Anda di halaman 1dari 9

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM DENGAN PENGOLAHAN

AIR HUJAN

FERIGO ASYA ORYZATIN

18251026

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA


D.I. YOGYAKARTA
2019
ABSTRAK

Kebutuhan air minum sampai hari ini terus meningkat dan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, masyarakat masih menggunakan sumber air konvensional yaitu air tanah
dan air permukaan. Seiring berjalannya waktu, apabila kegiatan pengeboran untuk
mendapatkan sumber air tanah terus dilakukan akan berdampak pada area tangkapan air yang
berpotensi krisis air tanah. Oleh karena itu, diperlukan strategi alternatif untuk memenuhi
kebutuhan air minum. Pemanfaatan air hujan (PAH) merupakan salah satu alternatif sumber
air yang telah ditawarkan, apalagi menjelang awal musim hujan merupakan saat terbaik untuk
mempersiapkan cadangan air untuk musim kemarau berikutnya. Namun, penerapan PAH di
masyarakat masih mengalami kendala dikarenakan kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap kualitas, kuantitas dan kontinuitas air hujan dan masyarakat merasa kebutuhannya
masih tercukupi dengan sumber air tanah atau air permukaan.
PENDAHULUAN

Pengertian air minum menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat dan dapat langsung diminum. Air minum
dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial, sehingga kita
perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai (Sutrisno, 1991). Oleh karena
itu, penyelenggara air minum harus mentaati baku mutu kualitas air minum yang telah
ditetapkan karena menyangkut kebutuhan mendasar manusia. Jika hal ini sudah terpenuhi
maka kualitas hidup manusia akan meningkat dan bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari
dengan baik.

Air hujan merupakan sumber daya air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air
hujan sangat bermanfaat untuk mengisi sumber air guna keperluan pertanian, domestik dan
industri. Kualitas air hujan yang tergantung dari kondisi cuaca atau kualitas udara serta
dipengaruhi oleh bahan atau material penampungan serta waktu penyimpanan di dalam bak
penampungnya. Air hujan yang baru turun umumnya mempunyai pH yang agak rendah
(asam). Hal ini disebabkan karena air hujan yang baru turun banyak melarutkan gas CO2 atau
gas SO2 yang ada di atmosfer. Keasaman air hujan tergantung tingkat konsentrasi gas-gas
tersebut. Jika sudah ditampung dalam jangka waktu yang agak lama biasanya pH air akan
naik mendekati normal karena gas CO2 yang terlarut akan lepas atau menguap kembali
sampai terjadi kesetimbangan (BPPT).

Kota Yogyakarta mempunyai iklim dengan bulan basah 5-6 bulan dan bulan kering 2-
3 bulan, Curah hujan tahunan di daerah Yogyakarta bervariasi antara 1000 -1500 mm
per tahun sampai sekitar 1500 -2000 mm per tahun yang penyebarannya merata di seluruh
propinsi kecuali Gunung Kidul dan Kulon Progo. Maka dapat dipastikan curah hujan di
Kota Yogyakarta termasuk curah hujan yang cukup tinggi (Bappenas, 2013). Oleh karena
itu penerapan PAH sebagai salah satu alternatif sumber air minum untuk bisa diaplikasikan.
Dalam rangka penyediaan air minum di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, dapat
dikembangkan Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) yang layak dikonsumsi oleh
masyarakat. Sistem ini dapat dikembangkan secara bergotong royong dan dikelola bersama-
sama untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari – hari.
PENGOLAHAN AIR HUJAN

1. Sistem PAH dengan Sumur Resapan

Proses pengolahan air hujan prinsipnya sama dengan pengolahan air secara
umum. Pemeilihan proses tergantung dari jenis serta konsentrasi polutan yang ada di dalam
air hujan. Dibandingkan dengan air permukaan atau air sungai, air hujan yang ditampung
dari atap umumnya kualitasnya relatif lebih bagus. Sehingga dengan melakukan pengolahan
dengan teknologi yang sederhana sudah dapat dihasilkan air dengan kualitas yang baik.
Gambar di bawah ini adalah disain bak tampungan air hujan dengan volume 10 ~ 12 m3 . Air
hujan yang jatuh di atap rumah kemudian dengan menggunakan saluran pipa dari atap
dialirkan ke dalam bak penampung awal yang berisi saringan pasir-kerikil. Dari bak
penampung ini, air dialirkan ke bak tampungan, dan kelebihannya akan diresapkan ke dalam
tanah.

Gambar 1. Gambar Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Sumur Resapan (SURES)

Cara kerja sistem pemanfaatan air hujan adalah sebagai berikut :

 Air hujan jatuh di atap bangunan dan mengalir melalui atap rumah kemudian
terkumpul di talang air yang dialirkan dengan pipa menuju bak penampungan air
hujan.
 Sampah dedaunan yang terbawa akan disaring di bagian depan bak penampung,
dengan media pasir dan kerikil, sampah akan tertahan dan air hujan yang bersih akan
masuk ke bak penampung (volume bak 10 m3 ).
 Jika hujan berlangsung terus menerus, dan bak penampung penuh maka air akan
melimpah melalui pipa outlet masuk kedalam sumur resapan dengan kedalaman
lubang sumur resapan sekitar 3 meter, kontruksi terbuat dari bis beton, sepanjang 2,5
meter dan resapan sekitar 0,5 meter.. Air hujan didalam sumur resapan ini akan
meresap melalui zona resapan dari sumur resapan kedalam tanah sebagai sumber air
tanah. Bidang resapan terletak dibagian dasar, tanpa bis beton, agar bis beton di
atasnya tidak merosot diberi penyangga batubata. Bidang resapan diisi dengan kerikil
dan ijuk, sebagai penyaring agar tidak terjadi kebuntuan (Sumber : BPPT).

Fungsi dan manfaat sistem pemanfaatan air hujan dan pengolahan air siap minum ini adalah :
1. Menghemat pengunaan air tanah,
2. Menampung 10 meter kubik air pada saat hujan,
3. Mengurangi run off & beban sungai saat hujan lebat,
4. Menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah,
5. Mempertahankan tinggi muka air tanah,
6. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah,
7. Memperbaiki kualitas air tanah dangkal,
8. Mengurangi laju erosi dan sedimentasi,
9. Mereduksi dimensi jaringan drainase,
10. Menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air
laut,
11. Mencegah terjadinya penurunan tanah,
12. Stok air pada musim kemarau (plus rain harvesting).
2. TP2AS

Salah satu alat pengolah air hujan sederhana adalah alat pengolah air minum yang
merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki), Pengaduk, Pompa aerasi dan saringan dari
pasir atau disingkat Model TP2AS. Alat ini dirancang untuk keperluan rumah tangga
sedemikian rupa sehingga cara pembuatan dan cara pengoperasiannya mudah serta
biayanya murah. Alat Pengolah Air Minum model TP2AS ini sangat cocok digunakan
untuk pengolahan air hujan baik yang ditampung dari atap maupun air hujan yang
ditangkap dengan embung, serta air baku lainnya mengandung zat besi dan mangan
dan zat organik, dengan biaya yang sangat murah.

Gambar 2. Diagram Pengolahan Air Hujan Sederhana


Cara pengolahan :

1. Air hujan ditampung dalam tangki penampungan.


2. Larutkan 60 -80 gram bubuk kapur / gamping (4 -6 sendok makan) ke dalam ember
kecil yang berisi air, kemudian masukkan ke dalam tangki dan aduk sampai merata.
3. Masukkan slang aerasi ke dalam tangki sampai ke dasarnya dan lakukan pemompaan
sebanyak 50 -100 kali. setelah itu angkat kembali slang aerasi.
4. Larutkan 60 -80 gram bubuk tawas (4 -6 sendok makan) ke dalam ember kecil, lalu
masukkan ke dalam air yang telah diaerasi. Aduk secara cepat dengan arah yang
putaran yang sama selama 1 -2 menit. Setelah itu pengaduk diangkat dan biarkan air
dalam tangki berputar sampai berhenti dengan sendirinya dan biarkan selama 45 -60
menit.
5. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran yang terjadi, kemudian
tutup kembali.
6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka kran saringan dan
usahakan air dalam saringan tidak meluap.
7. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika digunakan
untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu. (BPPT)
PENUTUP

Pengolahan air hujan menjadi air minum dengan menggunakan beberapa metode yang
telah diuraikan diharapkan dapat menjadi pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan
air minum di masa depan. Selain itu, rancangan ini juga efisien dan sederhana sehingga
masyarakat dapat menerapkan sistem instalasi ini secara mandiri. Rancangan ini cukup hemat
biaya, namun dapat memasok air baku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan
air minum masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

BPPT.go.id. Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum
(ARSINUM). Diakses tanggal 14 Oktober 2019.
http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/spah.html

Peraturan Kementrian Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas


Air Minum.

Sutrisno, T.C. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai