Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulau Sumatera merupakan awal daerah berkembangnya Islam di Nusantara,
buktinya Islam Nusantara yaitu berdirinya Kerajaan Perlak sekitar abad ke 13M,
Kerajaan tersebut sudah memeluk islam, Islam datang untuk melakukan pencerahan
terhadap masyarakat Nusantara, islam datang di Sumatera dibawa oleh Pedagang yang
berasal dari Arab, penceramahan oleh pedagang tersebut diterima dengan rasa damai,
tanpa ada konflik apapun. Sehingga Islam berkembang sangat cepat di wilayah
Sumatera dan sekitarnya.Islam membawa kedamaian dan keadilan dengan hukum –
hukum yang diterapkan, sehingga jauh dari tindakan kriminal dan hal – hal yang
membuat masyarakat terganggu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Perlak?
2. Seperti apa Proses berkembangnya Kerajaan Perlak di segala bidang?
3. Bagaimana keadaan Puncak Kejayaan Kerajaan Perlak ?
4. Apa yang menyebabkan Kerajaan Perlak mengalami kemunduran ?
5. Apa saja Peninggalan dari Kerajaan Perlak?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk membantu dan mempermudah
pembelajaran, serta melengkapi pematerian. Mendeskripsikan sejarah berdirinya
Kerajaan Perlak, Proses berkembangnya Kerajaan Perlak di segala bidang, , Puncak
kejayaan Kerajaan Perlak, Kemunduran Kerajaan Perlak , Peninggalan dari Kerajaan
Perlak.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Perlak


Kesultanan Peureulak adalah kerajaan Islam di Indonesia yang berkuasa di
sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur, Aceh sekarang antara tahun 840 sampai
dengan tahun 1292. Perlak atau Peureulak terkenal sebagai suatu daerah penghasil
kayu perlak, jenis kayu yang sangat bagus untuk pembuatan kapal, dan karenanya
daerah ini dikenal dengan nama Negeri Perlak. Hasil alam dan posisinya yang
strategis membuat Perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad
ke-8, disinggahi oleh kapal-kapal yang antara lain berasal dari Arab dan Persia. Hal
ini membuat berkembangnya masyarakat Islam di daerah ini, terutama sebagai akibat
perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat. Efeknya
adalah perkembangan Islam yang pesat dan pada akhirnya munculnya Kerajaan Islam
Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Proses berdirinya tidak terlepas dari pengaruh Islam di wilayah Sumatera. Sebelum
Kesultanan Perlak berdiri, di wilayah Perlak sebenarnya sudah berdiri Negeri Perlak
yang raja dan rakyatnya merupakan keturunan dari Maharaja Pho He La (Meurah
Perlak Syahir Nuwi) serta keturunan dari pasukan-pasukan pengikutnya.
Pada tahun 840 ini, rombongan berjumlah 100 orang dari Timur Tengah menuju
pantai Sumatera yang dipimpin oleh Nakhoda Khilafah. Rombongan ini bertujuan
untuk berdagang sekaligus membawa sejumlah da'i yang bertugas untuk membawa
dan menyebarkan Islam ke Perlak. Dalam waktu kurang dari setengah abad, raja dan
rakyat Perlak meninggalkan agama lama mereka (Hindu dan Buddha), yang kemudian
secara sukarela berbondong-bondong memeluk Islam.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa salah seorang anak buah dari
Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja'far Shadiq dikawinkan dengan
Makhdum Tansyuri, yang merupakan adik dari Syahir Nuwi, Raja Negeri Perlak yang
berketurunan Parsi. Dari buah perkawinan mereka lahirlah Sultan Alaiddin Sayyid
Maulana Abdul Aziz Shah, yang menjadi sultan pertama di Kesultanan Perlak sejak
tahun 840. Ibu kotanya Perlak yang semula bernama Bandar Perlak kemudian diubah
menjadi Bandar Khalifah sebagai bentuk perhargaan terhadap jasa Nakhoda Khalifah.

2
2.2 Proses Berkembangnya Kerajaan Perlak di segala bidang
Bidang Politik
Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin
Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri
tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan
tetangga. Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan
Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja
Kerajaan Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah
Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan
Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu
dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai
yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga
merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.
Bidang Ekonomi
Kerajaan Perlak merupakan negeri yang terkenal sebagai penghasil kayu
Perlak, yaitu kayu yang berkualitas bagus untuk kapal. Posisi strategis dan hasil
alam yang melimpah membuat perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga
yang maju pada abad VIII hingga XII. Sehingga, perlak sering disinggahi oleh
Jutaan kapal dari arab, persia, gujarat, malaka, cina, serta dari seluruh kepulauan
nusantara. karena singgahannya kapal-kapal asing itulah masyarakat islam
berkembang, melalui perkawinan campur antara saudagar muslim dengan
perempuan setempat.Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini
terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan
terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau
kuningan.
Bidang Sosial dan Budaya
Masuknya para pedagang tersebut juga sekaligus menyebarkan ajaran
Islam di kawasan ini. Kedatangan mereka berpengaruh terhadap kehidupan
sosio-budaya masyarakat Perlak pada saat itu. Sebab, ketika itu masyarakat
Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana caranya berdagang. Pada awal
abad ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga yang sangat maju.
Model pernikahan percampuran mulai terjadi di daerah ini sebagai
konsekuensi dari membaurnya antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
pendatang. Kelompok pendatang bermaksud menyebarluaskan misi Islamisasi
dengan cara menikahi wanita-wanita setempat. Sebenarnya tidak hanya itu saja,
pernikahan campuran juga dimaksudkan untuk mengembangkan sayap
perdagangan dari pihak pendatang di daerah ini.
3
2.3 Keadaan Puncak Kejayaan Kerajaan Perlak
Masa kejayaan Kerajaan Perlak terjadi pada masa pemerintahan Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Jouhan Berdaulat yakni pada
tahun 1225 sampai 1262 Masehi. Pada masa pemerintahan beliau, Kerajaan Perlak
mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat, yakni dalam bidang
pendidikan Islam dan bidang perluasan dakwah Islamiah.
2.4 Kemunduran Kerajaan Perlak
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat, yang
awalnya hanya menguasai Perlak Pedalaman kemudian ditetapkan sebagai
Sultan ke-8 pada Kesultanan Perlak. Ia melanjutkan perjuangan melawan
Sriwijaya hingga tahun 1006.
Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah
II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri
tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan
tetangga. Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan
Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja
Kerajaan Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah
Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan
Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu
dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai
yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga
merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.
Alasan mengapa kerajaan perlak menggabungkan kekuasaan:
1. karena kedua kerajaan sama-sama berlokasi di negeri Aceh (daerah
pertama yang pertama dimasuki Islam)
2. Kerajaan perlak mengalami kemunduran karena adanyan perkembangan
kerajaan Malaka sehingga pusat pelayaran perdagangan beralih ke Malaka
3. Karena pada waktu itu raja yg memerintah sdh tdk mampu lg
mengembalikan kekuasaannya setelah Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul
Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292.

4
2.5 Peninggalan dari Kerajaan Perlak
Bukti-bukti peninggalan sejarah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
mendukung dan membukti mengenai keberadaan Kerajaan perlak ada tiga yakni ;
mata uang perlak, stempel kerajaan dan makam raja-raja Benoa.

A. Mata Uang Perlak


Mata uang Perlak ini diyakini merupakan mata uang tertua yang diketemukan di
Nusantara. Ada tiga jenis mata uang yang ditemukan, yakni yang pertama terbuat dari
emas (dirham) yang kedua dari Perak (kupang) sedang yang ketiga dari tembaga atau
kuningan.
1) Mata uang dari emas (dirham)
Pada sebuah sisi uang tersebut tertulis ”al A’la” sedang pada sisi yang lain tertulis
”Sulthan”. Dimungkinkan yang dimaksud dalam tulisan dari kedua sisi mata uang itu
adalah Putri Nurul A’la yang menjadi Perdana Menteri pada masa Sulthan Makhdum
Alaidin Ahmad Syah Jauhan Berdaulat yang memerintah Perlak tahun 501-527 H
(1108 – 1134 M).
2) Mata uang perak (kupang)
Pada satu sisi mata uang Perak ini tertulis ”Dhuribat Mursyidam”, dan pada sisi yang
tertuliskan ”Syah Alam Barinsyah”. Kemungkinan yang dimaksud dalam tulisan
kedua sisi mata uang itu adalah Puteri Mahkota Sultan Makhdum Alaidin Abdul Jalil
Syah Jouhan Berdaulat, yang memerintah tahun 592 – 622 H (199 – 1225 M). Puteri
mahkota ini memerintah Perlak karena ayahnya sakit. Ia memerintah dibantu adiknya
yang bernama Abdul Aziz Syah.

5
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesultanan Perlak merupakan Kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berdiri pada
tahun 225 H/ 840 M dan rajanya Syed Maulana Abdul Azis Syah, yang merupakan
keturunan Syi’ah. Banyak terjadi peperangan diantara Syi’ah dan Sunni yang pada
akhirnya terjadi perdamaian dengan dibagi wilayahnya menjadi dua, yaitu Perlak
Pesisir bagi golongan Syi’ah dan Perlak Pedalaman bagi golongan Sunni.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Azis Johan Berdaulat adalah sultan terakhir
dari Kesultanan Perlak. Sultan Malik Abdul Azis adalah sultan terakhir dari
Kesultanan Perlak. Setelah dirinya wafat, Kesultanan Perlak digabungkan dengan
Kesultanan Samudra Pasai pada masa pemerintahan Sultan Malik Al- Zahir putra
Malik Al- Shaleh.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai