Anda di halaman 1dari 13

Tugas Audit II

PEMERIKSAAN EKUITAS

Oleh :

Rivan Andrie Sabi Arvianto (105030201111072)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
PEMERIKSAAN EKUITAS

A. Sifat Dan Contoh Ekuitas


Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik
perusahaan. Sedangkan daris egi pemilik perusahaan, modal adalah bagiann hak pemilik atas
kekayaab bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).
Di dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal pemilik tunggal; laba
yang diperoleh dalam suatu periode dan tambahan setoran modal akan menambah saldo
modal, kerugian yang diderita dalam suatu periode dan pengambilan prive akan mengurangi
saldo modal.
Di dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih dari satu partner.
Modal masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagian laba atau tambahan
setoran modal dan akan berkurang dengan adanya pembagian kerugian atau pengambilan
prive.
Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah simpanan
pokok anggota yang tidak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil kembali pada saat
seorang anggota mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok,
simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadangan.
Dalam badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas (PT), permodalannya
(ekuitas) terdiri dari :
o Modal menurut akte pendirian yang telah disahkan menteri Kehakiman dan HAM:
- Modal dasar (authorized capital)
- Modal ditempatkan (issue capital)
- Modal disetor (paid-uo/paid in capital)
Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital)bisa dilaporkan sebagai
bagian daro tambahan modal disetor.
o Treasury Stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali oleh
perusahaan).
o Premium (agio) atau Discount (Disagio) dari penjualan saham baik saham biasa
(common stock) maupun saham preferen (preffered stock).
o Selisih kurs atas modal disetor.
o Selisih penilaian kembali aktiva tetap, untuk perusahaan yang melakukan
revaluasi aktiva tetap berdasarkan peraturan pemerintah.
o Retained Earnings (Laba ditahan/sisa laba tahun lalu) atau Deficit/Accumulated
Losses (sisa rugi tahun lalu).
Beberapa hal yang harus diperhentikan mangenai pemeriksaan ekuitas:
1. Jika akte pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari menteri kehakiman
dan HAM menurut undang-undang perseroan terbatas no.1 tahun 1995, yang
mulai berlaku tanggal 7 maret 1996, transaksi hukum perusahaan (perjanjian-
perjanjian yang dibuat perusahaan) belum dianggap sah.
2. Modal Disetor dan Modal Ditempatkan tidak dapat melebihi Modal Dasar. Jika
modal disetor melebihi modal dasar maka harus dilakukan perubahan akte
pendirian yang harus disahkan oleh menteri kehakiman dan HAM.
Akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman dan HAM akan
diumumkan dalam berita negara (lembaran negara). Selama perubahan akte belum
disahkan Menteri kehakiman dan HAM, kelebihan modal disetor atas modal dasar
dilaporkan sebagai hutang pemegang saham.
3. Modal yang tercantum di neraca adalah Modal Disetor.
Contohnya :
Modal Dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp. 1.000.000.000,-
(nilai nominal Rp. 10.000,- per lembar saham)
Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp. 500.000.000,-
Modal Disetor 50% dari modal ditempatkan = Rp. 250.000.000,-
Jumlah yang tercantum dineraca adalah sebesar Rp.250.000.000,-
4. Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah :
a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan
b. Untuk dibagikan sebagai saham bonus kepada para manajer dan pegawai
perusahaan.
Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen.
Karena itu jika suatu perusahaan yang memiliki treasury stock membagikan cash
dividend. Maka maka dividen per saham akan menjadi lebih besar.
Misalkan suatu perusahaan yang modal disetornya terdiri dari 100.000 lembar
saham dan treasury stocknya 20.000 lembar saham, membagikan cash dividend
sebesar Rp. 20.000.000,- karena ada treasury stock, maka dividen per sahamnya
adalah :
Rp. 20.000.000
-----------------------= Rp.250,-
100.000 – 20.000
Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah :
Rp.20.000.000
--------------------= Rp.200,-
100.000
Dengan lebih tingginya dividen per saham, diharapkan harga pasar saham bisa
mengikat.
5. Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor,
perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke pengadilan negeri untuk diumumkan
dalam berita negara.
Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor, maka
menurut kitab undang-undang Hukum Dagang (KUHD) di Indonesia, secara
hukum perusahaan harus bubar dan kalau masih diteruskan beroperasi maka para
manajer harus bertanggungjawab atas kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga
jika suatu saat perusahaan dibubarkan.
Karena hal ini menyangkut kelangsungan hidup perusahaan ( going concern)
maka akan mempengaruhi opini yang diberikan KAP terhadap kewajaran laporan
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Kedua hal tersebut diatas (kerugian
mencapai 50% atau 75% dari modal disetor) harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. Namun sejak berlakukannya Undang-undang No.1 Tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas, ketentuan tersebut tidak berlaku lagi.
6. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK) aktiva tetap
harus dicatat/disajikan dalam neraca berdasarkan harga perolehannya (acquisition
cost).
Namun demikian jika ada peraturan pemerintah yang memperbolehkannya,
perusahaan dapat melakukan evaluasi aktiva tetap. Pengaruh dari dilakukannya
revaluasi aktiva tetap adalah nilai aktiva tetap meningkat dan kenaikan nilai
tersebut dicatat disisi kredit sebagai “selisih penilaian kembali aktiva tetap” yang
nantinya, dengan persetujuan kantor pelayanan pajak dapat dikonversikan sebagai
modal. Atas selisih penilaian kembali aktiva tetap dikenakan PPh 10%.
7. Adjustment ke Retained earnings (deficit) hanya diperbolehkan jika menyangkut
laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau menyangkut
pembayaran pajak yang berasal dari STP (Surat Tagihan Pajak). Atau SKPKB
(Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) walaupun jumlahnya kecil.
8. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan nilai wajar
aktiva bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui
Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai
yang disepakati oleh dewan komisaris dan penyetor bentuk barang.
9. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ekuitas biasanya tidak banyak,
kecuali jika :
a. Perusahaan banyak membuat koreksi retained earnings (deficit) sehingga
auditor harus memeriksa koreksi tersebut secara rinci (detailed).
b. Perusahaan dalam proses go public.
B. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectivies) Ekuitas
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas ekuitas, termasuk
internal control atas transaksi jual beli saham, pembayaran deviden dan sertifikat
saham.
2. Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di neraca sudah sesuai
dengan apa yang tercantum di akta pendirian perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang menyangkut
ekuitas (misalkan dari Departemen Kehakiman dan HAM, BKPM, BKPMD,
BAPEPAM, KPP dan SK Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah mendapat otorisasi baik
dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan komisaris), rapat pemegang
saham (RUPS) maupun dari instansi pemeritah.
5. Untuk meeriksa apakah setiap perubahan pada Retained Earnings atau Accumulated
Losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia (SAK) dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Ekuitas :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas ekuitas.
Beberapa ciri dari internal control yang baik atas ekuitas :
a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.
Untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), setiap perubahan
harus melalui perubahan akta pendirian dan pengesaan dari Menteri Kehakiman
dan HAM.
Untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri
(PMDN) harus diotorisasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam
Negeri, untuk PMA harus diotorisasi oleh BKPM dan disetujui oleh Presiden
Republik Indonesia melalui SK Presiden.
Untuk perusahaan yang (akan) go public harus mendapat persetujuan dari Ketua
Bapepam.
b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang.
Besarnya dividen yang akan dibagikan, diusulkan oleh Direksi Perusahaan dan
disahkan dalam RUPS.
Untuk perusahaan go public selama tiga tahun berturut-turut tidak membagikan
deviden, akan dikenakan sangsi oleh Bapepam, yaitu harus delisting (Dikeluarkan
dari bursa saham).
Dividen yang dibagikan perusahaan bisa dalam bentuk : cash dividen, stock
dividen, property dividend dan liquidating dividend.
Contoh jurnal entry untuk pembagian dan pembayaran dividen (perusahaan yang
menerima dividen memiliki minority interest dan mencatat investasinya dengan
cost method) :

Perusahaan Yang Perusahaan Yang


Membagi Dividen Menerima Dividen
Saat Deklarasi Dividen :
Dr. Dividen Kas (RE)

Cr. Hutang Dividien


Dividen Kas
Saat Pembayaran Dividen : Dr. Dividen Kas
Dr. Hutang Dividen
Cr. Pendapatan Dividen
Cr. Cash

Saat Deklarasi Dividen :


Dr. Dividen Saham (RE)

Cr. Hutang Dividen


Dividen Saham
Saat Pembayaran Dividen :
Dr. Hutang Dividen
- No Entry -
Cr. Paid In Capital

Dalam hal ini pembagian dividen saham, jumlah stockholders’ equity tidak
berubah, karena retained earnings berkurang dan paid in capital bertambah dalam
jumlah yang sama.
c. Digunakannya biro administrasi efek (stock transfer agent) untuk mengurus
pengadministrasian saham dan pembayaran deviden, terutama untuk perusahaan
yang sudah go public.
Dengan adanya biro tersebut, perusahaan tidak direpotkan dalam pencatatan
mutasi saham yang sudah dijual ke masyarakat.
d. Setiap perubahan (adjustment) retained earnings/deficit diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.
2. Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di neraca sudah sesuai
dengan apa yang tercantum di akta pendirian perusahaan.
Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor, baik
dalam jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang tercantum di akta pendirian
harus sesuai dengan jumlah yang tercantum di neraca.
Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor betul-betul sudah
disetor oleh pemegang saham.
3, 4 dan 5 sudah cukup jelas.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan SAK.

C. Prosedur Audit Yang Disarankan


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas dan transaksi jual beli saham,
pembagian dan pembayaran dividen dan sertifikat saham.
2. Minta copy dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Kehakiman dan HAM, SK
BKPM/BKPMD, SK Bapepam, SK Presiden, untuk disimpan dalam permanent file.
3. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang tercantum
di neraca dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai tambahan
setoran modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran dan bukti
pembukuan lainnya serta otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan
instansi pemerintah.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan :
- Beberapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan
discount dari penjualan saham.
- Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan
preferred stock baik dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya.
- Rincian pemegang saham.
6. Periksa dokumenk pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained
earnings/deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah adjustment ke retained
earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya cukup materil.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah :
- Dividen dibagika dala betuk cash dividend, stock dividend, atau property
dividend.
- Pencatatannya sudah benar (baik pada waktu deklarasi dividen maupun pada saat
pembayaran dividen)
- Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui notulen rapat
direksi dan rapat umum pemegang saham).
- Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sda
melebihi modal disetor, kalau ini terjadi pertimbangan going concern perusahaan.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau biro administrasi
efek (stock transfer agent).
10. Seandainya ada treasury stock;
- Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.
- Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasur stock dijual kembali)
- Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah untuk
memperbaiki harga pasar saham perusahaan atau untuk dibagikan sebagai saham
bonus)
- Perhatikan bahwa treasury stock tidak berak atas pembagian deviden.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan keuangan sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).
12. Buat kesimpulan mengenai kewaaran ekuitas.

Penjelasan Prosedur Audit


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas.
Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal control atas ekuitas biasanya diguakan
internal control questionnares (ICQ) atau penjelasan narrative.
Prosedur 2 dan 3 sudah cukup jelas.
4. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran modal.
Caranya lihat buku besar untuk perkiraan modal, periksa apakah ada transaksi kredit
dalam perkiraan tersebut. Jika ada periksa apakah voucher referencenya berapa
journal vocher atau bukti penerimaan kas/bank.
Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank berarti setoran modal dilakukan dalam
bentuk uang tunai (fresh money) dan auditor harus memeriksa bukti penerimaan kas
atau kredit nota dari bank.
Jika referencenya journal voucher, berarti setoran modal dilakukan dalam bentuk
aktiva non cash, misalnya aktiva tetap, persediaan, surat berharga dan lain-lain (dalam
bentuk inbreng).
Dalam hal ini auditor harus memeriksa journal voucher dan bukti pendukungnya,
biasanya jika disetor dalam bentuk inbreng ada laporan dari appraisal mengenai nilai
aktiva non cash yang dijadikan setoran modal.
Periksa apakah setoran modal dalam bentuk tunai, beberapa waktu kemudian ditarik
kembali oleh pemegang saham dan oleh perusahaan dicatat sebagai piutang pemegang
saham. Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995, hal tersebut tidak
diperbolehkan dan dari segi peraturan pajak jika ada piutang pemegang saham akan
dikenakan pajak penghasilan atas bunga.
Selain itu perusahaan go public bisa menambah modal disetornya dengan melakukan
right issue, yaitu mengeluarkan tambahan saham ditempatkan yang hak utama untuk
membelinya diberikan kepada pemegang saham lama (misalnya setiap pemegang 3
saham lama diberi hak untuk membeli 1 saham baru). Jika pemegang saham lama
tidak ingin menggunakan haknya, hak tersebut bisa dialihkan ke pihak lain.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis saham dan rincian
pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained
earnings/deficit.
Caranya periksa buku besar untuk perkiraan retained earnings/deficit, apakah ada
transaksi debit dan transaksi kredit. Jika ada periksa voucher referencenya dan bukti
pendukungnya.
Jika perusahaan membayar kekurangan penyetoran pajak untuk tahun-tahun yang lalu,
berikut dendanya, berdasarkan SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar), atau
STP (Surat Tagihan Pajak), maka voucher referencenya berupa bukti pengeluaran
kas/bank dan bukti pendukungnya adalah SSP (Surat Setoran Pajak).
Jika koreksi ke Retained earnings/deficit berasal dari koreksi yang menyangkut
pendapatan atau biaya tahun-tahun yang lalu, harus diperiksa kewajaran alasannya
dan kelengkapan bukti pendukung serta otorisasinya dan jumlah harus material.
Jika jumlahnya tidak material, harus dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi tahun
berjalan.
Prosedur no.7 sudah cukup jelas
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah melebihi modal disetor.
Jika hal ini terjadi, auditor harus menjelaskan kepada klien bahwa hal ini
mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan (going
concern).
Dalam hal ini auditor tidak dapat memberikan unqualified opinion (pendapat wajar
tanpa pengecualian) karena going concern perusahaan diragukan. Namun jika
manajemen dapat meyakinkan auditor bahwa dalam waktu singkat akan dilakukan
tambahan setoran modal atau di tahun-tahun berikutnya, perusahaan akan dapat
meningkatkan efisiensi dan labanya, maka bisa saja auditor memberikan unqualified
opinion.
9. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi Efek.
Untuk perusahaan yang belum go public harus dipertimbangkan atau ditanyakan dulu
ke klien apakah ada pemegang saham yang keberatan jika dikirimi konfirmasi.
Sedangkan untuk perusahaan yang sudah go public, konfirmasi bisa dikirimkan ke
Biro administrasi efek yang ditugaskan oleh klien untuk mengelola administrasi
sahamnya.
10. Periksa treasury stock
Auditor perlu mengingat bahwa pembelian treasury stock biasanya dicatat dengan
menggunakan cost method.
Pada saat treasury stock dijual kembali akan timbul paid in capital trom sale of
treasury stock, sebesar selisih antara harga jual dan harga beli dari treasury stock
tersebut.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas sudah sesuai dengan SAK.
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.

Contoh Soal

Diketahui Saldo Ekuitas per 31 Desesmber 2005

Modal dasar 1.000 lb saham, nominal@ 1.000 per lembar Rp. 1.000.000

Laba Ditahan Rp. 200.000

Modal Sendiri Rp. 1.200.000

Audit Finding :

1. Terjadi pembelian kembali 200 lb Saham (treasury stock) dengan harga @ 1.000 per
lembar saham, belum dibukukan

2. Telah diumumkan pembagian deviden sebesar Rp. 100 per lembar saham

3. Saldo persediaan barang dagangan per 31 Desember 2005 dicatat terlalu kecil Rp.
10.000 (akibatnya Aktiva dan laba ditahan terlalu kecil)

4. Pembelian sebesar Rp. 15.000 pada akhir 2005 baru dicatatat pada awal tahun 2006

5. Penjualan sebesar Rp. 35.000 pada akhir 2005 baru dicatatat pada awal tahun 2006

6. Biaya bunga per 31 Des 2005 sebesar Rp. 50.000 dari hasil perhitungan matematis
ternyata biaya bunga Rp. 60.000, sehingga pencatatan biaya bunga terlalu kecil
Rp.10.000

Jawab :
Jurnal

1. Modal Saham Rp. 200.000

Kas Rp. 200.000

2. Laba Ditahan Rp. 80.000

Utang Deviden Kas Rp. 80.000

3. Persediaan Barang Dagangan Rp. 10.000

Laba Ditahan Rp. 10.000

4. Laba Ditahan Rp. 15.000

Pembelian Rp. 15.000

5. Penjualan Rp. 35.000

Laba Ditahan Rp. 35.000

6. Laba Ditahan Rp. 15.000

Biaya Bunga Rp. 15.000

Kertas Kerja

Modal Rp. 1.000.000 L

- Pembelian kembali (Treasury stock)^ (Rp. 200.000)

Saldo Modal Rp. 800.000

Laba Ditahan Rp. 200.000 L

+ Rp. 10.000 *

Rp. 35.000 o

Rp. 45.000

- Rp. 80.000 V

Rp. 15.000 o

Rp. 15.000 #

(Rp.110.000) (Rp. 65.000)


Saldo Laba Ditahan Rp. 135.000
Keterangan :

^ = Bukti pembelian saham #= Perhitungan Matematis


V= Periksa notulen RUPS o= Bukti Relevan

L= Neraca awal (sebelum diaudit)

*= Stock of name

KERTAS KERJA AUDIT

Akun Saldo Awal Penyesuaian Saldo

D K D K K

Modal Rp.1000.000 Rp. 200.000 Rp. 800.000

Laba Ditahan Rp. 200.000 Rp. 65.000 Rp. 135.000

Modal Sendiri Rp. 935.000

Neraca Setelah diaudit

Neraca Per 31 Desember 2005

Modal Rp. 800.000

Laba Ditahan Rp. 135.000

Modal Sendiri Rp. 935.000

Jurnal Koreksi

Modal Saham Rp. 200.000

Laba Ditahan Rp. 65.000

Persediaan Barang Dagangan Rp. 10.000

Penjualan Rp. 35.000

Kas Rp. 200.000

Utang Deviden Kas Rp. 80.000

Pembelian Rp. 15.000

Biaya Bunga Rp. 15.000

Anda mungkin juga menyukai