Anda di halaman 1dari 2

Bagi petani di desa Cihowe, kecamatan Parung, Bogor, pemakaian abu untuk

memupuk tanaman bukanlah barang baru. Hampir seluruh petani di situ, selalu
memasukkan abu ke dalam lubang tanam setiap kali ingin menanam sayuran. Abu juga
biasa mereka gunakan sebagai pupuk dasar dalam penanaman durian, rambutan dan jambu.
Abu yang biasa digunakan sebagai pupuk adalah abu yang sudah dalam bentuk
lembut. Abu itu bisa berupa abu dapur, abu sampah, abu jerami maupun abu sekam padi.
Sebagai pupuk, sebenarnya bahan ini sudah tidak lengkap mengandung unsur hara. Adanya
pembakaran telah menghilangkan hara C, H, O, N dan S yang menguap ke udara. Hara
yang tertinggal paling-paling hanya K, P, Ca, Mg, dan Fe. Itu pun, kecuali K, jumlahnya
sangat sedikit.
Tapi kenapa banyak petani yang memupuk dengan abu ? seorang petani sayuran
yang dihubungi Kami tak bisa menjelaskan alasannya, “Kebiasaan petani di sini memang
menggunakan pupuk dari abu, dan saya mengikutinya,” jawabnya. Namun seorang ahli
tanah IPB yang tak mau disebut namanya mengatakan bahwa bahan ini mengandung hara
kaliun yang lumayan besar. Dan benar memang. Simak saja, abu yang berasal dari
pembakaran jerami padi misalnya, kadar kaliumnya mencapai 10-35%, abu sisa bakaran
kayu mengandung 6-12%, dan abu sekam padi mengandung kalium 1,85%. Dan
keistimewaannya adalah, abu bersifat lambat dalam melepas hara kaliumnya. Pelepasan
kalium akan berjalan sedikit-sedikit tapi secara kontinu.
Dengan begitu tanaman akan mendapatkan hara ini dalam waktu yang panjang.
Abu juga digolongkan sebagai pupuk organik lantaran diperoleh dari pembakaran
bahan organik. Namun pengaruhnya terhadap tanah ternyata berbeda dengan kompos dan
pupuk kandang yang juga pupuk organik. Kompos dan pupuk kandang lebih banyak
berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah. Tanah bertekstur liat atau pasir, bisa menjadi
gembur kalau diberi kompos atau pupuk kandang dalam jumlah yang cukup. Tidak
demikian halnya pengaruh abu terhadap tanah. Menurut ahli tanah IPB, pemberian abu ke
dalam tanah bisa menaikkan pH tanah. Ini karena bahan ini memang bersifat basa, ya antara
lain karena kandungan kaliumnya yang tinggi. Hanya saja kenaikan pH itu berlangsungnya
cuma sementara. Namun ada juga efek buruk dari pupuk abu. Kalau bahan ini diberikan
terlalu banyak, maka tekanan osmotic tanah bisa naik, melebihi tekanan osmotic dalam akar
tanaman. Ini berbahaya, sebab, kalau perbedaan tekanan itu terlalu besar, maka cairan
dalam sel akar bisa tertarik keluar dan bisa menyebabkan lepasnya dinding sel
(plasmolisis).
Beberapa takaran pupuk abu agar tidak sampai menyebabkan terjadinya
plasmolysis? Sayang aturan bakunya belum ada. Tapi plasmolysis, sebenarnya juga hanya
terjadi kalau abu yang diberikan jumlahnya terlalu berlebihan. Dosis aman yang selama ini
dipakai petani adalah sebesar 1 gelas abu (kurang lebih 300 cc) untuk tiap lubang tanam
jagung, kedelai, mentimun, cabai dan terung. Bahan ini diberikan sebagai pupuk dasar
dengan cara dicampurkan dengan tanah dalam lubang tanam. Dan untuk pupuk dasar pada
penanaman durian, jambu, belimbing, mangga dan berbagai jenis tanaman tahunan lainnya,
takarannya kurang lebih 3 liter tiap lubang tanam. Bahan ini ditaburkan di sekeliling bibit
yang baru ditanam, lalu disiram air.

Anda mungkin juga menyukai