Disusun oleh:
NIM : P17335119021
Kelas : 1 A
JURUSAN FARMASI
2020
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ......................................................................................................................... 3
A. Dasar Teori........................................................................................................................... 3
B. Pembahasan.......................................................................................................................... 9
Daftar Gambar
2
I. Pendahuluan
A. Dasar Teori
1. Pengertian Rheologi dan Viskositas
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar
lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta
jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi
(gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan
oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu fluida. Karena
adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida diatasnya lapisan lain
haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k, lapisan zat cair dapat bergerak dengan
kecepatan v, yang harganya semakin mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien
kecepatan. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental
(viscous) dari pada gas tidak kental (Mobile ) (Martoharsono, 2006).
Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non newtonian.
1. Cairan Newtonian
Cairan newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan berubahnya gaya
irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya : Air, minyak, sirup, gelatin, dan lain-
lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas berbanding lurus dengan shear stresss secara
proporsional dan viskositasnya merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear
rate dan shear stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran
3
streamline dalam suatu fluida). Cairan Newtonian ada 2 jenis, yang viskositasnya tinggi disebut
“Viscous” dan yang viskositasnya rendah disebut “Mobile” (Stokes,2007).
2. Cairan Non-Newtonian
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi
cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui Viskometer
Ostwald (kapiler). Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda
tersebut (Marthen,2006).
Reologi adalah ilmu tentang bagaimana fluida mengalir dan padatan berubah bentuk
ketika diberikan gaya. Sifat reologi didasarkan pada respon aliran dan deformasi bahan ketika
diberikan gaya normal atau tangensial. Suatu fluida akan mengalir karena adanya tekanan yang
diberikan. Tekanan yang diberikan pada suatu benda dengan arah tegak lurus disebut normal
stress atau pressure (P) sedangkan bila sejajar dengan bidang, disebut gaya geser (shear stress).
Fluida yang tidak diberi gaya tidak akan mengalir karena di dalam fluida terdapat suatu
hambatan yang menahan aliran, yang disebut dengan kekentalan atau viskositas. Secara
molekuler disebabkan oleh gerakan acak dari molekul yang berpindah dari suatu lapisan ke
lapisan lain dan resultan dari gerak tersebut menghasilkan suatu hambatan (Wirakartakusumah
1989).
4
Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah.
Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
3. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti
bahan suspensi menaikan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya
penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin ataupun minyak
semakin encer, sehingga waktu alirnya semakin cepat.
4. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju alkohol cepat, larutan
minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta laju aliran lambat sehingga
viskositas juga tinggi.
5. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
6. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH
pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama (Bird, 1987).
a. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate. Viskositas dinamik
juga disebut koefisien viskositas.
b. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya. Viskositas ini
dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m²/s pada SI.
c. Viskositas relative dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi atau suspensi
biasanya dilakukan dengan membandingkannya dengan larutan murni. Untuk mengukur
besarnya viskositas menggunakan alat viskometer. Berbagai tipe viskometer
dikelompokkan menurut prinsip kerjanya (Dudgale. 1986).
5
II. Panduan Praktikum
A. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Cairan Newtonian
1. Larutan Gliserin dibuat sebanyak 50 ml dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%,
dan 25% dalam aquadest
2. Larutan gliserin dimasukkan ke dalam beaker glass
3. Diaduk sampai homogen. Masing-masing beaker glass diberi label
4. Cairan diukur sebanyak 10 ml menggunakan gelas ukur, kemudian dimasukkan ke
dalam biskometer kapiler
5. Cairan dihisap menggunakan ball pipet sampai garis batas atas pada pipa kapiler.
Cairan dibiarkan mengalir dari garis batas atas ke garis batas bawah. Kemudian
catat waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk mengalir dari garis batas atas ke
garis batas bawah
6. Dilakukan pengukuran triplo
7. Bobot jenis cairan diukur menggunakan piknometer
8. Dihitung viskositas relative gliserin pada berbagai konsentrasi terhadap aquadest
dengan menggunakan persamaan berikut:
η1 ρ1 t1
η2
= ρ2 t2
6
6. Parasetamol diayak dengan ayakan no. 40, kemudian ditimbang sebanyak 1,5
gram kemudian dimasukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit, gerus sampai
homogen
7. Mucilago CMC dimasukkan ke dalam mortir yang berisi parasetamol sedikit demi
sedikit, lalu gerus hingga membentuk corpus suspensi
8. Sisa aquadest dimasukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit, gerus ad
homogen
9. Viskositas larutan suspensi ditentukan dengan menggunakan viskometer stormer
No Alat Bahan
1 Viskometer kapiler (Ostwald) Aquadest
2 Viskometer stormer Gliserin
3 Pipet ukur 10 ml Parasetamol
4 Piknometer CMC
5 Ball pipet
6 Pipet tetes
7 Mortir dan stamper
8 Batang pengaduk
9 Beaker glass 50 ml
10 Beaker glass 250 ml
Tabel II.I Alat dan Bahan
7
Gliserin 20% 32,01 = 10,67 1,0470×10,67 × 0,89 = 1,2916 cps
3 0,9882×7,79
Gliserin 25% 34,54 = 11,13 1,0570×11,13 × 0,89 = 1,3601 cps
3 0,9882×7,79
8
Bahan Jumlah CMC Na (gram) Teoritis Jumlah CMC Na yang
ditimbang (gram)
Paracetamol 1 1,5 1,501
Paracetamol 2 1,5 1,501
CMC Na 1% 0,6 0,600
CMC Na 2% 1,2 1,2002
B. Pembahasan
Pada praktikum viskositas dan reologi ini dilakukan pengujian pada dua
jenis cairan : newtonian dan non-newtonian. Pada pengujian cairan newtonian
dibuat cairan contoh yang merupakan larutan gliserin dengan konsentrasi 5%, 10%,
15%, 20%, dan 25% dalam aquadest.
9
Setelah dilakukan percobaan dengan viskometer kapiler, untuk menentukan
nilai viskometer dibutuhkan nilai berat jenis dari masing masing larutan gliserin.
Untuk menentukan nilai berat jenis larutan digunakan alat piknometer. Aquadest
diukur berat jenis yang sebenarnya menggunakan piknometer dan didapatkan nilai
0,9882 g/ml. Selanjutnya dicari berat jenis masing masing larutan gliserin dan
didapatkan berat jenis larutan gliserin dengan konsentrasi 5% yaitu 1,0124 g/ml,
10% dengan nilai 1,0233 g/ml, 15% dengan nilai 1,0326 g/ml, 20% dengan nilai
1,0470 g/ml, dan berat jenis larutan gliserin dengan konsentrasi 25% dengan nilai
1,0570 g/ml.
Setelah didapatkan nilai berat jenis dan waktu larutan mengalir, dapat dicari
nilai viskositas larutan gliserin. Gliserin dengan konsentrasi 5% memiliki nilai
viskositas relatif 0,9645 cps, 10% memiliki nilai 1,0754 cps, 15% memiliki nilai
1,0959 cps, 20% memiliki nilai 1,2916 cps, dan gliserin dengan konsentrasi 25%
meiliki nilai viskositas 1,3601 cps.
C. Kesimpulan
Besarnya viskositas dapat dipengaruhi oleh konsentrasi, jika suatu larutan memiliki
konsentrasi yang tinggi, maka akan memiliki kekentalan yang tinggi pula, karena
konsentrasi pasa setiap larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut
tiap satuan volume. Atau dengan kata lain, semakin banyak partikel yang terlarut,
10
gaya gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasitasnya semakin tinggi
pula.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13