LEMBAR PENGESAHAN
Dokter Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian proses penyusunan referat yang berjudul: “Status epilepsi “ sebagai
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Anak di RSUD Sidikalang.
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing atas bimbingan dan
arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Sidikalang.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, kritik
dan sarannya yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan case ini di kemudian hari. Harapan penulis semoga referat ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan ilmu di klinis dan masyarakat.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................5
2.1 Defenisi Status Epileptikus.......................................................................................5
2.2 Fisiologi Impuls Saraf..............................................................................................5
2.3 Epidemiologi Status Epileptikus............................................................................10
2.4 Etiologi Status Epileptikus.....................................................................................11
2.5 Faktor Resiko Status Epileptikus............................................................................11
2.6 Klasifikasi Status Epileptikus.................................................................................11
2.7 Patofisiologi Status Epileptikus..............................................................................13
2.8 Manifestasi Klinis Status Epileptikus....................................................................13
2.9 Penegakan Diagnosa Status Epileptikus.................................................................14
2.10 Tatalaksana Status Epileptikus...............................................................................15
2.11 Komplikasi Status Epileptikus................................................................................21
2.12 Prognosis Status Epileptikus..................................................................................22
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
4
BAB 1
PENDAHULUAN
neuron mana dalam otak yang terangsang dan sampai seberapa luas
rangsangan ini menjalar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
dihantarkan ke sel syaraf berikutnya melalui sinap dengan perantara zat kimia
yang dikenal dengan neurotransmiter. Bila perangsangan telah selesai, maka
permiabilitas membran kembali ke keadaan istiahat, dengan cara Na+ akan
kembali ke luar sel dan K+ masuk ke dalam sel melalui mekanisme pompa
Na-K yang membutuhkan ATP dari sintesa glukosa dan oksigen.
Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron
dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini
dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga direabsorbsi untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi amntar neuron. Setiap neuron
melepaskan satu transmitter. Zat – zat kimia ini menyebabkan perubahan
permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat
menyalurkan impuls. Diketahui atau diduga terdapat sekitar tiga puluh macam
neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin, Acetylcholin, Dopamin,
Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin.
Komponen listrik dari transmisi saraf menangani transmisi impuls du
sepanjang neuron. Permeabilitas membran sel neuron terhadap ion natrium
dan kalium bervariasi dan dipengaruhi oleh perobahan kimia serta listrik
dalam neuron tersebut ( terutama neurotransmitter dan stimulus organ
receptor).
8
e. Atonik
Terjadi mendadak, kehilangan kekuatan otot, menyebabkan penderita
lemas dan terjatuh jika dalam posisi berdiri. Biasanya terjadi cedera dan
luka pada kepala. Tidak ada tanda kehilangan kesadaran dan cepat
pemulihan kecuali terjadi cedera.
2. Bangkitan Parsial / Fokal
Kejang parsial mungkin tidak diketahui maupun dibingungkan dengan
kejadian lain. Terjadi pada satu area otak dan terkadang menyebar ke area
lain. Jika menyebar, akan menjadi kejang umum (sekunder), paling sering
terjadi kejang tonik klonik. 60 % penderita epilepsi merupakan kejang
parsial dan kejang ini terkadang resisten terhadap terapi antiepileptik.
a. Parsial Sederhana
Kejang singkat ini diistilahkan “aura” atau “warning” dan terjadi sebelum
kejang parsial kompleks atau kejang tonik klonik. Tidak ada penurunan
kesadaran, dengan durasi kurang dari satu menit.
b. Parsial Kompleks
Serangan ini dapat sangat bervariasi, bergantung pada area dimulai dan
penyebaran di otak. Banyak kejang parsial kompleks dimulai dengan
tatapan kosong, kehilangan ekspresi atau samar-samar, penampilan
bingung. Kesadaran terganggu dan orang mungkin tidak merespon.
Kadang-kadang orang memiliki perilaku yang tidak biasa. Perilaku umum
termasuk mengunyah, gelisah, berjalan di sekitar atau bergumam. Kejang
parsial dapat berlangsung dari 30 detik sampai tiga menit. Setelah kejang,
penderita sering bingung dan mungkin tidak ingat apa-apa tentang kejang6
2.7 Patofisiologi Status Epilepsi
Status epileptikus terjadi akibat kegagalan mekanisme untuk
membatasi penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter eksitasi
yang berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif.
Neurotransmiter eksitasi utama tersebut adalah neurotran dan asetilkolin,
14
b. pemeriksaan radiologi/CT-SCAN/MRI8
2.10 Tatalaksana Status Epilepsi
Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation
(ABC) harus
dilakukan seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan. Pemilihan jenis obat
serta dosis anti-konvulsan pada tata laksana SE sangat bervariasi antar
institusi.
1) Medikamentosa
Tujuan utama pengobatan status epileptikus:
a. mempertahankan fungsi vital (A,B,C)
b. Identifikasi dan terapi faktor penyebab dan faktor presipitasi
c. Menghentikan aktivitas kejang
Tujuan tatalaksana penghentian kejang akut dilaksanakan sebagai berikut
a. Di rumah /prehospital:
Penanganan kejang di rumah dapat dilakukan oleh orangtua dengan
pemberian per rectal dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg atau secara sederhana
bila berat badan <10kg ; 5mg sedangkan berat badan >10kg; 10mg.
pemberian maksimum 2kali dengan interval 5 menit. Bila kejang masih
berlangsung bawalah ke klinik/ rumah sakit terdekat
b. Dirumah sakit
Saat tiba di klinik /rumah sakit, bila belum terpasang cairan intravena,
dapat diberikan diazepam per rectal ulangan 1 kali sambil mencari akses
vena. Sebelum dipasang cairan intravena. Sebaiknya dilakukan
pengambilan darah untuk dilakukan pemeriksaan darah tepi, elektrolit, dan
gula darah sesuai indikasi
Bila terpasang cairan intravena , berikan fenitoin IV dengan dosis
20mg/kg dilarutkan dalam NaCl 0,9% diberikan perlahan-lahan dengan
kecepatan 50mg/menit.bila kejang belum teratasi dapat diberikan
17
Rawat di ICU, intubasi dan berikan ventilasi. Midazolam bolus 0,2 mg/kg
(perlahan)
Kemudian drip 0,02-0,4 mg/kg/jam. Rumatan fenitoin dan fenobarbital tetap
diberikan.
infus midazolam diturunkan secara bertahap jika dalam 12 jam tidak terdapat
kejang.
4) Tatalaksana umum
- Pemantauan tekanan darah/laju nafas/laju
nadi/suhu/elektrokardiografi
- Pemantauan tekanan intracranial: kesadaran, doll’s eye movement,
pupil, pola pernafasan dan edema papil
- Analisa gas darah, darah tepi , pembekuan darah, elektrolit, fungsi hati
dan ginjal bila dijumpai kelainan lalukan koreksi.
- Balans cairan input-output
- Tatalaksana etiologi
- Edema serebri – dapat diberikan mannitol 0,5-1,0mg/kg/8 jam
Berikut ini adalah algoritma tata laksana kejang akut dan status epileptikus
pada anak9
20
21
BAB 3
KESIMPULAN
.
Status epilepticus merupakan kejang yang terus-menerus selama
paling sedikit 30 menit atau adanya dua atau lebih kejang terpisah tanpa
pemulihan kesadaran di antaranya. Bangkitan kejang merupakan satu
manifestasi daripada lepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf
pusat.
Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak. Ganggguan
ini dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis atau
gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap penyakit atau kelainan yang dapat
menganggu fungsi otak dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa bangkitan kejang dapat disebabkan
oleh banyak macam penyakit atau kelainan diantaranya adalah trauma lahir,
trauma kapitis, radang otak tumor otak, perdarahan otak, gangguan peredaran
darah, hipoksia, anomali congenital otak, kelainan degeneratif susunan saraf
pusat, gangguan metabolisme, gangguan elektrolit, demam, reaksi toksis-
alergis,keracunan obat atau kimia, jaringan parut, faktor hereditas.
Status epileptikus merupakan gawat darurat neurologic. Harus
ditindaki secepat mungkin untuk menghindarkan kematian atau cedera saraf
permanen. Biasanya dilakukan dua tahap tindakan yakni stabilitas pasien dan
menghentikan kejang dengan obat anti kejang.
24
DAFTAR PUSTAKA