Anda di halaman 1dari 19

DIABETIK KETOASIDOSIS pada anak dengan kontrol metabolik yang

buruk ( kadar HbA1c yang tinggi), gadis remaja


2.1. Definisi atau peripubertal, anak dengan riwayat
Ketoasidosis diabetes merupakan suatu gangguan psikiatri ( contohnya gangguan
kegawatdaruratan medis yang terjadi pada makan), anak-
pasien diabetes, yang ditandai dengan adanya
keseluruhan dari kriteria dibawah ini 2.3. Faktor Risiko Terjadinnya Ketoasidosis
( berdasakan International Society for Diabetik
Pediatrics and Adolescent Diabetes ( ISPAD) Faktor risiko terjadinya ketoasidosis diabetik
tahun 2018)5 : terbagi menjadi dua yaitu :
 Hiperglikemia – Glukosa darah > 200  Faktor risiko ketoasidosis diabetik pada
mg/dL ( 11 mmol/L) pasien dengan awitan baru, meliputi
 Asidosis metabolik – pH darah vena < usia muda, keterlambatan diagnosis,
7,3 atau bikarbonat serum < 15 mEq/L status sosioekonomi yang rendah, dan
( 15 mmol/L) tinggal pada negara dengan prevalensi
 Ketosis – adanya keton di dalam darah diabetes tipe-I yang rendah.
( > 3mmol/L beta-hydroxyutyrate) atau  Faktor risiko ketoasidosis diabetik pada
urin ≥2+ ( moderate or large urin pasien yang sebelumnya diabetes,
ketones) 5 meliputi penggnaan insulin yang tidak
teratur, akses kesehatan yang terbatas,
atau jaminan kesehatan yang rendah; terdapat peningkatan stress fisiologis
keterlambatan dalam diagnosis diabetes.5 seperti karena infeksi, shok, serta obat-
Insidens dari ketoasidosis pada anak yang obatan seperti kortikosteroid,
sudah terdiagnosis diabetes melitus tipe-I antisikotik atipikal, tiazid dosis tinggi.
adalah sebesar 6-8% tiap tahunya. Risiko
terjadinya KAD pada kelompok ini meningkat 2.4. Patofisiologi dari Ketoasidosis Diabetik
Defisiensi insulin karena kegagalan sel asidosis metabolik. Dehidrasi yang semakin
beta pankreas yang progresif, atau karena efek memburuk, hiperosmolaritas, asidosis, dan
insulin yang berkurang karena beberapa stress gangguan elektrolit menyebabkan
fisiologis seperti sepsis dan meningkatnya efek meningkatnya sekresi stress hormone yang
dari hormon kontra-regulasi merupakan pada akhirnya menyebabkan dekompensasi
faktor pencetus dari ketoasidosis diabetikum. metabolik yang lebih parah lagi. Kompensasi
Hal ini dapat menyebabkan proses pernapasan untuk kondisi asidosis ini
glikogenolisis dan glukoneogenesis, sementara menghasilkan respirasi Kussmaul, yaitu
penggunaan glukosa dalam sel terbatas, pernapasan yang cepat dan dangkal.
sehingga menyebabkan hiperglikemia, diuresis Meningkatnya badan keton dalam darah,
osmotik, gangguan keseimbangan elektrolit, terutama beta-hidroksibutirat menginduksi
dehidrasi dan menurunnya laju filtrasi terjadinya muntah, yang memperburuk
glomerulus. Sementara itu, liposis terjadi dan keadaan dehidrasi dan gangguan elektrolit
menyebabkan meningkatnya free fatty acid yang sudah ada pada pasien ketoasidosis
yang berguna dalam proses glukoneogenesis diabetik. Selain itu, aseton menghasilkan bau
dan menghasilkan produk badan keton ( napas seperti buah ( fruity odor) yang
acetoacetic dan betahydroxybutyric acids). merupakan ciri khas pada pasien ketoasidosis
Badan keton ini dapat menyebabkan gangguan diabetik.4,5
kapasitas buffering, sehingga menyebabkan
asidosis metabolik ( pH < 7.3). Keadaan ini juga 2.5. Manifestasi Klinis
diperparah dengan penumpukan asam laktat Manifestasi klinis dari ketoasidosis diabetik
sebagai akibat dari penurunan perfusi ke meliputi :
jaringan, sehingga berkontribusi terhadap
- Dehidrasi dengan derajat yang bervariasi, Derajat kesadaran dinilai dengan
dapat ditemukan takikardia, hipotensi, menggunakan Glasglow coma scale
turgor kulit yang menurun, dan syok. pada anak5.
- Perubahan kesadaran dengan derajat yang
bervariasi, mulai dari bingung sampai
koma.
- Mual, muntah, nyeri perut.
- Pola napas Kussmaul
- Fruity odor
- Gejala klasik DM berupa poliuria, polidipsia
serta penurunan berat badan.
- Demam ( jika terdapat infeksi)

2.6. Klasifikasi dari Ketoasidosis Diabetik


Berdasarkan derajat beratnya asidosis,
ketoasidosis diabetik dibagi menjadi tiga4,5,
yaitu :
 Ringan : pH darah vena < 7,3 atau Gambar 2. GCS pada anak5
kadar bikarbonat serum < 15 mmol/L
 Sedang : pH darah vena < 7,2 atau 2. Tanda-tanda Vital
kadar bikarbonat serum <10 mmol/L Meliputi tekanan darah, nadi, laju
 Berat : pH darah vena <7,2 atau kadar napas, suhu, saturasi oksigen
bikarbonat serum < 5 mmol/L perifer, untuk menilai apakah
terdapat hiperpireksia, shok,
2.7. Penegakan Diagnosis takipnea, hipoksia jaringan. Selain
 Anamnesis itu perlu juga dinilai apakah
Anamnesis yang perlu ditanyakan terdapat sighing respiration
kepada pasien meliputi :gejala klasik ( Kussmaul). Pada saat ekspirasi
diabetes yaiut poliuria, polidipsia, juga bisa dinilai apakah terdapat
penurunan berat badan; demam atau fruity odor atau tidak. 5,6
tidak; mual; muntah; nyeri perut; 3. Pengukuran berat badan pasien
penurunan kesadaran, confusion, nyeri Penggunaan berat badan aktual
kepala hebat, pandangan kabur, untuk menghitung kebutuhan
riwayat diabetes sebelumnya, riwayat cairan maupun kebutuhan insulin. 8
diabetes pada keluarga, riwayat 4. Pengukuran derajat dehidrasi
penggunaan insulin; jika ada tanyakan o Dehidrasi dianggap sedang
kepatuhan penggunaan insulin; jika dehidrasinya mencapai
penggunaan obat-obatan seperti 5%-10%, tanda-tanda
kortikosteroid, antisikotik atipikal, dehidrasi meliputi :
tiazid dan lain sebagainya.  Capillary refill
 Pemeriksaan fisik memanjang
Pada pemeriksaan fisik, yang perlu  Turgor menurun
dinilai :  Hiperpnea
1. Derajat kesadaran  Serta adanya tanda-
tanda dehidrasi
seperti membran terbukti terdapat tanda
mukus yang kering, infeksi ( contoh demam).
mata cekung, tidak o Jika pemeriksaan kadar
ada air mata. potasium serum tertunda,
o Dehidrasi dianggap lebih maka dilakukan
dari 10% atau berat jika pemeriksaan
terdapat nadi yang lemah, elektrokariogram..
hipotensi, dan oligouria. o Walaupun tidak begitu
5. Evaluasi secara klinis untuk penting untuk tatalaksana
menentukan apakah terdapat ketoasidosis diabetik, HbA1c
tanda-tanda infeksi atau tidak. dapat digunakan untuk
 Pemeriksaan Penunjang evaluasi dan menejemen
o Dilakukan pengambilan pada beberapa pasien,
darah untuk pemeriksaan sebagaimana ia
laboratorium, meliputi4,5 : merepresentasikan durasi
 Kadar glukosa dari hiperglikemia.
plasma atau serum
 Keton darah Setelah melalui anamnesis, pemeriksaan
 Elektrolit ( termasuk fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka
kadar bikarbonat seorang pasien disebut mengalami
serum) ketoasidosis diabetik jika memenuhi
 Blood urea nitrogen, kriteria dibawah ini :
kreatinin  Hiperglikemia, yaitu kadar glukosa
 Osmolalitas serum darah > 200 mg/dL ( >11 mmol/L)
 Analisa Gas Darah,  Asidosis, yaitu pH < 7,3 dan atau
gap anion HCO3 < 15 mEq/L dan
 Hemoglobin,  Ketonemia dan ketonuria.
hematokrit, dan
complete blood 2.8. Tatalaksana
count. Prinsip tatalaksana KAD meliputi
 Kadar albumin, terapi cairan untuk mengkoreksi dehidrasi
kalsium, fosfat, dan menstabilkan fungsi sirkulasi,
magnesium jika pemeberian insulin untuk menghentikan
memungkinan. produksi badan keton yang berebihan,
Effective Osmolality = 2 x ( Na + K ) + glukosa mmol/l mengatasi gangguan keseimbangan
( mg/dL ÷18) elektrolit, mengatasi faktor presipitasi
atau penyakit yang mendasari serta
o Pemeriksaan urinalisis untuk monitor komplikasi terapi.8
menilai kadar keton pada
urin jika pengukuran keton Manajemen akut pada pasien ketoasidosis
darah atau serum tidak diabetik, meliputi4,5,8 :
dapat dilakukan.  Segera memeriksa kadar glukosa
o Pengambilan spesimen darah dan beta-hidroksibuitrat
untuk kultur ( darah, urin, dengan alat bedside atau tes urin
tenggorokan) jika ada dengan menggunakan strip hanya
mengukur kadar asetoasetat jika  Pengambilan darah untuk
pengukuran keton tidak dapat pemeriksaan laboratorium,
dilakukan. Lakukan evaluasi secara seperrti yang sudah dijelaskan
klinis untuk mencari kemungkinan sebelumnya.
infeksi.
 Pengukuran berat badan pasien. 2.8.1. Cairan dan Garam
 Pengukuran derajat dehidrasi Pasien dengan ketoasidosis
 Pengukuran kesadaran dengan diabetik biasanya mengalami defisit cairan
skala koma glasglow. Jika pasien ekstraseluler dalam rentang 5%-10% dari
tidak sadar atau pada pasien yang berat badan. Effective osmolality biasanya
parah, dimana refleks protektif juga berada dalam rentang 300-350
normal untuk pernafasan, maka mmol/kg. Meningkatnya kadar urea
harus amankan jalan napas, dan nitrogen serum dan hematokrit atau
mengosongkan lambung dengan konsentrasi hemoglobin, atau jika tidak
pemasangan NGT untuk mencegah albumin plasma merupakan penanda
aspirasi. untuk menentukan derajat dari kontraksi
 Berikan Oksigen pada pasien cairan ekstraseluler dan harus diperiksa
dengan gangguan sirkulasi atau selama resusitasi cairan dan penggantian
syok. cairan defisit.5
 Monitor kardiak untuk mengetahui Konsentrasi natrium darah tidak
apakah terdapat gelombang T dapat digunakan untuk mengukur derajat
sebagai akibat dari hiperkalemia. dari ECF contraction karena dua alasan; 1)
 Sebaiknya dilakukan pemasangan konsentrasi glukosa yang tinggi pada
dua kateter intravena. Jika tidak ekstraseluler, menyebabkan pergerakan
begitu penting, sebaiknya tidak air secara osmotik dari intraselular ke
dilakukan pemasangan kateter ekstraselular, sehingga terjadi
sentral vena karena risiko tinggi hiponatremia dilusional, 2) kandungan
terjadinya trombosis terutama natrium yang rendah dari peningkatan
pada anak yang masih sangat fraksi lipid serum pada ketoasidosis
muda. Jika sudah dilakukan diabetik.9 Pengukuran konsentrasi sodium
pemasangan kateter sentral, maka terkoreksi ( corrected sodium) berguna
harus dilepas segera setelah untuk menilai seberapa besar kurangnya
kondisi klinis anak memungkinkan. kadar natrium dan air. Corrected sodium
Profilaksis mekanikal dan merepresentasikan kadar sodium
farmakologi seperti low molecular seharusnya pada keadaan tanpa
weight heparin harus hiperglikemia. Semakin menurunnya
dipertimbangkan terutama pada konsentrasi glukosa setelah pemberian
anak >12 tahun. cairan dan insulin, maka konsentrasi
 Pemberian antibiotik pada pasien sodium harus meningkat. Gagalnya
yang demam setelah pengambilan peningkatan kadar serum sodium atau
kultur cairan tubuh semakin menurunnya kadar sodium
 Biasanya pemasangan kateter dipikirkan sebagai suatu pertanda
tidak terlalu diperlukan, terkecuali impending cerebral edema.8,9
jika anak tidak sadar.
Corrected sodium = measured Na + 2 ( [ glukosa
plasma – 5,6]/5,6) mmol/L atau
Measured Na + 2 ([glukosa plasma-100]/100)
mungkin dibutuhkan agar perfusi
jaringan adekuat. 4,5
 Pada pasien ketoasidosis dengan
Tujuan dari terapi penggantian cairan dan syok, maka diberikan cairan salin
elektrolit adalah untuk : isotonik bolus 20 cc/kgBB secepat
 Mengembalikan volume sirkulasi mungkin melalui large bore
 Mengembalikan kadar sodium dan cannula dengan memeriksa
cairan ekstraseluler dan intraseluler kembali status sirkulatori setelah
 Meningkatkan laju filtrasi setiap bolus. 4,5
glomerulus dan clearane dari  Selama resusitasi berjalan, maka
glukosa dan keton dari darah. konsentrasi glukosa plasma dapat
menurun sebesar 3-5 mmol per
Rerata kehilangan per jam ( 54-90 mg per jam). Jika
kg glukosa darah menurun > 5 mmol
Cairan 70 ( 30-1000 )mL per jam maka pemberian glukosa
Natrium 6 ( 5-13) mmol sebelum glukosa plasma < 17
Kalium 5 ( 3-6) mmol mmol diperlukan untuk mencegah
Klorida 4 ( 3-9) mmol
terjadinya hipoglikemia.4,5
Fosfat 0,5-2,5 mmol

PENGGANTIAN CAIRAN DEFISIT


Tabel 1. Rata-rata kehilangan cairan dan
Penggantian cairan defisit dapat tercapai
elektrolit apda pasien ketoasidosis diabetik.4,5
dengan menggunakan cairan salin 0,45%
atau 0,9% atau cairan lainnya seperti
Cairan dan elektrolitAkumulasi perkiraan
ringer laktat, hartmann’s solution atau
pada dehidrasi
plasmalit.
10%
 Terapi cairan sebaiknya dimulai
Cairan ( mL) 3000
Natrium ( mEq) 180 dengan penggantian cairan defisit
Kalium ( mEq) 150 dan cairan rumatan.
Klorida ( mEq) 120  Penggantian cairan defisit harus
Fosfat ( mmol) 75 menggunakan cairan yang memiliki
tonisitas dalam jangka 0,45%-0,9%
Tabel 2. Perkiraan kehilangan cairan dan salin, dengan penambahan
elektrolit pada pasien ketoasidosis diabteik.4,5 potasium klorida, potasium fosfat
CAIRAN RESUSITASI ( INITIAL VOLUME atau potasium asetat.
EXPANSION)  Penggantian cairan defisit
 Pada pasien yang mengalami dilakukan selama 24-48 jam.
kekurangan cairan namun tidak Dalam suatu studi pada 635 kasus
syok, resusitasi harus dimulai dengan DKA, rata-rata waktu
sesegera mungkin dengan cairan kembali sirkulasi normal setelah
salin 0,9% , 10 cc/kgBB dan diinfus koreksi adalah 11,6 ± 6,2 jam.
selama 30-60 menit; namun jika  Pengecekan status hidrasi secara
perfusi jaringan masih buruk,maka klinis dan kalkulasi osmolaliltas
cairan bolus yang pertama efektif dapat digunakan sebagai
diberikan lebih cepat ( dalam 15- panduan dalam terapi cairan dan
30 menit) dan cairan bous kedua elektrolit. Tujuannya adalah untuk
menurumkan efektif osmolalitas  Terapi insulin infus diberikan
serum ke batas normal. Harus setidaknya setelah 1 jam
terdapat peningkatan dari dimulainya terapi cairan, yang
konsentrasi sodium bersamaan mana berarti setelah pasien telah
dengan penurunan kadar glukosa menerima volume ekspansi inisial (
( sodium harus meningkat 0,5 resusitasi).
mmol/L untuk setiap penurunan 1  Dosis : 0,05-0,1 unit/kg/jam
mmol/L pada konsentrasi glukosa). ( sebagai contoh, salah cara
 Jumlah urin tidak harus rutin mengencerkan adalah 50 unit
ditambahkan pada cairan insulin reguler ke dalam 50 cc
pengganti, tetapi pada situasi normal salin, sehingga 1 unit = 1 c).
tertentu, misalnya diuresis sangat  Dosis insulin harus tetap berada
tinggi sehingga defisit baru terjadi pada 0,05-0,1 unit/kg/jam
selama rehidrasi, maka defisit ini setidaknya sampai resolusi dari
perlu ditambhakan. ketoasidosis diabetik ( pH >7,30,
 Kandungan natirum dalam cairan bikarbonat serum > 15 mmol/L,
perlu ditambahkan jika kadar kadar beta-hidroksbiturat < 1
natrium serum rendah dan tindak mmol/L, atau semakin
meningkat sesuai dengan mendekatnya gap anion).
penurunan kadar glukosa darah.  Dosis insulin dapat diturunkan
 Penggunaan NaCl 0,9% dalam pada pasien yang sensitif terhadap
jumlah besar dapat menyebabkan insulin ( contohya pada pasien
terjadinya hiperkloremik asidosis anak muda dengan ketoasidosis
metabolik. ( rasio klorida : natrium diabetik, pasien dengan HHS) atau
> 0,79). jika asidosis metabolik terus
membaik.4,5,8
Cara penghitungan cairan :  Pada pasien dengan ketoasidosis
1. Estimasi derajat dehidrasi = ...% ( A yang tidak begitu parah ( pH >7,1-
%) 7,2), dosis 0,05 unit/kg/ jam ( 0,03
2. Estimasi defisit cairan = A% x BB unit/kg/jam untuk anak dibawah 5
( kg) x 1000 mL = B mL tahun) bisa digunakan untuk
3. Hitung cairan rumatan untuk 48 memperbaiki asidosis.
jam = C mL  Insulin juga memiliki efek seperti
4. Hitung kebutuhan cairan total 48 aldosterone, yang dapat
jam = Defisit + Rumatan = D mL menyebabkan peningkatan
5. Hitung kecepatan cairan infus per ekstresi potasium pada urin.
jam = D mL / 48 jam8.  Untuk menegah terjadinya
hipoglikemia, maka glukosa 5%
2.8.2. Terapi Insulin harus ditambahkan pada cairan
Terapi insulin bertujuan untuk intravena ketika kadar glukosa
mengembalikan metabolisme seluler yang plasma <14-17 mmol/L ( 250-300
normal, menurunkan proses liposis, dan mg/dL). Jika menggunakan insulin
mengembalikan konsentrasi glukosa ke dengan kecepatan 0,1 unit/kg/jam,
dalam batas normal.5,8 maka digunakan glukosa 10%
-12,5%.4,5,8
 Jika glukosa darah menurun menurun. Bila terdapat gangguan ginjal,
dengan cepat ( > 5 mmol/L/jam) dapat menyebabkan terjadinya
setelah ekspansi cairan inisial, penurunan sekresi dari kalium, sehingga
pertimbangkan untuk dapat menyebabkan hiperkalemia.
menambahkan glukosa walaupun Pemberian insulin dan koreksi dari
penurunannya belum mencapai 17 asidosis menyebabkan kalium kembali ke
mmol/L ( 300 mg/dL ). dalam sel, menyebabkan penurunan kadar
 Pada keadaan dimana pemberian sodium. Konsentrasi potasium serum
insulin intravena tidak dapat menurun cepat, dan dapat
memungkinkan, maka dapat menyebabkan aritmia jantung. 8
diberikan rapid-ating insulin  Jika pasien hipokalemia, maka
analog ( lispro atau aspart) setiap pemberian kalium diberikan
jam atau setiap 2 jam, namun tidak bersamaan dengan ekspansi volum
digunakan pada pasien dengan inisial dan sebelum diberikan
gangguan sirkulasi perifer. Dosis terapi insulin.4,5,8
awal subkutan : 0,3 unit/kg, diikuti  Jika tidak dapat dilakukan
dengan dosis insulin lispro pemeriksaan kadar potasium
subkutan 0,1 unit/kg/jam atau secepat mungkin, maka dapat
0,15-0,20 unit/kg setiap 2-3 jam. digunakan elektrokardiografi untuk
Jika kadar glukosa turun < 14 mengetahui apakah anak terdapat
mmol/L ( 250 mgdL) sebelum hiper atau hipokalemia.
ketoasidosis teratasi, turunkan Pemanjangan dari interval PR, T
dosis insulin lispro atau aspart ke wave flattening and inversion,
0,05 unit/kg/jam untuk gelombang U, interval QT
mempertahankan kadar glukosa memanjang menandakan
darah 11 mmol/L ( 200 mg/dL) hipokalemia. Gelombang T yang
sampai resolusi dari tinggi, simetris, dan pemendekan
4,5,8
ketoasidosis. dari interval QT menandakan
adanya hiperkalemia.4,5,8
2.8.2. Penggantian Kalium  Konsentrasi kalium awal yang
Anak- anak dengan ketoasidosis digunakan dalam infusan adalah
diabetik mengalami defisit potasium 40 mmol/L. Jika diberikan dengan
sebesar 3-6 mmol/kg. Hal ini terjadi cairan resustiasi  20 mmol/L. 5,8
karena adanya perpindahan transseluler  Laju maksimum pemberian kalium
akibat hipertonisitas ( meningkatnya intravena adalah 0,5
osmolalitas plasma), asidosis, mmol/kg/jam.
glikogenolisis, dan protelolisis akibat  Jika masih terdapat hipokalemia
defisiensi insulin. Kalium juga hilang dari walaupun sudah diberikan dosis
tubuh akibat muntah, atau sebagai akibat maksimum dari penggantian
dari diuresis osmotik. Deplesi volume kalium, maka laju pemberian
intravaskular menyebabkan terjadinya insulin harus ditirunkan.4,5
hiperaldosterisme sekunder yang
menyebabkan pengeluaran kalium dari 2.8.3. Asidosis
urin. Pada saat awitan gejala, kadar serum Asidosis metabolik dapat teratasi
kalium dapat normal, meningkat atau dengan pemberian cairan an insulin,
dimana insulin mengehentikan produksi
dari asam keton dan membuat asam resolusi dari asidosis, sehingga kerap kali
keton dapat dimetabolisme sehingga menyebabkan “non-gap” asidosis. Hal ini
menghasilkan bikarbonat. Pemberian biasanya disebabkan oleh asidosis
terapi bikarbonat dapat menyebabkan hiperkloremik, karena jumlah klorida yang
asidosis pada sistem saraf pusat dan terlalu banyak saat rehidrasi. 4,5,8
koreksi yang terlalu cepat dapat
menyebabkan hipokalemia. Pemberian Target dari Terapi
bikarnoat mungkin bermanfaat bila  Koreksi asidosis dan menghentikan
diberikan pada pasien dengan ketosis
hiperkalemia atau dengan asidosis yang  Koreksi dehidrasi
parah ( pH <6,9).8  Mengembalikan kadar glukosa
 Jika bikarbonat harus digunakan, darah ke batas normal
maka dapat diberikan dengan  Monitor komplikasi dari
dosis 1-2 mmol/kg selama 60 ketoasidosis diabetik dan
menit. penangannya.
Jika ditemukan adanya peningkatan
gap anion yang tinggi tanpa ditemukan
adanya ketosis yang signifikan ( kadar
betahidroksibutirat < 3 mmol) dapat
menunjukkan adanya asidosis laktat dan
kemungkinan dari sepsis atau HHS.8
Selama terapi berlangsung, gap anion
cenderung menjadi normal sebelum
Gambar 2. Algoritme tatalaksana ketoasidosis diabetik pada pediatrik. 8
 Observasi tanda dan gejala dari
2.9. Monitor Klinis dan Biokemikal edema seberal meliputi sakit
4
Monitor harus meliputi : kepala, muntah yang ebrulang,
 Tanda-tanda vital setiap jam nadi yang semakin melemah,
 Observasi tingkat kesadaran meningkatnya tekanan darah,
menggunakan GCS setiap jam penurunan saturasi oksigen,
selama 12-24 jam pengobatan. perubahan status neurologis
( seperti restless, iritabel,
inkontiensia, respon pupil yang infus untuk memberikan waktu
abnormal, gangguan fungsi nervus agar insulin dapat tereabsorbsi.5
kranialis).
 Jumlah insulin yang diberikan 2.11. Komplikasi
 Menghitung jumlah cairan yang
masuk dan keluar setiap jam 1. Edema Serebral
 Mengukur kadar gula glukosa Serebral edema merupakan salah satu
setiap jam. komplikasi dari ketoasisdosis diabetikum yang
 Pemeriksaan laboratorium seperti berbahaya. Penyebab dari edema serebral masih
elektrolit, glukosa, kalsium, kontroversial. Ada beberapa yang menjelaskan
magnesium, fosfat, dan gas darah bahwa patogenesisnya merupakan akibat dari
harus diulang setiap 2-4 jam. Pada pemberian cairan yang terlalu cepat sehingga
kasus berat, urea nitrogen darah, terjadi perubahan osmolalitas darah yang cepat
kreatinin, hematokrit harus pula. Penting untuk ditekankan bahwa derajat
diulang setiap 6-8 jam sampai dari edema serebral yang terjadi pada
normal. ketoasidosis berhubungan dengan derajat
 Keton urin sampai benar-benar dehidrasi dan hiperventilasi saat awitan gejala,
teratasi namun tidak berhubungan dengan perubahan
 Penghitungan gap anion, koreksi osmolaritas pada saat terapi. 4,5
sodium, dan osmolalitas efektif Insidensi dari edema serebral meningkat
4,5,8
darah. pada :
 Usia muda
 Awita diabetes yang baru
2.10. Transisi ke insulin subkutan dan  Durasi dari gejala yang lebih lama
mulai asupan peroral
 Cairan oral hanya diberikan jika Patofisiologi dari Edema Serebral pada
terdapat perbaikan klinis ( asodisis Ketoasidosis Diabetik
ringan/ ketosis ringan). 5
 Ketika ketosis sudah teratasi, maka Teori Awal : Perubahan Tekanan Osmotik
asupan per oral dapat ditoleransi Berdasarkan studi retrospektif pada tahun
dan transisi ke insulin subkutan 1990, didapatkan bahwa frekuensi edema
dapat direncanakan, dan dosis serebral meningkat pada anak-anak yang
insulin basal ( kerja panjang) menerima cairan intravena dengan laju yang
diberikan sebagai tambahan dari cepat. Oleh karena itu maka disimpulkan bahwa
insulin kerja cepat atau singkat. cidera cerebral disebabkan oleh perubahan
Waktu yang paling baik untuk tekanan osmotik dan perpindahan cairan selama
berganti ke insulin subkutan ketoasidosis diabetik. Berdasarkan teori ini,
adalah tepat sebelum makan. 5 hiperosmolaritas yang disebabkan oleh
 Untuk mencegah terjadinya ketoasidosis diabetik emnyebabkan osmolit
hipoglikemia, maka injeksi terkumpul didalam intraselular. Penurunan
subkutan yang pertama harus osmolalitas intravaskular selama terapi
diberikan 15-30 menit ( dengan ketoasidosis diabetik menyebabkan perpindahan
insulin kerja cepat) atau 1-2 jam cairan ke dalam sel otak secara osmtoik,
( dengan insulin reguler) sebelum menyebabkan edema serebal dan peningkatan
menghentikan penggunaan insulin tekanan intrakranial. 10
Terdapat suatu studi yang meneliti dimulai, atau bahkan 24-48 jam setelah
perubahan radiologis pada anak dengan pengobatan dimulai. Satu kriteria
gangguan neurologis pada pasien ketoasidosis diagnostik, dua kriteria mayor dan satu
diabetik yang terdiagnosa dengan edema atau dua kriteria minor dapat digunakan
serebral. Pada penelitian ini, 39% dari pasien untuk mendiagnosis edema serebral
menunjukkan tidak adanya bukti edema secara dengan sensitivitas 92%, meliputi 5:
radiologis pada saat terjadi gangguan neurologis,  Kriteria diagnosis
namun terjadi beberapa jam hingga hari o Adanya respon motor dan
kemudian Hal ini menunjukkan bahwa edema verbal yang abnormal
mungkin disebabkan karena injury, mirip dengan terhadap nyeri
edema yang disebabkan karena cellular energy o Postur dekortikasi atau
failure yang disebabkan oleh hypoxic-ischemic deserebrasi
brain injuries. 11 Oleh karena itu faktor yang o Cranial nerve palsies
emnyebabkan penerunan aliran darah ke otak ( terutama 3,4,6)
seperti dehidrasi dan hipokapnia merupakan o Pola respirasi yang
faktor risiko terjadinya edema serebral pada abnormal ( seperti
anak-anak.12 grunting, takipnea, Cheyne-
Perkembangan dari autoregulasi serebral Stokes, apneusis)
dan autoregulasi tubuh lainnya pada anak juga  Kriteria mayor
belum terbentuk dengan sempurna pada anak- o Gangguan kesadaran,
anak usia muda, sehingga menyebabkan bingung, atau perubahan
peningkatan keparahan gejala saat awitan dan tingkat kesadaran
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya o Penuruanan nadi ( > 20
edema serebral.4 detak per menit) yang tidak
membaik dengan
Tanda dan gejala dari serebral edema pemberian cairan
meliputi 4,5,8: intravaskular.
 Adanya sakit kepala setelah o Inkontinensia yang tidak
memulai pengobatan atau sesuai usia
peruburukan sakit kepala yang  Kriteria minor
progresif. o Muntah
 Perubahan status neurologis o Sakit kepala
seperti iritabilitas, bingung, o Letargi
inkontinensia.
o Tekanan darah diastolik >
 Tanda neurologis spesifik seperti
90 mmHg
cranial nerve palsies, papiledema.
o Usia < 5 tahun
 Triad Cushing ( meningkatnya
tekanan darah, bradikardia,
Tatalaksana 5
depresi pernapasan) sebagai
 Tatalaksana yang cepat jika
pertanda adanya peningkatan
mencurigai adanya edema
tekanan intrakranial.
serebral.
 Penurunan saturasi oksigen.
 Menyesuaikan laju pemberian
cairan untuk mempertahankan
Edema serebral dapat terjadi dalam 12
tekanan darah dan juga mencegah
jam setelah terapi dimulai, sebelum terapi
pemberian cairan yang berlebihan.
 Pemebrian agen osmolar seperti Trombosis vena dalam terjadi pada
mannitol 0,5-1 g/kg/intravena anak-anak yang membutuhkan
selama 10-15 menit. Efek dari penggunaan kateter vena sentral,
manitol biasanya baru terlihat karena merusak endotel dan
setelah 15 menit dan durasi menghambat aliran darah. Anak-anak
kerjanya kurang lebih 120 menit. dan remaja dengan ketoasidosis
 Cairan salin hipertonik ( 3%) memiliki risiko TVD lebih tinggi, terlebih
dengan dosis 2,5 -5 mL/kg dalam lagi jika pasien syok; karena dehidrasi
10-15 menit dapat digunakan yang berat dapat mengaktivasi kaskade
sebagai alternatif terhadap koagluasi dan menyebabkan stasis
manitol atau tambhana pada vena disamping ketoasidosis
mannitol jika tidak terdapat efek merupakan suatu hypercoagulable
manitol dalam 15-30 menit. state. Anak-anak dengan ketoasidosis
 Menaikan kepala 30 derajat diabetik dan TVD membutuhkan low
 Intubasi mungkin penting pada molecular weight heparin sampai pada
pasien dengan impending pemeriksaan USG terbukti telah
kegagalan nafas. mengalami resolusi, dimana bisa
 Dilakukan pemeriksaan pencitraan mencapai kurang lebih 6 bulan. Oleh
seperti MRI/ CT-scan kepala jika karena itu, pemasangan kateter vena
terapi edema serebri sudah sentral harus dihindari. Jika pemakaian
diberikan untuk melihat apakah dibutuhkan, kateter vena sentral harus
terdapat kelainan intrakranial yang dilepaskan sesegera mungkin dan
membutuhkan intervensi bedah penggunaan terapi antikoagulan
atau antikoagulan. profilaksis dipertimbangkan jika
penggunaannya dalam jangka waktu
2. Komplikasi Koagulopati lama.13,14
Berdasarkan beberapa studi klinis  Stroke
pada pasien diabetes tipe I dengan Angka kejadian stroke iskemik atau
ketoasidosis diabetik, didapatkan adanya perdarahan kurang lebih 10% dari
perubahan pada beberapa faktor komplikasi intraserebral pada
koagulasi seperti meningkatnya aktivasi ketoasidosis diabetik, dan tidak semua
platelet, aktivitas fibrinolitik, aktivasi stroke pada ketoasidosis diabteik
endotelial, menurunnya kadar protein C berhubungan dengan edema serebral.
dan S.13 Keadaan prokoagulan pada
Ketoasidosis diabetikjuga ditandai ketoasidosis diabetik meningkatkan
dengan meningkatnya marker inflamatori risiko terjadinya stroke iskemik dan
seperti CRP, sitokin ( IL-6, IL-1β, TNF-α) juga perubahan menjadi perdarahn
dan aktivasi komplemen. Meningkatnya yang disebabkan karena hipoksia dan
inflamasi ditambah dengan abnormalitas cidera vaskular. Tanda dan gejala awal
kaskade koagulasi dapat menyebabkan dari cidera dari sistem saraf pusat
pasien risiko tinggi terjadinya trombosis adalah gejala tidak spesifik seperti sakit
dan stroke ketika episode akut kepala, bingung, lethargy, dan
ketoasidosis diabetik.13 perubahan dari nadi, laju napas atau
 Trombosis vena dalam ( TVD) tekanan darah. Adanya focal
neurologic deficit pada pasien
ketoasidosis diabetik harus dipikirkan
bahwa kemungkinan terjadinya stroke.
Untuk itu dehidrasi harus dicegah,
resustasi cairan, pengguanan insulin,
penanganan hiperkalemia dan
15
hipokalemia. DM TIPE 1
 Rabdomiolisis  Merupakan kelainan sistemik akibat
Mekanisme terjadinya rabdomiolisis terjadina gangguan metabolism glukosa
pada ketoasidosis masih belum jelas, yang ditandai deengan hiperglikemia
namun dipikirkan sebagai akibat dari kronik.
perubahan elektrolit dan konsentrasi  Disebabkan oleh kerusakan sel beta
glukosa pada sel otot serta terdapatnya pancreas baik oleh proses autoimun atau
insulin. Hal ini dapat menyebabkan idiopatik.
tingginya kadar kalsium, yang dapat  Kriteria diagnosis :
mengaktivasi protease dan Diagnosis DM dapat ditegakkan jika
menyebabkan kebocoran sel otot. memenuhi salah satu kriteria berikut :
Tanda dan gejalanya meliputi nyeri dan a. Gejala klasik DM atau krisis
rasa lemas pada otot,dan dapat hiperglikemia dengan kadar glukosa >=
menyebabkan gagal ginjal akut ( karena 200 mg/dL
meningkatnya kreatitinin kinase dan b. Kadar plasma glukosa puasa >= 126
myoglobinuria).13 mg/dL.
3. Komplikasi Pulmoner c. Kadar glukosa 2 jam postpandrial >=
 Edema paru 200 mg/dL dengan uji toleransi
Walaupun insidennya jarang pada glukosa oral. OGTT dilakuakn dengan
anak, namun edema paru dapat terjadi pemberian glukosa setara dengan 75 g
karena openurunan tekanan osmotik andhydrous glukosa dilarutkan dalam
koloid pada kapiler selama terapi air atau 1,75 g/kgbb dengan maks 75
cairan dengan salin 0,45%. Walaupun g, atau
edema paru dapat tidak bergejala, d. Hba1c > 6,5%
pada beberapa anak dapat 
mennimbulkan hipoksemia yang
membutuhkan suplementasi oksigen
atau intubasi.13
4. Gangguan kognitif
Ketoasidosis diabetik dapat menyebabkan
disfungsi neurokognitif setelah pulih,
bahkan pada pasien yang tidak memiliki
bukti klinis terjadinya edema serebral
 Perjalanan penyakit :
selama terapi ketoasidosis diabetik.
DM tipe-1A bisa terjadi pada semua umur,
Gangguan memori, atensi, IQ dan
dari bayi baru lahir sampai usia lanjut.
perubahan pada mikrostruktur serebral
Perjalanan penyakit ditandai dengan
dideteksi pada pasien dengan ketoasidosis
beberapa periode :
diabetik dibandingkan dengan anak yang
a. Prediabetes
memiliki diabetes namun tidak memiliki
Diawali dnegan kerentanan genetic dan
riwayat ketoasidosis diabetik.13
diakhiri dengan kerusakan total sel
beta pancreas. Kerusakan sel beta somogyi terjadi sebagai kompensasi
pancreas ditandai dengan menurunnya terhadap hipoglikemia yang terjadi
sekresi c-peptide. Periode ini ditandain sebelumnya(rebound effect). Akibat
denga ditemukan antibody islet cell pemberian insulin yang ebrlebihan
autoantibodies, glutamic acid terjadi hipoglikemia pada malam hari
decarboxylase antibodies, dll) (02.00-03.00). Sebaliknya efek subuh
b. Manifestasi klinis DIabtes terjadi akiibat kerja hormone
c. Periode honeymoon kontrainsulin pada malm hari. Efek
Berlangsung beberap ahri sampai somogyi memerlukan penambahan
minggu atau bulan setelah terapi makan kecil seblum tidur atau
insulin. Kriterianya : bila kebutuhan pengurangan dosis oinsulin malam
insulin < 0,5U/kgbb/hari dengan hba1c hari, sedangkan efek subuh
<7%. memerlukan penambahan dosis
d. Periode ketergantungan terhadap malam hari untuk menghindari
insulin. hiperglikemia pada pagi hari.
 Tatalaksana :
a. Pemberian insulin :
Tujuan : menjamin kadar insulin yang
cukup dalam tubuh selama 24 jam
untuk memenuhi kebutuhan
metabolism sebagai insulin basl
maupun insulin koreksi dengan kaar
yang lebih tinggi akibat efek glikemik
makanan.

Pemilihan regimen harus


memperhatikan berapa faktor yaitu :
umur, lama menderita DM, gaya hidup
(pola makan, jadwal latihan, sekolah,
dsb), target control metabolic dan
kebiasaan individu maupun keluarga.

REGIMEN APAPUN YANG DIBERIKAN,


GA BOLEH DIHENTIKAN WALAUPUN  Penyesuaian Dosis insulin
LAGI SAKIT. - Dapat dilakukan dengna memperhitungkan
rasio insulin bolus-karbohidrat, yaitu
Dosis insulin harian tergantung pada dengan memperhitungkan rasio dosis
umur , BB, status pubertas, lama insulin bolus harian dengan total
menderita, fase diabtets, asupan karbohidrat harian.
makann, pola olahraga, hasil - Juga dapat dilakukan dengan
monitoring glukosa darah, HbA1c. memperhitungkan rasio insulin-
karbohidrat (menggunakan rumus 500).
Dua hal yang perlu dikenali pada Angka 500 dibagi dengan dosis insulin total
pemberian insulin, yaitu efek Somogyi harian dinyatakan dalam gram, artinya 1
dan efek subuh (Dawn effect). Feel unit insulin dapat mencakup sejumlah
gram karbohidrat dalam diet penderita.
- Koreksi hiperglikemia : segera sebelum makan atau sesudah
Rumus 1800 atau 1500. makan bila menggunakan insulin kerja
1800 ( insulin kerja cepat), 1500 ( kerja cepat.
pendek) dibagi dengan insulin total harian c. Pompa insulin
hasilnya dalam mg/dL artinya 1 unit insulin Hanya boleh menggunakan analog
akan menurunkan kadar glukosa darah insulin kerja cepat yang deprogram
sebesar hasil pembagian tersebut dalam sebagai insulin basal sesuia kebutuhan
mg/dL. penderita (40-60% dari dosis total
 Regimen Insulin insulin harian).
a. Split-mix-regimen
- Injeksi 1 x sehari : tidak sesuai
- Injeksi 2 x sehari :
menggunakan campuan insulin
kerja cepat/pendek dan kerja
menengah diberikan sebelum
makan pagi dan seblum makan
malam.
- Injeksi 3 x sehati : campuran
insulin kerja cepat/pendek
dengan kerja menengah
diberikan sebelum makan pagi,
inuslin kerja cepat/pendek
diberikan sebelum makan
sebelum makan siang atau
snack sore, dan insulin kerja
menengah pada menjelang
malam hari. Biasanya
digunakan pada anak2 yang
lebih tua dan remaja dimana
regimen dua kali tidak
mencukupi.
b. Basal-bolus regimen
Menggunakan insulin kerja
cepat/pendek diberikan sebelum
makan utama, dengan insulin kerja
menegah diberikan pada pagi dan
malam hari, atau dengan insulin basal
yag diberikan sekali sehari( pagi atau
malam). Regimen ini baisanya
digunakan pada anak remaja dan
dewasa. Komponen basal berkisar 40-
60% dari dosis utama insulin harian,
sisanya komponen bolus disuntikkan
20-30 menit sebelum makan bila
menggunakna insulin regular atau
HIPOGLIKEMIA PADA BAYI
 Adalah kondisi bayi dengan kadar glukosa
darah <45 mg/dL baik yang membrikan
gejala maupun tidak.
 Penyebab hipoglikemia :
kemungkinan penyebab
hipoglikemia dengan
memeriksa insulin, growth
hormone, kortisol, ACTH,
tiroksin, TSH, glukoagon, ssam
amino plasma atau keton urin.
d. Tatalaksana :

 Diagnosis :
a. Anamnesis :
- Tremor, jitternerss (geraan
tidak beraturan), iritabilitas
- Kejang, koma
- Sulit menyusui, muntah,
sehingga asupan kurang
- Apnea
- Menangis melengking (high
pitched cry) atau lemah
- Sianosis
- Beberapa bayi tidak
memberikan gejala.
b. PF
- BBL >= 4000 gr
- Beberapa saat setelah lahir
menunjukkan gejala lemas,
letargi, kejang, atau gangguan
napas.
c. PP :
- Pemeriksaan kadar glukosa
darah, baik menggunakan strip
reagen maupun lab.
- Pemeriksan urin rutin,
khususnya reduksi urin pada
waktu yang sama dengan
pengambilan sampel gula
darah.
- Kadar elektrolit darah jika
fasilitias tersedia.
- Apabila ditemukan hipoglikemi
yang refrakter atau berat atau
jika telah diberikan infus
glukosa >1 minggu, perlu dicari

Anda mungkin juga menyukai