Anda di halaman 1dari 44

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2018

Gambaran Radiografi Resorpsi Tulang


Alveolaris pada Pasien Periodontitis
Disertai Penyakit Hipertensi
Menggunakan Radiografi Bitewing di
RSGM FKG USU

Sari, Wan Surya Purnama


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11728
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN RADIOGRAFI RESORPSI TULANG
ALVEOLARIS PADA PASIEN PERIODONTITIS
DISERTAI PENYAKIT HIPERTENSI MENGGUNAKAN
RADIOGRAFI BITEWING DI RSGM FKG USU

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
WAN SURYA PURNAMA SARI
NIM: 120600031

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Radiologi Dental
Tahun 2018

Wan Surya Purnama Sari


Gambaran Radiografi Resorpsi Tulang Alveolaris Pada Pasien Periodontitis
Disertai Penyakit Hipertensi Menggunakan Radiografi Bitewing Di RSGM FKG
USU.
xii + 32 halaman.
Resorpsi tulang alveolaris dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya
adalah penyakit sistemik yaitu hipertensi. Tekanan darah sistolik meningkat progresif
selaras dengan keparahan penyakit periodontal, sedangkan tekanan darah diastolik
tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Resorpsi tulang alveolar yang terjadi
dapat berupa horizontal ataupun vertikal yang dapat dideteksi dengan menggunakan
radiografi bitewing, berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa radiografi
bitewing lebih akurat dibandingkan radiografi lainnya dalam melihat kehilangan
tulang alveolar dan pola kerusakannya. Metode penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 24 orang
yang terdiri dari 74 elemen gigi yang terdeteksi kehilangan tulang yang mengalami
periodontitis disertai penyakit hipertensi. Penelitian ini dilakukan di Instalasi
Radiologi Dental Kedokteran Gigi USU pada bulan Desember 2017 hingga bulan
Mei 2018. Hasil penelitian ini adalah Pola kerusakan tulang pada pasien periodontitis
disertai penyakit hipertensi di RSGM FKG USU yang paling sering terjadi adalah
pola kerusakan tulang horizontal (56,5%), sedangkan persentase pola vertikal
sebanyak (40,5). Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu walaupun pasien
periodontitis memiliki riwayat sistemik selain hipertensi.
Daftar rujukan : 28 (2003-2017).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


Pada tanggal 06 September 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Lidya Irani Nainggolan, drg.,Sp.RKG

ANGGOTA : 1. Dr, Trelia Boel, drg.,M.Kes.,Sp.RKG (K)

2. Cek Dara Manja, drg.,Sp.RKG

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk
memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
ayahanda Rahab dan ibunda tercinta Syarifah Radiah atas segala kasih sayang, doa,
dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril ataupun materil yang tidak akan
terbalas oleh penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada abangda Wan
Indra S, Wan Iqrar W, Wan Ilham B dan kakak tersayang Wan Sri W, Wan Santy M,
Wan Dewi S yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp.
RKG. yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan semangat, motivasi,
bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan
penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg.,M.Kes.,Sp.RKG (K), selaku dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Ervina Sofyanti, drg., Sp. Ort., selaku penasihat akademik yang telah
memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG. (K), drg., Dewi Kartika, drg., dan Maria
Sitanggang, drg., atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Pegawai Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara (Kak Rani, Kak Tetty dan Bang Ari).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang
telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama
menjalani masa pendidikan.
6. Sahabat-sahabat tersayang (Obby, Khairi, Nining, Nikmah dll ) yang selalu
memberikan dukungan moril kepada penulis dalam penelitian ini
7. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, September 2018


Penulis

Wan Surya Purnama Sari


120600031

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 2
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 2
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4


2.1 Periodotitis .................................................................................. 4
2.2 Hipertensi .................................................................................... 5
2.2.1 Penyebab Hipertensi ................................................................. 5
2.3 Manifestasi Hipertensi dengan Kerusakan Tulang ..................... 6
2.4 Kerusakan Tulang Alveolar ........................................................ 6
2.5 Pola Kerusakan Tulang Alveolar ............................................... 8
2.6 Hubungan Hipertensi dengan Periodontitis ............................... 9
2.7 Radiografi Bitewing .................................................................... 11
2.7.1 Indikasi Radiografi Bitewing .................................................... 11
2.8 Kerangka Teori ........................................................................... 13
2.9 Kerangka Konsep ........................................................................ 14

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 15
3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 15
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 15
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 15
3.3.1 Populasi .................................................................................... 15
3.3.2 Sampel Penelitian..................................................................... 15
3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ......................................... 15
3.4.1 Kriteria Inklusi ......................................................................... 15
3.4.2 Kriteria Eksklusi ...................................................................... 15
3.5 Besar Sampel ............................................................................ 16
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 16
3.7 Alat dan Bahan ............................................................................. 18
3.8 Prosedur Penelitian ...................................................................... 18
3.9 Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 18
3.9.1 Pengolahan Data ....................................................................... 19
3.9.2 Analisa Data .............................................................................. 19
3.10 Etika Penelitian .......................................................................... 19
3.11 Alur Penelitian ........................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

LAMPIRAN

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa……………………….... 5

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Gambaran radiografi normal puncak tulang alveolar........................... 7
2. Diagram dari radiografi kehilangan tulang alveolar ............................ 8
3. Kehilangan tulang secara horizontal pada anterior dan posterior ........ 8
4. Gambaran kerusakan tulang alveolar vertikal ...................................... 9
5. Posisi film yang sesuai dengan sudut sinar X-ray................................ 12
6. Gambaran posisi film sesuai dengan bentuk lengkung gigi ................. 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian
2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
3. Informed Consent
4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
5. Rincian Biaya Penelitian
6. Data Personalia Peneliti

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan masalah utama dalam kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.1 Hipertensi di Asia
diperkirakan mencapai 4-18% pada tahun 1997, yaitu dijumpai 4.400 orang hipertensi
per 10.000 penduduk.2 Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% hasil dari
pengukuran pada umur ≥18 tahun.3
Semakin meningkatnya usia maka lebih beresiko terhadap peningkatan
tekanan darah terutama tekanan darah sistolik sedangkan tekanan darah diastole
meningkat hanya sampai usia 55 tahun. Laki-laki atau perempuan sama-sama
memiliki kemungkinan beresiko hipertensi. Namun, laki-laki lebih beresiko
hipertensi dibandingkan perempuan saat usia <45 tahun tetapi saat usia>65 tahun
perempuan lebih beresiko hipertensi.4
Resorpsi tulang alveolaris dapat terjadi karena beberapa faktor yang salah
satunya karena adanya penyakit sistemik yaitu hipertensi.Tekanan darah sistolik
meningkat progresif selaras dengan keparahan penyakit periodontal (resorpsi tulang
alveolar), sedangkan tekanan darah diastolik tidak menunjukan perubahan yang
signifikan. Jika tulang alveolar tidak mendapatkan suplai darah yang maksimal, maka
tulang alveolar ini sangat rawan terjadi resorpsi tulang. 2
Keparahan penyakit periodontal dapat diperiksa melalui gambaran klinis dan
pemeriksaan radiografik5, informasi diagnostik radiografi mengenai keparahan tulang
alveolar pada penderitahi pertensi dapat dilakukan dengan radiografi bitewing yang
dapat melihat beberapa elemen sekaligus pada rahang atas dan rahang bawah yang
memperlihatkan gambaran mahkota gigi, daerah interproksimal dan puncak tulang
alveolar.2,6,7 Gedik dkk mengatakan radiografi bitewing lebih unggul untuk menilai
keadaan tulang alveolar.8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachman Indharmawan dkk
menunjukkan bahwa ada beda resorpsi tulang alveolaris pada gigi P2 atas kiri sisi
distal dan P2 bawah kanan sisi mesial, M1 atas kiri sisi distal dan M1 bawah kanan
sisi distal, M2 bawah kiri sisi mesial antara laki-laki hipertensi dan non hipertensi.2
Penelitian yang dilakukan oleh Hendri Budi Gunawan dkk menunjukkan
bahwa selisih ukuran bone loss antara pemeriksaan klinis dengan pemeriksaan
radiografis yang paling besar yaitu pada sisi mesial M1 kanan (1.08mm), diikuti
mesial M1 kiri (1.06mm), kemudian mesial P2 kanan (1.03mm). 5
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika Kusumaning diah dkk
menunjukkan bahwa hampir seluruh gigi P2 mengalami resorpsi tulang alveolar baik
disisi mesial maupun distal.7 Angeli dkk menunjukkan adanya hubungan langsung
antara tingkat periodontitis dan massa ventrikel kiri pada subjek dengan hipertensi
esensial.9
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tertarik untuk mengetahui
seberapa besar resorpsi tulang alveolar pada pederita hipertensi dilihat dari gambaran
radiografi bitewing.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah ini adalah :
Berapakah prevalensi resorpsi tulang alveolar pada penderita hipertensi
melalui pemeriksaan radiografi bitewing.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah;
1. Untuk mengetahui resorpsi tulang alveolar pada penderita hipertensi
melalui pemeriksaan radiografi bitewing.
2. Dengan bantuan foto bitewing dokter gigi dapat mengetahui lebih detail
pola kerusakan tulang yang terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis :


Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi atau kontribusi
bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang gambaran resorpsi tulang alveolar
pada penderita periodontitis disertai hipertensi. Dapat menambah ilmu pengetahuan
di bidang kedokteran gigi agar dapat mengetahui seberapa besar resorpsi tulang
alveolar pada penderita hipertensi.

1.4.2 Manfaat Aplikatif :


1. Sebagai salah satu sumber informasi dan data untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
2. Bermanfaat bagi dokter gigi dalam memperhatikan setiap tindakan yang
berhubungan dengan perawatan pasien hipertensi yang mengalami periodontitis.
3. Radiasi yang terpapar pada pasien menggunakan radiografi bitewing untuk
pemeriksaan kerusakan tulang alveolar akan lebih kecil dibandingkan foto periapikal,
karena elemen gigi yang terlihat pada foto bitewing lebih banyak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periodontitis
Periodontitis merupakan gangguan multifaktor yang disebabkan oleh bakteri
dan gangguan keseimbangan pejamu dan parasit sehingga menyebabkan destruksi
jaringan. Periodontitis menyebabkan destruksi jaringan yang permanen yang
dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis, migrasi epitelium penyatu ke apikal,
kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang alveolar. 10
Tahap awal perkembangan periodontitis adalah inflamasi pada gingiva
sebagai respon terhadap serangan bakteri.10 Penjalaran inflamasi dari gingiva ke
struktur periodontal pendukung (atau peralihan gingivitis menjadi periodontitis)
diduga sebagai dimodifikasi oleh potensi patogenik plak, atau oleh daya tahan
pejamu.11 Mikroorganisme yang terdapat di dalam plak subgingiva seperti
Porphiromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Tannerela
forsythia, Provotella intermedia dan Troponema denticola akan mengaktifkan respon
imun terhadap pathogen periodontal dan endotoksin tersebut dengan merekrut
neutrophil, makrofag dan limfosit ke sulkus gingiva untuk menjaga jaringan pejamu
dan mengontrol perkembangan bakteri. Respon pejamu yang tidak adekuat dalam
menghancurkan bakteri dapat menyebabkan destruksi jaringan periodontal.
Destruksi jaringan periodontal terjadi ketika terdapat gangguan pada
keseimbangan jumlah bakteri dengan respon pejamu, hal ini dapat terjadi akibat
subjek sangat rentan terhadap infeksi periodontal atau subjek terinfeksi bakteri dalam
jumlah yang besar.10 Pembentukan saku periodontal terjadi karena serabut kolagen. 11
Kehilangan kolagen menyebabkan sel epithelium penyatu bagian apikal berproliferasi
sepanjang akar gigi dan bagian korona dari epithelium penyatu terlepas dari akar gigi.
Neutrophil menginvasi bagian korona epitelium penyatu dan memperbanyak
jumlahnya. Jaringan akan kehilangan kesatuan dan terlepas dari permukaan gigi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sulkus akan meluas secara apikal dan pada tahap ini sulkus gingiva akan berubah
menjadi poket periodontal.10

2.2 Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Tekanan darah 140/90mmHg didasarkan
pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menunjukan fase darah
yang kembali ke jantung.12,13,14
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
kurang dari 130/85mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat
tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan jantung dan pembuluh
darah.12,15

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa sebagai berikut12

Kategori Tekanan darah Tekanan darah


Sistolik Diastolik
Normal Dibawah 130mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.1 Penyebab Hipertensi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi
12,16
2,yaitu :
1. Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui.Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial
sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi
pada usia 30-50 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana
penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Pada hipertensi primer tidak
ditemukan penyakit renovaskular, aldosteronism, gagal ginjal dan penyakit lainnya.
Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi
primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress, merokok,
lingkungan dan gaya hidup.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal. Golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah
hipertensi esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.

2.3 Manifestasi Hipertensi dengan Kerusakan Tulang


Hipertensi sering kali disebut pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk
yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya dahulu sebagai peringatan
bagi penderitannya.2,17 Penderita yang mengalami penyakit periodontal memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada penderita yang
sehat tanpa penyakit periodontal.5 Penderita hipertensi berpotensi memiliki kelainan
pada jaringan periodontal yaitu penurunan tulang alveolar. 7 Resorpsi tulang alveolar
bisa terjadi oleh karena beberapa faktor yang salah satunya karena adanya penyakit
sistemik yaitu hipertensi. Tekanan darah sistolik meningkat progresif selaras dengan
keparahan penyakit periodontal (resorpsi tulang alveolar), sedangkan tekanan darah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diastolik tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Jika tulang alveolar tidak
mendapatkan suplai darah yang maksimal, maka tulang alveolar ini sangat rawan
terjadi resorpsi tulang.2

2.4 Kerusakan Tulang Alveolar


Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang mendukung
dan membentuk soket gigi (alveoli). Tulang alveolar terbentuk ketika gigi erupsi
untuk menyediakan perlekatannya ke tulang dan untuk pembentukan ligamen
periodontal. Struktur tulang tergantung pada gigi karena tulang alveolar berkembang
dan mengalami remodeling dengan pembentukkan dan erupsi gigi. Tulang alveolar
terbentuk dari proyeksi tulang yang berasal dari bagian basal maksila dan mandibul.
Tulang alveolar terutama terdiri atas tulang rawan (spongy bone) yang disebelah
luarnya dilapisi oleh tulang yang lebih padat dan keras yaitu tulang kortikal. Tulang
alveolar tidak terbentuk bila tidak ada gigi, dan bila gigi dicabut maka tulang alveolar
berangsur-angsur akan mengalami resorpsi.18

Gambar 1. Gambaran radiografi normal puncak tulang alveolar.19

Pada jaringan periodonsium yang sehat, tidak didapatkan adanya perlekatan


epitel yang longgar atau pembentukkan poket dan celah gusi yang dalamnya <2mm. 9
Pengukuran penurunan tulang alveolar ini dimulai dari puncak tulang alveolar ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cemento enamel junction kemudian dikurangi 2 mm. Pengukuran dengan
menggunakan metode proksimal RABL (resorbtion of alveolar bone loss).1

Gambar 2. Diagram dari radiografi


kehilangan tulang alveolar20

Selama masa kehidupan, tulang alveolar akan mengalami pembentukan dan


resorpsi (kerusakan). Sel-sel pembentuk tulang atau osteoblast akan mengeluarkan
matriks organic yang terutama terdiri atas kolagen yang disebut osteoid atau bakal
tulang, yang secara perlahan-lahan akan mengeras menjadi tulang. Resorpsi tulang
sering dihubungkan dengan sel yang disebut osteoklas, yaitu sel-sel berinti banyak
yang terdapat di dalam cekungan permukaan tulang yang disebut Howship’s lacunae.
Pada tulang alveolar, osteoklas dapat dijumpai pada daerah periosteal
(permukaan tulang bagian luar), endosteal (sumsum tulang), atau pada ligament
periodontal di permukaan tulang. Walaupun tulang alveolar merupakan jaringan
keras, tapi merupakan jaringan paling labil dibandingkan jaringan periodonsium
lainnya, di mana dapat terjadi resorpsi maupun pembentukan tulang baru secara terus-
menerus.18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Pola Kerusakan Tulang pada Penyakit Periodontal
Penyakit Periodontal dapat mengubah gambaran morfologis tulang alveolar.11
a. Cacat tulang horizontal
Pola kerusakan tulang horizontal merupakan yang paling banyak terjadi pada
penyakit periodontal. Tinggi tulang berkurang, tetapi tulang tetap tegak lurus
terhadap permukaan gigi. Septum interdental dan plat tulang sebelah vestibular dan
oral teresorpsi, tetapi belum tentu sama pada setiap sisi gigi. 11

Gambar 3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio


anterior dan regio posterior.19

b. Cacat tulang vertikal atau angular


Cacat tulang vertikal atau angular terjadi dalam arah miring/oblik,
menimbulkan daerah seperti lubang pada tulang sekeliling akar gigi dengan dasar dari
cacat berada apical di sekitar tulang. Cacat tulang angular disertai saku infraboni. 11
Cacat angular diklasifikasi berdasarkan jumlah dinding tulangnya.Cacat
angular dapat memiliki satu, dua atau tiga dinding. Jumlah dinding bagian apical dari
cacat angular lebih banyak dari bagian oklusal disebut cacat tulang kombinasi. 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. Gambaran kerusakan tulang alveolar
vertikal.19

2.6 Hubungan Hipertensi dengan Periodontitis


Jaringan periodontal adalah sistem yang kompleks dan memiliki kepekaan
yang tinggi terhadap 4 jaringan pendukung gigi (sementum, ligament periodontal,
tulang alveolar dan junction dan epitel sulkus). Pada struktur ini, jaringan periodontal
adalah jaringan yang dinamis dengan tingkat remodeling dan penganti yang tinggi,
yang menghubungkan gigi dengan tulang.9
Setidaknya ada 9 studi kohort yang meneliti hubungan antara penyakit
periodontal dan penyakit jantung koroner (CHD), dengan hasil yang bertentangan.
Gambaran dari studi menunjukkan resiko dari CHD 15% dibandiing dengan penyakit
periodontal, dengan interval kepercayaan 95% berkisar antara 8% sampai 122%.
Untuk menentukan mekanisme dasar hubunga semacam itu, beberapa peneliti ditinjau
secara mendalam olehArmitage. Memeriksa potensi hubungan antara penyakit
periodontal dan faktor resiko kardiovaskular, termasuk diabetes, merokok,
hiperlipedemia dan hipertensi. Meskipun tingginya prevalensi hipertensi pada
populasi umum dan kepentingan prognostiknya yang utama. Beberapa data tersedia
mengenai hubunga antara tekanan darah tinggi (BP), kerusakan organ hipertensi dan
penyakit periodontal.9
Meskipun terdapat prevalensi yang tinggi untuk hipertensi pada populasi
secara umum dan kepentingan prognostiknya, Namun hanya sedikit penelitian yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dan penyakit
periodontal. Pada satu penelitian didapatkan hasil bahwa tekanan darah sistolik
meningkat progressif sejalan dengan keparahan penyakit periodontal, sedangkan
tekanan darah diastol tidak menunjukkan tekanan darah yang signifikan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Castelli dkk ditemukan proliferasi tunika intima
dengan penyempitan lumen pembuluh darah yang mendarahi membrane periodontal
pada subjek hipertensi. Sementara pada penelitian lain, diketahui bahwa posisi dan
pergerakkan gigi dipengaruhi oleh kekuatan tekanan darah yang melalui pembuluh
darah periodontal.9
Massa Ventrikel Kiri jantung meningkat secara abnormal pada sekitar 1/3
orang yang menderita hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri berkaitan dengan
peningkatan resiko komplikasi kardiovaskular akibat tekanan darah dan faktor resiko
lainnya.Massa Ventrikel Kiri juga menunjukkan peningkatan progressif dengan
keparahan penyakit periodontal. Pada subjek yang menderita hipertensi, jantung
yang mengalami hipertropi dan periodonsium dapat bersama-sama mengalami
disfungsi mikrosirkulasi dan penipisan dinding arteriol dan kapiler. Tekanan
berlebihan dapat menyebabkan timbulnya ventrikel kiri hipertropi dan menyebabkan
penyempitan diameter lumen pembuluh darah kecil secara menyeluruh. Penipisan
vascular yang terjadi dapat menyebabkan iskemi pada jantung dan jaringan
periodontal.9,21

2.7 Radiografi Bitewing


Radiografi teknik bitewing memiliki teknik seperti namanya dimana pasien
menggigit (bite) sebuah sayap (wing) kecil yang diletakkan pada film intraoral.22
Teknik bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan permukaan gigi
yang meliputi mahkota dari maksila dan mandibula, daerah interproksimal dan crest
alveolar dalam film yang sama.6
Keuntungan penggunaan radiografi bitewing adalah sederhana, relatif murah,
film tidak dapat digeser oleh lidah dan posisi kepala tabung sinar X ditentukan oleh
penyangga sehingga sinar X dapat diarahkan dengan sudut yang tepat. Namun,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


radiografi bitewing juga memiliki kekurangan seperti sebagian besar penyangga tidak
cocok untuk anak-anak dan beberapa holder relatif mahal.22 Radiografi bitewing
dengan dosis radiasi yang digunakan 0,001-0,008 mSv.6 Ukuran film yang digunakan
berbeda-beda, seperti untuk dewasa film ukuran besar (31x41 mm), untuk anak-anak
di bawah 12 tahun film ukuran kecil (22x35 mm) dan untuk orang dewasa digunakan
film ukuran lebih panjang (53x26 mm).22
Prinsip – prinsip pada teknik bitewing 6 :
1. Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan crown gigi –gigi di maksila
dan mandibula.
2. Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bite wing film
holder.
3. Central x-rays diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal
+10

Gambar 5. Posisi film yang ideal dengan sudut sinar


X-ray rata-rata 5˚-8˚ ke arah vertikal.22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 6. Gambaran posisi film sesuai bentuk
lengkung gigi.22

2.7.1 Indikasi Radiografi Bitewing


Indikasi klinis utama meliputi 22 :
1. Mendeteksi adanya karies
2. Memonitor penjalaran karies
3. Menilai restorasi
4. Menilai keadaan periodontal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.8 KerangkaTeori

Periodontitis Hipertensi

Tulang Alveolar
Manifestasi hipertensi
dengan kerusakan tulang

Kerusakan Tulang Alveolar

Radiografi bitewing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.9 Kerangka Konsep

Periodontitis Gambaran dan


+ Radiografi Bitewing ukuran resorpsi
tulang alveolaris
Hipertensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis Penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
Cross-sectional. Fungsi analisis deskriptif untuk memberikan gambaran umum
tentang data yang diperoleh, menjadi acuan untuk melihat gambaran resorpsi tulang
alveolaris.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini di lakukan di Instalasi Radiologi Dental Kedokteran Gigi USU
yang berada di RSGM USU, dimulai pada bulan Desember 2017 sampai Mei tahun
2018.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien penderita periodontitis di
RSGM FKG USU yang datang kepada bagian Periodonsia.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini adalah pasien periodontitis disertai hipertensi.
Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling.

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi


1. Pasien berusia di 40-60 tahun
2. Pasien mengalami periodontitis Telah di diagnosa periodontitis oleh dokter
gigi di departemen periodonsia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Memiliki riwayat hipertensi
4. Gigi geligi posterior/anterior yang mengalami periodontitis di RA dan RB
6. Menyetujui lembar Informed consent

3.4.2 Kriteria Eksklusi


1. Pasien tidak memiliki riwayat perokok
2. Tidak memiliki gigi tetangga dan antagonis

3.5 Besar Sampel

𝑍𝛼 𝑃 𝑄
𝑛
𝑑

Keterangan :
N = Besar Sampel
Z = Taraf Signifikan 5% = 1,96
P = Proposi penelitian sebelumnya = 0,5
Q = 1 – p = 1 – 0,5 = 0,5
D = 20%

( )

Besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 24 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Definisi dari variabel – variabel tersebut adalah :
No Variabel Definisi Cara Hasil Skala
Penelitian Operasional Pengukuran Pengukuran
1. Pola Kondisi patologis Pemeriksaan 1.Ya Nominal
kerusakan yang terjadi pada ronsen foto 2.Tidak
puncak alveolar
tulang bitewing
dimana, terjadi
horizontal penurunan tulang
secara namun tepi tulang
masih sejajar
radiografi
dengan gigi dan
dilihat secara
radiografi

2. Pola Kondisi patologis Pemeriksaan 1.Ya Nominal


kerusakan yang terjadi pada ronsen foto 2. Tidak
tulang puncak tulang bitewing
vertikal alveolar dimana
terjadi kerusakan
dengan pola miring
atau membentuk
seperti sumur pada
tulang sekeliling
akar gigi
3. Usia Usia responden Kuesioner Usia 40-60 Nominal
yang terhitung tahun
sejak lahir hingga
ulang tahun
4. Jenis Kondisi responden Kuesioner Pria atau Nominal
Kelamin berdasarkan jenis wanita
kelamin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.7 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Pesawat radiografi bitewing dengan merk Planmeca
2. Alat Tulis
3. Jangka sorong
4. Komputer Intel Celeron
5. Viewer box
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian :
1. Film
2. Bahan Processing (Fixer dan Developer)

3.8 Prosedur Penelitian


 Pengambilan sampel dilakukan di depan Instalasi Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi USU
 Melakukan pemeriksaan intraoral pada sampel
 Memberikan lembaran kuesioner kepada sampel
 Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi, hasil dari pemeriksaan dan kuesioner
 Pasien periodontitis diperiksa oleh bagian kepanitraan klinik periodonsia dan
didiagnosa, kemudian disetujui oleh dokter gigi di Instalasi periodonsia dan
data sampel diambil dari rekam medis pasien yang telah disetujui dokter di
Instalasi periodonsia
 Pasien yang mengalami hipertensi diketahui dengan pengukuran tekanan
darah menggunakan spygmomanometer. Tekanan darah diukur setelah
Pasien duduk selama 5 menit angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan
sebagai hipertensi dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikut
nya untuk meyakinkan adanya hipertensi.23
 Memberikan lembaran informed consent kepada subjek peneliti untuk
dimintai persetujuan pada pengambilan foto radiografi bitewing
 Melakukan pengambilan foto radiografi bitewing pada sampel di Instalasi
Radiologi Kedokteran Gigi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Hasil radiografi diamati dan diukur oleh peneliti dengan cara meletakkan
hasil radiografi di atas viewer box, diukur dengan jangka sorong. Pengukuran
yang dilakukan dihitung mulai dari puncak tulang alveolar sampai CEJ
(Cemento Enamel Junction) dikurangi 2 mm Kemudian, hasil pengukuran di
catat di lembar pencatat

Gambar 7. Hasil penelitian gambaran radiografi bitewing pada penyakit


periodontal disertai hipertensi. A gambaran pola kerusakan
tulang secara horizontal (Tanda panah merah). B gambaran
pola kerusakan tulang secara vertikal. (Tanda panah kuning).
(Dokumentasi pribadi)

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan program komputer dan selanjutnya data di
analisa sesuai dengan tujuan penelitian deskriptif.

3.9.2 Analisa Data


Selanjutnya dilakukan analisa data dari hasil gambaran radiografi resorpsi
tulang alveolaris pada periodontisis disertai hipertensi dengan uji statistik berupa
distribusi frekuensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik (Health Research
Ethical Committee Of North Sumatera) dengan nomor surat 604/TGL/KEPK FK
USU-RSUP HAM/2017.

3.11 Alur Penelitian

Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

Menentukan diagnosa berdasarkan rekam medis yang


sudah di setujui dosen di instalansi periodonsia

Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian


dengan memberikan informed consent

Melakukan radiografi bitewing di unit


Radiologi Kedokteran Gigi USU

Mengukur resorpsi tulang alveolaris dengan menggunakan


jangka sorong dan penggaris di atas viewer box

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel Penelitian berjumlah 24 orang pasien Periodontitis di RSGM Fakultas


Kedokteran Gigi, dengan total 84 elemen gigi yang terkena kerusakan tulang akibat
penyakit periodontitis. Penelitian dilakukan pada radiografi bitewing yang berpusat
pada elemen yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis.

4.1 Pola Kerusakan Tulang


Secara keseluruhan pola kerusakan tulang yang paling sering terjadi adalah
pola kerusakan horizontal, dimana pola kerusakan ini terlihat di mesial dan distal juga
mengalami hal yang sama. Hasil penelitian ini diperoleh pola kerusakan tulang yang
terjadi secara keseluruhan 56,5% pola horizontal, sedangkan persentase 40,5% pola
vertikal dan 3% pada normal. Hasil penelitian ini diperoleh pola kerusakan tulang
yang terjadi pada bagian mesial 65,5% pola horizontal, sedangkan persentase 32,1%
pola vertikal dan 2,4% pada normal. Hasil penelitian ini diperoleh pola kerusakan
tulang yang terjadi pada bagian distal 47,6% pola horizontal, sedangkan persentase
48,8% pola vertikal dan 3,6 pada normal.

Tabel 2. Pola kerusakan tulang secara keseluruhan

Kategori Jumlah Presentase


Horizontal 95 56,5%
Vertikal 68 40,5%
Normal 5 3%
Total 168 100%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3. Pola kerusakan tulang pada bagian mesial

Kategori Jumlah Presentase


Horizontal 55 65,5%
Vertikal 27 32,1%
Normal 2 2,4%
Total 84 100%

Tabel 4. Pola kerusakan tulang pada bagian distal

Kategori Jumlah Presentase


Horizontal 40 47,6%
Vertikal 41 48,8%
Normal 3 3,6%
Total 84 100%

4.2 Pola kerusakan yang terjadi pada Rahang Atas dan Rahang Bawah
Kerusakan tulang alveolar pada rahang atas dan rahang bawah yang paling
tinggi terlihat pada rahang bawah dan pola kerusakan yang sering terjadi adalah
horizontal. Hasil penelitian ini diperoleh pola kerusakan tulang yang terjadi pada
rahang atas 58,3% pola horizontal, sedangkan persentase 37,5% pola vertikal dan
4,2% pada normal. Hasil penelitian ini diperoleh pola kerusakan tulang yang terjadi
pada rahang bawah 55,2% pola horizontal, sedangkan persentase 42,7% pola vertikal
dan 2,1% pada normal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5. Pola kerusakan tulang pada rahang atas

Kategori Jumlah Presentase


Horizontal 42 58,3%
Vertikal 27 37,5%
Normal 3 4,2%
Total 72 100%

Tabel 6. Pola kerusakan tulang pada rahang bawah

Kategori Jumlah Presentase


Horizontal 53 55,2%
Vertikal 41 42,7%
Normal 2 2,1%
Total 96 100%

4.3 Elemen Gigi Insisivus, Premolar dan Molar yang terkena kerusakan
tulang

Hasil penelitian ini diperoleh elemen gigi insisivus 78,6% yang terkena
kerusakan tulang, pada elemen gigi premolar 10% yang terkena kerusakan tulang dan
15,5% pada gigi molar yang terkena kerusakan tulang.

Tabel 7. Elemen gigi insisivus, premolar dan molar yang terkena kerusakan tulang

Kategori Jumlah Presentase


Insisivus 132 78,6%
Premolar 10 10%
Molar 26 15,5%
Total 168 100%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4 Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi
Hasil dari penelitian ini besar kehilangan tulang pada penelitian ini dengan
kriteria katagori ringan kehilangan tulang yang didapatkan bahwa katagori ringan
sebesar 35,7%, sedang 19%, berat 42,3% sedangkan normal 3%.

Tabel 8. Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi

Kategori Jumlah Presentase


Normal 5 3%
Ringan 60 35,7%
Sedang 32 19%
Berat 71 42,3%
Total 168 100%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil radiografi bitewing pada


penderita penyakit periodontitis disertai hipertensi di RSGM FKG USU. Pengamatan
dilakukan untuk melihat pola kerusakan horizontal ataukah vertikal yang paling
sering terjadi pada pasien penyakit periodontitis disertai hipertensi di RSGM FKG
USU. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moradi et al, hasil yang didapatkan
adalah hasil dari perhitungan jarak Cemento Enamel Junction (CEJ) dan Alveolar
Bone Crest (ABC) pada radiografi bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika
dibandingkan dengan radiografi periapikal.24
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh prevalensi pola kerusakan tulang
secara keseluruhan adalah untuk pola horizontal diperoleh 56,5% (tabel 2), pola
vertikal didapatkan sebesar 40,5%, sedang kondisi tulang alveolar yang masih normal
terjadi sebesar 3%. Pada penelitian Rofifah yang melihat prevalensi kehilangan tulang
alveolar pada pasien penyakit periodontitis didapatkan 72,97% pada pola horizontal,
sedangkan persentase pola vertikal sebanyak 18,25%. 25 Hal ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Correa et al yang melihat prevalensi kehilangan tulang
alveolar pada suku Braziliam yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit
periodontal terlihat pola kerusakan tulang horizontal adalah yang paling banyak
terjadi, yaitu 8.9% sedangkan pola kerusakan tulang vertikal yang terlihat hanya
sebesar 1.5%.26 Hal ini membuktikan bahwa kerusakan tulang alveolar pada
penelitian ini berjalan kronis. Pola horizontal biasa dijumpai pada kondisi
periodontitis kronis karena terjadi pada waktu yang cukup lambat. 11 Pada penelitian
yang dilakukan oleh Castellin et al, ditemukan proliferasi tunika imtima denngan
penyempitan lumen pembuluh darah yang mendarahi membran periodontal pada
subjek penelitian yang menderita hipertensi. Pada subjek yang menderita hipertensi,
jantung yang mengalami hipertrofi dan periodontium dapat bersama-sama mengalami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


disfungsi mikrosirkulasi dan penipisan dinding arteriol dan kapiler. Tekanan yng
berlebihan dapat menyebabkan timbulnya hipertrofi ventrikel kiri dan menyebabkan
penyempitan diameter lumen pembuluh darah kecil secara menyeluruh. Penipisan
vaskular yang terjadi dapat menyebabkan iskemi pada jantung dan jaringan
periodontal.9
Pada tabel 3 terlihat bahwa prevalensi kerusakan tulang alveolar pada bagian
mesial didapatkan sebesar 65,5% untuk pola horizontal, 32,1% untuk pola vertikal.
Sedangkan untuk prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian distal ditemukan
47,6% untuk pola horizontal, 48,8% untuk pola vertikal (tabel 4). Menurut Micheli et
al menyatakan bagian distal kehilangan tulang lebih tinggi kemungkinan disebabkan
permukaan distal pada kaninus rahang bawah lebih dalam dan lebar akarnya.
Kehilangan tulang pada kaninus berhubungan dengan kondisi kecengkungan anatomi
akar gigi rahang bawah dimana akar insisivus lebih dalam dari kaninus rahang bawah
an premolar rahang bawah.27
Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan persentase kerusakan tulang
yang terjadi pada rahang atas dan rahang bawah pada pasien periondontitis disertai
hipertensi 58,3% pola horizontal pada rahang atas (tabel 5 dan 6 ) 55,2% pola
horizontal pada rahang bawah. 37,5% pola vertikal pada rahang atas, 42,7% pola
vertikal pada rahang bawah. Hal ini membuktikan bahwa rahang atas lebis besar
terjadi kerusakan tulang. Hal ini hampir sama dengan penelitian Lavaneya yang
melihat prevalensi kehilangan tulang alveolar pada penderita periodontitis disertai
diabetes miletus didapatkan persentanse kerusakan tulang yaitu 87,5% pola horizontal
pada rahang atas, 67,5% pola horizontal pada rahang bawah 12,5% pola vertikal pada
rahang atas dan 32,7% pola vertikal pada rahang bawah.28 Fukuda et al yang pada
penelitiannya didapatkan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah namun
dengan hasil yang tidak begitu signifikan setelah membandingkan kehilangan tulang
yang terjadi di rahang atas maupun di rahang bawah pada 733 pasien. 27
Pada hasil perhitungan besar kehilangan tulang pada penelitian ini (tabel 8)
dengan kriteria katagori ringan kehilangan tulang yang terjadi 1-2 mm , sedang 3-4
mm dan berat lebih besar dari 5 mm, didapatkan bahwa katagori ringan sebesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35,7%, sedang 19%, berat 42,3% sedangkan normal 3%. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh penyakit periodontal yang dialami termasuk kategori periodontitis
kronis taraf parah.11’

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola kerusakan tulang pada pasien
periodontitis disertai hipertensi di RSGM USU yang paling banyak adalah pola
kerusakan horizontal 56,5%, sedangkan persentase pola vertikal sebanyak 40,5%.

6.2 Saran
1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan dengan kelompok-
kelompok umur dan gender agar yang lebih terlihat perbedaan yang signifikan.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan radiografi
periapikal sebagai dasar perbandingan dari penelitian ini.
3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan dengan jumlah pasien
yang lebih banyak sebagai dasar perbandingan dari penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

1. Herwati, Sartika W. Terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi


berdasarkan pola diet dan kebiasaan olahraga di padang tahun 2011. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2014; 8 (1).
2. Indharmawan R, Djajakusuma H, Savitri Ya. Gambaran radiografik resorpsi
tulang alveolaris pada penderita hipertensi. Dentomaxillofacial Radiology Dental
Jurnal. 2011; 2 (1) : 15-9.
3. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
4. Mahmudah S, Maryusman T, Arini F A, Malkan I. Hubungan gaya hidup dan
pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di kelurahan sawangan baru.
Biomedika. 2015; 7 (2).
5. Gunawan HB, Bambang N R.P, Renwi A E. Pengukuran bone loss secara
radiografik dan klinis pada penderita hipertensi. Dentomaxillofacial Radiology
Dental Jurnal. 2012; 3 (1) : 14-9.
6. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. 2nd ed., Medan: USU Press., 2013:
27-9
7. Kusumaningdiah K, Wahyuni OR, Savitri Y. Gambaran radiografik tingkat
keparahan bone loss penderita hipertensi. Dentomaxillofacial Radiology Dental
Jurnal. 2012; 3 (1) : 26-30.
8. Gedik R, Marakoglu I, Demirer S. Assessment of Alveolar Bone Levels from
Bitewing, Periapical and Panoramic Radiographs in Periodontitis Patient. West
Indian Med J 2008; 57 (4): 410.
9. Angeli Fabio, Verdecchia Paolo, Pellegrino Concetta, Pellegrino Rosaria G,
Pellegrino Giacinto, Prosciutti Lucio, dkk. Association Between Periodontal
Disease and Left Ventricle Mass in Essential Hypertension. Journal of the
American Heart Association.2003. 41: 488-92.
10. Quamilla N. Stress dan Kejadian Periodotitis. J Syiah Kuala Det Soc, 2016; 1
(2): 161-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. DaliemuntheS H. Periodonsia. Edisi Revisi. Medan: FKG USU, 2008; 32-32,
205-207.
12. Triyanto E. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
13. Agustina S, Sari S M, Savita R. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Hipertensi Pada lansia di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas.
2014; 2 (4).
14. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Maj Kedokt Indo. 2009; 59 (12).
15. Taguchi A, Sanada M, Suei Y, Ohtsuka M, Lee K, Tanimoto K, dkk. Tooth Loss
Is Associated With an Increased Risk of Hypertension in Postmenopausal
Women. Journal of the American Heart Association. 2004; 43: 1297-1300.
16. Nuraini B. Risk Factors of Hypertension. J Majority. 2015; 4 (5).
17. Wahyuningsih, Astuti E. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia
Lanjut. Jurnal Ners dan Kebinanan Indonesia. 2013; 1 (3) : 71-5.
18. Zurbardiah L. Jaringan periodonsium anatomis, klinis & histologis. Jakarta:
Universitas Trisakti, 2011.
19. Perschbacher S. Periodontal Disease. In: White S C. Pharoah M J. eds. Oral
Radiology Principles and Interpretation, 6th ed., China: elsevier., 2009: 282-294.
20. Epsilawati L. Hubungan penurunan tulang alveolar dan penipisan tulang kortikal
mandibula pada penderita periodontitis disertai diabetes militius tipe-2
menggunakan radiografi cone beam computed tomografi-3d.IJAS. 2012; 2 (2).
21. Sumali R, Surkadi F, Lessang Robert, Malsulfi Sri Lelyati C. Peran Hipertensi
terhadap mediator dalam perkembangan penyakit periodontal dan jantungan
koroner. Maj Ked Gi. 2010; 17 (1): 75-80
22. Whaites E, Cawson R A. Essentials of Dental Radiography and Radiology. ed.,
Spain: elsevier., 2003 : 101-107.
23. UPT-Balai informasi teknologi lipi.2009.
24. J Moradi, F Poorsafar, M Khoshhal, F Vafaei, L Gholami A. Comparison of
between two radiographic techniques to determine the distance betwen alveolar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bone crest and cementoenamel junction in patients with cronic periodontitis. DJH
2010;1(2): 1-7
25. Rofifah K M. Pola kerusakan tulang alveolar pada pasien yang datang ke
instalasi periodonsi menggunakan radiografi bitewing di RSGM FKG USU.
Tesis.2016.
26. Teledo Benedicto Egbert C D, Barroso Eliane M, Martins Alex T, Zuza
Elizangela P. Prevalence of periodontal bone loss in Bazilian adolescents through
interproximal radiography. International journal of Dentistry. 2012 : 1 -5
27. Lavaneya. Prevalensi pola kerusakan tulang pada pasien periodontitis disertai
diabetes militus di RSGM FKG USU. Tesis, 2017.
28. Fukuda CT, Carneiro SR, Alves VTE, Pustiglioni FT, Michelle GD,
Radiographic alveolar bone loss in patient undergoing periodontal maintenance,
Bull Tokyo Dent Coll. 2008; 49(9): 99-106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai