Anda di halaman 1dari 15

BISNIS PARIWISATA DAN RUANG LINGKUP USAHA PERHOTELAN

KELOMPOK 1
KELAS AKUNTANSI PAGI C

NAMA KELOMPOK:
DEWA GEDE OKA KURNIAWAN (1702622010089)
I KETUT SUDARSA (1702622010095)
IDA AYU KETUT WIDI ARI (1702622010102)
NI KADEK WINDA LEONITA (1702622010112)
NI MADE WEDA SANTIARI (1702622010120)
SAYU DYAH KOMALA DEWI (1702622010129)
PUTU ESA NUANSA (1702622010127)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2020
1. KONSEP DASAR PARIWISATA
Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta
menghidupkan berbagai bidang usaha. Konsep dan definisi tentang pariwisata, wisatawan serta
klasifikasinya perlu ditetapkan dikarenakan sifatnya yang dinamis. Dalam kepariwisataan,
menurut Leiper dalam Cooper et.al (1998:5) terdapat tiga elemen utama yang menjadikan
kegiatan tersebut bisa terjadi. Kegiatan wisata terdiri atas beberapa komponen utama:
1. Wisatawan
Wisatawan adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman
manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa di dalam
kehidupan.
2. Elemen geografi
a. Daerah Asal Wisatawan (DAW)
Daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika wisatawan melakukan aktivitias
keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain. Rutinitas itu
sebagai pendorong untuk memotivasi seseorang berwisata. Dari DAW, seseorang
dapat mencari informasi tentang obyek dan days tarik wisata yang diminati, membuat
pemesanan dan berangkat menuju daerah tujuan.
b. Daerah Transit (DT)
Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu. Namun, seluruh wisatawan
pasti akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali
terjadi, perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal inilah
yang membuat negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong berupaya
menjadikan daerahnya multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah Tujuan
Wisata.
c. Daerah Tujuan Wisata (DTW)
Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujungjtombak) pariwisata. Di DTW
ini dampak pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi
manajemen yang tepat. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu
keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan dari
DAW. DTW juga merupakan raison d’etre atau alasan utama perkembangan
pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan rutinitas wisatawan.
3. Industri pariwisata
Elemen ketiga dalam sistem pariwisata adalah industri pariwisata. Industri yang
menyediakan jasa, daya tank, dan sarana wisata. Industri yang merupakan unit-unit usaha
atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi tersebut. Sebagai
contoh, biro perjalanan wisata bisa ditemukan di daerah asal wisatawan, Penerbangan
bisa ditemukan baik di daerah asal wisatawan maupun di daerah transit, dan akomodasi
bisa ditemukan di daerah tujuan wisata.

Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak pendekatan. Dalam Undang-
undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.
d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujudkebutuhan setiap orang dan
negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.
e. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
f. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata.
g. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata.
2. JENIS PARIWISATA DAN USAHA PARIWISATA
2.1 JENIS PARIWISATA
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mengklasifikasikan
Usaha pariwisata yakni terdiri dari: Daya Tarik Wisata. Merupakan segala sesuatu yang
mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.
1. Kawasan Pariwisata. Merupakan usaha yang kegiatannya membangun atau mengelola
kawasan dengan luas wilayah tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
2. Jasa Transportasi Wisata. Yakni merupakan usaha khusus yang menyediakan angkutan
untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata.
3. Jasa Perjalanan Wisata. Merupakan usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen
perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan jasa
perencanaan perjalanan atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, Usaha agen
perjalanan wisata meliputi usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan
pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan.
4. Jasa Makanan dan Minuman. Merupakan usaha jasa penyediaan makanan dan minuman
yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan dapat
berupa restoran, kafe, rumah makan, dan bar/kedai minum.
5. Penyediaan Akomodasi. Merupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan
yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya. Usaha penyediaan
akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan
karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan pariwisata.
6. Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. Merupakan usaha yang ruang lingkup
kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, serta
kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.
7. Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, koneferensi, dan Pameran. Merupakan
usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan
perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta
menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu
barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional.
8. Jasa Informasi Pariwisata. Merupakan usaha yang menyediakan data, berita, feature, foto,
video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan
cetak atau elektronik.
9. Jasa Konsultan Pariwisata. Merupakan usaha yang menyediakan sarana dan rekomendasi
mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian, dan pemasaran di
bidang kepariwisataan.
10. Jasa Pramuwisata. Merupakan usaha yang menyediakan atau mengkoordinasikan tenaga
pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan kebutuhan biro perjalanan
wisata.
11. Wisata Tirta. Merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara
komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.
12. Spa. Usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air,
terapi aroma, pijat, rempah– rempah dan olah aktivitas fisik dengan tujuan
menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa
Indonesia.

2.2 USAHA PARIWISATA


Beberapa contoh jenis usaha pariwisata antara lain:
1. Agen Perjalanan, Biro Perjalanan dan Tour Operator (Usaha Jasa Perjalanan):
Kegiatan Biro Perjalanan lebih luas lagi dibandingkan dengan Biro Perjalanan.
2. Pemanduan Wisata: Usaha ini ada yang telah dimasukkan ke dalam kegiatan Biro
Perjalanan. Namun terdapat pula yang berdiri sendiri. Misalnya, di sebuah objek
wisata terdapat para pemandu yang tidak terkait dengan Biro Perjalanan. Mereka
merupakan pemandu resmi yang tergabung dalam suatu perkumpulan tertentu.
3. Pelayanan Informasi Wisata: Pelayanan informasi wisata dapat dilakukan baik oleh
pemerintah maupun pihak swasta. Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah maka hal
tersebut bukan merupakan usaha komersial, melainkan kegiatan untuk memberikan
kemudahan pelayanan kepada para wisatawan.
4. Pelayanan Pertemuan dan Konferensi: Pelayanan dan pertemuan ini lebih
memfokuskan kegiatannya pada penyediaan fasilitas pertemuan, seminar-seminar,
konferensi dan lain-lain daik dari penyelenggaraannya maupun penyediaan tempat
beserta perlengkapannya. Usaha ini juga kadang menyediakan jasa Master of
Ceremony (MC).
5. Usaha Jasa Boga: Restoran, bar dan ketering merupakan usaha yang berdiri sendiri
maupun usaha yang menyatu dengan hotel.
6. Usaha Transportasi: Usaha transportasi meliputi transportasi darat, laut dan udara.
Perusahaan transportasi udara meliputi maskapai penerbangan, transportasi darat
meliputi pelayanan bus, kereta, perusahaan taksi dan transportasi laut meliputi
pelayanan umum dan pelayanan wisata.
7. Usaha Jasa Akomodasi: Usaha akomodasi memberikan pelayanan kepada tamu yang
menginginkan penyewaan penginapan (tempat tinggal) baik dalam jangka waktu
pendek maupun agak lama. Berbagai macam jenis akomodasi seperti: hotel, motel,
apartemen, guest house, hostel, wisma, cottage, bungalow dan lain sebagainya.
8. Usaha Jasa Pencucian (Laundry and Dry Cleaning) : Usaha pencucian memberikan
pelayanan kepada para tamu yang ingin mencucikan pakaiannya baik dicuci biasa
maupun kering/minyak.
9. Usaha Jasa Pemijatan (Message) : Message bukan hal baru di hotel. Para tamu dapat
memperoleh pelayanan pemijatan baik ditempat/ruang pemijatan maupun di kamar.
Bermacam-macam mulai dari pijat biasa, refleksi maupun pijat untuk olahraga dan
kecantikan.
10. Usaha Jasa Penitipan Anak (Baby Sitting) : Para wisatawan yang repot dengan
keluarga sementara waktu mereka terbatas dapat memanfaatkan tempat ini. Untuk
layanan ini, hotel biasanya tidak menyediakan karyawan permanen tetapi daily
worker atau casual.
3. MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN WISATA
Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari
berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985) mengatakan
bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu sebagai berikut:
1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara
lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga,
bersantai dan sebagainya.
2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat,
tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek
tinggalan budaya (banggunan bersejarah).
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang dianggap
mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang
membosankan dan sebagainya.
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain
seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-
enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and
prestige motivation.

Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka bagi seorang wisatawan
perjalanan tersebut akan mempunyai beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Perjalanan wisata merupakan wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental.
2. Perjalanan wisata merupakan kompensasi terhadap berbagai hal yang melelahkan,
sekaligus juga sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa
teralienasi.
3. Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan,
rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja.
4. Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang untuk dapat mengeluarkan
perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk dengan masyarakat lokal.
5. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mengembangkan wawasan.
6. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mendapatkan kebebasan.
7. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk realisasi diri.
8. Perjalanan wisata memang merupakan sesuatu yang menyenagkan, membuat hidup lebih
bahagia.

4. PEMASARAN PARIWISATA
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan wisatawan akan produk wisata desa, yang
diikuti oleh pertumbuhan desa wisata di Indonesia yang kian menjamur, maka para pengelola
desa wisata harus melakukan fungsi pemasaran yang lebih baik lagi agar lebih terkenal dan
banyak dikunjungi, sehingga tujuan mensejahterakan masyarakat melalui kepariwisataan dapat
tercapai. Dalam hal ini saya ingin berbagi mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
pengelola desa wisata dalam memasarkan desa wisatanya pada era ekonomi berbagi (sharing
economy) dan era digital pada saat ini. Berikut adalah langkah-langkah dari pemasaran desa
wisata:
1. Identifikasi Produk
Produk desa wisata merupakan pengalaman total pengunjung selama melakukan aktivitas
di desa wisata. Pengalaman total tersebut terdiri dari apa yang mereka lihat (something to
see), apa yang mereka lakukan (something to do) dan apa yang mereka beli (something to
buy). Oleh karena itu, langkah pertama dalam pemasaran desa wisata adalah
menemukenali atau mengidentifikasi apa yang bisa dilihat, dilakukan dan dibeli oleh
pengunjung di desa wisata yang kita miliki.
2. Rumuskan USPs
Tahap kedua dalam pemasaran desa wisata adalah merumuskan USPs (Unique Selling
Proposition) atau biasa disebut dengan Unique Selling Point. USPs merupakan keunikan
yang akan kita jual kepada pasar yang merupakan alasan mengapa pengunjung akan
datang ke desa wisata kita, bukan ke desa wisata yang lain, karena biasanya yang banyak
dicari itu yang unik-unik. Selain itu, USPs dapat dijadikan senjata untuk keluar dari
persaingan harga, yang dapat berdampak buruk bagi kelangsungan desa wisata.
3. Tetapkan Target Pasar
Tahap ketiga dalam pemasaran desa wisata adalah mencari segmen pasar yang sesuai
dengan karakteristik produk dan USPs yang sudah ditetapkan. Dalam mencari segmen
pasar sasaran, pengelola desa wisata dapat menggunakan  berbagai teknik segmentasi
seperti segmentasi berdasarkan tujuan wisata,  geografis, demografis, psikografis,
perilaku atau berbasis produk.
4. Rumuskan Positioning
Setelah pasar ditetapkan, maka tahap selanjutnya dalam pemasaran desa wisata adalah
merumuskan Positioning. Adapun Positioning adalah strategi dalam menanamkan citra
desa wisata dibenak pasar agar dipersepsikan unik dibanding dengan desa wisata yang
lain. Basis penetapan positioning adalah USPs yang sudah dirumuskan sebelumnya.
Contoh USPs-nya adalah mayoritas masyarakat peternak sapi dan pengrajin olahan dari
susu sapi, maka dapat dirumuskan positioning sebagai sentra/pusat olahan susu sapi
terlengkap di Indonesia.
5. Bangun Identitas (brand)
Langkah selanjutnya dalam pemasaran desa wisata adalah membangun identitas, atau
yang biasanya disebut dengan branding. Identitas biasanya berupa logo, nama, icon,
slogan atau tagline. Desa wisata harus memiliki identitas, agar dapat dibedakan dengan
yang lain dan dapat mudah diingat oleh pasar.
6. Bangun Produk
Tahap ke-6 dalam pemasaran desa wisata adalah membangun dan mengembangkan
produk. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, produk desa wisata pada dasarnya
adalah pengalaman total dari apa yang dilihat, dilakukan dan dibeli oleh pengunjung.
Oleh karena itu, pengelola desa wisata bersama pemangku kepentingan yang lain harus
dapat menyediakan sarana dan prasarana agar pengalaman total dari pengunjung tersebut
terlayani.
7. Tetapkan Harga
Setelah produk dikemas, pengelola harus dapat membuat hitung-hitungan berapa biaya
total (harga pokok) yang harus dikeluarkan dalam menyediakan produk, baik berupa
produk satuan, paket atau event. Setelah itu, pengelola desa wisata dapat menetapkan
harga jual dengan beberapa teknik penetapan harga.
8. Bangun Saluran Pemasaran
Tahap selanjutnya dalam pemasaran desa wisata adalah membangun saluran pemasaran
(chanel). Saluran pemasaran merupakan perantara desa wisata dalam menggapai
pengunjungnya.
9. Lakukan Komunikasi Pemasaran
Langkah terakhir dalam pemasaran desa wisata adalah melakukan komunikasi pemasaran
atau biasa disebut dengan promosi. Langkah-langkah dalam melakukan komunikasi
pemasaran adalah menetapkan tujuan komunikasi, merumuskan pesan dan memilih alat
yang cocok.

5. ASPEK DAN DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA


5.1 ASPEK PEMBANGUNAN PARIWISATA
Pengembangan kepariwisataan disuatu daerah berarti pula mengembangkan potensi fisik
di daerah tersebut, karena setiap obyek atau lokasi wisata mempunyai aspek-aspek yang saling
tergantung satu sama lainnya. Menurut Bill Faulkner (1996) ada 5 aspek potensi pariwisata
Indonesia:
• Warisan budaya yang kaya.
• Bentang alam yang indah.
• Letak dekat pasar pertumbuhan Asia.
• Penduduk potensial (jumlah & mampu).
• Tenaga kerja (jumlah dan murah).
Usaha pengelolaan pariwisata mempunyai pengaruh yang tidak dapat dihindari sebagai
akibat datangnya wisatawan ke suatu wilayah tertentu yang mempunyai kondisi berbeda dari
tempat asal wisatawan tersebut. Aspek-aspek yang mempengaruhi wisata dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori (Spillane, 1994:63), diantaranya:
1. Attraction / daya Tarik
Menurut pengertiannya attraction adalah cara menarik wisatawan atau pengunjung
dengan sesuatu yang dapat ditampilkan atau wisatawan tertarik pada ciri-ciri khas
tertentu dari obyek wisata. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat adalah
untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan dan permintaan. Biasanya para
wisatawan tertarik pada suatu lokasi yang memiliki ciri khas tertentu yang antara lain
adalah keindahan alam dan kebudayaan.
2. Fasilitas
Fasilitas dalam pengembangan pariwisata lebih cenderung berorientasi pada attraction di
suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Dalam melakukan
perjalanan ke suatu tempat atau daerah yang menjadi tujuan wisata diperlukan pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan, sehingga sebelum melakukan
perjalanan wisata terlebih dahulu perlu diketahui tentang fasilitas transportasi,
akomodasi, fasilitas catering service yang dapat menunjang dan memberikan pelayanan
mengenai makanan dan minuman, obyek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan,
aktifitas rekreasi yang dapat dilakukan serta fasilitas perbelanjaan. Hal tersebut
mengakibatkan timbulnya spesialisasi pelayanan yang pada akhirnya membentuk suatu
distribusi pelayanan pada pendukung industri wisata. Menurut Yoeti (1992), sarana
wisata dapat dibagi menjadi tiga unsur pokok, diantaranya:
a. Sarana pokok pariwisata, adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya
tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata.
Termasuk dalam kelompok ini adalah travel agent, perusahaan-perusahaan
angkutan wisata, serta jenis akomodasi lainnya, restoran dan rumah makan
lainnya serta obyek wisata dan atraksi wisata.
b. Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat yang
menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi
sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah menjadikan para
wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata.
c. Sarana penunjang kepariwisataan adalah perusahaan yang menunjang sarana
pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya membuat para wisatawan
betah pada suatu daerah tujuan wisata tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar
wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat
yang dikunjunginya.
3. Infrastruktur
Attraction dan fasilitas tidak hanya dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur, dimaksud dengan prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses
perekonomian sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat
memenuhinya. Menurut Yoeti (1992) prasarana pariwisata dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Prasarana perekonomian, digolongkan menjadi :
 Pengangkutan (transportation) adalah pengangkutan yang dapat membawa
para wisatawan dari daerah asal ketempat tujuan tempat wisata dengan
menggunakan pesawat udara untuk jarak jauh, kapal laut, kereta api, bus,
taksi dan kendaraan lainnya. Dapat dikatakan bahwa dalam pengembangan
kepariwisataan baik lokal, nasional, maupun internasional sangat ditentukan
oleh prasarana pengangkutan.
 Prasarana komunikasi, tersedianya prasarana komunikasi akan dapat
mendorong para wisatawan untuk mengadakan perjalanan jarak jauh.
 Kelompok yang termasuk utilitas, kelompok ini adalah penerangan listrik,
persediaan air minum, sistem irigasi dan sumber air, dan sumber energi yang
ada.
 Sistem perbankan, adanya pelayanan bank bagi para wisatawan berarti
memberi jaminan dan kemudahan dalam menerima atau mengirim uang tanpa
mengalami birokrasi pelayanan.
b. Prasarana sosial, adalah semua faktor yang menunjang atau menjamin kelangsungan
perekonomian yang ada. Termasuk dalam kelompok prasarana sosial adalah :
 Sistem pendidikan. Melayani suatu usaha untuk meningkatkan tidak hanya
pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga memelihara dan mengawasi suatu
badan usaha yang bergerak dalam bidang kepariwisataan.
 Pelayanan kesehatan.
 Faktor keamanan.
 Petugas yang melayani wisatawan. Termasuk dalam kelompok ini adalah
petugas imigrasi, petugas bea dan cukai, petugas kesehatan, polisi dan
pejabat-pejabat lainnya yang berkaitan dengan pelayanan pariwisata.
4. Transportasi
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi karena faktor jarak dan
waktu sangat mempengaruhi keinginan orang untuk melakukan perjalanan wisata.
Dengan demikian transportasi dapat memudahkan wisatawan mengunjungi suatu daerah
tertentu. Transportasi diwakili oleh aksesbilitas yang terdiri dari:
 Jarak obyek wisata menuju kecamatan pintu gerbang utama.
 Jumlah kota pusat pelayanan yang terletak < 50 km dari obyek wisata.
 Jarak obyek wisata ke kota pusat pelayanan terdekat.
 Kondisi jalan dari obyek wisata ke kota pusat pelayanan terdekat.

5.2 DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA


Menurut John M. Bryden (1973) dalam Abdurrachmat dan E. Maryani (1998:79) yang
menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan pariwisata dan obyek wisata dapat memberikan
setidaknya ada 5 butir dampak positif, adapun dampak positif tersebut yaitu :
a. Penyumbang devisa negara.
b. Menyebarkan pembangunan.
c. Menciptakan lapangan kerja.
d. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui dampak penggandaan (multiplier effect).
e. Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakin luas.
f. Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan ketrampilan penduduk.

Abdurrachmat dan E. Maryani (1998:80) menjelaskan pula dampak-dampak negatif yang timbul
dari pariwisata secara ekonomi, yaitu:
a. Semakin ketatnya persaingan harga antar sektor.
b. Harga lahan yang semakin tinggi.
c. Mendorong timbulnya inflasi.
d. Bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi dari negara terhadap pariwisata.
e. Meningkatnya kecenderungan impor.
f. Menciptakan biaya-biaya yang banyak.
g. Perubahan sistem nilai dalam moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan dalam
masyarakat, misalnya mengikis kehidupan bergotong royong, sopan santun dan lain-
lain.
h. Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang.
i. Dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalisme (corat-
coret), rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi air, udara, tanah, dsb.

Menurut Chohen (1984), dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial ekonomi


masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok yaitu:
a. Dampak terhadap penerimaan devisa.
b. Dampak terhadap pendapatan masyarakat.
c. Dampak terhadap kesempatan kerja.
d. Dampak terhadap harga-harga.
e. Dampak terhadap distribusi.
f. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol.
g. Dampak terhadap pada pembangunan pada umumnya.
h. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
REFERENSI :

https://pemasaranpariwisata.com/2017/12/09/9-langkah-pemasaran-desa-wisata/
https://netsolmind.com/pemasaran-pariwisata/
https://taufikzk.wordpress.com/2016/02/01/aspek-aspek-pokok-pariwisata/
https://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_PARIWISATA/Dampak_Pariwisata.pdf
https://www.academia.edu/36008831/AKUNTANSI_HOTEL_SAP_1_PARIWISATA_DAN_B
ERBAGAI_JENIS_INDUSTRI_PARIWISATA

Anda mungkin juga menyukai