Jamaah Jum’ah rahimakumullah,
Tawakal merupakan bagian dari ajaran Islam yang
sangat penting. Karenanya, tawakal sangat ditekankan di
dalam Al Qur’an. Kata “tawakal” disebut di dalam Kitab
Suci ini tidak kurang dari 30 kali yang tersebar di dalam
19 surah yang berbeda, misalnya surah Ali Imran, ayat
122; Al Maidah, ayat 11; Al A’raf, ayat 89; dan
sebagainya. Tawakal inilah yang merupakan salah satu
hal yang membedakan antara orang beriman dengan
orang tak beriman.
Menurut Imam Ahmad bin Hambal, atau yang lebih
dikenal dengan Imam Hambali, tawakal merupakan
perbuatan hati. Artinya, tawakal bukan sesuatu yang
diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan
oleh anggota tubuh. Juga bukan merupakan sebuah
wacana atau sekedar pengetahuan belaka. Tetapi tawakal
merupakan perbuatan hati sehingga tidak bisa
diwujudkan dalam bentuk fisik, seperti berdiam diri
tanpa melakukan suatu ikhtiar lahiriyah.
Sikap pasrah yang ditunjukkan dengan tidak adanya
usaha fisik atau ikhtiar lahiriyah seperti itu tidak bisa
disebut sebagai tawakal, tetapi Ibarat perang, merupakan
sikap menyerah sebelum maju ke medan pertempuran.
Rasulullah SAW telah memberikan gambaran tentang
tawakal sebagaimana beliau sabdakan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibban:
اِ ْع ِق ْل َها َوَت َو َّك ْل
Artinya: “Ikatlah untamu dan bertawakkallah.”
Hadits tersebut memberikan pengertian bahwa tawakal
tidak meniadakan usaha lahiriyah atau perbuatan fisik
seperti mengikat seekor unta ketika seseorang
menginginkan hewan ternaknya itu tidak meninggalkan
dirinya alias hilang. Pertanyaan yang sering muncul
terkait dengan tawakal adalah kapan seharusnya tawakal
itu kita lakukan; apakah sebelum, pada saat, atau setelah
usaha atau ikhtiar kita lakukan?
Jamaah Jum’ah rahimakumullah,
Kalau kita perhatikan hadits tersebut, maka jelas bahwa
Rasulullah SAW memerintahkan agar seseorang
berusaha atau berikhtiar terlebih dahulu baru kemudian
bertawakal. Artinya, manusia tidak boleh berdiam diri,
berpangku tangan, berenak-enakan, atau bermalas-
malasan, sementara urusannya diserahkan begitu saja
kepada Allah SWT.
Tetapi kalau hadits di atas kita hubungankan dengan
Surah Al Imran, ayat 159, yang berbunyi:
Jamaah Jum’ah rahimakumullah,
Kedua, orang yang bertawakal kepada Allah SWt akan
mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat
sebagaimana ditegaskan dalam Surah An-Nahl, ayat 41-
42:
ُّ َّه ْم يِف ِ ِ ِِ ِ َّ
ًالد ْنيَا َح َسنَة ُ اجُروا يِف اهلل م ْن َب ْعد َما ظُل ُموا لَنَُب ِّوَئن َ ين َه
َ َوالذ
صَبُروا َو َعلَى َرهِّبِ ْم ِ َّ ِ ِ ْ وأل
َ ين َ َجُر اآلخَرة أَ ْكَبُر لَ ْو َكانُوا َي ْعلَ ُمو َن الذ َ
َيَت َو َّكلُو َن
Khutbah II