Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta merupakan bagian yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Plasenta memiliki peran
sebagai tempat pertukaran zat, penghasil hormon yang
berguna selama kehamilan, dan sebagai barier1. Melihat
pentingnya peranan plasenta, maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
ataupun mengganggu proses persalinan. Kelainan pada
plasenta dapat berupa gangguan fungsi dari plasenta,
gangguan implantasi plasenta, maupun pelepasan plasenta
sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya
yakni antara minggu 22 dan lahirnya anak.
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia.
Frekuensi solusio plasenta di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia mendekati 1%. Saat ini kematian maternal akibat solusio
plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan salah satu
penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi
terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Pada
tahun 1988 kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450
per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN
(5-142 per 100.000) dan 50-100 kali lebih tinggi dari angka
kematian maternal di negara maju. Di negara berkembang,
penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, pre-
eklamsi/eklamsi. Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi
3
oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi, usia ibu hamil, dan
paritas.
B. Tujuan
1. Memahami definisi Solusio Plasenta
2. Memahami Klasifikasi Solusi Plasenta
3. Memahami Etiologi Solusio Plasenta
4. Memahami Patofisiologi Solusio Plasenta
5. Memahami Faktor Predisposisi Solusio Plasenta
6. Memahami Manifestasi Klinis Solusio Plasenta
7. Mengetahui komplikasi Solusio Plasenta
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Pada Solusio Plasenta
9. Memahami Penatalaksanaan Solusio Plasenta
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus
marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau
bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis).
Perdarahan yang terjadi akan merembes antara plasenta dan miometrium
untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya
memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina,
menyebabkan perdarahan eksternal (revealed hemorrhage).
Yang lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat
pada dinding rahim, darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di antara
plasenta yang terlepas dan uterussehingga menyebabkan perdarahan
tersembunyi (concealed hemorrhage) yang dapat terjadi parsial atau total.
Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika2:
1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
5
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban
pecah
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen
bawah rahim.
Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya
gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasneta yang terlepas,
yaitu solusio plasenta ringan, sedang, dan berat2.
a. Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang
menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya
kurang dari 250 ml. Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa
kecuali warna darah yang kehitamam. Komplikasi terhadap ibu dan janin
belum ada.
b. Solusio Plasenta Sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum
mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250
ml tetapi belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas
seperti nyeri pada perut yang terus-menerus, denyut janin menjadi cepat,
hipotensi, dan takikardi.
c. Solusio Plasenta Berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah
yang keluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum
disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi
koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.
3. Etiologi
Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui , tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau
menyertai solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko (Tabel 2.1),
seperti hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu, dan paritas
yang tinggi.
Faktor Risiko Risiko Relatif
Pernah solusio plasenta 10 - 25
6
Ketuban pecah preterm/korioamnionitis 2,4 – 3,0
Sindrom pre-eklampsia 2,1 – 4,0
Hipertensi kronik 1,8 – 3,0
Merokok/nikotin 1,4 – 1,9
Merokok+hipertensi kronik atau pre- 5 – 8
eklampsia
Pecandu kokain 13 %
Mimoma di belakang plasenta 8 dari 14
Gangguan sistem pembekuan darah berupa Meningkat s/d 7 x
single-gene mutation/trombofilia
Acquaired antiphospholipid autoantibodies Jarang
Trauma abdomen dalam kehamilanPlasenta Jarang
sirkumvalata
4. Patofisiologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses
yang bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan
vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada
desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
7
patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma
abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah
desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian
sel (apoptosis) yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia.
Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan pembentukan
trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam
vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia
setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan
mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan
tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali
selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium.
Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses
terdiri atas pembentukan hematom yang bisa menyebabkan
pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada
bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin
belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian
belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian
pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh
putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma
retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan
oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin.
Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan
melepaskan plasenta lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya
sehingga darah yang keluar merembes antara selaput
ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui
serviks ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak
bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak
mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis
yang terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal
terperangkap di dalam uterus (concealed hemorrhage).
8
Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan
vasokonstriksi yang bisa menyebabkan iskemia dan pada
plasenta sering dijumpai bermacam lesi seperti infark,
oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini
berpotensi merusak hubungan uterus dengan plasenta yang
berujung kepada solusio plasenta. Dilaporkan merokok
berperan pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio
plasenta. Merokok satu bungkus perhari menaikkan insiden
menjadi 40%.
5. Faktor Predisposisi
a. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma
preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland,
ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus
solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang
hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik,
sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
b. Faktor trauma
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan
janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan
pertolongan persalinan
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-
lain.
c. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada
primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin
tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
d. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun.
9
e. Leiomioma uteri
Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat
menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta
berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
f. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan
darah dan peningkatan pelepasan katekolamin yang
bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh
darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun,
hipotesis ini belum terbukti secara definitif
g. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan
kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang
merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan
pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter
lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya
h. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu
dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko
berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
memiliki riwayat solusio plasenta
i. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi,
tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan
pembesaran ukuran uterus oleh adanyakehamilan, dan
lain-lain.
6. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis penderita solusio plasenta
bervariasi sesuai dengan berat ringannya atau luas
permukaan maternal plasenta yang terlepas. Gejala dan
10
tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah
terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui
vagina (80% kasus), rasa nyeri perut, uterus tegang terus
menerus mirip his partus prematurus. Perlu kecurigaan atau
kewaspadaan yang tinggi dari pihak pemeriksa.
Tanda dan gejala sesuai dengan berat ringannya solusio
plasenta :
a. Solusio plasenta ringan
- Pada keadaan yang sangat ringan tidak ada gejala
kecuali hematom yang berukuran beberapa cm di
permukaan maternal plasenta.
- Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang
keluar masih sedikit
- TTV dan KU ibu dan janin masih baik
- Pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada tempat
terbentuk hematom dan perut sedikit tegang tetapi
bagian janin masih dapat dikenal.
- Kadar fibrinogen normal yaitu 350%
b. Solusio plasenta sedang
- Nyeri pada perut yang terus menerus
- DJJ biasanya telah menunjukkan gawat janin
- Perdarahan yang tampak lebih banyak
- Takikardia
- Hipotermi
- Kulit dingin dan keringatan
- Oliguria
- Kadar fibrinogen berkurang 150-250 mg/100 ml
- Mulai ada kelainan pembekuan darah dan gangguan
fungsi ginjal
11
- Perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan
(defance musculaire) disertai perdarahan yang berwarna
hitam
- Fundus lebih tinggi dari yang seharusnya
- Rahim kelihatan membulat dan kulit diatasnya kencang
dan berkilat
- DJJ sudah tidak terdengar lagi
- Keadaan umum menjadi buruk disertai syok
- Hipofibrinogenemia
- Oliguria
- Kadar fibrinogen kurang dari 150 mg% dan telah ada
trombositopenia.
7. Komplikasi
a. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio
plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan
menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan
postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio
plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan
jumlah perdarahan yang terlihat.
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan
oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.
Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang
umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang
baik.
c. Kelainan pembekuan darah
12
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan
dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-
kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut
Uterus couvelaire.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap (homoglobin, hematokrit,
trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu
tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit
plasma) dapat mengindikasikan adanya anemia dan
kehilangan darah. Penurunan nilai hematokrit pada
serangkaian pemeriksaan dapat memberi kesan adanya
perdarahan yang tersembunyi. Pemeriksaan golongan darah
dan rhesus juga dapat dilakukan untuk tujuan transfusi
apabila diindikasikan.
b. Pemeriksaan urin
Biasanya pada pemeriksaan urin normal. Proteinuria
memberi kesan adanya kaitan dengan pre-eklampsia.
c. Pengawasan janin secara elektronik
13
Dapat membantu dalam evaluasi aktivitas uterus dan
kesehatan janin. Pola hiperaktivitas uterus yang disertai
dengan relaksasi yang sedikit diantara kontraksi-
kontraksinya dan deselrasi lanjut denyut jantung janin,
diserta dengan perdarahan pervaginam memberi kesan
adanya solusio plasenta.
d. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat membantu menentukan lokasi
plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta
previa). Saaat ini lebih dari 50% pasien yang diduga
mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui
USG.
9. Penatalaksanaan
Semua pasien yang tersangka menderita solutio plasenta
harus dirawat inap di rumah sakit yang berfasilitas cukup.
Ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap
termasuk kadar Hb dan golongan darah serta gambaran
pembekuan darah dengan memeriksa Bleeding Time (BT),
Clotting Time (CT), Partial Thromboplastin Time (PTT),
activated Partial Thromboplastin Time (aPTT), kadar
fibrinogen dan D-dimer.
Seandainya diagnosis belum jelas dan janin masih hidup
tanpa tanda-tanda gawat janin, observasi yang ketat dan
dengan fasilitas untuk intervensi segera jika sewaktu-waktu
muncul kegawatan.
Persalinan mungkin pervaginam atau mungkin juga harus
perabdominam bergantung pada banyaknya perdarahan,
telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau belum, dan
tanda-tanda gawat janin. Penanganan terhadap solusio
plasenta bisa bervariasi sesuai keadaan kasus masing-masing
tergantung berat ringannya penyakit, usia kehamilan, serta
14
keadaan ibu dan janinnya. Bila mana janin masih hidup dan
cukup bulan, dan bilamana persalinan pervaginam belum ada
tanda-tandanya dipilih persalinan melalui operasi Sectio
Caesarean Cito. Bilaperdarahan yang cukup banyak segera
lakukan resusitasi dengan pemberian transfusi darah dan
kristaloid yang menyelamatkan ibu sambil mengharapkan
semoga janin juga bisa terselamatkan.
Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu,
perdarahannya kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi
sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka penderita dapat
dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi
ketat. Umumnya kehamilan diakhiri dengan induksi atau
stimulasi partus pada kasus yang ringan atau janin telah
mati.
Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala
solusio plasenta bertambah jelas, atau dalam pemantauan
USG daerah solusio plasenta bertambah luas, maka
pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila
janin hidup, dilakukan operasi Sectio Caesar. Operasi Sectio
Caesar dilakukan bila serviks masih panjang dan tertutup,
setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam
2 jam belum juga ada his. Apabila janin mati, ketuban segera
dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding uterus
disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc
Dextrosa 5% untuk mempercepat persalinan.
Pada kasus dimana telah terjadi kematian janin dipilih
persalinan pervaginam kecuali ada perdarahan berat yang
tidak teratasi dengan transfusi darah yang banyak atau ada
indikasi obstetrik lain yang menghendaki persalinan
dilakukan perabdominam. Pimpinan persalinan pada solusio
15
plasenta bertujuan untuk mempercepatpersalinan sehingga
kelahiran terjadi dalam 6 jam. Apabila persalinan tidak selesai
atau diharapkan tidak akan selesai dalam waktu 6 jam
setelah pemecahan selaput ketuban dan infus oksitosin, satu-
satunya cara adalah dengan melakukan Sectio
Caesar.Hemostasis pada tempat implantasi plasenta
bergantung sekali kepada kekuatan kontraksi miometrium.
Karenanyapada persalinan pervaginam perlu diupayakan
stimulasi miometrium secara farmakologik atau massage
agar kontraksi miometrium diperkuat dan mencegah
perdarahan yang hebat pasca persalinan sekalipun pada
keadaan masih ada gangguan koagulasi. Harus diingat bahwa
koagulopati berat merupakan faktor risiko tinggi bagi bedah
sesar berhubung kecenderungan perdarahan yang
berlangsung terus pada tempat insisi baik pada abdomen
maupun pada uterus.Jika perdarahan tidak dapat
dikendalikan atau diatasi setelah persalinan, histerektomi
dapat dilakukan untuk menyelamatkan hidup pasien.
Sebelum histerektomi, prosedur lain seperti mengatasi
koagulopati, ligasi arteri uterina, pemberian obat uterotonik
jika terdapat atonia dan kompresi uterus dapat dilakukan.
16
B.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Hamil dengan Solusio Plasenta.
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
2. Keluhan Utama
Pada ibu yang mengalami solusio plasenta biasanya keluhan yang umum
adalah perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina ,
rasa nyeri pada perut, uterus tegang. Namun keluhan tersebut
tergantung pula pada berat ringannya. (Prawirohardjo, 2016)
17
atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
1. Hipertensi : 40 – 50 % pasien dengan solusio plasenta berat sudah cukup
untuk membunuh janin yang berkaitan dengan hipertensi (Supriyadi, 1994)
2. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat
menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta
berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma.
3. Riwayat solusio plasenta sebelumnya : Hal yang sangat
penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya
kejadian ini
4. Anemia
5. Malnutrisi/defisiensi gizi
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat siklus, lama dan jumlah menstruasi klien. Wanita
18
Lamanya :3-8 hari (Mochtar, 2011)
6. Riwayat Obstetrik
N
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
sua Ana U Pe Jeni Pnl Tm Pen Abnorm
o JK BB/PB H M Laktasi Peny
mi k K ny s g pt y alitas
7. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir dengan
kehamilan.
19
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air).
Seksualitas
20
10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
a. Riwayat pernikahan : pernikahan keberapa, lama menikah, status
pernikahan sah/tidak
maupun janinnya.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :
- Solusio plasenta ringan : Baik
Kesadaran :
Tanda Vital :
Tekanan darah :
- Solusio plasenta ringan : 110/70-120/80 mmHg
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri :
BB Sebelum Hamil :
21
BB Saat ini :
Tinggi Badan :
LiLA :
2. Pemeriksaan Fisik
Pada keadaan fisiologis ditulis harga normal seperti criteria hasil
a. Inspeksi
Kepala : bersih, tidak ada lesi, distribusi rambut merata, warna rambut
hitam.
Wajah : ibu terlihat kesakitan, wajah pucat, berkeringat pada solusio
plasenta sedang
Mata : konjungtiva merah muda dan sclera putih.
Telinga : simetris.
Mulut : tidak ada caries dentis,stomatitis, tidak ada pembesaran tonsil dan
uvula.
b. Palpasi
22
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Leher :
Payudara :
Abdomen : pada solusio plasenta ringan, sedikit terasa nyeri lokal pada
bagian yang hematom, perut terasa tegang, bagian janin masih
dapat dikenali.
Pada solusio plasenta berat, perut terasa tegang serta keras
seperti papan, Fundus lebih tinggi dari yang seharusnya
Genetalia :
Ekstremitas :
c.. Auskultasi
Dada : .
Abdomen : pada solusio plasenta ringan, DJJ masih normal (120-160x/i).
Pada solusio plasenta sedang DJJ mulai sulit terdengar karena
tegang. Bila DjJ terdengar biasanya diatas140 x/i, kemudian turun
dibawah 100 x/i dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari sepertiga (Manuabu, 2003)
d. Perkusi
Dada :
Abdomen :
Ekstremitas : .
3. Pemeriksaan Dalam
o Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
o Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewaktu his maupun diluar his.
23
o Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah : Hemoglobin anemi . pemeriksaan golongan darah, kalu bisa
cross match test.
- Urin : Protein (+) dan reduksi urin (-), albumin (+) pada pemeriksaan
sedimen terdapat silinder dan leukosit
b. USG
Membantu menentukan lokasi plasenta. Saat ini lebih dari 50% pasien yang
diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
c. Pemerikasaan Cardiotografi (CTG)
Pola hiperaktivitas uterus yang disertai dengan relaksasi yang sedikit
diantara kontrasi-kontraksinya dan deselerasi lanjut denyut jantung janin,
disertai dengan perdarahan per vaginam memberi kesan adanya abpursio
plasenta.
24
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
V. INTERVENSI
1. Tentukan sifat dan lokasi dan durasi nyeri,kaji kontraksi uterus hemoragi atau
nyeri abdomen.
R/ Membantu di dalam mendiagnosa dalam memilih tindakan,solusio
plasenta dengan nyeri hebat ,khususnya bila terjadi hemoragi renoplasenta
tersembunyi.
2. Kaji stress psikologi klien atau pasangan dan respon emosional terhadap
kejadian.
R/ Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat
ketidak nyamanan karena sindrom ketegangan,karena sindrom
ketegangan,takut nyeri.
3. Berikan lingkungan yang tenang untuk mengalihkan rasa nyeri, instruksikan
klien menggunakan metoderelaksasi (misalnya napas dalam dan distraksi).
R/ Dapat membantu dalam menurunkan tingkatan ansietas dan karenanya
mereduksi ketidaknyamanan.
4. Kolaborasi pengosongan rahim secepat mungkin dengan pemecahan ketuban
dan pemberian infus dan oksytoksin.
25
R/ Pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk menghentikan perdarahan tapi
untuk mempercepat persalinan dan mengurangi regangan dinding Rahim.
5. Berikan obat sesuai indikasi.
R/ mengurangi rasa nyeri
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya
2. Keluhan utama
Ibu mengeluh nyeri perut pada bagian ats disertai mules yang terus menerus
semakin kuat, keluar gumpalan darah bewarna kehitaman sejak pukul 04.30,
belum keluar air – air dan ingin meneran
3. Riwayat mensturasi
Menarce : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : sah Menikah ke : 1
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama : 20 tahun
27
5. Riwayat obstetrik
Persalinan Nifas
Hamil
jns
ke Tgl UK penolong kompl JK BB Laktasi kompl
prsalinan
1 Hamil ini
d. Imunisasi TT
TT I : 20-5-2006
TT II: 20-6-2006 TT III : 23-9-2012
8. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
ibu mengatakan tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit
menular(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi,
asma) dan penyakitmenahun (jantung, paru-paru).
28
b. Penyakit yang pernah/sedanng diderita keluarga (menular, menurun dan
menahun)
ibu mengatakakan keluarga tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit
menular(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi,
asma) dan penyakitmenahun (jantung, paru-paru).
d. Riwayat operasi
ibu mengatakan belum pernah operasi
Minum
Frekuensi : 10x/ hari 12x/ hari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : air putih, susu, teh nasi,sayur, lauk
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/ hari 1x/hari
Konsistensi : lembek lembek
Warna : kuning kuning
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 5x/ hari 9x/hari
Konsistensi : cair cair
Warna : kuning jernih kuning jernih
Keluhan : tidak ada tidak ada
29
c. Pola istirahat
Tidur siang
Lama : 2 jam / hari 2 jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : 8 jam / hari 8 jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2x/ hari 2x/ hari
Ganti pakaian : 2x/ hari 2x/ hari
Gosok gigi : 2x/ hari 2x/ hari
Keramas : 4x/ minggu 4x/ minggu
e. Pola sexsualitas
Frekuensi : 4x/ minggu 1x/ minggu
Keluhan : tidak ada tidak ada
30
14. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmetis
Status emosional : stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah : 110/70 mMHg Nadi : 81x/ menit
Pernapasan : 21x/ menit Suhu : 36,5 C
Berat badan : 51 kg Tinggi bdn:156 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : mesosepal, tidak ada benjolan
Rambut : lurus, hitam, tidak rontok, ddan tidak ketombe
Muka : oval, tidak pucat, tidak odem, tidak ada bekas luka
Mata : simetris, tidak starbismus, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ada tanda-tanda infeksi
Hidung : simetri, berlubang, tidak polip
Mulut : lembab, tidak pecah-pecah, gusi tidak epulis, tidak ada stomatitis, gigi
tidak karies
Telinga : simetris, pendengaran baik, tidak ada secret, gendang telinga tidak
pecah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena jugularis
Dada : simetris,tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada wezing
Payudara : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi mamae, kolostrum sudah
keluar
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada striegravidarum
Palpasi leopod
TFU menurut Mc.Donald : 33
Leopod I : teraba bulat, tidak melenting, lunak, berati letak letak di
fundus
bokong
Lepod II : bagian kanan teraba kecil-kecil,tidak ada tahanan berati
ekstremitas, bagian kiri teraba memanjang seperti
papan,ada tahanan berarti punggung
Leopod III : bagian terendah janin teraba bulat, melenting, keras, tidak
bisa
digerakan berarti kepala
Leopod IV :tanggan tidak biusabertemu berarti kepala belum masuk
panggul
Osborn test : -
TBJ : (31-11)x155=3100gr DJJ : 155x/ menit
Ekstremitas atas : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat
odem, gerakan aktif
31
Ekstremitas bawah : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak odem,
tidak varises, reflek patela positif
Genetalia luar : Terdapat pengeluarahn darah beserta gumpalan
bewarna bewarna merah kehitaman
Anus : bersih, belubang, tidak hemoroid
Pemeriksaan panggul (bila perlu) : -
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laborat
HB : 8 gr/ dl
4. Data penunjang
Tidak ada
II. INTEPRETASI DATA
A. Diagnosa kebidanan
Seorang Ny Y umur 21 tahun G1P0000 Uk 37+1 minggu, janin tunggal, hidup
intrauteri, puki, preskep suspect solusio plasenta.
B. Masalah
-gangguan rasa nyaman, nyeri
C. Kebutuhan
Tidak ada
32
V. PERENCANAAN Pukul : 15.10 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan/kondisi ibu
2. Ajarkan ibu untuk mengatasi rasa nyeri
3. Anjurkan ibu untuk bedrest
4. Beri KIE tentang tanda bahaya kehamilan
5. Beri KIE nutrisi ibu hamil
6. Pantau adanya tanda dan gejala syok hipovelemik
7. Lakukan pemeriksaan DJJ secara periodik
8. Lakukan rujukan
9. Dokumentasi
VII. EVALUASI Pukul : 15.45
WIB
1. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang keadaanya
2. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang teknik relaksasi dan ibu dapat
menjelaskan kembali.
3. Ibu bersedia untuk melakukan istirahat total ditempat tidur dan mengurangi
aktivitas yang berat.
4. Ibu mengatakan sudah mengetahuitanda bahaya kehamilan dan ibu sudah dapat
menjelaskan kembali
33
5. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dan ibu dapat
menjelaskan kembali
6. Sudah dilakukan pemantuan pda ibu
7. Sudah dilakukan pemantauan DJJ
8. Sudah dilakukan rujukan ke dokter SPOG
9. Sudah dilakukan dokumentasi
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan;
abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien
dengan solution plasenta memiliki beberapa macam
berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat
dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan
hingga berat. Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil,
umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv
sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa
inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari
solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor
predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui
mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau
dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung
timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari nadi,
jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina). pada ibu
dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia
kehamilan dan lamanya nadi, jumlah sel darah putih, atau
bau/warna rabas vagina). berlangsung. Komplikasi terparah dari
solution plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan
yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada
keselamatan dari ibu dan janin. Penatalaksanaan dari solution
plaseenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif.
Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan
demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.
B. Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
685-704.
Pustaka.
1.Fk Ui . Jakarta
36