi dikawasan ini merupakan
cerminan system sesar regional yang memotong pulau ini serta batuan penyusunya
bagian tenga Sulawesi,lengan tenggara,dan lengan selatan dipotong oleh sesar
regional yang umumnya berarah timur laut  barat daya.sesar yang masih aktif sampai
sekarang ini umumnya merupakan sesar geser mengiri.

Ada pun para pakar peniliti telah membagi lengan tenggara sulawesi menjadi
tiga bagian: ujung utara, bagian tengah,dan ujung selatan (gambar 4.2), Ujung utara
mulai dari palopo sampai teluk tolo; dibentuk oleh batuan ofiolit, Bagian tengah
,yang merupakan bagian paling lebar (sampai 162,5 km), didominasi oleh batuan
malihan dan batuan sedimen mesozoikum. Ujung selatan lengan tenggara merupakan
bagian yang relative lebih landai ; batuan penyusunya didominasi.
1.2 Rumusan masalah
1.Bagaimana tektonik lengan tenggara sulawesi
2. bagaimana Stratigrafi Regional di sulawesi tenggara

1.3 Tujuan

1.untuk mengetahui tektonik lengan tenggara sulawesi

2.untuk mengetahui stratigrafi regional di sulawesi tenggara

1.4 Manfaat

1. dapat mengetahui tektonik lengan tenggara sulawesa

2. dapat mengetahui stratigrafi di sulawesi tenggara


BAB 2

PEMBAHASAN

Wilayah negara kesatuan republik indonesia dibentuk oleh tiga lempeng


bumi,yang dua diantaranya aktif bergerak. Bagian barat merupakan tepi tenggara
lempeng benuaeurasia, juga di kenal sebagai paparan sunda yang relatif diam.bagian
timur selatan dibentuk oleh lempeng benua australia, yang bergerak ke utara dengasn
kecepatan 7-8cm/tahun. Dan bagian timur utara di tempati pleh lempeng samudra
pasifik atau lempeng samudra samudra filipina yang bergerak ke arah barat dengan
kecepatan rata-rata 8-10 cm/tahun.

Pulau Sulawesi, yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2 (van Bemmelen,
1949), dikelilingi oleh laut yang cukup dalam.Sebagian besar daratannya dibentuk
oleh pegunungan yang ketinggiannya mecapai 3.440 m (gunung Latimojong)
 
seperti telah diuraikan sebelumnya, Pulau Sulawesi berbentuk huruf “K”
dengan empat lengan: Lengan Timur memanjang timur laut barat daya, Lengan Utara
memanjang barat  timur dengan ujung baratnya membelok kearah utara  selatan,
Lengan tenggrara memanjang barat laut  tenggara, dan Lengan Selatan mebujur utara
selatan. Keempat lengan tersebut bertemu pada bagian tengah Sulawesi.sebagian
besar Lengan Utara bersambung dengan Lengan Selatan melalui bagian tengah
Sulwesi yang merupakan pegunungan dan dibentuk oleh batuan gunung api. Di ujung
timur Lengan Utara terdapat beberapa gunung api aktif, di antaranya Gunung Lokon,
Gunung Soputan, dan Gunung Sempu. Rangakaian gunung aktif ini menerus sampai
ke Sangihe.Lengan Timur merupakan rangkaian pegunungan yang dibentuk oleh
batuan ofiolit.Pertemuan antara Lengan Timur dan bagian Tengah Sulawesi disusun
oleh batuan malihan, sementara Lengan Tenggara dibentuk oleh batuan malihan dan
batuan ofiolit
seperti yang telah di uraikan sebelumnya,pulau Sulawesi dan daerah
sekitarnya merupakan pertemuan tiga lempeng yang aktif bertabrakan.Akibat tektonik
aktif ini,pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya dipotong oleh sesar regional yang
masih aktif sampai sekarang.Kenampakan morfologi dikawasan ini merupakan
cerminan system sesar regional yang memotong pulau ini serta batuan penyusunya
bagian tenga Sulawesi,lengan tenggara,dan lengan selatan dipotong oleh sesar
regional yang umumnya berarah timur laut  barat daya.sesar yang masih aktif sampai
sekarang ini umumnya merupakan sesar geser mengiri.
van bemmelen (1945) membagi lengan tenggara sulawesi menjadi tiga bagian:
ujung utara, bagian tengah,dan ujung selatan. Ujung utara mulai dari palopo sampai
teluk tolo; dibentuk oleh batuan ofiolit, Bagian tengah ,yang merupakan bagian paling
lebar (sampai 162,5 km), didominasi oleh batuan malihan dan batuan sedimen
mesozoikum. Ujung selatan lengan tenggara merupakan bagian yang relative lebih
landai ; batuan penyusunya didominasi oleh batuan sedimen tersier, uraian dibawah
ini merupakan berian morfologi dan morfogenesis lengan tengah Sulawesi.
ujung utara lengan tenggara Sulawesi mempunyai cirri khas dengan
munculnya kompleks danau malili yang terdiri atas danau matano,danau towuti,dan
tiga danau kecil disekitarnya (danam mahalona,danau lantoa, dan danau masapi;
.pembentuka kelima danau itu diduga akibat sistem system sesar matano,yang telah
diketahui sebagai sesar geser mengiri. Pembedaan ketinggian dari kelima danau itu
memungkinkan air dari suatu danau mengalir ke danau yang terletak lebih rendah

2.1 Stratigrafi Regional

Gambar 2.1 stratigrafi regional

FORMASI MELUHU
Surono (1997) membagi formasi Meluhu mennjadi tiga anggota (dari bawah
ke atas):
 1.Anggota toronipa yang didominasi oleh batu pasir dan konglomerat,
 2.Anggota watutaluboto didominasi oleh batulumpu, batulanau, dan serpih.
 3.Anggota Tuetue dicirikan oleh hadirnya napal dan batu gamping
Anggota Toronipa

Anggota Toronipa, formasi Meluhu didominasi oleh batu pasir dan


konglomerat dengn sisipan serpih, batulanau dan batulempung. Sisipan tipis legenit
ditemukan setempat seperti disungai kecil dekat mesjid Nurul Huda, kota kendari dan
tebing tepi jalan diselatan Tinobu. Lokasi tipe anggota Toronipa berada ditanjung
Toronipa, sebelah tenggara desa Toronipa. Penampang tegak hasil pengukuran hasil
stratigrafi terperinci di Tanjung Toronipa tersebut. Batupasir berlapis baik berfasies
St dan Sp telah ditemukan. Dibeberapa tempat, batupasir pejal tersingkap baik, yang
diduga merupakan hasil pengendapan grain flow. Secara setempat, batupasir kerikilan
Gh sering dijumpai diatas permukaan bidang rosi. Ketebalan Anggota Toronipa pada
lokasi tipe tersebut adalah 800 meter Ketebalan maksimum anggota ini diduga ke
arah timur (Surono (1997)

2.2 Struktur Geologi Regional

Geologi struktur merupakan ilmu yang mempelajari berbagai proses/gaya


yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi.Sebagaimana yang kita ketahui bersama
bahwa adanya arus konveksi di dalam lapisa astenor bumi,mengakibatkan adanya
gaya yang di lepaskan oleh arus ini,terhadap lempeng lempeng yang berada
diatasnya,oleh karena itu Adaya gaya-gaya inilah yang mengakibatkan bentuk dan
struktur bumi selalu mengalami perubahan dari bentuk primitive bumi. Secara
singkat, bagian dasar dari ilmuini yaitu para praktikan mampu menganalis bentuk-
bentuk struktur batuan di lapangan (singkapan) entah oitu gaya yang mempengaruhi
batuan sehingga terjadi perbedaan dengan batuan yang lain. Adapun beberapa
kenampakan yang perlu diperhatikan atau di analisa di antaranya :
1.Ukuran strike dan dip pada batguan (batu sedimen dan metamorf).
2.Terbentuk yang terjadi 9 analisa gaya yang menyebabkan rekahan terjadi.
3.Mengnalisi secara keseluruhan bentuk struktur batuan dan membandingkan nya
pada peta topografi atau peta geologi. Misalnya keberadaan sesar di sekitar
pengamatan dan intrusi batuan beku,dapat menkadi dasar. dari sumber gaya yang
mengakibatkan bentuk struktur batuan yang ada di sekitarnya

Gambar 2.2 Penyebaran Anggota Batupasir dan Anggota Konglomerat, Formasi Langkowala
Daerah Kendari dan Sekitarnya dan Stratigrafi Regional Lengan Tenggara Sulawesi

Kondisi Geologi Lengan Tenggara Sulawesi Menurut Surono drr.


(1997, dalam Surono 2010) terdapat tiga periode tektonik yang terjadi di
LenganTenggara Sulawesi, yaitu periode pra tumbukan yang terekam dalam
runtunan stratigrafi dan sedimentologi Trias – Oligosen Awal dari
kepingan Benua Sulawesi Tenggara, periode tumbukan, yang terinditifikasi
dari kepingan benua dan Ofiolit dari Lajur Ofiolit Sulawesi Timur, dan
periode pasca tumbukan yang terekam dalam runtunan Molasa Sulawesi.

Gambar 3. Sesar utama di Lengan Tenggara Sulawesi

.
Gambar. Penampang Tegak Anggota Toronipa, Formasi Meluhu dan Tipe Lokasinya
Tanjung Toronipa

Metode fault fracture density merupakan pengembangan dari analisa


geospasial yang digunakan untuk mengetahui kondisi struktur makro disuatu daerah.
Metode ini menerapkan perhitungan pola kerapatan garis lineasi pada citra satelit,
sehingga dapat diketahui zona-zona lemah (Thannoun; 2003). Dalam analisis ini,
fracture yang teridentifikasi merupakan pola kelurusan baik itu, pola kelurusan sungai
ataupun gawir yang diakibatkan oleh aktivitas sesar (Chemong and Chenrai, 2013).
Pemetaan lienasi struktur dari hasil analisa citra satelit, memiliki manfaat diantaranya
oleh beberapa peneliti seperti Gripp (2002) menggunakan nya untuk mengetahui zona
mineralisasi emas di kawasan Australia bagian barat, Oleh Suryantini dan Wibowo
(2010) menggunakan Fracture Density untuk eksporasi panas bumi, serta oleh Liu
(2016) menerangkan bahwa Pemetaan lineasi struktur dengan memanfaatkan citra
landsat dapat digunakan sebagai salah satu metode yang membantu dalam penentuan
daerah rawan bencana gerakan tanah terhadap aktifitas tektonik di sekitarnya. sebagai
pendukung hasil interpretasi citra satelit tersebut. Dalam kegiatan interpretasi citra
satelit terdiri dari dua kegiatan yaitu ploting data kegempaan untuk gambaran kondisi
regional akifitas tektonik, lineasi struktur dan koreksi batas litologi daerah penelitian.
Analisis struktur yang dimaksud adalah penarikan garis lineasi struktur berdasarkan
pola kelurusan sungai atau gawir akibat aktivitas sesar serta garis lineasi sesar
berdasarkan peta geologi regional dan penelitian terbaru. Sementara itu untuk koreksi
batas litologi dilakukan dengan menggunakan citra landsat 8 dengan komposit band
567. Setelah analisis citra satelit dilakukan, kemudian ditentukan lokasi titik
pemantauan untuk memfalidasi data hasil interpretasi tersebut. Data lapangan yang
diperlukan yaitu, data struktur, morfologi dan data litologi. Hasil dari data lapangan
kemudian dilakukan falidasi data sehingga diperoleh data lineasi yang telah dikoreksi
dengan data lapangan. Hasil lineasi struktur kemudian dilakukan perhitungan pola
kerapatan (densitas). Adapun Fracture density dihitung berdasarkan hasil jumlah
kerapatan garis lineasi tiap satuan area luasan dengan dengan rumus sebagai berikut
(Liu 2016).
BAB 3

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah yaitu :
a) Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah yang kompleks karena
merupakan tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu lempeng
Indo- Australia yang bergerak ke arah utara, lempeng Pasifik yang
bergerak ke arah barat dan lempeng Eurasia yang bergerak ke arah
selatan- tenggara serta lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng
Filipina.
b) Kondisi Geologi Lengan Tenggara Sulawesi terdapat tiga periode
tektonik yang terjadi di LenganTenggara Sulawesi, yaitu periode
pra tumbukan yang terekam dalam runtunan stratigrafi dan
sedimentologi Trias – Oligosen Awal dari kepingan Benua
Sulawesi Tenggara, periode tumbukan, yang terinditifikasi dari
kepingan benua dan Ofiolit dari Lajur Ofiolit Sulawesi Timur, dan
periode pasca tumbukan yang terekam dalam runtunan Molasa
Sulawesi.

2. SARAN
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa
banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan
sebuah pedoman yang bisa di pertanggungjawabkan dari
banyaknya sumber penulis akan memperbaiki makalah tersebut.
Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimulan diatas
DAFTAR PUSTAKA

Sukamto, R. 1975b. Perkembangan Tektonik di Sulawesi dan Daerah


Sekitarnya, Suatu Sintesis Perkembangan Berdasarkan Tektonik
Lempeng. Majalah IAGI, (2) 1: 1–13.

Surono. 2010. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi. Publikasi Khusus,


Badan
Geologi, KESDM, 161h.

Surono, Simandjuntak, T.O. dan Situmorang, R.L., 1994. Peta Geologi


Lembar Batui, Sulawesi, skala 1:250.000,Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.

Wahyudiono, J., dan Gunawan, W. 2011. Laporan Penelitian Struktur


Geologi
Cekungan Luwuk–Banggai. Pusat Survei Geologi, tidak
terbit.

Anda mungkin juga menyukai