Anda di halaman 1dari 20

PEMBAHASAN

Kepemimpinan merupakan seuatu proses mempengaruhi bawahan terkait dengan


kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan, direncanakan, dan diorganisasikan agar tercapai pada
tujuan yang ditentukan. Hal ini sesuai dengan pengertian kepeimpinan yang dikemukakan oleh
stogdill (1974) yang dikutip oleh Drs. Daryanto, bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju kepada
penentuan/pencapaian tujuan.

Kepemimpinan juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah
organisasi. Sering sekali baik-buruknya sebuah organisasi sebagian besar tergantung pada faktor
kepemimpinan. Maka sebab itu, segala organisasi pasti membutuhkan yang namanya pemimpin
untuk mempimpin organisasi tersebut agar tercapai tujuan yang telah ditentukan. Termasuk
dalam hal ini adalah organisasi lembaga pendidikan, yang mana pemimpinnya biasa disebut
dengan kepala sekolah.

A. Gaya Kepemimpinan

Di dalam suatu oraganisasi, sosok seorang pemimpin sangat berperan dalam


mempengaruhi kinerja, kualitas, dan terutama tingkat prestasi suatu oraganisasi tersebut.
Sebagaimana dikemukakan oleh Handoko (2003) yang dikutip oleh Ir. Agustinus Hermino,
S.P., M.Pd. dalam bukunya Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi, bahwa pemimpin
juga memainkan

peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai
tujuan mereka. Dari sini dapat kita pahami, bahwa keberhasilan suatu oragnisasi itu banyak
dipengaruhi oleh kinerja para pemimpin.Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah
kekuatan atau kualitas seorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk
mencapai tujuan. Adapun gaya kepemimpinan sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan


terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat
banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama
sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan. Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan
bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah
pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan
menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan
hadiah serta menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan
oleh pimpinan. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:

a. Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin maksudnya adalah seorak pemimpin


memiliki kekuasaan serta kebebasan untuk bertindak.

b. Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin, maksudnya adalah segala keputusan-


keputusan yang diambil sebelum bertindak yang menentukan adalah seorang
pemimpin.

c. Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin, maksudnya adalah yang membuat segala
kebijakan-kebijakan yang ada adalah seorang pemimpin.

d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan, maksudnya


adalah tetap terjaganya komunikasi antara atasan dengan bawahan guna untuk
meminimalisir hal-hal yang tidak di inginkan

e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya
dilakukan secara ketat, maksudnya adalah seorang pemimpin harus tetap memantau
setiap bawahannya agar tetap bekerja dengan professional.

f. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau
pendapat, maksudnya adalah segala keputusan mutlak diambil dari seorang pemimpin
tanpa mempertimbangkan saran-saran yang masuk dari bawahannya.
g. Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari
bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar


bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya
ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah,
kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif.
Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan keputusan
bersama. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Wewenang pemimpin tidak mutlak;

b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan;

c. Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;

d. Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan
bawahan maupun sesama bawahan;

e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara wajar;

f. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan;

g. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau


pendapat; Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
dari pada intruksi;

h. Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya,


saling menghormati.

3. Gaya Kepemimpinan Delegatif Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan


jarangnya pemimpin memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan
diharapkan anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri
(MacGrefor, 2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku seorang
pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian maka gaya
kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter pribadinya.
Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh
pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar dapat menjalankan
kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan oleh pimpinan dengan
berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok dilakukan jika staf yang
dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi. dengan demikian pimpinan tidak
terlalu banyak memberikan instruksi kepada bawahannya, bahkan pemimpin lebih
banyak memberikan dukungan kepada bawahannya.

4. Gaya Kepemimpinan Birokratis Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin
berdasarkan peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan
prosedur yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada
umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa
adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja
kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas dari
ketentuan yang ada. Adapun karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis adalah
sebagai berikut:

a. Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan dan
memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya;

b. Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melakukan tugas;

c. Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai dengan
standar kinerja yang telah ditentukan.

5. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk
mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin,
sehingga gaya ini hanya bias berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat
kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya
kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali
membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya
kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut:

a. Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas,


tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai produser;

b. Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau


penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil,
sebagai dorongan;

c. Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer
bertindak cukup baik;

d. Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau


perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan
pendapatannya.

6. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian Adalah gaya pemimpin yang memusatkan


segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut,
sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Tipe
kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas
yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari
lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya
agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu
mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang
dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.

7. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical) Dalam gaya kepemimpinan tipe ini,  biasanya
pembuatan keputusan didasarkan pada proses analisis,  terutama analisis logika pada
setiap informasi yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan
pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini
sangat mengutamakan logika dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk
akal serta kuantitatif.

8. Gaya kemimpinan   asertif (Assertive) Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan
mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan
dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik
dan kritik. Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa
sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.

9. Gaya kepemimpinan entrepreneur Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh perhatian


kepada kekuasaan dan hasil akhir serta  kurang mengutamakan  pada kebutuhan akan
kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini biasannya selalu mencari pesaing dan
menargetkan standar yang tinggi.

10. Gaya Kepemimpinan Visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk
memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota
perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan
berdasarkan visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu.
Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana
dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:

a. Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara


efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan
pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”

b. Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki


kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk,
yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar
organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan
pelanggan).
c. Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan
mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin
dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan
mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan
memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).

d. Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk


mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang
berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan
konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur
sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan
dan perubahan ini. Dalam era turbulensi lingkungan seperti sekarang ini, setiap
pemimpin harus siap dan dituntut mampu untuk melakukan transformasi terlepas
pada   gaya kepemimpinan apa yang mereka anut.  Pemimpin harus mampu
mengelola perubahan, termasuk di dalamnya mengubah budaya organiasi yang tidak
lagi kondusif dan produktif. Pemimpin harus mempunyai visi yang tajam, pandai
mengelola keragaman  dan mendorong  terus proses pembelajaran   karena dinamika
perubahan lingkungan serta persaingan yang semakin ketat.

11. Gaya Kepemimpinan Situasional kepemimpinan situasional adalah “a leadership


contingency theory that focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori
kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan
berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen
dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan
yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan
hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang
tepat. Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan
kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan
secara keseluruhan.   Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena
kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Dari cara pandang ini, seorang
pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi
yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep
fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai
pengikut dan gaya kepemimpinan.

B. Sifat-sifat kepemimpinan

Setiap orang yang diangkat menjadi pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya dari pada orang yang dipimpin. Masing-masing orang mempunyai kelebihan
disamping kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Dalam keadaan tertentu dan pada
waktu tertentu kelebihan-kelebihan itu dapat dipergunakannya untuk bertindak sebagai
pemimpin. Akan tetapi tidak semua orang dapat menggunakan kelebihannya itu untuk
memimpin. Untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat tertentu. Dan syarat-
syarat serta sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin berbeda-beda menurut golongan dan
fungsi jabatan yang dipegangnya. Untuk menjadi pemimpin perusahaan tidak mungkin sama
dengan syarat dan sifat yang diperlukan bagi pemimpin dalam ketentaraan. Demikian pula
syarat-syarat kepemimpinan yang diperlukan bagi seorang pemimpin industri tidak akan
sama dengan yang diperlukan bagi seorang pemimpin suatu lembaga pendidikan.

Diantara sifat-sifat kepemimpinan yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
adalah sebagai berikut:

1. Rendah hati dan sederhana

Seorang pemimpin pendidikan hendaknya jangan mempunyai sikap sombong atau

merasa lebih mengetahui dari pada yang lain. Ia hendaknya lebih banyak mendengarkan

dan bertanya dari pada berkata dan menyuruh. Kelebihan pengetahuan dan kelebihan

kesanggupan yang dimilikinya hendaknya dipergunakan untuk membantu yang lain atau

anak buahnya, bukan untuk dipamerkan dan dijadikan kebanggaan.

2. Bersifat suka menolong


Pemimpin hendaknya selalu siap sedia untuk membantu anggota-anggotanya

sekalipun tanpa dimintai bantuannya. Akan tetapi, bantuan yang diberikan jangan

sampai dirasakan sebagai paksaan sehingga orang yang memerlukan bantuan itu justru

menolaknya, meskipun dia sangat memerlukannya. Demikian pula seorang pemimpin

hendaknya selalu bersedia (menyediakan waktu) untuk mendengarkan kesulitan-

kesulitan yang disampaikan oleh anggota-anggotanya meskipun dia mungkin tidak akan

dapat menolongnya. Hal ini sangat penting untuk mempertebal kepercayaan anggota-

angotanya bahwa ia benar-benar tempat berlindung dan pembimbing mereka.

3. Sabar dan memiliki kestabilan emosi

Seorang pemimpin pendidikan hendaklah memiliki sifat sabar, jangan lekas

merasa kecewa dan memperlihatkan kekecewaan dalam menghadapi kegagalan atau

kesukaran; dan sebaliknya jangan lekas merasa bangga dan sombong jika kelompoknya

berhasil. Sifat ini akan memberikan perasaan aman kepada anggota-anggotanya. Mereka

tidak merasa dipaksa, ditekan atau selalu dikejar-kejar dalam menjalankan tugasnya.

Mereka bebas membicarakan persoalan-persoalan diantara mereka sendiri dan dengan

pemimpinnya. Sifat tak sabar dan putus asa pada seorang pemimpin akan

menghilangkan ketenangan bekerja. Anggota-anggotanya akan merasa tertekan jiwanya,

sehingga hal ini tentu akan mengurangi / mempengaruhi daya dan hasil kerja mereka.

4. Percaya kepada diri sendiri

Seorang pemimpin hendaknya menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada anggota-

angotanya; percaya bahwa mereka akan dapat melaksanakan tugasnya masing-masing

dengan sebaik-baiknya. Yang dipiminnya harus merasa pula bahwa mereka mendapat

kepercayaan yang sepenuhnya untuk melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan


kepada mereka. Kepercayaan pemimpin seperti inii hanya timbul atau ada pada diri

sindiri; percaya pada kesanggupan sendiri. Karena percaya pada kemampuan dan

kesanggupan sendiri, ia tidak memerlukan pengawasan atas dirinya untuk melakukan

apa yang telah diterimanya sebagai tugasnya. Iapun tidak merasa perlu untuk

mengawasi anggota-anggota kelompoknya. Pemimpin yang percaya pada diri sendiri,

dan yang dapat nebyatakan hal ini dalam sikap dan tingkah lakunya, akan menimbulkan

pula rasa percaya kepada diri anggota-anggota kelompoknya. Kerja sama yang tidak

didasarkan atas rasa percaya mempercayai tidak akan membawa hasil yang memuaskan.

Dan suasana saling mempercayai hanya dapat diharapkan dari pemimpin yang cukup

percaya pada dirinya sendiri pula.

5. Jujur, adil dan dapat dipercaya

Sikap percaya kepada diri sendiri pada anggota-anggota kelompok dapat timbul

karena adanya kepercayaan mereka terhadap pemimpinnya. Karena mereka menaruh

kepercayaan kepada pemimpinnya, mereka akan menjalankan semua kewajiban dengan

rasa patuh dan bertanggung jawab. Untuk menimbulkan rasa patuh yang demikian,

pemimpin harus patuh pula kepada diri sendiri, selalu menepati janji, tidak lekas

mengubah haluan, hati-hati dalam mengambil keputusan dan teliti dalam

melaksanakannya, berani mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri. Dengan kata lain

pemimpin hendaknya jujur, adil dan dapat dipercaya. Sebagai pemimpin hendaklah

konsekuen terhadap orang lain, dan terhadap diri hendaklah selalu berusaha agar sikap

dan tindakannya tidak bertentangan dengan perkataan, menjaga satunya kata dengan

perbuatan.

6. Keahlian dalam jabatan


Untuk melaksanakan kepemimpinan, disamping sifat-sifat ang telahdiuraikan tadi,

harus pula didasarkan atas keahlian, yakni keahlian dalam bidang pekerjaan yang

dipimpinnya. Bagaimanapun besarnya kesediaan kita untuk membantu kelompok dalam

kesulitan-kesulitan pekerjaan, tanpa mempunyai keahlian dalam bidang pekerjaan itu

tidak mungkin kita dapat memberi bantuan. Dengan demikian keahlian jabatan

merupakan syarat utama pula dalam kepemimpinan. Tanpa keahlian tak mungkin

menjadi pemimpin. Akan tetapi, janganlah pula diartikan bahwa dengan keahlian

jabatan saja sudah tentu kita dapat menjadi pemimpin. Dengan adanya syarat-syarat

kepemimpinan yang telah diuraikan diatas menunjukkan kepada kita bahwa

kepemimpinan bukan hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tetapi

yang lebih penting lagi adalah kemauan dan kesediaan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku pemimpin

Meskipun diantara pemimpin banyak yang memiliki keahlian dan jabatan dalam

pekerjaan yang sama, selalu kita lihat adanya perbedaan-perbedaan dalam perilaku dan sikap

serta gaya kepemimpinannya. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang dapat

mempengaruhinya. Adapun fator-faktor yang pada umumnya dominan mempengaruhi

perilaku seorang pemimpin adalah:

1. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dalam menjalankan

kepemimpinannya. Keahlian dan pengetahuan yang dimaksud disini adalah latar belakang

pendidikan atau ijazah yang dimilikinya, sesuai atau tidaknya latar belakang pendidikan

itu dengan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya; pengalaman

kerja sebagai pemimpin, apakah pengalaman yang telah dilakukannya itu mendorong dia
untuk berusaha memperbaiki dan mangembangkan kecakapan dan ketrampilannya dalam

memimpin. Disamping itu, juga usaha menambah pengetahuan tentang kepemimpinan

yang dilakukannya selama dia menjabat sebagai pemimpin. Seorang pemimpin yang ideal

tidak pernah merasa puas dengan hanya mengandalkan pada latar belakang pendidikan

dan pengalamannya saja, tanpa selalu berusaha mengembangkan diri dengan menambah

pengetahuannya.

2. Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.

Perilaku dan sikap seorang yang sedang memimpin anak buah dalam kapal yang sedang

tenggelam, tidak sama dengan perilaku dan sikap seorang guru yang sedang memimpin

diskusi di dalam kelas. Perilaku dan sikap seorang pemimpin perusahaan sudah tentu lain

dengan perilaku dan sikap seorang kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-

masing. Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki tujuan yang berbeda,

dan menuntut cara-cara pencapaian tujuan yang tidak sama. Oleh karena itu, tiap jenis

lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan yang berbeda pula.

D. Kepribadian tingkah laku pemimpin

1. Fokus
Seorang pemimpin atau leader harus mampu memutuskan sesuatu dengan cepat
dan tepat. Fokus adalah hal yang harus dimiliki oleh berbagai leader bukan hanya di
sebuah perusahaan, tapi juga seperti komunitas, organisasi dan lain sebagainya. Setiap
pemimpin harus memiliki tingkat fokus yang tinggi. Ia harus mampu memutuskan
sesuatu di saat waktu yang mendesak sekalipun.
2. Keyakinan
Kepercayaan bukan hanya diberikan oleh bawahan kepada leadernya. Ini bukan
sekedar percaya apakah leader yang kita pilih cocok, pas dan sesuai dengan visi dan misi
yang diemban. Tapi keyakinan ini juga harus ditanamkan kepada seorang leader kepada
bawahan mereka. Setiap leader harus memberikan kepercayaan bahwa bawahan mereka
mampu melakukan dan melaksanakan setiap pekerjaan yang memiliki visi dan misi
bersama.
3. Transparansi
Setiap karyawan mengharapkan sebuah transparansi di dalam perusahaannya.
Baik dengan organisasi, rekan kerja maupun dengan leader mereka. Transparansi ini akan
membantu setiap karyawan untuk lebih bersemangat dalam mengabdikan dirinya untuk
perusahaan. Dan membuat mereka konsisten sepenuhnya terhadap apa yang mereka
berikan kepada perusahaan.
4. Integritas
Menjadi seorang pemimpin atau leader dengan integritas yang tinggi terhadap
bawahan ataupun perusahaan memang hal yang sedikit sulit. Dengan perubahan yang
akan selalu ada, setiap pemimpin diharapkan memiliki integritas yang tidak menurun,
bahkan nantinya cenderung meningkat. Tentu saja untuk mendukung perkembangan
baik dari segi perusahaan maupun sumber daya manusia yang dipimpinnya.
5. Inspiratif
Membantu dalam hal bekerja mungkin menjadi kualitas leader yang diharapkan
setiap karyawan. Salah satunya yaitu meningkatkan semangat setiap karyawan. Melalui
motivasi yang menginspirasi setiap karyawan, maka leader akan mendapatkan tempat
yang tinggi di hati bawahannya.
6. Semangat
Membantu dalam banyak hal tentu membutuhkan semangat yang tidak sedikit.
Ya, setiap leader harus memiliki semangat yang luar biasa besar. Bukan untuk diri
bawahan atau karyawan mereka, tapi juga untuk meningkatkan kualitas diri mereka
sendiri. Bersikap positif dan meningkatkan semangat akan membantu setiap leader
berkembang.
7. Inovasi
Tidak bisa dipungkiri, berkembangnya teknologi memberikan keleluasaan untuk
kita mengembangkan kemampuan atau potensi diri kita. Setiap leader diharapkan
mampu berinovasi terhadap setiap perkembangan zaman maupun sumber daya yang
terbatas. Ya, inovasi tetap harus berkembang.
8. Kesabaran
Menjadi sabar untuk seorang leader atau pemimpin bukanlah hal yang mudah.
Tapi mengatur setiap emosi harus selalu diterapkan. Tidak bisa dielakkan lagi, jika akan
ada banyak masalah yang datang, tapi bagaimana menghadapinya dengan hati sabar
adalah kuncinya.
9. Tenang
Selain sabar, kualitas lainnya adalah ketenangan. Sabar dan tenang dalam
menerima, mengahdapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi harus selalu
diterapkan. Tenang akan memberikan banyak kemudahan bagi seorang leader untuk
menghadapi masalah dan melakukan banyak hal.
10. Asli
Setiap manusia memang menggunakan topeng untuk bisa beradaptasi dan
diterima oleh lingkungan, tidak termasuk seorang leder. Dengan sedikit topeng
kewibawaan dan kebijaksanaan, atau bahkan sikap beraninya, ada kalanya seorang
leader pun juga harus menunjukkan diri mereka yang sebenarnya.
11. Keterbukaan berpikir
Membuka pikiran dan memperluas wawasan akan meningkatkan kualitas setiap
leader saat mereka harus memimpin. Pemimpin dengan pemikiran yang terus
berkembang akan membuat mereka mudah beradaptasi dengan perubahan zaman.
Terlebih dengan kebutuhan dan keharusan organisasi mereka berkembang di
masyarakat ataupun pasar.
12. Tegas
Mungkin kualitas yang satu ini akan sangat diingat oleh siapapun. Pemimpin
atau leader harus memiliki sisi tegas di dalam dirinya. Mereka adalah seorang
pemimpin yang memiliki wewenang untuk memutuskan sesuatu hal. Ketegasan
seorang pemimpin juga akan membantunya dalam mengadili setiap kesalahan dan
kebenaran yang ada.
13. Kepribadian yang kuat
Setiap orang unik, setiap orang memiliki perbedaan dari orang lain di sekitar
mereka. Itu sebabnya, menjadi seorang pemimpin atau leader harus memiliki
kepribadian yang kuat. Mereka harus mampu memaksimalkan potensi yang ada di
dalam dirinya. Kepribadian yang kuat ini akan menjadi ciri khas tersendiri bagi
setiap pemimpin.
14. Memiliki kemampuan memberdayakan
Bukan memerintah, namun lebih pada meminta bantuan dalam menyelesaikan
setiap tugas yang harus diselesaikan. Tidak akan memungkinkan jika semua tugas
dikerjakan oleh 1 orang saja. Itu sebabnya seorang leader membutuhkan bawahan
yang siap membantu. Dengan kemampuan memberdayakan inilah setiap pemimpin
akan lebih mudah menyelesaikan dan menggapai goals yang sudah ditetapkan
bersama dengan bawahan mereka.
15. Kemampuan komunikasi
Kemampuan komunikasi ini sangat dibutuhkan oleh leader manapun.
Kemampuan ini akan membantu setiap leader untuk menyampaikan visi, misi dan
goals yang dimiliki kepada setiap karaywan atau bawahan mereka. Tidak ada
batasan bahwa mereka yang pantas menjadi seorang leader adalah mereka yang
berkepribadian ekstrovert. Karena telah dibuktikan beberapa leader di dunia ini
adalah seorang introvert yang dikenal tidak banyak berbicara dan cenderung
pemalu dan juga pendiam. Komunikasi di sini lebih pada kemampuan
menyampaikan maksud dengan pendekatan yang baik agar lebih mudah dipahami
oleh siapapun yang mendengarkan.

E. Peran Pemimpin
1. Sebagai pelaksana (executive)

Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak sendiri terhadap

kelompoknya. Ia harus berusaha menjalankan/memenuhi kehendak dan kebutuhan

kelompoknya, juga program atau rencana yang telah ditetapkan bersama.


2. Sebagai perencana (planner)

Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun

perencanaan, sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya bukan secara ngawur saja,

tetapi segala tindakannya diperhitungkan dan bertujuan.

3. Sebagai seorang ahli (expert)

Ia haruslah mempunyai keahlian, terutama keahlian yang berhubungan

dengan tugas jabatan kepemimpinan yang dipegangnya.

4. Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representatif)

Ia harus menyadari bahwa baik buruknya tindakan diluar kelompoknya

mencerminkan baik dan buruk kelompok yang dipimpinnya.

5. Mengawasi hubungan anggota kelompok (controller of internal relationship)

Seorang pemimpin harus bisa menjaga jangan sampai terjadi perselisihan, dan

berusaha membangun hubungan yang harmonis dan menimbulkan semangat

bekerja kelompok.

6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman (purveyor of reward and

punishment)

Ia harus dapat membesarkan hati anggota-anggotanya yang giat bekerja dan

banyak sumbangannya terhadap kelompoknya, dan berani pula menghukum

anggotanya yang berbuat merugikan kelompok.

7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)

Dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan-pengaduan

diantara anggota-anggotanya, ia harus tegas, tidak pilih kasih ataupun mementingkan

salah satu golongan.


8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)

Pemimpin bukanlah seorang yang bediri di luar atau di atas kelompoknya. Ia

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya. Dengan demikian,

segala tindakan dan usahanya hendaklah dilakukan demi tujuan kelompoknya.

9. Merupakan lambang kelompok (symbol of the group)

Sebagai lambang kelompok, ia hendaknya menyadari bahwa baik buruknya

kelompok yang dipimpinnya tercermin pada dirinya.

10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual

responsibility)

Ia harus bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggotanya yang

dilakukan atas nama kelompok.

11. Sebagai pencipta / memiliki cita-cita (ideologis)

Seorang pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsepsi yang baik dan

realistis sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang

tegas menuju arah yang telah dicita-citakan.

12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)

Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya hendaklah

mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anak-anak/anggota keluarga.

13. Sebagai kambing hitam (scape goat)

Seorang pemimpin haruslah menyadari bahwa dirinya merupakan tempat

pelemparan kesalahan/keburukan yang terjadi di dalam kelompoknya. Oleh

karena itu dia harus pula mau dan berani turut bertanggung jawab tentang
kesalahan orang lain/anggota kelompoknya. Jika kita teliti dari ketiga belas

peranan kepemimpinan tersebut di atas tepatlah kiranya apa yang dikemukakan

oleh bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, bahwa pemimpin yang baik

haruslah menjalankan peranan seperti berikut:

a. Ing ngarso asung tulodho: Pemimpin harus mampu dengan sifat dan

perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang

yang dipimpinnya.

b. Ing madyo mangun karso: Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat

berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.

c. Tut wuri handayani: Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang

diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Ketiga macam peranan tersebut sebenarnya telah mencakup semua macam

peranan pemimpin seperti seperti yang telah diuraikan diatas.Dengan demikian

dapat diambil suatu pelajaran bahwa dengan menyadari adanya peranan-peranan

tersebut diatas kiranya sangatlah berfaedah bagi para kepala sekolah dan

pemimpin-pemimpin pendidikan lainnya untuk menjalankan tugasnya dengan

lebih berhati-hati untuk menuju ke arah yang lebih baik lagi.

F. Pengambilan keputusan seorang pemimpin


Ada berbagai macam cara untuk mengambil keputusan yang bijak dan tepat. Namun,
disini saya merangkum dalam 4 poin. Yaitu :

1. Menguasai persoalan
Dalam memutuskan suatu hal, pemimpin perlu menguasai persoalan terlebih
dahulu. Pemimpin harus mengetahui apa yang akan dihadapi. Setelah itu, lakukan
penyelidikan terhadap persoalan tersebut. Setelah itu, pertimbangkan nilai plus dan minus
dari setiap pilihan.

2. Meminta pendapat

Jika keputusan yang akan diambil melibatkan orang banyak, maka harus meminta
pendapat dari pihak yang bersangkutan. Agar di kemudian hari, keputusan yang diambil
tidak menimbulkan suatu permasalahan atau konflik. Singkatnya, agar keputusan tersebut
bisa diterima oleh semua pihak.

3. Membuat keputusan dan lakukan dengan sepenuh hati

Setelah menguasai persoalan dan meminta pendapat orang lain, maka


selanjutnhya adalah membuat keputusan. Setelah membuat keputusan, maka pemimpin
harus melakukan keputusan itu dengan sepenuh hati dan tidak ada keraguan.

4. Evaluasi keputusan

Ini adalah langkah yang penting. Pemimpin harus melakukan evaluasi secara
berkala, untuk mengetahui apakah keputusan yang telah diambil memiliki hasil seperti
yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Arifin. 1986. Teori Pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja.
Jakarta: Bhratara.
Abd. Kadir dkk. Dasar-dasar Pendidikan. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. (Surabaya:
LAPIS-PGMI, 2009)

Agustinus Hermino, Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pelajar


Pustaka, 2014)

Daryanto, Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media,


2011)

M. Ngalim Purwanto, MP. Drs. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Karya,
bandung, 1987

Muhammad S Hikan, Peran Pendidikan nasional, Rineka Cita, Jakarta, 2000.

Sagian Drs. SP. MPA, Filsafat Administrasi, Jakarta, 1980.

Sondang, Dr, P. Siagan. 1971. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Sukamto Reksohadiprodjo, Prof. Dr. M. Com, Dasar-dasar Manajemen, Fak. Ekonomi,


UGM, Yogyakarta, Edisi 5, 1992.

Sutarto, Drs. 1986. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Anda mungkin juga menyukai