Anda di halaman 1dari 20

KASUS KEGAWATDARURATAN PADA WISATA AIR :

HIPOTERMI

OLEH KELOMPOK I :

S.Tr Keperawatan Tingkat 4A


1. Komang Pande Dewi Ayuni (P07120216001)
2. Putu Indah Praptika Suci (P07120216002)
3. Kadek Dwi Dharma Pradnyani (P07120216003)
4. Eka Wahyu Rifani Meiliadewi (P07120216004)
5. Ni Komang Sri Ardina (P07120216005)
6. Ni Luh Putu Desy Trisna Ekayanti (P07120216006)
7. Ni Luh Putu Intan Sari (P07120216007)
8. Ni Made Anasari (P07120216008)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kasus Kegawatdaruratan Pada Wisata
Air :Hipotermia” Meskipun banyak tantangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah meluruskan penulisan
makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan kontribusi positif dalam proses pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan
kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini untuk ke depannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses belajar mengajar dan menambah pengetahuan
kita bersama. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 22 Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG………………………………..……………..3
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………..………..3
C. TUJUAN…………………………………………………………….4
BAB 2 ISI

A. PENGERTIAN HIPOTERMIA…………………………………..…5
B. KLASIFIKASI HIPOTERMIA…………………………………..…5
C. ETIOLOGI HIPOTERMIA…………………………………………6
D. TANDA DAN GEJALA………………………………………...…..6
E. PENATALAKSANAAN………………………………………..…..7
F. PENGKAJIAN…………………………………………………...….8
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………….……9
H. INTERVENSI KEPERAWATAN………………………………….10
BAB 3 PENUTUP

A. SIMPULAN………………………………………………………….16
B. SARAN…………………………………………………………..…..16
DAFTAR PUSTAKA………………………………..........................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipotermia menggambarkan keadaan di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan
suhu kewalahan dalam menghadapi stressor dingin. Hipotermia diklasifikasikan sebagai
kecelakaan atau disengaja, primer atau sekunder, dan dengan tingkat hipotermia.
Hipotermia yang tidak disengaja umumnya terjadi akibat paparan yang tidak
terduga pada orang yang tidak cukup dipersiapkan; contohnya termasuk tempat
berlindung yang tidak memadai bagi seorang tunawisma, seseorang yang terperangkap
dalam badai musim dingin atau kecelakaan kendaraan bermotor, atau penggemar
olahraga luar ruang yang tertangkap basah oleh elemen-elemennya. Hipotermia disengaja
adalah keadaan induksi yang umumnya diarahkan pada pelindung saraf setelah situasi
berisiko (biasanya setelah serangan jantung) [1] Hipotermia primer terjadi karena paparan
lingkungan, tanpa kondisi medis yang mendasari yang menyebabkan gangguan
pengaturan suhu. [2] Hipotermia sekunder adalah suhu tubuh rendah akibat penyakit
medis yang menurunkan suhu set-point.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian hipotermia?
2. Apa sajakah klasifikasi hipotermia?
3. Bagaimana etiologi hipotermia?
4. Apa sajakah tanda dan gejala hipotermia?
5. Bagaimana patofisiologis dari hipotermia?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari hipotermia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan hipotermia?
8. Apaka pengertian muntah?
9. Bagaimana etiologi muntah?
10. Bagaimana manifestasi klinis muntah?
11. Bagaimana patofisiologi muntah?
12. Apasaja pemeriksaan diagnostik muntah?

4
13. Bagaimana penatalaksanaan muntah?
14. Apasajakah komplikasi muntah?
15. Bagaimana kah asuhan keperawatan muntah?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian hipotermia.
2. Untuk mengetahui klasifikasi hipotermia.
3. Untuk mengetahui etiologi hipotermia.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipotermia.
5. Untuk mengetahui patofisiologis dari hipotermia.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hipotermia.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipotermia.
8. Untuk mengetahui pengertian muntah.
9. Untuk mengetahui etiologi muntah.
10. Untuk mengetahui manifestasi klinis muntah.
11. Untuk mengetahui patofisiologi muntah.
12. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik muntah.
13. Untuk mengetahui penatalaksanaan muntah.
14. Untuk mengetahui komplikasi muntah.
15. Untuk mengetahui asuhan keperawatan muntah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipotermia
Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga
mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak mampu memproduksi panas untuk
menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat. Kehilangan panas karena pengaruh
dari luar seperti air, angin, dan pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik (Lestari, 2010).
Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan medis
darurat. Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal
yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C.

B. Klasifikasi Hipotermia
Tiga tingkatan hipotermia berdasarkan keparahannya dikenal dan ditetapkan menurut
suhu inti tubuh, yaitu:
1. Hipotermia ringan ( 35-32oC), awalnya dimulai dengan menggigil yang parah,
berhentinya aktivitas otot yang efektif, disorientasi, tidak tertarik dengan lingkungan
sekitar (apatis).
2. Hipotermia sedang (32-26o C), ketidakteraturan detak jantung dimulai pada suhu 30oC
dan hilangnya reflex kornea dibawah suhu 28oC.
3. Hipotermia berat, terjadi pada suhu 26o C ke bawah, dan dengan risiko tertinggi
fibrilasi ventrikular dibawah 27oC, dan pasien akan dengan tidak sadarkan diri pada
suhu suhu inti tubuh 18oC

Berdasarkan etiologi :
1. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga 35°c.
2. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
3. Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
( seluruh tubuh ) yang serius. Kebanyakan terjadinya di musim dingin ( salju ) dan
iklim dingin.

6
4. Indusi hipotermi, dimana suhu tubuh diturunkan sebagai bagian dari terapi.

C. Etiologi Hipotermia
1. Suhu yang dingin
2. Mengenakan pakaian yang basah dalam waktu yang lama Terlalu lama berada di air
atau terlalu lama kontak dengan air terlalu lama, seperti pada korban yang hampir
tenggelam,
3. Terkena kondisi dingin yang lama dan tidak menggunakan pelindung dingin.
4. Kondisi tubuh yang kurang baik, kelelahan

D. Tanda dan Gejala


Hipotermia Ringan :
1. mengigil yang disertai rasa lelah
2. pusing, kulit yang dingin atau pucat
3. napas yang cepat.

Hipotermia Sedang :
1.      Menggigil
2.      Terasa melayang
3.      Pernafasan cepat, nadi melambat
4.      Gangguan penglihatan
5.      Reaksi mata lambat
6.      Gemetar

Hipotermia berat :
1.      Pernafasan sangat lambat
2.      Denyut nadi sangat lambat
3.      Tidak ada respons
4.      Manik mata melebar dan tidak bereaksi
5.      Alat gerak kaku
6.      Tidak menggigil

7
E. PATHWAY

Terpapar suhu
lingkungan yang rendah

Hipotermia

Metabolisme meingkat

Penggunaan O2
meingkat

Produksi surfaktan
meningkat

Disstres pernapasan Hipoksemia

Penurunan kerja otak

Retraksi subcostal Respiratori gurting

Resiko Perfusi Jaringan


Tidak Efektif

Pola Napas Tidak Efektif

8
F. PENATALAKSANAAN
Terapi Penghangatan
1. Penghangatan eksternal pasif. Teknik ini merupakan terapi pilihan untuk hipotermia
ringan. Pada teknik ini singkirkan baju basah pasien kemudian tutupi tubuh pasien
dengan selimut atau insulasi lain. Hal ini akan membatasi pelepasan panas tubuh pasien
dan membiarkan tubuh pasien untuk memproduksi panas tubuh dan meningkatkan suhu
inti tubuh karena pasien dengan hipotermi ringan masih dapat meningkatkan produksi
panas tubuh dengan menggigil.
2. Penghangatan eksternal aktif. Teknik ini digunakan untuk pasien dengan hipotermia
sedang atau untuk pasien yang tidak berespon dengan penghangatan eksternal pasif.
Selimut hangat, mandi air hangat atau lempeng pemanas digunakan untuk
menghangantkan pasien. Selain itu dapat pula diberikan cairan infuse hangat intravena
(suhu 390-400C) atau oksigen yang dipanaskan (suhu 420 0-460C) dan dilembabkan.
Komplikasi yang sering terjadi akibat teknik ini adalah afterdrop atau rewarming shock.
Pada penghangatan eksternal terjadi vasodilatasi perifer dan darah yang dingin dari
ekstrimitas kembali ke sirkulasi inti tubuh sehingga dapat terjadi penurunan tekanan
darah dan peningkatan kerja miokardium yang semula tertekan. Hal ini meningkatkan
risiko terjadinya fibrilasi ventrikel.
3. Penghangatan internal aktif. Dalam teknik yang digunakan untuk hipotermia berat ini,
pemberian oksigen hangat dan lembab dengan suhu 420 -460C serta cairan infus intavena
hangat dengan suhu 430C dapat terus diberikan. Cairan infus intravena yang diberikan
adalah cairan NaCl 0,9% atau cairan intravena campuran dekstrosa 5% dalam NaCL
0,9%.
Penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut
hangat ( tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara
mendadak ) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman
hangat ( kalau pasien dalam kondisi sadar ).
Pencegahannya :  Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh
menjadi tidak terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran

9
menjadi kacau, bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat
dingin bila disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban,
seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita sebaiknya
jangan cepat-cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau
membaringkan di dekat api atau pemanas. Jangan menggosok-gosok tubuh penderita. Jika
korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan
dan denyut nadi. Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan menekan dada. Pindahkan ke
tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat,
selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti
alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh dari orang lain
juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut
dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat
jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.

G. PENGKAJIAN
1) Data Primer
Data Subyektif
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, status perkawinan,
suku bangsa.
2. Riwayat Keperawatan
a Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi apa yang dirasakan klien saat pengkajian
b Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang diderita, apakah sebelumnya pernah sakit sama.
c Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi apakah dari keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.

Data Obyektif
1. Airway : Kaji adanya sumbatan jalan nafas akibat paru-paru yang terisi cairan
Manajemen : Kontrol servikal, bebaskan jalan nafas

10
2. Breathing : Periksa adanya peningkatan frekuensi nafas, nafas dangkal dan cepat,
klien sulit bernafas
Manajemen : Berikan bantuan ventilasi
3. Circulation : Kaji penurunan curah jantung
Manajemen : Lakukan kompresi dada
4. Disability : Cek kesadaran klien, apakah terjadi penurunan kesadaran
Manajemen : Kaji GCS, periksa pupil dan gerakan ekstremitas
5. Exposure : Kaji apakah terdapat jejas

2) Data Sekunder
1. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : ditemukan kulit tampak pucat, menggigil, gelisah, dan lemah
Palpasi : pada permukaan ini ditemukan kulit teraba dingin, nadi lambat.
Auskultasi : tekanan darah menurun.
2. Tanda – tanda vital :
Nadi : <60 x/menit
Suhu : <360C
TD : <120 mmHg
RR : >24 x/menit

H. DIAGNOSA
1. Hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
3. Risiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan hipoksia

11
I. INTERVENSI

Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesi


No. Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
Hipotermia SLKI : SIKI :
Penyebab : Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen hipotermia I.14507
□ Kerusakan hipotalamus selama …. maka hipotermia menurun dengan Observasi :
□ Konsumsi alcohol kriteria hasil : □ Monitor suhu tubuh
□ Berat badan ekstrim □ Identifikasi penyebab hipotermia (mis. Terpapar suhu
□ Kekurangan lemak subkutan Termoregulasi L.14134 lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan
□ Terpapar suhu lingkungan □ Menggigil menurun (5) hipotalamus, penurunan laju metabolism, kekurangan
rendah □ Suhu tubuh membaik (5) lemak subkutan.)
□ Malnutrisi □ Suhu kulit membaik (5) □ Monitor tanda gejala akibat hipotermia (hipotermia
□ Pemakaian pakaian tipis □ Kadar glukosa darah membaik (5) ringan : takipnea, disatri, menggigil, hipertensi,
□ Penurunan laju metabolism □ Pengisian kapiler membaik (5) diuresis ; hipotermia sedang : aritmia, hipotensi,
□ Tidak beraktivitas □ Ventilasi membaik (5) apatis, koagulopati, reflex menurun ; hipotermia
□ Transfer panas (mis. □ Tekanan darah membaik (5) berat : oliguria, reflek menghilang, edema paru, asam
Konduksi, konveksi, basa abnormal)
evaporasi, radiasi) Terapeutik :
□ Trauma □ Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu
□ Proses penuaan ruangan, ganti pakean)
□ Efek agen farmakologis □ Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres
□ Kurang terpapar informasi hangat, botol hangan, selimut hangat)

12
tentang pencegahan □ Anjurkan makan/minum hangat
hipotermia
Gejala dan Tanda Mayor
□ Subjektif tidak ada
□ Objektif
- Kulit teraba dingin
- Menggigil
- Suhu tubuh dibawah
nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
□ Subjektif tidak ada
□ Objektif
- Akrosianosis
- Bradikardi
- Dasar kuku sianotik
- Hipoglikemia
- Hipoksia
- Pengisian kapiler kurang
dari 3 detik
- Konsumsi oksigen
meningkat
- Ventilasi menurun

13
- Piloereksi
- Takikardia
- Vasokontriksi perifer
- Kutis memorata (pada
neonatus)

Pola napas tidak efektif SLKI : SIKI :


Penyebab : Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen jalan napas I.01011
□ Depresi pusat pernapasan selama …. maka pola napas membaik dengan Observasi :
□ Hambatan upaya napas kriteria hasil : □ Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
(mis. Nyeri saat bernapas, napas)
kelemahan otot Pola napas L.01004 □ Monitor bunya napas tambahan (mis. Gurgling,
pernapasan.) □ Dispnea (5) mengi, wheezing, ronchi kering)
□ Deformitas dinding dada □ Penggunaan otot bantu napas (5) Terapeutik :
□ Deformitas tulang dada □ Pemanjangan fase ekspirasi (5) □ Pertahankan kepatenan jalan napas
□ Gangguan neuro muscular □ Frekuensi napas (5) □ Posisikan semi-fowler atau fowler
□ Gangguan neurologis (mis. □ Kedalaman napas (5) □ Berikan minum hangat
EEG positif, cedera kepala, □ Berikan oksigen jika perlu
gangguan kejang)
□ Imaturitas neurologis
□ Penurunan energi
□ Obesitas
□ Posisi tubuh yang

14
menghambat ekspansi paru
□ Sindrom hipoventilasi
□ Kerusakan inervasi
diafragma (kerusakan saraf
C5 keatas)
□ Cedera pada medulla
spinalis
□ Efek agen farmakologis
□ Kecemasan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif : dyspnea
Objektif :
- Penggunaan otot bantu
pernapasan
- Fase ekspirasi
memanjang
- Pola napas abnormal
(mis. Takipnea,
bradypnea,
hiperventilasi, kusmaul,
Cheyne-stokes)

15
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Ortopnea
Objektif :
- Pernapasan pursed-lip
- Pernapasa cuping
hidung
- Diameter thorax anterior
posterior meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada berubah

Resiko perfusi perifer tidak efektif SLKI : SIKI :


Faktor resiko : Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan syok I.02068
□ Hiperglikemia selama …. maka resiko perfusi perifer Observasi :

16
□ Gaya hidup kurang gerak membaik dengan kriteria hasil : □ Monitor status kardiopulmonar (frekuensi dan
□ Hipertensi kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
□ Merokok Perfusi Perifer L.02011 □ Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
□ Prosedur endovaskuler □ Kekuatan nadi perifer meningkat(5) □ Monitor status cairan (turgor kulit, CRT)
□ Trauma □ Warna kulit pucat menurun (5) □ Periksa riwayat alergi
□ Kurang terpapar informasi □ Turgor kulit membaik (5) Terapeutik :
tentang factor pemberat □ Tekanan darah sistolik membaik (5) □ Beri oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
(mis. Merokok, gaya hidup □ Tekanan darah diastolic membaik (5) > 94%
kurang gerak, obesitas, □ Pasang jalur IV jika perlu
imobilitas) Edukasi :
□ Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
□ Jelaskan tanda dan gejala awal syok
□ Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
□ Anjurkan menghindari allergen

17
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga
mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak mampu memproduksi panas untuk
menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat. Kehilangan panas karena pengaruh
dari luar seperti air, angin, dan pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik (Lestari, 2010).
Hipotermia termasuk kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan medis
darurat. Keadaan ini terjadi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal
yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35°C.
Muntah karena meminum air kolam merupakan suatu kejadian yang tak terduga
yang merupakan bagian dari kecelakaan yang terjadi di daerah pariwisata air. Definisi
dari muntah merupakan keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Pada saat berenang
terkadang air dari kolam dapat masuk kedalam tubuh melalui mulut atau organ lainnya
pada saat seseorang tenggelam. Muntah terjadi melalui mekanisme yang sangat
kompleks. Terjadinya muntah dikontrol oleh pusat muntah yang ada di susunan saraf
pusat otak. Muntah terjadi apabila terdapat kondisi tertentu yang merangsang pusat
muntah. Rangsangan pusat muntah kemudian dilanjutkan ke diafragma atau suatu sekat
antara dada dan perut dan otot-otot lambung, yang mengakibatkan penurunan diafragma
dan kontriksi atau pengerutan otot-otot lambung.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat membantu pembaca dalam menambah wawasan tentang
materi tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA
Krisanty,Paula.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta: CV.Trans Info Media.
Nurarif,Amin Huda. Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda,NIC-NOC.Yogya: Media Action
Onyekwelu, E., 2008. Drowning and Near Drowning. Internal Journal of Health 8, Volume 2.
https://ikatannersindonesia.wordpress.com/2016/12/07/askep-drowninng-atau-tenggelam/
Diakses pada tanggal 22 Agustus 2019 pukul 14.30 Wita
Raoof, Suhail. 2008. Manual of Critical Care. New York: Brooklyn
Verive, Michael, 2007. Near Drowning. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/908677). (Accessed: 22 Agustus 2019).
Carpenito, Lynda Juall . 2006 . Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC
Potter. Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Parwis-Allan.2003.Pedoman Pertolongan Pertama Edisi Kedua. Jakarta : Markas Pusat PMI
Rab, Tabrani. 1998. Agenda Gawat Darurat (Critical Care) Edisi ke 3. Bandung: Pt Alumn
Seabee Operational Medical & Dental Guide, Prevention and Treatment of Heat and Cold Stress
Injuries, (22 Agustus 2019)
Wald, Peter H. 2002. Phsyical and BiologicalHazards of the Workplaces, 2nd edition. New York :
John Wiley and Sons

19
20

Anda mungkin juga menyukai