Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas

Kementerian Kesehatan. Tujuan Program KIA adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang

optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak

untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan

landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Keberhasilan KIA

menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RJPN) 2005-2025 (Kemenkes, 2014).

Untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan dilakukan evaluasi. Salah

satu tujuan dari evaluasi Program KIA adalah untuk memantau

perkembangan pelayanan KIA di tempat pelayanan. Evaluasi hasil

program KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA

mengenai kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per

desa, penemuan kasus tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register

1
kematian perinatal (0-7) hari, rekapitulasi pelacakan kematian neonatal,

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA

indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

KIA. Tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia membuat

pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas

dalam pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2014).

Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah

kematian yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau dalam 42 hari

setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak

langsung dari kehamilan atau persalinannya, tetapi bukan disebabkan oleh

kecelakaan atau cedera. Kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000

kematian setiap tahun diantaranya 99 % terjadi di negara berkembang.

Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah

menurunkan angka kematian maternal dan perinatal (WHO,2014)

Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2015 tercatat

ada 305 ibu meninggal per 100 ribu orang. Meskipun hasil ini sudah

mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 359/100.000

kelahiran hidup namun angka ini masih sangat jauh dari target SDG’s

yaitu mengurangi angka kematian ibu dibawah 70 per 100.000 kelahiran

hidup (Kemenkes,2015).

2
Masalah kematian ibu yang tinggi di Indonesia juga sangat dipengaruhi

oleh kondisi geografis negara kepualuan dan medan yang sulit,

ketidaksetaraan dalam memperoleh informasi dan pendidikan, sumber

daya manusia bidang kesehatan menyangkut jumlah, kualitas dan

distribusinya Berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak

yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati

sehingga merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan

ataupun dokter. Masih banyaknya ibu hamil  kurang menyadari pentingnya

pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor

risiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka (Kemenkes RI,2014)

Penyebab kematian ibu di Indonesia 80% disebabkan oleh penyebab

langsung obstetrik seperti perdarahan, sepsis, abortus tidak aman,

preeklampsia-eklampsia, dan persalinan macet. Sisanya 20 % terjadi oleh

karena penyakit yang diperberat oleh kehamilan. Penyebab perdarahan

juga masih tinggi walaupun cenderung menurun (35,1% menjadi 30,3%) ,

sementara enyebab kematian ibu baik di dunia maupun di Indonesia masih

berputar pada 3 masalah utama yaitu perdarahan, preeklampsia-eklampsia

dan infeksi (Bappenas,2010)

Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu adalah kehamilan

berisiko tinggi yang tidak terdeteksi, oleh karena itu penting untuk

melakukan Antenatal Care (ANC), selain untuk memeriksakan keadaan

ibu dan janin juga untuk medeteksi apabila terdapat risiko-risiko yang

3
mungkin timbul dalam kehamilan. Menurut WHO, ANC penting untuk

mendeteksi dini adanya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan,

selain itu juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau

keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan

kehamilannya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau

akan timbul pada kehamilan maka kelainan yang timbul tersebut dapat

segera diatasi sebelum berpengaruh buruk terhadap kehamilan tersebut,

selain itu juga dapat menyebabkan komplikasi pada saat persalinan

(Winkjosastro, 2006).

Angka kematian ibu di Provinsi Lampung pada tahun 2014 berdasarkan

laporan dari kabupaten dan kota terlihat bahwa kasus kematian ibu

seluruhnya sebanyak 130 kasus dimana kasus kematian ibu sebanyak

61,54% terjadi pada usia 20 – 34 tahun. Kasus kematian ibu tertinggi

yaitu berasal dari Kabupaten Tanggamus (20 kasus), diikuti Lampung

Tengah (19 kasus) dan Lampung Selatan (17 kasus) (Dinkes Kota Bandar

Lampung, 2014). Kecamatan Tanjung Karang Barat dibawah naungan

Puskesmas Simpur melaporkan terdapat 3 kasus kematian ibu dari tahun

2014-April 2017 (PTP Puskesmas Simpur , 2016).

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mencapai target penurunan

AKI dengan menetapkan indikator persalinan oleh tenaga kesehatan

terlatih, ibu hamil mendapat ANC (K4 lengkap), ibu hamil mendapat

penanganan komplikasi kebidanan, pelayanan ibu nifas, dan cakupan KB

4
aktif. Namun program deteksi ibu risiko tinggi melalui puskesmas sebagai

ujung tombak pelayanan kesehatan belum menjadi fokus seperti indikator

yang lain. Pada wilayah kerja Puskesmas Simpur tahun 2016 cakupan

deteksi ibu hamil risiko tinggi sebesar 3,85% dari target 20% pertahun.

Adanya kesenjangan antara cakupan dan target yang diharapkan, maka

penulis melakukan evaluasi pada program deteksi ibu risiko tinggi

sebagai Sub Program KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Simpur.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas maka dalam penulisan ini, rumusan masalah

yang akan dibahas adalah apa saja faktor penyebab dan alternatif

pemecahan masalah pelaksanaan program deteksi ibu hamil risiko tinggi

di wilayah kerja Puskesmas Simpur tahun 2016 yang masih belum

mencapai target?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Melakukan evaluasi program deteksi ibu hamil risiko tinggi di wilayah

kerja Puskesmas Simpur yang bertujuan untuk meningkatkan

keberhasilan program tersebut pada tahun-tahun berikutnya.

b. Tujuan khusus

5
1. Identifikasi masalah dari pelaksanaan program deteksi ibu hamil

risiko tinggi sebagai sub program KIA di wilayah kerja Puskesmas

Simpur pada tahun 2016.

2. Analisis penyebab masalah dengan metode Fishbone pada input,

proses dan lingkungan dari program deteksi ibu hamil risiko tinggi

sebagai sub program KIA di wilayah kerja Puskesmas Simpur pada

tahun 2016.

3. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari program deteksi ibu

hamil risiko tinggi sebagai sub program KIA di wilayah kerja

Puskesmas Simpur pada tahun 2016.

1.4 Manfaat Penulisan

a. Bagi penulis

1. Memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai evaluasi

pelaksanaan program deteksi ibu hamil risiko tinggi sebagai sub

program KIA di wilayah kerja Puskesmas Simpur pada tahun 2016.

2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.

3. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program

khususnya program kesehatan.

4. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam

mengambil langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan

6
b. Bagi puskesmas yang dievaluasi

1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program deteksi

ibu hamil risiko tinggi sebagai sub program KIA di wilayah

kerjanya.

2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai

umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang dapat

tercapai secara optimal.

c. Bagi masyarakat

1. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpur

2. Dengan tercapainya keberhasilan program diharapkan dapat

menurunkan angka kematian ibu dan anak di wilayah kerja

Puskesmas Simpur.

Anda mungkin juga menyukai