Anda di halaman 1dari 42

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kayu bakar merupakan sumber energi yang paling tua yang digunakan

manusia. Kayu bakar masih dikonsumsi oleh masyarakat desa Gambut jaya,

Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi yang jauh dari kota Jambi karena

bahan bakar ini lebih mudah didapatkan daripada minyak tanah dan gas. Kayu

bakar termasuk energi yang sifatnya dapat diperbaharui melalui cara

permudaan dan teknik budidaya. Karakteristrik energi kayu bakar ini dapat

menjamin kesinambungan produksi dan konsumsi apabila antara konsumsi

dan produksi seimbang (Hidayah, Dharmawan, & Baba Barus, 2016).

Biomassa adalah istilah yang menggambarkan bahan organik di

permukaan bumi yang bersifat ramah lingkungan. Salah satu pemanfaatan

biomassa adalah pembuatan briket yang berbahan dasar dari bonggol sawit

dan pelepah sawit. Biobriket sendiri banyak dimanfaatkan di negara-negara

Asia bagian selatan seperti Indonesia, India, dan Thailand.

Batang (caulis) merupakan bagian kedua dari tumbuhan setelah akar.

Batang bersatu dengan akar melanjutkan sari makanan yang dibawa oleh akar

melalui jaringan pengangkut. Pada beberapa jenis tumbuhan, batang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan, Batang pada umumnya

berada di atas permukaan tanah. Ada tiga jenis batang tumbuhan yang

terdapat disekitar, yaitu batang berkayu, batang berair (batang basah) dan

1
batang rumput (berongga). Pada umumnya pada batang terdapat bermacam-

macam jaringan tetapi pada dasarnya batang memiliki lapisan-lapisan jaringan

yang sama dengan akar, yaitu Epidermis, Orteks dan Silinder pusat (Stele).

Bonggol sawit merupakan batang pohon sawit yang sudah tua atau

pohon sawit yang sudah berumur selama kurang lebih 25 tahun. Pada umur

diatas umur ekonomis tanaman sudah tinggi sehingga sulit untuk di panen,

tandanya sudah jarang sehingga secara perhitungan tidak ekonomis lagi.

Bonggol sawit yang sudah tua tersebut akan di musnahkan karena tidak akan

berfungsi lagi, setelah itu akan diganti pohon sawit yang baru dan yang masih

berumur 1-2 tahun sehingga pohon tersebut akan mengasilkan buah lagi dan

bisa bermanfaat bagi masyarakat dan juga perusahaan.

Bonggol sawit yang sudah tidak produktif tersebut kalau untuk petani

sendiri hanya dilakukan penimbunan kedalam tanah, dan untuk Perusahaan

pemusnahan tersebut dilakukan dengan cara pencacahan pada bonggol sawit

dan setelah itu ditimbun kedalam tanah, sehingga bonggol sawit yang

ditimbun tadi akan bermanfaat sebagai pupuk organik.

Sawit memiliki beberapa bagian yang mempunyai manfaat dan

kandungan nilai kalori yang tinggi. Salah satu bagian tersebut pelepah kelapa

sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan biobriket.

Upaya pemanfaatan limbah atau biomassa batang kayu atau pelepah kelapa

sawit ini perlu dilakukan untuk menghindari efek negatif bagi lingkungan dan

masyarakat sekitar kebun melalui penerapan program produksi bersih melalui

2
proses reduce, reuse, recycle and recover  untuk meningkatkan nilai ekonomi

dari limbah industri sawit. Bonggol sawit dapat diolah menjadi beberapa

produk yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif, fenol, asap cair,

tepung tempurung dan arang. Bonggol sawit memiliki banyak kegunaan serta

manfaat bagi industri, usaha dan rumah tangga. Beberapa diantaranya adalah

produk bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif, asap cair, fenol, briket

arang, dan tepung tempurung.

Briket arang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang

dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa misalnya kayu, ranting,

daun-daunan, rumput, jerami ataupun limbah pertanian lainnya. Bahan utama

yang harus terdapat dalam bahan baku adalah selulosa, semakin tinggi

kandungan selulosa semakin baik kualitas briket, briket yang mengandung zat

terbang yang terlalu tinggi cenderung mengeluarkan asap dan bau tidak sedap.

Bioarang ini dapat digunakan dengan melalui proses pengolahan, salah

satunya adalah menjadi briket bioarang. Briket arang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, penghemat ruang kandang,

menyetrika dan lain-lain. (Johannes, 1991)

Menurut (Iriany, Carnella, & Sari, 2016) nilai kalori terbaik yang

didapat dengan perbandingan 1:8 dan waktu karbonisasi 120 menit yaitu

15107,138 kal/g. Hasil ini menunjukkan bahwa briket yang dihasilkan

memiliki karakteristik yang bagus, struktur yang kuat dan tidak mudah

hancur.

3
Pembuatan briket bonggol sawit maka biobriket merupakan salah satu

alternatif pemanfaatan limbah guna meningkatkan nilai tambah limbah hasil

pertanian. Untuk itu perlu dibuat sumber energi alternatif untuk bahan bakar

dari bahan-bahan limbah organik disekitar kita. Salah satu sumber energi

alternatif itu briket arang, yang mana bahan-bahan penyusunnya berasal dari

limbah padat dari bonggol kelapa sawit. Bahan tersebut memang tidak

memiliki nilai ekonomis yang tinggi, namun jika diabaikan dan dibiarkan

berserakan akan membuat lingkungan sekitar menjadi rusak dan berantakan.

Maka dari itu bonggol sawit dan pelepah sawit dimanfaatkan sebagai

bahan bakar kayu bakar bagi masyarakat yang dimana kayu bakar di zaman

modern ini semakin langka dilingkungan masyarakat. Batang kelapa sawit

merupakan bahan yang memiliki kandungan, diantaranya: selulosa,

hemiselulosa, lignin, abu, serta bahan ekstraktif lain. Berbagai riset sudah

dilakukan terkait pemanfaatan batang kelapa sawit, mulai dari sebagai energi

dengan cara sederhana, yaitu sebagai kayu bakar sampai sebagai bahan baku

untuk industri kimia dengan proses yang panjang dan rumit. Kandungan

senyawa kimia penyusun pada pelepah kelapa sawit terdiri dari selulosa,

hemiselulosa, dan lignin secara berurutan yaitu 31,7%, 33,9%, dan 17,4%.

Menurut Pope (1999), bahan organik yang mengandung lignin,

hemiselulosa, dan selulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan

karbon aktif karena sangat efektif mengadsorbsi limbah cair. Selain itu lignin

dan selulosa sebagian besar tersusun dari unsur karbon yang pada umumnya

4
dapat dijadikan karbon. Pelepah kelapa sawit termasuk bahan dengan

kandungan selulosa yang cukup tinggi dan memiliki massa jenis lebih

daripada kayu yaitu sebesar 1,16 g/cm3, dimana semakin besar massa jenis

bahan baku maka daya serap karbon aktif yang dihasilkan akan semakin besar

sehingga baik untuk dijadikan karbon aktif (Nurmala, Hartoyo 1999).

1.2. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh 3 macam perekat terhadap kualitas briket arang

bonggol sawit?

2. Berapa perbandingan berapa perbandingan perekat yang paling efektif

terhadap kualitas briket arang?

3. Berapa nilai ekonomi dalam pembuatan briket arang dari bonggol sawit?

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini masalah difokuskan pada bonggol sawit sebagai

pengganti kayu bakar :

1. Bahan perekat yang dipilih tepung kanji, lem fox, bahan natural

2. Kadar air, kadar abu, kadar volatile matter dan nilai kalor

5
1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui pengaruh tiga macam perekat terhadap kualitas briket.

2. Mencari perbandingan kadar air, kadar abu, kadar volatile matter dan nilai

kalor yang didapat pada briket bonggol sawit.

3. Mengetahui nilai ekonomi dalam pembuatan briket menggunakan bonggol

sawit.

1.5. Keaslian Penelitian

Dari penelitian yang yang telah dilakukan, sudah terdapat beberapa

penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pemanfaatan plepah kelapa

sawit. Secara umum, metode yang digunakan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya

terletak pada lokasi penelitian serta pada penelitian sebelumnya belum

membahas mengenai pemanfaatan bonggol sawit menjadi briket sebagai

pengganti kayu bakar. Berikut ini adalah beberapa penelitian mengenai

pemanfaatan plepah kelapa sawit.

6
Tabel 1. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Nama, Judul,
N
dan Tahun Tujuan Penelitian Metode Hasil Perbedaan
o
Penelitian
1 Widya Nanda Mendapatkan Metode penelitian ini briket arang dibuat dari Pada penelitian yang
(2016), pengaruh Variasi akan dilakukan di limbah padat sisa/tidak akan diteliti berlokasi
Pemanfaatan suhu karbonisasi dan laboratorium dengan terpakai yaitu Plepah di Sumatera Selatan
Plepah Kelapa komposisi jumlah teknik pengumpulan kelapa Sawit, adapun
Sawit Sebagai perekat tepung data dengan penelitian ini bertujuan
Bahan Pembuatan tapioka yang paling menyiapkan bahan- untuk mendapatkan
Briket Arang di baik diantaranya bahan baku briket briket arang dengan
Palembang dalam pembuatan kualitas yang sesuai
Sumatera Selatan briket arang pelepah dengan standar SNI
kelapa sawit. 2) dengan memvariasikan
Mendapatan nilai suhu karbonisasi 300oC –
kadar air, kadar abu 700oC dan konsentrasi
zat terbang, nilai penambahan bahan
fixed carbon serta perekat (Tepung
nilai kalor dari briket Tapioka) dari 10% -
arang pelepah kelapa 50%.
sawit yang
dihasilakan. 3)
Mendapatkan briket
arang dari pelepah
kelapa sawit yang
memiliki
karakteristik yang
sesuai dengan standar

7
SNI
Tujuan penelitian ini Hasil penelian yang
Djoko Purwanto adalah untuk diperoleh kehalusan
(2010) Briket mendapatkan briket Metode yang digunakan serbuk & mesh Penelitian yang akan
Bahan Bakar Dari tempurung kelapa sawit melalui parameter sifat menghasilkan nilai kalori diteliti menggunakan
2
Limbah yang secara teknis kimia, parameter uji lebih besar dan kadar limbah tempurung
Tempurung memenuhi persyaratan kadar kalori abu lebih rendah kelapa sawit
Kelapa Sawit kualitas untuk bahan dibandigkan 16 mesh dan
bakar 25 mesh
Iriany, Cindy
Carnella, Cici
Tujuan untuk mengkaji
Novita Sari
pengaruh variasi
(2016)
komposisi bahan baku
Pembuatan proses karbonisasi
pembuatan briket yang Penelitian yang akan
Biobriket Dari dalam pembuatan briket
dihasilkan. Bahan- diteliti pengaruh
Pelepah Dan Metode penelitian ini dan menambah nilai
bahan yang digunakan variasi komposisi
3 Cangkang Kelapa menggunakan variasi kalor dan mengurangi
adalah plepah kelapa bahan baku dan waktu
Sawit: Pengaruh perbandingan asap yang dihasilkan dari
sawit, cangkang kelapa karbonisasi terhadap
Variasi pembakaran briket.
sawit, tepung kanji, oli kualitas briket
Komposisi Bahan
bekas, H2SO4 dan Tri
Baku Dan Waktu
Ethyl Amine.
Karbonisasi
Terhadap Kualitas
Briket

8
1.6 . Manfaat Penelitian

Manfaat daripada Penelitian ini adalah

1. Memberikan Informasi kepada Masyarakat lain dari limbah plepah kelapa

sawit untuk dimanfaatkan sebagai briket pengganti kayu bakar.

2. Mengurangi resiko tingkat pencemaran limbah padat dari kelapa sawit

3. Memberikan sumber energi alternative yang ramah lingkungan

4. Dengan menggunakan briket ini dapat menghemat biaya pengeluaran untuk

membeli LP

9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

yang menduduki posisi penting dalam sektor pertanian umumnya, dan sektor

perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tananam

yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai

ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Khaswarina, 2001). Sejalan dengan

perluasan daerah, produksi juga meningkat dengan laju 9,4% per tahun. Pada

awal 2001-2004 luas areal kelapa sawit dan produksi masing-masing tumbuh

dengan laju 3,97% dan 7,25% per tahun, sedangkan ekspor meningkat 13,05%

per tahun. Tahun 2010 produksi crude palm oil (CPO) diperkirakan akan

meningkat antara 5-6% sedangkan untuk periode 2010-2020, pertumbuhan

produksi diperkirakan berkisar antara 2-4% (Harahap, 2011). (Syukri Habibi

nasution, Chairani Hanum, Jasmani Ginting, 2014)

Pelepah kelapa sawit

Buah kelapa sawit

Bonggol kelapa sawit

Gambar 2.1

10
Kelapa sawit merupakan komoditi andalan Indonesia yang

perkembangannya demikian pesat. Secara umum, limbah dari pabrik kelapa

sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah padat

yang berasal dari proses pengolahan berupa tandan kosong kelapa sawit

(TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur sawit

dan bungkil (http://BPPT-HUMAS.ac.id., 2010). (Syukri Habibi nasution,

Chairani Hanum, Jasmani Ginting, 2014)

Pelepah sawit cocok digunakan sebagai sumber bahan pakan

ternakruminansia, hal ini diindikasikan dengan lebih dari 80% bahan kering

didegradasi dalam waktu 48 jam (Dahlan, 2000). Purba et al. (1997)

melaporkan bahwa pemberian pelepah kelapa sawit (dalam bentuk segar)

sebanyak 40% dalam komponen pakan memberikan pertambahan bobot hidup

domba sebesar 54g/ekor/hari.

Gambar 2.2 Pelepah

Kelapa Sawit

11
Sianipar (2009) menyatakan pemberian pelepah sawit sebesar 45% pada

sapi Peranakan Ongole (PO) memperoleh rataan konsumsi pakan sebesar 6.546

g/ekor/hari. Pelepah sawit dapat diolah menjadi berbagai bahan pakan seperti

pellet, cube dan silase. Sejalan dengan itu, Hassan (1993) melaporkan bahwa

penggunaan silase pelepah sawit sebagai pakan ternak ruminansia sampai level

50% dalam ransum tidak menyebabkan efek samping.

Bonggol kelapa sawit

Gambar 2.3 Bonggol Kelapa Sawit

Setelah lepas masa pembibitan, maka terjadilah pembesaran bonggol

batang, tanpa disertai bertambah tingginya batang. Hal ini menjadikan batang

berdiri lebih kokoh. Pada batang sawit tersusun pangkal pelepah dengan aturan

duduk daun 3/8 , artinya pada 3 x 360 derajat (melingkar batang) akan didapati

sebanyak 8 pelepah daun atau dengan pengertian lain dalam jarak 3 x 360

derajat atau 1080 derajat terdapat 8 pelepah daun, sehingga jarak antara pelepah

dengan pelepah dalam satu level atau biasa disebut jarak pelepah kepada

kakak/adiknya = 1081/8 derajat = 135 derajat. Kalau dilihat dari bawah pokok

12
sawit, akan dapat ditenggarai/dilihat, putaran duduk daun ini secara genetis ada

yang putar kanan dan ada yang putar kiri. Dikatakan putar kiri, bila duduk daun

dalam satu spiral tersusun dari yang tua ke yang muda arahnya dari kanan

kekiri dan tentunya saja dikatakan putar kanan bila sebaliknya.

Limbah cangkang merupakan bagian terdalam pada buah kelapa sawit

dan memiliki tekstur yang keran oleh sebab itu dalam pengolahan buah kelapa

sawit cangkang ini tidak bisa di olah memnjadi minyak dan hanya menjadi

limbah atau buangan pabrik, dan cangkang kelapa sawit ini juga mempunyai

kandungan yang baik untuk di manfaatkan sebagai bahan bakar dan bisa untuk

dilakukan pengolahan lebih lanjut agar mempermudah penggunaannya dan

lebih efektif yaitu dengan mengolahnya menjadi briket arang sebagai bahan

bakar alternatif. Energi biomassa menjadi sumber energi alternatif pengganti

bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang

menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang

dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak

menyebabakan polusi udara juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan

sumber daya hutan dan pertanian (Widardo dan Suryanta, 1995). (Yaumul Arbi,

n.d.)

2.2 Pemanfaatan Bongol Sawit Menjadi Briket

Briket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk

rumah tangga. Briket mampu menyuplai energi dalam jangka panjang. Briket

13
didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat yang berasal dari sisa–

sisa bahan organik, yang telah mengalami proses pemanfaatan dengan daya

tekan tertentu. Pemanfaatan briket sebagai energi alternatif merupakan langkah

tepat (Sariadi, 2009)(Fitri, 2017).

Briket termasuk bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber

energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Kandungan air pada

pembriketan antara (10-20)% berat. Ukuran briket bervariasi dari (20-100)

gram. Pemilihan proses pembriketan tentunya harus mengacu pada segmen

pasar agar dicapai nilai ekonomis, teknis dan lingkungan yang optimal.

Pembriketan bertujuan untuk memperoleh suatu bahan bakar yang berkualitas

yang dapat digunakan untuk semua sektor sebagai sumber energi (Budiman,

2011)(Fitri, 2017).

Briket terbuat dari arang dengan bentuk tertentu yang dibuat dengan

teknik pengepresan tertentu dan menggunakan bahan perekat tertentu sebagai

bahan pengeras. Biobriket merupakan bahan bakar briket yang dibuat dari arang

biomassa hasil pertanian (bagian tumbuhan), baik berupa bagian yang memang

sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa atau limbah proses

produksi/pengolahan agroindustri. Biomassa hasil pertanian, khususnya limbah

agroindustri merupakan bahan yang seringkali dianggap kurang atau tidak

bernilai ekonomis, sehingga murah dan bahkan pada tarafter tentu merupakan

sumber pencemaran bagi lingkungan. Dengan demikian pemanfaatannya akan

14
berdampak positif, baik bagi bisnis maupun bagi kualitas lingkungan secara

keseluruhan. Biobriket yang berkualitas mempunyai ciri antara lain tekstur

halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan, dan

memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik. Sifat penyalaan ini diantaranya mudah

menyala, waktu nyala cukup lama, tidak menimbulkan jelaga, asap sedikit dan

cepat hilang serta nilai kalor yang cukup tinggi (Jamilatun, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis

bahan bakar atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi,

dan tekanan pada saat dilakukan pencetakan. Selain itu, pencampuran formula

dengan briket juga mempengaruhi sifat briket dan syarat-syarat briket yang baik

adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di

tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kriteria

seperti mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil

pembakaran tidak mengandung racun, kedap air dan hasil pembakaran tidak

berjamur bila disimpan pada waktu lama, menunjukkan upaya laju pembakaran

(waktu, laju pembakaran, dan suhu pembakaran) yang baik (Sinurat, 2011).

Beberapa tipe/bentuk briket yang umum dikenal, antara lain: bantal

(oval), sarang tawon (honey comb), silinder (cylinder), telur (egg), dan lain-lain.

Secara umum beberapa spesifikasi briket yang dibutuhkan oleh konsumen

adalah daya tahan briket, ukuran dan bentuk yang sesuai untuk penggunaannya

bersih terutama untuk sektor rumah tangga, bebas gas-gas berbahaya, sifat

15
pembakaran yang sesuai dengan kebutuhan (kemudahan dibakar, efisiensi

energi, pembakaran yang stabil) (Sahputra, 2013).

Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket antara lain adalah

biayanya amat murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket bioarang

cukup sederhana dan bahan bakunya pun sangat murah, bahkan tidak perlu

membeli karena berasal dari sampah, daun-daun kering, limbah pertanian yang

berguna lagi. Bahan baku untuk pembuatan arang umumnya telah tersedia

disekitar kita. Briket bioarang dalam penggunaannya menggunakan tungku

yang relatif kecil dibandingkan dengan tungku yang lainnya (Ndraha, 2009 &

Fitri, 2017).

2.3.1 Proses Pembriketan

Proses pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan

penggerusan, pencampuran bahan baku, pencetakan pengeringan pada kondisi

tertentu dan pengepakan sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk,

ukuran fisik dan sifat kimia tertentu. Tujuan dari pembriketan adalah untuk

meningkatkan kualitas bahan sebagai bahan bakar, mempermudah penanganan

dan transportasi serta mengurangi kehilangan bahan dalam bentuk debu pada

proses pengangkutan (Sinurat, 2011).

16
Gambar 2.4 Proses Pembuatan Briket

Secara umum proses pembuatan briket melalui tahap penggerusan,

pencampuran, pencetakan, pengeringan dan pengepakan.

a. Penggerusan adalah menggerus bahan baku briket untuk mendapatkan

ukuran butir tertentu. Alat yang digunakan adalah crusher atau blender

b. Pencampuran adalah mencampur bahan baku briket pada komposisi tertentu

untuk mendapatkan adonan yang homogen. Alat yang digunakan adalah

mixer, combining blender.

c. Pencetakan adalah mencetak adonan briket untuk mendapatkan bentuk

tertentu sesuai yang diinginkan. Alat yang digunakan adalah Briquetting

Machine.

d. Pengeringan adalah proses mengeringkan briket menggunakan udara panas

pada temperatur tertentu untuk menurunkan kandungan air pada briket.

Umumnya kadar air briket yang telah dicetak masih sangat tinggi sehingga

bersifat basah dan lunak, oleh karena itu briket perlu dikeringkan.

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mengeraskan hingga

aman dari ganggguan jamur dan benturan fisik. Cara pengeringan dapat

dilakukan dengan penjemuran dengan sinar matahari dan oven.

17
e. Pengepakan adalah pengemasan produk briket susai dengan spesifikasi

kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan. (Fitri, 2017)

2.3.2 Prinsip Pembuatan Briket

a. Prinsip Karbonisasi

Gambar 2.6 Proses Mengkarbonisasi

Proses karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan

baku asal menjadi karbon berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang

tertutup dengan udara yang terbatas atau seminimal mungkin. Proses

pengarangan (pirolisasi) merupakan proses penguraian biomassa menjadi

panas pada suhu lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa

tingkatan proses yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer

adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa

sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap pirolisa

primer. Selama proses pengarangan dengan alur konveksi pirolisa perlu

diperhatikan asap yang ditimbulkan selama proses yaitu jika asab tebal dan

putih berarti bahan sedang mengering, jika asap tebal dan kuning berarti

pengkarbonan sedang berlangsung pada fase ini sebaiknya tungku ditutup

dengan maksud agar oksigen pada ruang pengarangan rendah, sedangkan

18
jika asap semakin menipis dan berwarna biru berarti pengarangan hampir

selesai kemudian drum dibalik dan proses pembakaran selesai (Rosmiati,

2013).

Proses pembakaran dikatakan sempurna jika hasil akhir pembakaran

berupa abu berwarna keputihan dan seluruh energi didalam bahan organik

dibebaskan ke lingkungan. Namun dalam pengarangan, energi pada bahan

akan dibebaskan secara perlahan. Apabila proses pembakaran dihentikan

secara tiba-tiba ketika bahan masih membara, bahan tersebut akan menjadi

arang yang berwrna kehitaman. Bahan tersebut masih terdapat sisa energi

yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti memasak,

memanggang, dan mengeringkan. Bahan organik yang sudah menjadi arang

akan mengeluarkan sedikit asap dibandingkan dibakar langsung menjadi abu

(Ndraha, 2009).

b. Metode Karbonisasi

Pelaksanaan karbonisasi meliputi teknik yang paling sederhana hingga

yang paling canggih. Tentu saja metode pengarangan yang dipilih

disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi keuangan. Berikut dijelaskan

beberapa metode karbonisasi (pengarangan) (Yusuf, Sulaeman, &

Sribudiani, 2013).

c. Penggilingan Arang

19
Gambar 2.7 Penggilingan Arang

Seluruh arang yang dihasilkan dari proses karbonisasi biasanya masih

berbentuk bahan aslinya. Oleh karena itu agar bentuk dan ukuran arang

seragam, diperlukan alat atau mesin penggiling yang dilengkapi saringan

sebesar 0,1-0,5 mm. Tipe mesin penggiling yang digunakan biasanya

penggilingan tepung atau juga bisa digunakan blender, namun sebelumnya

dihancurkan terlebih dahulu dalam ukuran yang kecil-kecil tergantung dari

ukuran dan tingkat kekerasan arangnya, kemudian disaring dengan

menggunakan saringan (Fahlevi, 2016).

d. Teknik Pencampuran Adonan

Gambar 2.8 Pencampuran Adonan

Sebetas untuk keperluan sendiri, pencampuran adonan arang dan

perekat cukup dengan kedua tangan disertai alat pengaduk kayu atau logam.

20
Namun, jika jumlah briket diproduksi cukup besar, kehadiran mesin

pengaduk adonan sangat dibutuhkan untuk mempermudah pencampuran dan

memperingan pekerjaan operator. Apabila mesin pengaduk adonan tersebut

dianggap mesin belum memadai, bisa dicoba mesin molen yang sering

dipakai mencampur adukan semen yang kapasitasnya beragam, mulai yang

mini hingga yang raksasa. Semua peralatan digunakan tersebut harus

bertenaga mesin agar target yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat

terkejar.

e. Mencetak dan Mengeringkan Briket

Gambar 2.9 Pencetakan Briket

Pencetakan arang bertujuan untuk memperoleh bentuk yang seragam

dan memudahkan dalam pengemasan serta penggunaannya. Dengan kata

lain, pencetak briket akan memperbmaiki penampilan dan mengangkat nilai

jualnya. Oleh karena itu bentuk ketahanan briket yang dinginkan tergantung

dari alat pencetak yang digunakan. (Fitri, 2017)

21
2.3 Bahan Perekat

Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memilik kemampuan untuk

mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari

perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan cement.

Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti kulit, kuku,

urat, otot dan tulang yang secara luas digunakan dalam industri pengerjaan

kayu. Mucilage merupakan perekat yang dipersiapkan dari getah dan air dan

diperuntukkan terutama untuk perekat kertas. Paste merupakan perekat pati

(starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati dan air dan

dipertahankan berbentuk pasta. Coment adalah istilah yang digunakan untuk

perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalu pelepasan pelarut

(Ndraha, 2009).(Fitri, 2017)

Dengan pemakaian bahan perekat maka tekanan akan jatuh lebih kecil

bila dibandingkan dengan briket tanpa bahan perekat, dengan adanya bahan

perekat maka ikatan antar partikel akan semakin kuat, butir-butiran arang akan

saling mengikat yang menyebabkan air terikat dalam pori-pori arang.

Penggunaan bahan perekat dimaksudkan untuk menarik air dan membentuk

tekstur yang padat atau mengikat dua substrat yang akan diretakkan. Dengan

adanya bahan perekat maka susunan partikel akan semakin baik, teratur dan

lebih padat sehingga dalam proses pengempaan keteguhan tekan dan arang

briket akan semakin baik (Setiawan, 2012).(Fitri, 2017)

22
1. Perekat Nabati seperti Tepung Tapioka (kanji)

Tepung tapioka adalah salah satu hasil olahan dari ubi kayu. Tepung

tapioka umumnya berbentuk butiran pati yang banyak terdapat dalam sel

umbi singkong (Fahlevi, 2016).

2. Perekat Kimia seperti Lem PVA (polyvinyl acetate)

Lem merupakan bahan perekat yang berguna untuk merekatkan dua

bagian suatu benda. Material pembentuk lem terbuat dari bahan yang

alami maupun bahan sintetis. Lem yang terbuat dari bahan yang alami

pada umumnya menggunakan campuran air sebagai pelarutnya yang

menyebabkan kekuatannya akan melemah saat terkena air namun jenis

lem tidak mudah terbakar (Fitri, 2017).

3. Bahan Alami

Pengaruh penambahan bahan perekat terhadap nilai kalor

menyebabkan nilai kalor briket arang tongkol jagung semakin berkurang

karena bahan perekat mempunyai sifat thermoplastik serta sulit terbakar dan

membawa banyak air sehingga panas yang dihasilkan terlebih dahulu

digunakan menguapkan air dalam briket.

2.4 Biomassa

Biomassa adalah salah satu jenis bahan bakar padat selain batubara.

Biomassa diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu biomassa kayu dan

bukan kayu. Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu

23
pengeringan (drying), devolatilisasi (devolatilization), dan pembakaran arang

(char combustion). (Fitri, 2017)

Biomassa pada umumnya mempunyai densitas yang cukup rendah,

sehingga akan mengalami kesulitan dalam penanganannya. Densifikasi

biomassa menjadi briket bertujuan untuk meningkatkan densitas dan

menurunkan persoalan penanganan seperti penyimpanan dan pengangkutan.

Densifikasi menjadi sangat penting dikembangkan di negara-negara

berkembang sebagai salah satu cara untuk peningkatan kualitas biomassa

sebagai sumber energi. Secara umum densifikasi biomassa mempunyai

beberapa keuntungan yaitu menaikkan nilai kalori per unit volume, mudah

disimpan dan diangkut, Mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam

(Wahyudi, 2006). (Fitri, 2017)

2.5 Sifat dan Uji Kualitas Briket

Ada beberapa faktor dan parameter uji yang mempengaruhi kualitas

briket seperti kadar air, kadar abu, kadar volatile matter, dan nilai kalor dari

suatu briket.

a. Kadar Air

Air yang terkandung dalam produk dinyatakan sebagai kadar air. Kadar

air bahan bakar padat ialah perbandingan berat air yang terkandung dalam

bahan bakar padat dengan berat kering bahan bakar padat tersebut.

Tabel 2.1 Spesifikasi Persyaratan Mutu Briket Arang Kayu

24
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Kadar Air b/b % 8
Bagian Yang Hilang Pada
2 % 15
Pemanasan 90o C
3 Kadar Abu % 8
4 Kalori % 5000

Semakin besar kadar air yang terdapat pada bahan bakar padat

maka nilai kalornya semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Penentuan

kadar air dengan cara menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan

oven dengan suhu 1000-105oC dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam)

hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau berat bahan

tidak berubah lagi(Fitri, 2017).

b. Kadar Abu

Semua briket mempunyai kandungan zat anorganik yang dapat ditentukan

jumlahnya sebagai berat yang tinggal apabila briket dibakar secara

sempurna. Zat yang tinggal ini disebut abu. Abu briket berasal dari pasir

dan bermacam-macam zat mineral lainnya. Briket dengan kandungan abu

yang tinggi sangat tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak.

Abu berperan menurunkan mutu bahan bakar padat karena dapat

menurunkan nilai kalor(Putra, Hakim, Yuriandala, & K, 2013).

c. Kandungan Zat Terbang (Volatile matter)

Zat terbang terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti hidrogen,

karbon monoksida (CO), dan metana (CH4), tetapi kadang-kadang

terdapat juga gas-gas yang tidak terbakar seperti CO2 dan H2O. Volatile

25
matter adalah bagian dari briket dimana akan berubah menjadi volatile

matter (produk) bila briket tersebut dipanaskan tanpa udara pada suhu

lebih kurang 950oC. Untuk kadar volatile matter kurang lebih dari 40%

pada pembakaran akan memperoleh nyala yang panjang dan akan

memberikan asap yang banyak. Sedangkan untuk kadar volatile matter

rendah antara (15-25)% lebih disenangi dalam pemakaian karena asap

yang dihasilkan sedikit. Volatile matter berpengaruh terhadap

pembakaran briket. Semakin banyak kandungan volatile matter pada

briket semakin mudah untuk terbakar dan menyala(Fitri, 2017).

d. Nilai Kalor

Kalor adalah energi yang dipindahkan melintasi batas suatu sistem yang

disebabkan oleh perbedaan temperatur antara suatu sistem dan

lingkungannya. Nilai kalor bahan bakar dapat diketahui dengan

menggunakan kalorimeter. Bahan bakar yang akan diuji nilai kalornya

dibakar menggunakan kumparan kawat yang dialiri arus listrik dalam

bilik yang disebut bom dan dibenamkan di dalam air. Bahan bakar yang

bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan kalor, hal ini menyebabkan

suhu kalorimeter naik. Untuk menjaga agar panas yang dihasilkan dari

reaksi bahan bakar dengan oksigen tidak menyebar ke lingkungan luar

maka kalorimeter dilapisi oleh bahan yang bersifat isolator. Nilai kalor

bahan bakar termasuk jumlah panas yang dihasilkan atau ditimbulkan

26
oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan temperature 1

gram air dari 3,5oC – 4,5oC dengan satuan kalori, dengan kata lain nilai

kalor adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu

jumlah tertentu bahan bakar didalam zat asam, makin tinggi berat jenis

bahan bakar, makin tinggi nilai kalor yang diperoleh(Fitri, 2017).

Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan dan

diukur sebagai nilai kalor kotor (gross calarific value) dan dinyatakan dalam

satuan Btu/lb atau kJ/kg. Salah satu parameter untuk menentukan kualitas briket

dalam pengunaannya, untuk mengetahui kualitas briket yang dihasilkan dari

nilai panas pembakaran briket. Semakin tinggi nilai kalori, maka semakin baik

kualitas biobriket yang dihasilkan (Sriharti dan Salim. 2011).Fahlevi, 2016)

2.6 Penentuan Mutu Briket

a. Bom Kalorimeter

Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor

(nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2

berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel

ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap

kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat

logam terpasang dalam tabung. Sejumlah sampel dalam suatu ruang

kemudian dinyalakan atau dibakar dengan sistem penyalaan elektrik

27
sehingga sampel tersebut terbakar habis dan menghasilkan panas (Teguh,

2008).(Fitri, 2017)

Gambar 2.10 Bom Kalorimeter


(www.scribd.com/cara-kerja-bom-calorimeter)

Kalorimeter bom merupakan kalorimeter yang khusus digunakan untuk

menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari

sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan

stainless steel dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi) dan sejumlah

air yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas. Reaksi pembakaran yang

28
terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom.

Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan (Daud, 2013)(Fitri,

2017).

Cara kerja kalorimeter adalah mengalirkan arus listrik pada kumparan

kawat penghantar yang dimasukan ke dalam air suling. Pada waktu bergerak

dalam kawat penghantar (akibat perbedaan potenial) pembawa muatan

bertumbukan dengan atom logam dan kehilangan energi. Akibatnya pembawa

muatan bertumbukan dengan kecepatan konstan yang sebanding dengan kuat

medan listriknya. Tumbukan oleh pembawa muatan akan menyebabkan logam

yang dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu energi kalor/panas.

b. Moisture Meter

Proses penentuan mutu briket dapat dilakukan dengan mengukur kadar air yang

terdapat di dalam sampel briket.

29
2.7 Alat Pembuatan Briket

a. Mesin Pres Hidrolik

Mesin pres hidrolik adalah suatu mesin industri yang mempunyai system

hidrolik yang dapat bekerja secara mandiri dengan menggunakan pompa

yang terletak terpisah untuk setiap mesin. Dalam hal ini mesin ini

digunakan untuk melakukan pengepresan biji. Mesin pres hidrolik ini dapat

digunakan untuk berbagai jenis biji-bijian.

Gambar 2.11 Hidrolik Pump

2.8 Nilai Ekonomi

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang

peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

penyedia lapangan kerja, sumber pendepatan devisa negara. Disamping

itukelapa sawit juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan

pengembangan agroindustri (Arsyad, 2009).

Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang

menduduki posisi terpenting disektor pertanian, hal ini dikarenakan kelapa

30
sawit mampu menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya jika

dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atau lemak lainnya. Selain itu

kelapa sawit juga memiliki banyak manfaat yaitu sebagai bahan bakar

alternative biodiesel, bahan pupuk kompos, bahan dasar industri lainnya seperti

industri kosmetik, industri makanan, dan sebagai obat. Prospek pasar bagi

industri kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke

tahunmengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri,

tetapi juga diluar negeri (Ulfiah, dkk. 2018).

Dalam menjalankan analysis terutama pada proyek yang memiliki

usiaekonomis yang relative lama dan memberikan manfaat serta menyebabkan

biaya pada saat yang berbeda, maka cara pandang tentang Keberadaan nilai

uang menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menentukan kelayakan suatu

proyek. Analisis harus dilaksanakan dengan memasukkan seluruh perhitungan

variabel manfaat dan biaya dari suatu proyek selama usia proyek yang

bersangkutan dan hitung atas nilai sekarang. Menurut Hufschmids (1992)

menjelaskan bahwa didalam konteks analisis yang berhubungan dengan aspek

lingkungan, maka eksternalitas meliputi penghitungan manfaat dan biaya

terhadap dampak lingkungan dan seluruh dampak lingkungan yang timbul dari

suatu aktifitas. Eksternalitas dapat bersifat memberikan tambahan manfaat,

serta dapat juga muncul sebagai dampak yang membebani lingkungan atau

dikenal dengan eksternal negatif.

31
Berdasarkan pada uraian diatas maka, nilai ekonomi dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan Benefit Cost Ratio untuk mengetahui besarnya biaya

pengeluaran dan mengetahui keutungan dari modal yang telah dikeluarkan

dalam aktiftas pembuatan briket bonggol sawit, adapun perhitungan nilai

ekonomi pembuatan briket bonggol sawit berdasarkan pendekatan Benefit Cost

Ratio adalah sebagai berikut :

PVbenefit
BCR=
PVcosts

Keterangan :

PVbenefit : Present Value of Benefit

PVcosts : Present Value of Costs

2.9 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Sugiono, 2010).

Kerangka berpikir dalam suatu peealitian perlu dikemukakan apabila

dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Penelitian ini

menggunakan kerangka berpikir karena peneliti membahas dua variabel

32
Bonggol Sawit

Dibuang/dipendam Briket

Diolah : Nilai Ekonomi


a. Potong (BCR)
b. Karbonisasi
c. Penghalusan
d. pencetakan
Ekonomis

Non Ekonomis

Perekat :
a. Tepung kanji
b. Lem Fox

Uji Parameter di
laboratorium

Gambar 2.12 Kerangka Pikir

33
2.10 Hipotesis

Pada penelitian ini peneliti melakukan pemantauan di daerah

penelitian dengan cara observasi. Setelah melakukan pemantauan peneliti

menemukan tidak adanya pemanfaatan bonggol sawit oleh masyarakat sekitar

seperti hanya dipendam dan dicacah saja. Bonggol sawit yang diteliti seperti

tidak ada nilai ekonomi dimata masyarakat sekitar. Maka sebab itu peneliti

melakukan penelitian yaitu pemanfaatan bonggol sawit menjadi briket dengan

menggunakan bahan perekat tepung kanji dan lem fox untuk mendapatkan

hasil yang terbaik serta memiliki nilai ekonomi yang baik bagi masyarakat

sekitar.

34
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada September 2019 sampai Desember 2019

di desa Gambut Jaya, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah warga masyarakat Desa Gambut

Jaya Kecamatan Sungai Gelang Kabupaten Muaro Jambi yang memiliki lahan

perkebunan kelapa sawit.

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah warga masyarakat desa Gambut

Jaya Kecamatan Sungai Gelang Kabupaten Muaro Jambi yang memiliki

ketersediaan bonggol sawit.

35
3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Data primer

Pada penelitian ini, untuk mendapatkan data primer diperoleh dari hasil

wawancara dengan masyarakat yang berprofesi sebagai petani sawit dan tokoh

adat. Selain itu, data juga diperoleh dari pengamatan lapangan dan uji

laboratorium. Dalam hal ini penenliti malakukan wawancara dengan petani

sawit untuk mengetahui ketersediaan bonggol sawit dan uji laboratorium

untuk mengetahui parameter yang terdapat pada briket bonggol sawit.

Tabel 3.1 Data Primer

Cara
Tujuan Data yang Pengolahan
No Pengumpulan
Penelitian Dibutuhkan Data
Data
Mencari
Pemanfaatan Kuisioner/ Deskriptif
1 ketersediaan
bonggol sawit sensus kuantitatif
bonggol sawit
Perbandingan
parameter yang
Penelitian di Deskriptif
2 didapat pada Nilai parameter
laboratorium Kuantitatif
briket bonggol
sawit
Nilai ekonomi Modal yang Pembelian BCR ( Benefit
3
Briket dikeluarkan bahan baku Costs Ratio )

3.3.2 Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang mendukung sumber data primer

berupa buku-buku, literatur, arsip-arsip, dan peraturan perundang-undangan

yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan masalah yang

36
diteliti. Misalnya, menurut SNI 01-6235-2000 tentang baku mutu Briket

arang.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Pembuatan Briket, Bahan Perekat

Variabel Terikat : Bonggol Sawit

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Pada penelitian ini diguakan beberapa macam alat penelitian. Alat-alat

penelitian digunakan sesuai dengan kegunaannya pada setiap

penelitian. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Alat Penelitian

No. Alat Fungsi


Digunakan sebagai tempat untuk proses
1 Drum kaleng
karbonsasi limbah bonggol sawit
Digunakan sebagai alat pemotongan
2 Gergaji limbah bonggol sawit menjadi bagian
lebih kecil
Digunakan untuk proses penumbukan
3 Lumpang dan Alu
bonggol sawit yang sudah dikarbonisasi
Digunakan untuk menyaring bahan baku
4 Ayakan yang telah ditumbuk untuk mendapatkan
hasil yang halus
Digunakan untuk mengukur berat adonan
5 Timbangan
briket yang akan dicetak
6 Cetakan dan Alat Digunakan untuk tempat mencetak dan
pres memadatkan adonan briket dengan daya

37
tekanan tertentu
Digunakan sebagai alat untuk
7 Oven
mengeringkan briket yang telah dicetak
Digunakan sebagai alat untuk menghitung
8 Bomb Calorimeter
nilai kalori yang dihasilkan

3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Limbah bonggol sawit

Limbah bonggol sawit merupakan bahan utama dalam pembuatan

briket.

b. Tepung kanji

Tepung kanji merupakan salah satu bahan tambahan yang

dimanfaatkan sebagai bahan perekat.

c. Lem Fox

Lem Fox merupakan bahan perekat lain yang digunakan sebagai

pembanding dari bahan perekat sebelumnya untuk mengetahui

hasil yang berbeda.

3.6 Prosuder Penelitian

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah tahap pembutan briket

arang. Briket dibuat dengan campuran tepung tapioka sebagai perekat dan arang

pelepah kelapa sawit. Proses pembuatan briket arang dimulai dari penyiapan

38
bahan baku, karbonisasi, pengecilan ukuran, pembuatan adonan briket,

pencetakan briket.

1. Penyiapan Bahan Baku

Bahan baku yang disiapkan adalah bonggol kelapa sawit. Bonggol sawit

dipotong kecil untuk mempermudah proses karbonisasi, ukuran potongan

bonggol kelapa sawit adalah sepanjang 20 cm lebar 5-8 cm. Pemilihan

ukuran ini adalah untuk menyesuaikan ukuran wadah atau tempat

karbonisasi. Setelah bahan baku selesai dipotong dilanjutkan ke proses

karbonisasi.

2. Proses Karbonisasi

Proses karbonisasi dilakukan di atas selembar drum bekas, setelah bahan

baku disusun, bahan baku dibakar, ketika semua bahan telah menjadi arang,

terlihat bahan baku sudah terbakar semua.

3. Pengecilan Ukuran

Pengecilan ukuran dilakukan dengan cara ditumbuk dengan menggunakan

tumbukan yang terbuat dari batu. Hasil penumbukan dibagi tiga sesuai

pelakuan, yaitu non ayakan, dihaluskan dengan ayakan 50 mesh, dan

dihaluskan dengan menggunakan ayakan 70 mesh. Ampas hasil pengayakan

di tumbuk kembali hingga semua bahan dapat dimanfaatkan.

4. Pembuatan Adonan Briket

Arang pelepah kelapa sawit yang sudah diberikan tiga perlakuan berbeda

dicampur dengan perekat dengan konsentrasi perekat sebanyak 5% dari

39
total bahan baku tiap perlakuan. Berat bahan baku yang digunakan pada

penelitian ini berkisar pada 500 – 1000 g, berat bahan baku mengacu pada

penelitian pendahuluan, pada kisaran berat bahan baku 250 – 500 g

didapatkan hasil cetakan briket yang memiliki kepadatan yang pas, dan

tidak pecah saat di keluarkan dari cetakan.

Pembuatan perekat dilakukan dengan cara memasak tepung dengan

perbandingan dengan air sebesar 1:5, perekat dimasak hingga mengental

dan warna yang awalnya putih berubah menjadi bening, atau adonan

perekat mengental.

5. Pencetakan Briket

Adonan yang telah tercampur dengan perekat dimasukkan ke dalam cetakan

yang berbentuk tabung dengan diameter 4 cm dan tinggi 4 cm. Setelah

bahan baku dimasukkan ke dalam cetakan dilakukan pengepresan agar

bahan baku memadat dan perekat yang digunakan meresap kedalam pori-

pori briket, sehingga briket tidak mudah pecah dan retak. Pengepresan

bahan baku dilakuakan dengan menggunakan alat pres.

6. Pengeringan

Briket yang sudah dicetak lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu

100 ºC selama 90 menit dan kemudian dibantu dengan cara dijemur

dibawah sinar matahari selama 1 hari, tujuannya untuk menurunkan

kandungan air pada briket, sehingga briket cepat menyala dan tidak berasap.

40
3.7 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis dan

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam

unit-unit melakukan sistensa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Metode penelitian kuantitatif menghasilakan output berupa angka

statistik, baik dalam penelitian yang menghasilkan keluaran data deskriptif

ataupun inferensial.

Metode penelitian dalam perhitungan nilai ekonomis yaitu menggunakan

Benefit Cost Ratio untuk mengetahui nilai yang dikeluarkan dan mencari

keuntungan dalam pembuatan dan penjualan Briket dari bonggol sawit.

41
DAFTAR PUSTAKA

42

Anda mungkin juga menyukai