Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERPAJAKAN II

“Konsep dan Perhitungan PPh Pasal 23”

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan II

Dosen Citra Mariana, S.Pd., M.Ak.

Disusun Oleh :

Megasari Kusumah (0113U388)

Yuci Childiani P. (011401290)

Arief Budisetyanto (011401036) (Kelas O)

Syifa Fauzia (0115101415)

M. Jamaludin R. (0115101445)

Kelas B

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
dan Perhitungan PPh Pasal 23”. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini , yaitu untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan II.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki banyak
kekurangan, baik dari segi pengetahuan, pengalaman, waktu, dan biaya, namun penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik dalan penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu segala saran dan kritik sangat penulis harapkan demi pengembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan makalah ini, sehingga dapat berguna bagi pembaca maupun
penulis sendiri.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 9 Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang…………………………………………...................................................1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...2

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum……………………………………………………………2


2.2 Wajib Pajak dan Pemotongan PPh Pasal 23…..……………………….………………...3
2.3 Tarif, Obyek dan Dasar Pengenaan PPh Pasal 23………………………….………........3
2.4 Pengecualian PPh Pasal 23…………………………………………………..…………..5
2.5 Contoh Perhitungan PPh Pasal 23……………………………………………...………..6

BAB III KESIMPULAN………..…………………………………………………………….9


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………...9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu negara mensejahterakan rakyatnya dengan membangun fasilitas-fasilitas yang


dibutuhkan masyarakat untuk mendukung kelansungan hidupnya. Berbagai fasilitas yang
disediakan tidak kita dapatkan hanya dengan meminta dari pemerintah itu sendiri, tetapi kita
harus mengeluarkan suatu kewajiban rakyat yang disebut dengan pajak. Pajak dinegara kita
Indonesia terbagi pada beberapa jenis, yaitu : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dan Bea Materai.

Berdasarkan beberapa jenis pajak yang dibebankan negara kepada rakyatnya, pajak
penghasilan merupakan pajak yang paling diperhatikan oleh masyarakat karena pajak ini
terbagi pula menjadi beberapa bagian, yaitu PPh Pasal 21,22,23,24,25 dan 26.

Maka dari itu, makalah ini akan membahas segala hal terkait PPh 23, termasuk tarif dan
perhitungannya.

Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang
diteriMa atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayaranya oleh badan pemerintah, subyek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Dasar Hukum


Merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.
2.1.1 Dasar Hukum
1. Pasal 4 Ayat (1) Huruf g, Pasal 4 Ayat (3) huruf f, Pasal 23 UU Nomor 36 TAHUN
2008.
2. Pasal 15 Ayat (3), Pasal 16, Pasal 18, dan Pasal 20 PP 94 TAHUN 2010.
3. Pasal 1 PMK-251/PMK.03/2008.
4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 50/PJ./1994.
5. Pasal 2 Ayat (6) PMK 80/PMK.03/2010.

2.1.2 Aturan Pelaksanaan

1. PPh Pasal 23 terutang pasa akhir bulan dilakukan pembayaran atau pada akhir bulan
terutangnya pengasilan yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya tanggal 10
bulan takwim berikutnya setelah bulan saar terutangnya pajak ke bank presepsi atau
kantor pos Indonesia.
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya 20
hari setelah masa pajak berakhir.
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang
pribadi atau badan yang dibebani PPh yang dipotong.

2
5. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara
desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau terutangnya
penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23, hal ini dimaksutkan untuk
mempermudah pengawasan terhadap pelaksanaan pemotongan PPh PAsal 23 tersebut.
Transaksi-transaksi yang merupakan objek pemotongan PPh pasal 23 yang
pembayarannya dilakukan oleh kantor pusat, PPh Pasal 23 dipotong, disetor dan
dilaporkan oleh kantor pusat, sedangkan objek PPh Pasal 23 yang pembayarannya
dilakukan oleh kantor cabang misalnya sewa kantor cabang, PPh Pasal 23 dipotong,
disetor dan dilaporkan oleh kantor cabang yang bersangkutan.

2.2 Wajib Pajak dan Pemotongan PPh Pasal 23


Pemotong PPh Pasal 23 terdiri atas :
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negreri
3. Penyelenggara dalam negeri
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
6. Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh kepala
kantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali
camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas.
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas
pembayaran berupa sewa.
2.3 Tarif, Obyek dan Dasar Pengenaan PPh Pasal 23
Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 Tahun
2008 menetapkan tarif sebagai berikut:
1. Sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas :
a. Dividen.

3
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang.
c. Royalty.
d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh yang
dimaksut dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e.
2. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan oenggunaan harta yang telah dikenai PPh Pasal
4 ayat (2).
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa managemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21
 jasa penilai (appraisal)
 jasa aktuaris
 jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
 jasa perancang
 jasa pengeboran dibidang penambangan minyak dan migas, kecuali yang
dilakukan oleh BUT
 jasa penunjang dibidang pembangunan migas dan panas bumi
 jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain migas
 jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
 jasa penebangan hutan
 jasa ppengolaan limbah
 jasa penyedia tenaga kerja
 jasa perantara dan keagenan
 jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh
bursa efek, KSEI dan KPEI
 jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI
 jasa pengisian suara/ sulih suara

4
 jasa mixing film
 jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemelihraan dan perbaikan
 jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik, telepon, air, gas, AC atau
televisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya
dibidang konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat sebagai pengusaha
kontribusi
 jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan atau bangunan,
selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya dibidang
konstruksi dan mempunyai izin atau sertifikat sebagai pengusaha kontribusi
 jasa maklon
 jasa penyelidikan dan keamanan
 jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
 jasa pengepakan
 jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar ruang
atau media lain untuk pem]nyimpanan informasi
 jasa pembasmian hama
 jasa kebersihan atau cleaning service
 jasa catering atau tata boga

dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut tidak
memiliki nomer NPWP besarnya tariff pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada
tarif yang sebenarnya.

2.4 Pengecualian PPh Pasal 23


Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sesuai
dengan pasal 23 Aayat (4) UU No 17 tahun 2000, yaitu:
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.

5
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi.
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai wajin pajak dalam
negeri, koperasi, BUMN, BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan betempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
b. bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.
4. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak kolektif.
5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.

Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan yang diatur dengan PMK.

2.5 Contoh Perhitungan PPh Pasal 23


 Contoh Kasus 1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen masing-
masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang
dibagikan, PT. Sukses Gagalnya wajib memungut PPh Pasal 23.
Jawaban:
PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah:
=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,-
=>20% x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-

Saat Terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2010.
Saat Penyetoran: paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan: paling lambat 20 Juni 2010

6
 Contoh Kasus 2:
Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas pinjaman
membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp 90.000.000,-.
Jawaban:
PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah:
=>15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Agustus
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010
 Contoh Kasus 3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada Tuan.
Doan Wiro Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng “Pak Doan” sebesar Rp
1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010.
Jawaban:
PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat
Lemes:
=> 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 2010
 Contoh Kasus 4:
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas undian
tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20 Januari 2010.
Jawaban:
PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah:
=> 15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-

7
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Januari
2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Februari 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari 2010
 Contoh Kasus 5:
PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,- milik Budi.
Jawaban:
PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah:
=> 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,-

Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT. Selalu
susah adalah Rp 800.000,-.

8
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 23 terdapat pemotong
pajak yang telah ditentukan oleh peraturan uu PPh pasal 23 begitu pula dengan tarif dan
penghasilan apasaja yang tergolong dapat dipotong PPh Pasal 23 ataupun yang
dikecualikan. Makalah diatas juga menunjukan kapan saat terutang, pelaporan dan
penyetoran PPh pasal 23 yang telah ditentukan oleh UU.

9
DAFTAR PUSTAKA

Informasi Umum Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23), (online), http://www.online-
pajak.com/id/berita-dan-tips/pph-pajak-penghasilan-pasal-23
Pajak Penghasilan Pasal 23, (online), http://www.pajak.net/info/PPh23.htm
Seri pajak – pajak penghasilan pasal 23, (online), http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-
pajak-penghasilan-pasal-23

10

Anda mungkin juga menyukai