ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
(BIROKRASI DALAM PEMBANGUNAN DI DESA ANABANNAE)
DISUSUN OLEH :
NAMA : RESKIA
NPM : 43182073
KELAS/SEMESTER : A/III
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Birokrasi Pembangunan Di Desa
Anabannae”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
Administrasi pembangunan di Universitas Muhammadiyah Sidrap.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara historis, penjajahan Belanda selama kurang lebih 350 tahun dan penjajahan
Jepang kurang lebih selama 3,5 tahun, membawa akibat terhadap rusaknya sendi-sendi
kehidupan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, pemerintah fokus
pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan masyarakat adalah desa dan kelurahan.
Hal ini didasarkan pemahaman bahwa desa dan kelurahan merupakan lembaga
pemerintah terkecil yang paling bawah sebagai ujung tombak yang langsung berhadapan
dengan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan pemerintah pada saat ini maka beberapa perombakan
struktur pemerintahan seperti adanya pergantian beberapa desa menjadi kelurahan. Tentu
pergantian ini tidak sekedar formalitas zaman tapi menggunakan beberapa pertimbangan
dan alasan yang masuk akal. Seperti salah satu contohnya adalah dengan adanya Undang-
Undang No, 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu pada jaman sekarang
sudah sulit mencari daerah yang masih memakai nama desa sekarang sudah berganti
menjadi kelurahan. Hal ini seperti yang tertuang di Undang-Undang Republik Indonesia
No. 32/2004 tentang Revisi Undang-Undang No. 22/1999 yang mengatur tentang
pergantian nama dari desa menjadi kelurahan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pembangunan di Desa Anabannae?
2. Bagaimana birokrasi dalam pembangunan di Desa Anabannae?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tahun 2005 tentang Desa,
yaitu desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam menjalankan tugasnya, kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Perangkat
desa tersebut disesuaikan dengan kebutuhan di desa. Perangkat desa umumnya adalah sebagai
berikut.
a) Sekretaris Desa
Salah satu perangkat desa ialah sekretaris desa yang bertugas mengurus
administrasi di desa. Misalnya, membuat surat akta kelahiran atau surat keterangan.
Sekretaris desa merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
1) Urusan tingkat pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.
Misalnya, mengangkat ketua RW dan RT.
3
2) Urusan tingkat pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota, tetapi
urusan tersebut diserahkan pengaturannya ke desa. Misalnya, membuat Kartu
Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
3) Tugas pembantuan dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah kabupaten/kota. Misalnya, membantu mengumpulkan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dari masyarakat desa.
4) Urusan pemerintahan lainnya, yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan ke desa. Misalnya, pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dan LKMD.
4
2.3 Profil Desa Anabannae
Desa Anabannae adalah hasil pecahan dari Desa Bulucenrana sejak itu menjadi Desa
Persiapan pada tahun 1996 sebagai kepala Desa Persiapan pada waktu itu adalah Andi
Rifai DJago diangkat menjadi kepala Desa Defenitif dan 5 (lima) tahun kemudian hasil
pemilihan rakyat Desa terpilih berikutnya adalah Andi Mappangile setelah meninggal
dunia di jabat oleh Sekretaris Desa Muh.Yunus, sampai pemilihan pada tahun 1999
diangkat sebagai pelaksana tugas Drs.Muh.Bakri, selama 3 tahun dan pada tahun 2002
terpilih sebagai Kepala Desa Definitif selama 5 tahun dan digantikan oleh Suryadi
samapai tahun 2013 dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Muh. Yunus mulai Januari tahun
2014 sampai sekarang dengan masa jabatan sampai tahun 2019.
5
3. Jumlah Penduduk
Visi
6
Dalam implementasi visi Desa Anabannae telah tertuang dalam rencana RPJM Desa
sebagai acuan dasar dalam penyusunan rencana pembangunan yang sifatnya skala
tahunan atau program pendanaan lainnya.
Misi
a. Meningkatkan produksi dibidang perkebunan dan pertanian.
b. Meningkatkan sumber daya manusia.
c. Menata sarana dan prasarana.
6. Program Desa
A. Rencana penyelenggaraan pemerintah desa
7
B. Rencana Pelaksanaan Pembangunan Desa
Layanan Program
8
Pencapaian Target Program
9
membuat pelaksanaan program pembangunan infrastruktur terhambat. Tidak hanya
itu, kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam bermusyawarah dan
bekerjasama membangun desanya sendiri.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat penulis
sampaikan adalah agar para aparatur pemerintah di desa semakin meningkakan kinerja serta
pelayanan kepada masyarakat serta memberikan sosialisasi yang jelas kepada masyarakatnya.
Agar masyarakat juga tidak merasa dibingungkan dengan pemberitahuan yang tidak sampai
ke telinga mereka. Memperbanyak sosialisasi dan penyuluhan pada RW disekitar kelurahan
tersebut sangat diperlukan. Selain itu, penyediaan fasilitas pelayanan yang menunjang pun
sangat perlu utuk ditingkatkan demi tercapainya pelayanan yang lebih maksimal.
11