Anda di halaman 1dari 11

KEGIATAN III

A. Judul
Proses Pengangkutan Pada Tumbuhan
B. Tujuan
Mengamati proses pengangkutan pada tumbuhan pada tanaman pacar air
C. Dasar Teori
Transportasi pada tumbuhan mutlak diperlukan dalam proses
pemenuhan nutrisi pada tumbuhan dengan cara pengambilan sari makanan
dari tanah dan proses pendistribusian hasil fotosintesis ke seluruh bagian
tumbuhan. Dua jaringan yang sangat berperan penting dalam transportasi
tumbuhan adalah xylem dan floem yang berada pada setiap bagian
tumbuhan baik akar, batang maupun di daun. Dengan tercukupinya
kebutuhan tumbuhan akan nutrisi berdampak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan yang optimal. Xilem dan floem adalah jaringan
seperti tabung yang berperan dalam sistem pengangkutan. Air dan mineral
dari dalam tanah akan diserap oleh akar, kemudian diangkut melalui xilem
ke bagian batang dan daun tumbuhan (Dwiki, 2016).
Zat makanan yang dibuat di daun akan diangkut melalui floem ke
bagian lain tumbuhan yang memerlukan zat makanan. Xilem dan floem
adalah jaringan pengangkut yang salurannya terpisah. Xilem yang ada di
akar bersambungan dengan xilem yang ada di batang dan di daun. Floem
juga bersambungan ke semua bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan
tingkat tinggi terdapat dua macam cara pengangkutan air dan garam
mineral yang diperoleh dari tanah yaitu secara ekstravaskuler dan
intravaskuler (Dwiki, 2016).
1. Transportasi ektravaskuler
Transportasi ektravaskuler merupakan pengangkutan air dan garam
mineral di luar berkas pembuluh pengangkut. Pengangkutan ini berjalan
dari sel ke sel dan biasanya dengan arah horisontal. Pengangkutan air
dimulai dari epidermis bulu-bulu akar, kemudian masuk ke lapisan
korteks, lalu ke endodermis dan sampai ke berkas pembuluh angkut.
Pengangkutan ekstravaskluler dibedakan : transportasi/ lintasan apoplas
: menyusupnya air tanah secara bebas atau transpor pasif melalui semua
bagian tak hidup dari tumbuhan seperti dinding sel dan ruang antar sel. .
Air melalui jalur ini tidak dapat sampai ke xylem karena terhalang oleh
bagian endodermis yang memiliki penebalan dinding sel yang disebut
pita kaspari. Untuk menembus halangan ini, air harus dipompa agar
dapat melalui sel-sel endodermis. Pergerakan air tersebut akhirnya
menjadi jalur simplas karena melalui sel-sel peresap (sel-sel penerus).
Transportasi/ lintasan simplas : bergeraknya air dan garam mineral
menembus bagian hidup dari sel tumbuhan seperti sitoplasma dan
vakoula melalui plasmodesma. Pada jalur simplas, air dapat mencapai
xylem bahkan silinder pusat (Dwiki, 2016).
2. Transportasi intravaskuler
Pengangkutan intravaskuler adalah proses pengangkutan zat yang
terjadi di dalam pembuluh angkut, yaitu dalam xilem dan floem. Proses
pengangkutan dalam pembuluh angkut terjadi secara vertikal. Air dan
garam mineral akan diangkut ke daun melalui pembuluh kayu (xylem).
Sedangkan pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian
tumbuhan dilakukan oleh pembuluh tapis (floem) dan disebut pula
dengan istilah translokasi (Dwiki, 2016).
a. Siklus Zat Hara dalam Tubuh Tumbuhan
Setelah zat hara diserap akar, masuk xylem akar, ditransport ke
bagian-bagian lain melalui xylem batang. Analisis terhadap cairan floem
menunjukkan bahwa zat hara mineral dari bawah juga ada yang ditransport
melalui floem. Diduga terjadi transport radial di dalam batang yang diatur
oleh kambium, sehingga bagian-bagian di luar xylem memperoleh zat hara
lebih cepat. Hal itu dimungkinkan lewat sel-sel parenkim xylem dan jari-
jari empulur yang terdapat di antara sel-sel kambium. Sel-sel itu
dinamakan “sel transfer” (Kandowangko, 2014).
Transport ion di dalam floem juga terjadi misalnya pada pemindahan
unsur hara dari organ tua ke organ muda. Unsur-unsur yang mobilitasnya
rendah, misalnya Ca tidak dijumpai dalam floem. Sirkulasi unsur hara
dalam tubuh floem paling cepat bila unsur tersebut konsentrasinya dalam
tubuh rendah (Kandowangko, 2014).
b. Mekanisme Penyerapan Air
Air yang diperlukan oleh tumbuhan sebagian besar diserap lewat
akar, tetapi ada pula tumbuhan yang mampu menyerap air lewat daun atau
batang, meskipun proses ini tidak lazim. Penyerapan air oleh daun
dipengaruhi oleh:
1. struktur dan permeabilitas epidermis dan kutikula
2. ada tidaknya trikoma dipermukaan daun
3. mudah tidaknya permukaan daun itu dibasahi
4. defisiensi air di dalam sel-sel parenkim daun.
Penyerapan air oleh akar dilakukan terutama oleh bulu akar yang
selalu terendam di tanah. Air berdifusi masuk bulu akar, pada dinding sel
masuk ruang bebas, melewati membran plasma secara osmosis dan
kembali berdifusi memasuki plasma. Karena organela dibatasi oleh
membran yang diferensial permeabel, maka transport air di antaranya
harus menggunakan mekanisme osmosis (Kandowangko, 2014).
Pada tumbuhan, peran utama osmosis adalah dalam proses
penyerapan air dari dalam tanah oleh akar. Konsentrasi cairan yang berada
di dalam jaringan akar lebih pekat (hipertonis) dibandingkan larutan
mineral di dalam tanah yang mengakibatkan air (pelarut) berpindah dari
dalam tanah ke jaringan akar (Sari, 2018).
Salah satu tujuan fisiologi tumbuhan adalah memahami dinamika air
saat mengalir masuk dan keluar sel atau dari tanah, melalui tanaman, ke
atmosfer. Pergerakan zat dari satu daerah ke daerah lain adalah biasa
disebut translokasi. Mekanisme untuk translokasi dapat diklasifikasikan
sebagai aktif atau pasif, tergantung pada apakah energi metabolisme
dikeluarkan dalam proses. Terkadang sulit dibedakan antara transportasi
aktif dan pasif, tetapi translokasi air jelas merupakan proses pasif.
Meskipun di banyak ilmuwan masa lalu berpendapat untuk komponen
aktif, bukti menunjukkan bahwa pergerakan air pada tanaman mungkin
secara tidak langsung tergantung pada pengeluaran energi metabolisme.
Pergerakan pasif sebagian besar zat dapat dipertanggungjawabkan oleh
salah satu dari dua proses fisik: baik aliran curah atau difusi. Dalam hal ini
air kasus khusus difusi yang dikenal sebagai osmosis juga harus
diperhitungkan (Hopkins, 2008).
Sel akar dapat dapat menyerap air bila mempunyai potensial air yang
negatif lebih besar daripada larutan tanah. Dalam keadaan ini akar dapat
melakukan menyerapan pasif dengan mempertimbangkan tenaga potensial
air, potensial osmotik (tekanan osmotik), tekanan turgor dan tekanan
dinding sel (Kandowangko, 2014).
Keseimbangan ini dapat mendorong air masuk karena sel-sel sebelah
dalam mempunyai potensial air negatif lebih besar karena terjadinya
kehilangan air akibat transpirasi. Dianggap bahwa masuknya air
merupakan kombinasi antara difusi, osmosis dan arus massa, tanpa
melibatkan energi metabolisme dan disebut penyerapan pasif
(Kandowangko, 2014).
Namun keadaan tidak selalu demikian, sering dijumpai bahwa
potensial air larutan tanah lebih tinggi daripada sel-sel akar. Untuk
menggerakkan air melawan gradien potensial itu diperlukan energi yang
diperoleh dari proses metabolisme terutama respirasi. Bahwa untuk
penyerapan air ini diperlukan tenaga hasil respirasi dapat ditunjukkan dari
peristiwa berikut:
1. Tumbuhan yang tergenang sehingga lingkungan perakaran berada
dalam keadaan anaerob, akan layu.
2. Pemberian KCN sebagai penghambat respirasi akan mengurangi
penyerapan.
3. Penyerapan hanya berlangsung pada sel-sel yang hidup
(Kandowangko, 2014).
D. Rumusan Masalah
Bagaimana
E. Hipotesis
Air pada tumbuhan dengan perlakuan A (masih ada daun) bergerak lebih
cepat dari pada tumbuhan dengan perlakuan B (sudah tidak memiliki
daun).
F. Variabel
1. Variabel bebas :
2. Variabel terikat :
3. Variabel kontrol :
G. Definisi Operasional
H. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Botol bening
b. Cutter atau silet
c. Vaselin
d. stopwatch
2. Bahan
a. Impatiens balsamina
b. Pewarna makanan
c. Air.
I. Prosedur Kerja

Impatiens balsamina

Membuat larutan dengan menggunakan pewarna


makanan.

Menyiapkan 6 botol bening yang aka diisi


masing-masing dengan larutan pewarna makan
sebanyak 400 ml.

Menyiapkan 6 tanaman Impatiens balsamina


dengan ukuran dan jumlah daun yang sama
(perlakua n A=3 tanaman tanpa dihilangkan
daun, perlakuan B=3 tanaman yang dihilangkan
daun).

Menghilangkan daun dari 3 tanaman kemudian


mengolesi bekasnya dengan vaselin.

Memotong akar k 6 tanaman didalam air dan


segera memasukkan potongan tanaman ke
dalam botol bening yang berisi cairan pewarna
makanan.

Selama satu jam, mengamati tangkai daun dan


batang kedua tanaman tersebut dengan retang
waktu 15 menit.
J. Hasil Pengamatan
1. Gambar Hasil pengamatan

Perlakuan Gambar

A1, A2 dan A3

2.

B1, B2 dan B3

Tabel Hasil Pengamatan


Tinggi Permukaan Air
Perlakuan 0 15 30 45 60
A1 15,5 cm 14 cm 13,9 cm 13,5 cm 13,4 cm
A2 15,5 cm 14 cm 14 cm 13,5 cm 13,4 cm
A3 15,5 cm 14 cm 13,1 cm 12,9 cm 12,7 cm
B1 15,5 cm 15,5 cm 15 cm 14,7 cm 14,6 cm
B2 15,5 cm 15,5 cm 15,2 cm 15,1 cm 15 cm
B3 15,5 cm 15,1 cm 14,8 cm 14,7 cm 14,6 cm

3. Grafik Hasil Pengamatan


160

140

120

100

80

60

40 13.9 14 13.1 15 15.2 14.8


30
20

K. Pembahasan
Pada kegiatan ini tanaman yang digunakan yaitu tanaman pacar air
(Impatiens balsamina) dengan dua perlakuan yaitu perlakuan A (memiliki
daun) dan perlakuan B (tidak memiliki daun). Beberapa hasil penelitian
yang dilakukan pada sekolah baik SMP maupun SMA seperti yang
dilakukan oleh Nurajemi, (2004) dan Paturusi, (2003) menunjukkan bahwa
tanaman pacar air (Impatiens balsamina) merupakan satu-satunya bahan
yang digunakan dalam praktikum sistem transportasi pada tumbuhan.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas pada perlakuan A1, A2
dan A3 yaitu dengan dengan tinggi larutan pewarna dalam botol bening
pada menit 0 adalah sama yaitu 15,5 cm. Begitu pula pada tanaman dengan
perlakuan B1, B2 dan B3 yaitu dengan tingggi larutan pewarna pada menit
0 adalah sama 15,5 cm. Setelah dilakukan pengukuran pada 15 menit
pertama didapatkan hasil pengukuran A1 = 14 cm, A2 = 14 cm dan A3 =
14 cm. Sedangkan pada perlakuan B1 = 15,5 cm, B2 = 15,5 cm dan B3 =
15,1 cm. Pada 15 menit ke dua didapatkan hasil pengukuran A1 = 13,9 cm,
A2 = 114 cm dan A3 = 13,1 cm. Sedangkan pada perlakuan B1 = 15 cm,
B2 = 15,2 cm dan B3 = 14,8 cm. Pada 15 menit ketiga didapatkan hasil
pengukuran A1 = 13,5 cm, A2 = 13,5 cm dan A3 = 12,9 cm. Sedangkan
pada perlakuan B1 = 14,7 cm, B2 = 15,1 cm dan B3 = 14,7 cm. Pada 15
menit keempat (1 jam) didapatkan hasil pengukuran A1 = 13,4 cm, A2 =
13, 4 cm dan A3 = 12,7 cm. Sedangkan pada perlakuan B1 = 14,6 cm, B2
= 15 cm dan B3 = 14,6 cm. Dari hasil pengukuran tersebut proses
transportasi air di antara kedua perlakuan setiap 15 menitnya berbeda.
Perlakuan A airnya lebih cepat bergerak (berkurang) sedangkan perlakuan
B airnya lebih lambat beregerak (berkurang).
L. Kesimpulan
M. Interpretasi Data
N. Prediksi
Daftar Pustaka
Dwiki. P., Ahmad. 2016. Sistem Peredaran Darah dan Transportasi
Tumbuhan. Metro. Jurnal Sistem Peredarah Darah dan
Transportasi Tumbuhan.
Hopkins, William G., Norman P. A. Huner. 2008. Introduction to Plant
Physiology. London : The University of Western Ontario. ISBN 978-
0-470-24766-2.

Kandowangko, Novri Youla., Jusna Ahmad. 2014. Buku Ajar Mata


Kuliah Fisiologi Tumbuhan. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.

Lambers, Hans., F. Stuart Chapin III, Thijs L. Pons. 2008. Plant


Physiological Ecology Second Edition. New York USA :
Business Media. ISBN : 978-0-387-78341-3. e-ISBN : 978-0-
387-78341-3.

Sari, Yeni Pita., Abdul Rahman, Kasrina. 2018. Pengembangan Lembar


Kerja Peserta Didik Berdasarkan Studi Pengaruh Osmosis
Terhadap Warna Mata. Bengkulu : Universitas Bengkulu.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi 2(2): 16-21
(2018) e-ISSN 2598-9669.

Anda mungkin juga menyukai