Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA

Dosen Pembimbing: Dewi Hartinah, S. Kep.,Ners.,Msi.,Med.

DI SUSUN OLEH:

1. KHOIRUNNISA ( 920173029 )
2. MITA NUR FAIQOTUN NISA ( 920173030 )
3. M. ALFIAN NUR MAJID ( 920173031 )
4. M. RANDI IRMAWAN ( 920173033 )
5. NAIMATUL FARIDA ( 920173034 )
6. NURUN NAJAH AZ ZAHRO ( 920173028 )
7. NAWA EVALATUL HAWA ( 920173036 )

2A – S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Asuhan Keperawatan Pneumonia

TIM PENYUSUN

Kelompok Seminar Asuhan Keperawatan

Kudus, Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Dewi Hartinah, S. Kep., Ners., Msi., Med.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
Berjudul “Asuhan Keperawatan Pneumonia”. Semoga makalah ini dapat di pergunakan
sebagai salah satu acuan,  petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam dunia psikososial
dan budaya dan dunia kesehatan untuk mengedukasikannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya. Makalah ini, kami akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang masih kurang.Oleh karena itu, kami
berharap para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini dan harap maklum.

Kudus, 23 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...............................................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................
1.3 TUJUAN ...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI................................................................................................................................

B. ETIOLOGI..............................................................................................................................

C. KLASIFIKASI........................................................................................................................

D. PATOFISIOLOGI ..................................................................................................................

E. PATHWAY.............................................................................................................................

F. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................................

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ..........................................................................................

H. PENATALAKSANAAN .......................................................................................................

I. PENGKAJIAN.........................................................................................................................

J. DIAGNOSA.............................................................................................................................

K. INTERVENSI.........................................................................................................................

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit saluran pernapasan sebagai penyebab kesakitan dan kematian terbesar pada
balita, salah satunya yaitu pneumonia. Pneumonia terjadi karena rongga alveoli paru-paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti Streptococcus pneumonia, Streptococcus
aures, Haemophyllus influenza, Escherichia coli dan Pneumocystis jirovenci (Widagdo,
2012).
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Pneumonia
menyebabkan kematian lebih dari 2 juta balita setiap tahunnya. Kasus kematian tersebut
umumnya terjadi di negara miskin. Sedangkan di negara berkembang, diketahui bahwa 1
dari 5 balita meninggal karena penyakit tersebut. Walaupun demikian, perhatian yang
diberikan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dirasa masih kurang (Kemenkes
RI, 2014).
Pneumonia menjadi salah satu penyakit menular sebagai faktor penyebab kematian
pada anak. Pneumonia menjadi target dalam Millenium DevelopmentGoals (MDGs),
sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian anak. Berdasarkan data WHO pada
tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian anak di dunia, dan sebesar 935.000 (15%) kematian
anak disebabkan oleh pneumonia. Sedangkan di Indonesia kasus pneumonia mencapai
22.000 jiwa menduduki peringkat ke delapan sedunia (WHO, 2014). Jumlah kasus
pneumonia di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 tercatat sebanyak 55.932 kasus (67
kematian). Jumlah kematian anak pada kelompok umur <1 tahun sebanyak 36 anak
dengan CaseFatality Rate (CFR) 0,18% dan pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 31
anak dengan CFR = 0,09% (Kemenkes RI, 2014).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan
mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki, dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya
pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut
(Sugihartono, 2012).
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia juga disebabkan oleh
bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu dan radiasi. Berdasarkan lokasi
anatominya, pneumonia dapat terbatas segmen, lobus, atau menyebar. Jika hanya
melibatkan lobulus, pneumonia sering mengenai bronkus dan bronkiolus sehingga sering
disebut dengan bronkopneumonia (Djojodibroto, 2012).
Pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas
cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Kemenkes RI, 2012). Upaya
yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan
utama dalam menghadapi pasien pneumonia untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal
dan diharapkan pasien dapat segera sembuh kembali. Intervensi keperawatan utama
adalah mencegah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Agar perawatan berjalan dengan
lancar maka diperlukan kerja sama yang baik dengan tim kesehatan yang lainnya, serta
dengan melibatkan pasien dan keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penulis angkat adalah
“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Pneumonia?”

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan klien Pneumonia dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
B. Tujuan Khusus
1. Mendiskripsikan pengkajian klien pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.
2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan klien pneumonia dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas.
3. Mendiskripsikan intervensi keperawatan klien pneumonia dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas.
4. Mendiskripsikan implementasi keperawatan klien pneumonia dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
5. Mendiskripsikan evaluasi klien pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas.
1.4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah
disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal (Soemantri, 2009)
Pneumonia adalah radang parnkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme dan radang non infeksi (Astuti dan Angga, 2010).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang
paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif dan Kusuma, 2013).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme termasuk bacteria, mikrobakteria, jamur dan virus. Pneumonia
diklasifikasikan sebagai pneumonia didapat di komunitas, pneumonia didapat di
rumah sakit, pneumonia pada pejamu yang mengalami luluh imun, dan pneumonia
aspirasi (Brunner dan Suddarth, 2014).

B. ETIOLOGI
Menurut Nanda Nic Noc (2015), penyebaran infeksi terjadi melalui droplet
dan sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain di atas penyebab
terjadinya pneumonia sesuai penggolongny yaitu:
1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus hemolyticus,
streptococcus aureus, hemothilus infuinzae, mycobacterium tuberculosis, bacillus
Friedlander.
2. Virus : repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomagnetik, V. Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur : histoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans, blasomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffet

C. KLASIFIKASI
Dalam buku NANDA NIC NOC (2015), klasifikasi pneumonia dapat dibagi
menjadi :
A. Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)
1. Pneumonisa Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya disebut juga pneumonia
loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.
B. Klasifikasi Pneumonia berdasarkan lingkungan
1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika
spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko untuk
jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi
bahan tosik, akibat aspirasi cairan insert misalnya cairan makanan atau
lambung edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Cangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab
infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang
biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan
cacing.

D. PATOFISIOLOGI
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi pathogen microbial di alveolar dan
respons tubuh terhadap pathogen tersebut. Banyak cara mikroorganisme memasuki
saluran pernapasan bawah. Salah satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi
dapat terjadi pada kaum geriatric saat tidur atau pada pasien dengan penurunan
kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak pathogen masuk. Pneumonia
sangat jarang tersebar secara hematogen.
Factor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan arsitektur
trakeobronkial yang bercabang –cabang mencegah mikroorganisme dengan mudah
memasuki saluran pernapasan. Factor lain yang berperan adalah refleks batuk dan
refleks tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga mencagah adhesi
mikroorgnisme di orofaring.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus, tubuh masih
memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan muncul saat kemampuan makrofag
membunuh mikroorganisme lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme bertahan
hidup. Makrofag lalu akan menginisiasi respons inflamasi host. Pada saat inilah
manifestasi klinis pneumonia akan muncul. Respons inflamasi tubuh akan memicu
pelepasan mediator inflamasi seperi IL (Interleukin) I dan TNF (Tumor Necrosis
Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrophil akan bermigrasi ke paru – paru
dan menyebabkan leukositosis perifer sehingga meningkatkan sekresi purulen.
Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler
alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan menyebabkan
hemoptysis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan penampakan infiltrat pada hasil
radiografi dan rales pada auskultasi serta hypoxemia akibat terisinya alveolar.
Pada keadaan tertentu, bakteri pathogen dapat mengganggu vasokonstriksi
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan, hal ini akan
menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses ini memberat dan menyebabkan
perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga
berujung pada kematian. ( Nuratif & Kusuma, 2013 )
E. PATHWAY

Virus, Bakteri, Jamur ( Penyebab )

Saluran napas dalam

( Gg. Pembersihan di paru – paru )

Radang Bronkial

Radang / inflamasi pd bronkuse Hipertermi

Produksi mucus meningkat Kontraksi berlebih


Akumulasi mucus

Timbul reaksi balik Edema / pembengkakan pada


Hiperventilasi paru
mukosa / sekret

Pengeluaran energy
Ketidakefektifan bersihan jalan Atelectasis
berlebih
nafas

Kelelahan Hypoxemia
Intoleransi
aktiifitas
Kompensasi frekwensi
Anoreksia
nafas meningkat

Ketidakseimbangan nutrisi Ketidakefektifan pola nafas


kurang dari kebutuhan tubuh

( Sumber : Nuratif & Kusuma, 2013 )


F. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan
infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan
lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat
yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat
mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain :
1. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail); dapat
juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
orgaisme yang ada
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang penyakitnya tidak
terlalu berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita
yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau
penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas
mekanik.Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat
diberikan antara lain:
a. Oksigen 1-2L/menit.
b. IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
kesimbangan asam basa dan elektrolit.

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic


diberikan sesuai hasil kultur.

Untuk kasus pneumonia community based:

a. Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.


b. Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

Untuk kasus pneumonia hospital based:


a. Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
b. Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
I. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
g. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
j. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
1. sputum:merah muda, berkarat
2. perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
3. premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
4. Bunyi nafas menurun
5. Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas.Batasan
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
lebih.Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak
jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar
stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek
pleura (Mansjoer,2010).

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
3. Hipertermi b.d proses penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia,mual,muntah
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


. KEPERAWATAN ( NOC ) ( NIC )
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Respiratory Monitoring
bersihan jalan keperawatan selama ..x .. jam 1. Monitor vital sign (suhu,
nafas b.d diharapkan jalan nafas pasien RR, Nadi)
penumpukan bersih 2. Monitor respirasi dan
secret NOC oksigenasi
 Respiratory status: 3. Auskultasi bunyi napas
ventilation 4. Anjurkan keluarga pasien
memberikan minuman
 Respiratory status: airway
hangat atau susu hangat
patency
5. Kolaborasi dalam
Kriteria hasil: pemberian terapi nebulizer
sesuai indikasi
 Mendomonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas 6. Berikan O2 dengan
bersih, tidak ada sianosis menggunakan nasal
dan dyspneu
7. Penghisapan (suction)
 Menunjukkan jalan nafas sesuai indikasi.
yang paten

 Mampu mengidentifikasi
dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
nafas

 Pernafasan normal 50-60


x/menit
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan nafas
pola nafas keperawatan selama ..x .. jam 2. Pastikan posisi untuk
berhubgan dengan diharapkan pola nafas pasien memaksimalkan ventilasi
hiperventilasi normal 3. Auskultasi suara nafas, catat
NOC: adanya suara tambahan
 Respiratory status: 4. Monitor vital sign
ventilasi (pernafasan) dan status O2
 Respiratory status: 5. Keluarkan secret dengan
airway patency batuk atau suction
 Vital sign status
Kriteria hasil:
 Mendemostrasikan
batuk efektif
 Menunjukkan jalan
nafas yang paten (irama
nafas, tidak tercekik,
tidak ada nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring Temperatur
berhungan dengan keperawatan selama ..x.. jam suhu tubuh
proses penyakit diharapkan kebutuhan volume 2. Obsevasi
cairan pasien terpenuhi. 3. Anjurkan Keluarga untuk
Kriteria hasil: memberikan minum banyak
 Tekanan darah, nadi, 4. Berikan kompres pada
suhu tubuh dalam batas lipatan akila dan paha
normal 5. Berikan anti piretik sesuai
 Tidak ada tanda-tanda program tim medic
dehidrasi, elestisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi
nutrisi : kurang dari keperawatan selama ..x.. jam makanan
kebutuhan tubuh diharapkan energi psikologis 2. Monitor asupan nutrisi
b.d anoreksia, maupun fisiologi pasien 3. Monitor adanya
mual, muntah terpenuhi penurunan BB
Kriteria hasil: 4. Monitor turgor kulit
 Menunjukkan BB stabil. 5. Monitor Mual muntah
 Nafsu makan meningkat 6. Berikan informasi
tentang kebutuhan
ttubuh
7. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
terapi obat.
8. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
diit
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien untuk
b.d kelemahan keperawatan selama ..x.. jam mengidentifikasi aktifitas
diharapkan pengetahuan yang mampu dilakukan
keluarga pasien bertambah. 2. Bantu untuk memilih
NOC : aktifitas konsisten yang
 Energy Conversation sesuai dengan kemampuan
 Activity tolerance fisik, psikologi, dan social

 Self care : ADLs 3. Bantu untuk

Kriteria Hasil: mengidentifikasi dan

 Berpartisipasi dalam mendapatkan sumber yang

aktivitas fisik tanpa diperlukan untuk aktifitas

disertai peningkatan yang diperlukan

tekanan darah, nadi, dan 4. Bantu untuk mendapatkan

RR alat bantu dan aktifitas yang

 Mampu melakukan disukai

aktivitas sehari – hari 5. Bantu untuk

(ADLs) secara mandiri mengidentifikasi aktifitas


 Tanda – Tanda Vital yang disukai
Normal 6. Bantu klien untuk membuat
jadwal diwaktu luang
7. Kolaborasi dengan
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program
tepat yang tepat

L. REFERENSI
Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah untuk Mahasiswa.
Jogjakarta : DIVA Press.
Bulechek G, et al. (2015). Nursing Interventions Clarification (NIC), Nurjanah
Intansari, Roxana D. Tumanggor (2016) (Alih Bahasa). Yogyakarta: Mocomedia.
Dochterman, Joanne McCloskey et al.20015.Nursing Interventions
Classification (NIC).Missouri : Mosby.
Khasanah Nur Fitri. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia..
Purwakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan (UMP).
Moorhead, Sue et al. 2010.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :
Mosby.
Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Jakarta : Salemba Medika.
Natadidjaja, Hendarto. (2012). Anamnesis dan Pemeriksaan Penyakit Dalam.
Tangerang : Karisma Publishing.
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic NocJakarta: penerbit buku kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai