DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh Kelompok :
Atas rahmat Ida Sang Hyang Widi Wasa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan Ttugas Asha
Keperawatan Hipertiroid
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan
kritik sangat kami nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan
semakin memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan
mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami nerharap semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi para mahasiswa Mahasiswa Perawat dan pembaca.
Penyusun
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu
aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin lodium, maka lodium
radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi
intensitas fungsinya). (Amin, Hardi, 2013)
Menurut American Thyroid Association dan American Association of
Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi
berupapeningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011).
B. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan
disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap
pelepasan keduanya. (Amin, Hardi:2013)
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari
HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
(Amin, Hardi, 2013)
Beberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid yaitu:
1. Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan
merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit
ini biasanya turunan, wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga
penyebabnya adalah penyakit autonoimun, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini
adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan
kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat
menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan
sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid.
Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit,
serta berkeringat banyak.
b. Toxic nodular goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau
biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid
yang berlebihan.
2. Penyebab Lain
a. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat
tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan
menurunkan badan hingga timbul efek samping.
b. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
c. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3
bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
d. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada
kelainan kelenjar tiroid.
C. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus) hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan
zat di dalam orbit mata
(Amin, Hardi:2013)
D. Patofisiologi
Hipertiroidisme mungkin karena overfungsi keseluruhan kelenjar, atau
kondisis yang kurang umum, mungkin disebabkan oleh fungsi tunggal, atau
multi tipe adenoma kankertiroid. Juga pengobatan miksedema dengan hormon
tiroid yang berlebihan dapat menyebabakan hipertiroidisme. Bentuk
hipertiroidisme yang paling umum adalah penyakit Graves (goiter difus,
toksik) yang mempunyai tiga tanda penting: (1) hipertiroidisme, (2)
pembesaran kelenjar tiroid (goiter), dan (3) eksoptalmos (protrusi mata
abnormal). Penyakit Graves merupakan kelainan autoimun yang dimediasi oleh
antibodi IGH yang berkaitan dengan reseptor TSH aktif pada permukaan sel-
sel tiroid. (Hotma Rumahorbo, 1999).
Penyebab lain hipertiroidisme dapat mencangkup goiter nodula toksik,
adinoma toksik (jinak), karsinoma tiroid, tiroidis akut dan kronis, dan ingesti
TH. (Hotma Rumahorbo, 1999).
Patofisiologi dibalik manisfestasibpenyakit hipertiroid Graves dapat dibagi
ke dalam dua kategori: (1) yang sekunder akibat rangsangan berlebih sistem
saraf adrenergik dan (2) yang merupakan akibat tingginya kadar TH yang
bersirkulasi. (Hotma Rumahorbo, 1999).
Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengontrolan normal sekresi
hormon tiroid (TH). Karena kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang,
maka terjadi hipermetabolisme, yang meningkatkan aktivitas sistem saraf
simpatis. Jumlah TH yang berlebihan menstimulasi sistem kardiak dan
meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Keadaan ini mengarah pada
takikardia dan peningkatan curah jantung, volume secuncup, kepekaan
adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme sangat meningkat, mengarah
pada keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak, dan hasilakhir defisiensi
nutrisi. (Hotma Rumahorbo, 1999).
Hipertiroidisme juga terjadi dalam perubahan sekresi dan metabolisme
hipotalamik, pituitari dan hormon gonad. Jika hipertiroidisme terjadi sebelum
pubertas, akan terjadi penundaan perkembangan seksual pada kedua jenis
kelamin, tetapi pada pubertas mengakibatkan penurunan libido baik pada pria
dan wanita. Setelah pubertas wanita akan juga menunjukkan ketidak teraturan
menstruasi dan penurunan fertilitas. (Hotma Rumahorbo, 1999).
E. WOC
Hipertiroid
Metabolisme meningkat
Peningkatan konsumsi O2
4. Gagal jantung
Kelelahan otot
Kulit
MK: Resiko
Peningkatan
kerusakan intergitas Peningkatan kebutuhan kalori
suhu tubuh
jaringan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Tes darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
(Amin, Hardi:2013)
G. Penatalaksanaan
a. Terapi umum
1. Obat anti tiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh
obatnya: propil tio orasil (PTU), karbimazol.
2. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien umur 35 tahun/
lebihatau pasien yang hiperteroid-nya kambuh setelah operasi.
3. Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjr tiroid-
nya tidak bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk
wanita hamil (trimester kedua), dan untuk pasien alergi terhadap
obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi
penyembuhan spontan dalam waktu setahun.
b. Terapi obat anti hiperteroid
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan diatas adalah:
1. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat mengurangi prodoksi hormon tiroid. Mula-mula
dosisnya bisa 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa 1-3 tablet
saja sehari. Obat ini cukup baik untuk hipertiroid.
Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel
darah putih (agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati. Cirri-ciri
agranulositosis adalah sering terjadi sakit tenggorokan yang tidak
sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi dan demam.
2. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikostiroid yang biasanya dipakai
sebagai obat anti peradangan. Obat ini bisa digunakan untuk
menghilangkan peradangan dikelenjar tiroid (thyroiditis).
3. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya abat anti Parkinson, yang dipakai untuk
mengatasi gejala-gejala Parkinson, seperti gerakan badan yang kaku,
tangan yang gemetar dan sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid,
obat ini dipakai untuk mengobati tangan bergetar dan denyut jantung
yang meningkat. Namun penggunan obat ini pada pasien dengan
penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak
digunakan pada pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia).
Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120
kali/menit) dan tangan bergetar biasanya diberikan obat lain yaitu
propanolol, antenolol, ataupun verapamil.
c. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah
mengkosumsi bekatul. Para ahli menemukan bahwa dalam bekatul
terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat untuk menyempurnakan
metabolisme didalam tubuh kita.
Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk
mengobati kencing manis (diabetes militus), tekanan drah tinggi
(hipertensi), bengek (asma), kolesterol dan gangguan pembuluh darah
jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati.
Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan
oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi
jaringan oto jantung.
H. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada
pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid,
atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati,
kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis
tiroid: mortalitas.
1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan
karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada jantung
bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal
(aritmia) dan syok.
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat,
derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan
keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme
yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid,
pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan
pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon
tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon
terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat
kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid,
dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan untuk
menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
4. Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada
pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan
hormon tiroid dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan
takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati dapat
menyebabkan kematian.
G. DIAGNOSA
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung ditandai dengan takikardi
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan berat badan menurun 7 kg dalam sebulan, mukosa
bibir kering
Kasus :
Seorang perempuan usia 30 tahun dirawat di RS dengan diagnose
hipertiroid dan mengeluh cepat lelah dan peningkatan rasa lapar tetapi
berat badan turun. Pasien mengatakan jantungnya sering berdebar-debar
dan berat badannya telah turun 7 kg dalam sebulan. Hasil pengkajian
didapatkan tangan tremor, berkeringat, mukosa bibir kering, mata tampak
menonjol, TB: 160 cm, BB: 45 kg, TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi
100x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, suhu 38,30C, kadar T3: 31 ng/dL
T4: 14 μg/dL. Pemeriksaan Laboratorium lainnya menunjukkan RBC 3.86
x 106 (N: 4-6 x 106 ), HGB 11,91 g/dl (N: 13-17 g/dl), HCT 34,71 % (N
40-54 %), Total Cholesterol 253 mg/dl (N <200 mg/dl), LDL 144 mg/dl
(N <130 mg/dl). Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya tachicardia, hasil
foto thorak menunjukkan adanya Cardiomegaly. Buatlah asuhan
keperawatan pada pasien diatas (data bisa ditambah).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Anamnese
Pengkajian tanggal : 12 Maret 2020
Tanggal masuk : 12 Maret 2020
Ruang/Kelas : Ruang Merak RSUD Sanjiwani
Jam MRS : 06.30 WITA
Jam Pengkajian : 09.00 WITA
DX Masuk : Hiperteroid
1. Indentitas
Nama : Ny. S No Reg :
Agama : Hindu Umur : 30 tahun
Suku : Indonesia L/P : Perempuan
Bahasa : Indonesia Pendidikan : SD
Alamat : Denpasar timur Pekerjaan :-
Pembiayaan : Status : Kawin
Penanggung Jawab : Tn. P
6. Head to toe
a. Kepala
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
b. Mata
Inspeksi: Mata nampak menonjol
c. Hidung:
Inspeksi:
Palpasi:
d. Dada :
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi
e. Leher
Inspeksi: tampak pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi:
Perkusi:
f. Jantung
Inspeksi:
Palpasi:
Auskultasi: Jantung berdebar-debar
Perkusi:
g. Abdomen
Inspeksi:
Auskultasi:
Palpasi:
Perkusi:
h. Genetalia
Inspeksi:
Palpasi:
i. Pemeriksaaan muskuloskeletal (ekstermitas)
Inspeksi:.
Palpasi:
j. Persyarafan
2. Pola eliminasi
BAB
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB normal 1 kali sehari
dengan konsistensi lembek,warna kuning kecoklatan, bau khas feses
dan tidak adanya darah.
b. Saat sakit : Pasien mengatakan BAB normal dengan konsistensi
lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas feses dan tidak adanya
darah
BAK
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK normal bisa 3 sampai 5
kali perhari. Jumlah urine kurang lebih 2000cc perhari berwarna
kuning jernih, berbau khas urine, dan mampu mengontrol BAK
b. Saat sakit: Pasien mengatakan BAK normal bisa 3 sampai 5 kali
perhari. Jumlah urine kurang lebih 2000cc perhari berwarna kuning
jernih, berbau khas urine, dan mampu mengontrol BAK
B. Analisis Data
NO Symtom Etiologi Problem
1. Ds : pasien mengatakan Hipertiroid Penurunan
jantungnya berdebar- Metabolisme curah jantung
debar, cepat lelah meningkat
Do : Peningkatan
TD: 150/90 mmHg frekuensi dan
S: 38,3⸰C kontraksi jantung
N: 100x/menit Sistem
RR: 26x/menit kardiovaskuler
2. Ds : - Hipertiroid Hiperteemia
Do: Metabolisme
TD: 150/90 mmHg meningkat
S: 38,3⸰C Peningkatan
N: 100x/menit frekuensi dan
RR: 26x/menit kontraksi jantung
Pasien terlihat berkeringat System saraf
Nerfus, Kelelahan,
Mudah terangsang
Kulit
Peningkatan suhu
tubuh
Hipertemia
D. DIAGNOSA
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung ditandai dengan takikardi
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan berat badan menurun 7 kg dalam sebulan, mukosa
bibir kering
3. Tidak terjadi
penurunan
berat badan
yang berarti
F. IMPLEMENTASI
Hari/Tanggal Dx Tindakan Evaluasi respon Ttd
Jam Keperawatan
Kamis, 12 1 1. Memberikan posisi DS: pasien mengatakan
maret 2020 semi fowler posisinya kurang nyaman
11.00 wita DO: pasien tampak lebih
nyaman
11.20 wita 2 1.Memonitor suhu, DS: pasien mengatakan
tekanan darah, respirasi badannya terasa hangat
dan nadi DO : TTV:
TD: 150/90mmHg
S: 38,3⸰C
N: 100x/menit
RR: 26x/Menit
- Badan
pasien
teraba
panas
G. EVALUASI
Hari/tanggal DX Evaluasi Respon Ttd
jam
Kamis, 12 maret 1. S: pasien mengatakan jantungnya tidak
2020 berdebar-debar lagi
20.30 wita O: TTV : TD : 130/90mmHg
S : 36,8ºC
N : 90x/Menit
RR : 22x/menit
A: masalah teratasi
P: pertahankan kondisi kesehatan pasien
20.40 wita 2. S: pasien mengatakan badannya tidak panas
lagi
O: TTV : TD : 130/90mmHg
S : 36,8ºC
N : 90x/Menit
RR : 22x/menit
Badan pasien tidak teraba panas lagi
A: masalah teratasi
P: pertahankan kondisi kesehatan pasien
20.55 wita 3. S: pasien mengatakan sudah bias menelan
makanan dan minuman sedikit demi sedikit
O: pasien tampak menghabiskan makanan 3-
4 sendok makan
-mukosa bibir pasien tampak tidak kering
A: masalah teratasi
P: pertahankan kondisi kesehatan pasien
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan “Asuhan Keperawatan
pada Ny.S dengan hipertiroid di Ruang Merak RSUD Sanjiwani”. Dimana pembahasan
ini akan dimulai dari proses pengkajian hingga evaluasi.
Penyajian dimulai dari konsep teori dan hasil asuhan keperawatan yang sudah
dilakukan pada klien.
Hubungan Konsep Teori dengan Kasus
1. Hasil Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 maret 2020 pukul 09.00
WITA didapatkan hasil Hipertiroid. Hal ini dialami oleh Ny. S didapatkan
benjolan pada leher. Sedangkan keluhan utama saat pengkajian jantungnya
sering berdebar-debar. Pasien mengeluh cepat lelah dan peningkatan rasa
lapar tetapi berat badan turun. Pasien mengatakan jantungnya sering
berdebar-debar dan berat badannya telah turun 7 kg dalam sebulan berat
badannya telah turun 7 kg dalam sebulan. Hasil pengkajian didapatkan tangan
tremor, berkeringat, mukosa bibir kering, mata tampak menonjol, data lain
menunjukan TB: 160 cm, BB: 45 kg, TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi
100x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, suhu 38,30C, kadar T3: 31 ng/dL T4: 14
μg/dL. Pemeriksaan lainnya Pemeriksaan Laboratorium lainnya menunjukkan
RBC 3.86 x 106 (N: 4-6 x 106 ), HGB 11,91 g/dl (N: 13-17 g/dl), HCT 34,71 %
(N 40-54 %), Total Cholesterol 253 mg/dl (N <200 mg/dl), LDL 144 mg/dl (N
<130 mg/dl). Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya tachicardia, hasil foto
thorak menunjukkan adanya Cardiomegaly.
Kegiatan pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses
keperawatan yaitu pengumpulan data. Pengumpulan data adalah kegiatan untuk
menghimpun informasi tetang status kesehatan klien. Status kesehatan kelen yang
normal maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik yang
efektif optimal maupun yang bermasalah (Nikmatur, 2012).
Jadi hasil pengkajian Hipertoroid tidak jauh beda dengan teori yang ada.
Hal itu karena konsep pengkajian sebelum menentukan diagnosa, didahului
dengan pengkajian, manifestasi klinis yang mana pengkajian tersebut nantinya
tidak jauh berbeda dengan konsep teori.
2. Analisa Data
3 Diagnosa Keperawatan
5 Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan Ny. P sepenuhnya sudah dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. Tindakan keperawatan yang kita
lakukan ke pasien harus benar-benar kita sesuaikan dengan rencana keperawatan
yang sudah dibuat dengan tidak mengutamakan waktu dan kondisi pasien. Dalam
melaksanakan implementasi tidak harus semua yang ada diintervensikan,
implementasi dilakukan semua itu tergantung dengan kondisi klien. Begitu juga
sebaliknya terkadang dalam mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan ada
beberapa yang diluar dari intervensi yang telah kita buat. Sehingga tindakan
keperawatan yang telah diberikan pada Ny. P tidak terdapat kesenjangan antara fakta
dilapangan dengan teori yang ada di literatur.
Menurut Nursalam (2016) Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif
dari rencana tindakan untuk tujuan yang spesifik. Pelaksanaan tindakan keperawatan
merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.
7 Evaluasi
Hasil evaluasi atau catatan perkembangan setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada hari pertama, di dapatkan belum ada perubahan yang signifikan
pada kondisi pasien. Hal ini didukung dengan adanya pernyataan keluarga pasien
yang diutarakan kepada perawat mengenai keluhan yang dirasakan pasien. Data
objektif Pasien mengatakan sudah dapat bernafas dengan baik, Pasien mengatakan
sudah mengerti tentang informasi yang perawat berikan, Pasien tampak tenang dan
rileks, RR = 20x/ menit , Pasien dapat memahami dan menjelaskan kembali dengan
baik apa yang perawat sampaikan , masalah teratasi, pertahankan dan tingkatkan
kondisi pasien. Evaluasi adalah sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematis pada sistem kesehatan pasien. Tipe pernyataan evaluasi ada dua yaitu
formatif dan sumatif. Pernyataan formatif merefleksikan observasi perawat dan
analisa terhadap klien, tentang respon langsung dari intervensi keperawatan.
Pernyataan sumatif adalah merefleksi rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisa
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu. Pernyataan ini menguraikan
kemajuan terhadap pencapaian kondisi yang dijelaskan dalam hasil yang diharapkan
(Nursalam, 2010).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media
Action.
Nanda. 2011. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI