Penyebab Bercak Mongol
Warna Biru pada bercak mongol disebabkan oleh melanosit, sel yang berfungsi
menghasilkan pigmen kulit atau warna pada kulit, terperangkap dalam lapisan kulit
dermis sewaktu migrasi ke epidermis, lapisan kulit paling luar waktu
perkembangan embrio. Normalnya melanosit terdapat pada lapisan epidermis.
Penyebab terperangkapnya melanosit ini belum diketahui secara pasti.
Seperti halnya penyebab pasti dari bercak mongol ini tidak diketahui, faktor-faktor
risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan mempunyai bercak mongol juga
tidak diketahui.
Namun, bercak mongol ini lebih sering ditemui pada ras Mongoloid, yaitu Asia
Timur, Indonesia, Polinesia, Mikronesia, dan Eskimo.
Belum ditemukan cara pencegahan agar bayi baru lahir tidak terkena bercak
mongol ini karena penyebab pasti dari bercak Mongol belum diketahui.
Komplikasi yang mungkin terjadi dari bercak mongol adalah dampak psikologis
dari anak. Khususnya pada bercak yang letaknya dapat terlihat jelas oleh orang lain
dan bercak yang menetap setelah masa remaja.
Hemangioma adalah tanda lahir berbentuk tonjolan kenyal berwarna merah terang
pada kulit akibat adanya pertumbuhan berlebih (proliferasi) dari pembuluh darah.
Warna merah pada hemangioma muncul karena adanya pembuluh darah di
permukaan yang melebar. Terkadang hemangioma bisa berwarna kebiruan atau
ungu jika terjadi pada pembuluh darah di lapisan yang lebih dalam.
Penyakit ini termasuk jenis tumor pembuluh darah yang tidak ganas dan jarang
menimbulkan komplikasi.
Sekitar 50 persen hemangioma menyusut ketika anak berusia 5 tahun dan pada
akhirnya memudar setelah usia 10 tahun.
Penyebab terjadinya pertumbuhan pembuluh darah yang tidak normal ini belum
diketahui dengan pasti.
Ada beberapa faktor yang diduga membuat seseorang lebih berisiko menderita
hemangioma, di antaranya:.
Genetika atau faktor keturunan,
kelahiran prematur,
Gejala hemangioma terdiri dari dua fase, yakni fase awal dan fase tidak aktif.
Agar lebih jelas, berikut penjelasannya:
Gejala awal hemangioma muncul berupa tanda berwarna merah pada kulit
yang bisa tumbuh atau berkembang dengan cepat sehingga kemudian terlihat
menonjol dari permukaan kulit
Namun setelah itu, hemangioma akan memasuki fase tidak aktif, lalu hilang
secara perlahan. Meski menghilang, hemangioma akan menyisakan
perbedaan warna kulit yang menetap, walaupun tidak seterang seperti pada
saat pertama kali muncul.
Obat ini dapat diberikan secara oral, topikal, atau disuntikkan pada lokasi di mana
hemangioma muncul.
Pada kasus ringan, dapat diberikan timolol dalam bentuk gel. Sedangkan untuk
kasus yang parah, diberikan propranolol oral.
Efek samping yang dapat muncul dari penggunaan obat-obatan kelompok ini
adalah mengi, peningkatan gula darah, dan peningkatan tekanan darah.
Vincristine
Laser
Kuning pada bayi timbul karena adanya timbunan bilirubin (zat/ komponen
yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah) di bawah kulit.
Pada saat masih dalam kandungan, janin membutuhkan sel darah merah yang
banyak karena paru-parunya belum berfungsi.
Sel darah merah mengangkut oksigen dan nutrisi dari ibu ke bayi melalui
plasenta. Sesudah bayi lahir, paru-parunya sudah berfungsi, sehingga darah merah
ini tidak dibutuhkan lagi dan dihancurkan. Salah satu hasil pemecahan itu adalah
bilirubin.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus, yaitu
sebagai berikut:
1. Prahepatik (ikterus hemolitik)
Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses
hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi, kelainan sel darah
merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.
2. Pascahepatik (obstruktif)
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin
konjungasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk ke dalam aliran darah,
kemudian sebagian masuk dalam ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara
itu, sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning
kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi saluran empedu menyebabkan
ekresi bilirubin ke dalam saluran pencernaan berkurang, sehingga fases akan
berwarna putih keabu-abuan, liat, dan seperti dempul.
3. Hepatoseluler (ikterus hepatik)
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami
kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses konjugasi bilirubin
sehingga bilirubin direct meningkat dalam aliran darah. Bilirubin direct mudah
dieksresikan oleh ginjal karena sifatnya mudah larut dalam air, namun sebagian
masih tertimbun dalam aliran darah.
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum :
· Faktor Maternal :
ü Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
ü Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
ü Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
ü ASI
· Faktor Perinatal :
ü Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
ü Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
· Faktor Neonatus :
rematuritas
· Faktor genetik :
ü Polisitemia
ü Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
ü Rendahnya asupan ASI
ü Hipoglikemia
ü Hipoalbuminemia
D. Penanganan
1. Ikterus fisiologis
a. Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
b. Lakukan perawatan bayi sehari-hari, seperti:
§ Memandikan
§ Melakukan perawatan tali pusat
§ Membersihkan jalan nafas
§ Menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit
c. Jelaskan pentingnya hal-hal seperti :
§ Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
§ Menjemur bayi di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang selama 30
menit,15 menit dalam posisi terlentang, dan 15 menit sisanya dalam posisi
tengkurap
§ Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu,
§ Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu
d. Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah (misalnya feses berwarna putih
keabu-abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membawa
bayinya ke puskesmas. Anjurkan ibu untuk kontrol setelah 2 hari.
2. Hiperbilirubinemia sedang
a. Berikan ASI secara adekuat
b. Lakukan pencegahan hipotermi
c. Letakkan bayi di tempat yang cukup sinar matahari ± 30 menit, selama 3-4 hari
d. Lakukan pemeriksaan ulang 2 hari kemudian
e. Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan bayi
bertambah parah serta mengeluarkan feses bewarna putih keabu-abuan dan liat
seperti dempul
3. Hiperbilirubenemia berat
a. Berikan informer consent pada keluarga untuk segera merujuk bayinya
b. Selama persiapan merujuk, berikan ASI secara adekuat
c. Lakukan pencegahan hipotermi
d. Bila mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml.
Bentuk terapi bermacam-macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang
ada, yaitu
1. Terapi sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin
dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam
tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus
diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin
agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan resiko yang lebih fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon
dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan
disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flaxy
glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih
efektif.
Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi.
Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan
menggunakan kain kasa.
Tujuannya untuk mencegah efek cahaya yang berlebihan dari lampu-lampu
tersbut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga
dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. Begitu pula alat kelaminnya, agar
kelak tak terjadi resiko terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan.
Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah,
terlentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Jika sudah turun
dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa dihentikan. Rata-rata
dalam jangka waktu dua hari sibayi sudah boleh dibawa pulang.
Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada
kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi
karena malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru akan
meningkatkan pengeluaran cairan empedu ke organ usus. Alhasil, gerakan
peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan
mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari
terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI pada bayi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar ialah :
a. Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam, untuk
menghindarkan turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang digunakan.
b. Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena sinar.
c. Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya
untuk mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat pemberian minum
dan kunjungan orang tua untuk memberikan rangsang visual pada neonatus.
Pemantau iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.
d. Daerah kemaluan ditutup, dengan penutup yang dapat memantulkan
cahaya untuk melindungi daerah kemaluan dari cahaya fototerapi.
e. Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm di atas tubuh bayi, untuk
mendapatkan energi yang optimal
f. Posisi bayi diubah tiap 8 jam, agar tubuh mendapat penyinaran seluas mungkin
g. Suhu tubuh diukur 4-6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu
h. Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, feses dan muntah
diukur, dicatat dan dilakukan pemantauan tanda dehidrasi
i. Hidrasi bayi diperhatikan, bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan
j. Lamanya terapi sinar dicatat
Apabila dalam evaluasi kadar bilirubin berada dalam ambang batas normal,
terapi sinar dihentikan. Jika kadar bilirubin masih tetap atau tidak banyak berubah,
perlu dipikirkan adanya beberapa kemungkinan, antara lain lampu yang tidak
efektif atau bayi yang menderita dehidrasi, hipoksia, infeksi, gangguan
metabolisme dan lain-lain. Keadaan demikian memerlukan tindakan kolaboratif
dengan tim medis.
Pemberian terapi sinar dapat menimbulkan efek samping. Namun, efek
samping tersebut bersifat sementara yang dapat dicegah atau ditanggulangi dengan
memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar dan diikuti dengan pemantauan
keadaan bayi secara berkelanjutan.
Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi sinar
adalah :
a. Peningkatan kehilangan cairan yang tidak teratur (insensible water loss)
Energi fototerapi dapat meningkatkan suhu lingkungan dan menyebabkan
peningkatan penguapan melalui kulit, terutama bayi premature atau berat lahir
sangat rendah. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan pemberian cairan tambahan.
b. Frekuensi defekasi meningkat
Meningkatnya bilirubin indirek pada usus akan meningkatkan pembentukan
enzim laktase yang dapat meningkatkan peristaltic usus. Pemberian susu dengan
kadar laktosa rendah akan mengurangi timbulnya diare.
c. Timbul kelainan kulit “flea bite rash” di daerah muka badan dan ekstrimitas
Kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. Dilaporkan pada
beberapa terjadi “Bronze baby syndrom” hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu
mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna kulit ini bersifat
sementara dan tidak mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi.
d. Peningkatan suhu
Beberapa neonatus yang mendapat terapi sinar, menunjukkan kenaikan suhu
lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan suhu tubuh bayi pada bayi
premature fungsi termostat atau yang belum matang. Pada keadaan ini fototerapi
dapat dilanjutkan dengan mematikan sebagian lampu yang digunakan dan
dilakukan pemantauan suhu tubuh neontus dengan jangka waktu (unterval) yang
lebih singkat.
e. Kadang ditemukan kelainan, seperti gangguan minum, lateragi, dan iritabilitas.
Keadaan ini bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya.
f. Gangguan pada mata dan pertumbuhan
Kelainan retina dan gangguan pertumbuhan ditemukan pada binatang
percoban. Pada neonatus yang mendapat terapi sinar, gangguan pada retina dan
fungsi penglihatan lainnya serta gangguan tumbuh kembang tidak dapat dibuktikan
dan belum ditemukan, walupun demikian diperlukan kewaspadaan perawat tentang
kemungkinan timbulnya keadaan tersebut.
2. Terapi Transfusi
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi
transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan
sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa
mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental,
cerebrel palsy, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan
pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar
dengan darah lain.
Penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dari donor dengan cara
mengeluarkan darah neonatus dan masukkan darah donor secara berulang dan
bergantian melalui suatu prosedur. Jumlah darah yang diganti sama dengan yang
dikeluarkan. Pergantian darah bisa mencapai 75-85% dari jumlah darah neonatus.
Tujuan transfusi tukar adalah untuk menurunkan kadar bilirubin indirek,
mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis, membuang antibody yang
menyebabkan hemolisis, dan mengoreksi anemia.
Transfusi tukar akan dilakukan oleh dokter pada neonatus dengan kadar
bilirubin indirek sama dengan atau lebih tinggi dari 20mg% atau sebelum bilirubin
mencapai kadar 20 mg%. Pada neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat lebih dari
4 mg% dan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 10 mg%, peningkatan kadar
bilirubin 1 mg% tiap jam. Darah yang digunakan sebagai darah pengganti (darah
donor) ditetapkan berdasarkan penyebab hiperbilirubinemia.
Transfusi tukar dilakukan, tetapi sebelumnya label darah harus diperiksa
apakah sudah sesuai dengan permintaan dan tujuan transfusi tukar. Darah yang
digunakan usianya harus kurang dari 27 jam. Darah yang akan dimasukan harus
dihangatkan dulu, 2 jam sebelum transfusi tukar bayi dipuasakan, bila perlu
dipasang pipa nasogastrik, lalu bayi dibawa ke ruang aseptic untuk menjalani
prosedur transfusi tukar.
Prosedur transfusi tukar :
Bayi ditidurkan di atas meja dengan fiksasi longgar, pasang monitor jantung
dengan alarm jantung diatur di luar batas 100-180 kali/ menit, masukkan kateter ke
dalam vena umbilikalis, melalui kateter darah bayi dihisap sebanyak 200 cc lalu
dikeluarkan, kemudian darah pengganti sebanyak 200 cc dimasukkan ke dalam
tubuh bayi. Setelah menunggu 20 detik, lalu darah bayi diambil lagi sebanyak 200
cc dan dikeluarkan. Kemudian dimasukan darah pengganti dengan jumlah yang
sama. Demikian siklus penggantian tersebut diulangi sampai selesai. Kecepatan
menghisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh bayi diperkirakan 1,8 kg/cc
BB/menit. Jumlah darah yang ditransfusi tukar berkisar 140-180 bergantung pada
tinggi rendahnya kadar bilirubin sebelum transfusi tukar.
Saat transfusi tukar, darah donor dihangatkan sesuai suhu temperatur
ruang. Pemanasan darah dapat merusak eritrosit yang akan menghemolisis dan
menghasilkan bilirubin. Pemanasan tidak boleh dilakukan secara langsung dan
tidak boleh menggunakan microwave. Darah dihangatkan dengan koil penghangat
yang dirancang untuk tujuan tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan selama transfusi tukar berlangsung, perawat
bertanggung jawab membantu dan mencatat tanda penting tiap 15 menit.
Pemeriksaan kadar kalsium dan glukosa darah dilakukan selama transfusi tukar.
Segera setelah transfusi tukar selesai, dilakukan pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, elektrolit, dan bilirubin, kemudian diulangi tiap 4-8 jam atau sesuai
anjuran dokter. Selama dan sesudah transfusi tukar dapat terjadi komplikasi emboli
udara dan trombosis udara dan trombosis, aritmia, hipervolemia, henti jantung,
hipernatremia, hiperkalemia, hipokalsemia, asidosis dan alkoliosis postransfusi
tukar, trombositopenia, perdarahan dan kelebihan heparin, bakterimia, pasti
hepatitis virus B.
3. Terapi Obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya phenobarbital atau
luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin
yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang
mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan
bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.
Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti
fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan, maka terapi obat-obatan ini dikurangi
bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk dan akibatnya bayi jadi
banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan
kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena itu,
terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin
karena biasanya dengan fototerpi si kecil sudah bisa ditangani.
4.fungsi
fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding
lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus,
masih belum sempurna.
5. Terlalu aktif
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus
menangis. Ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar
dalam bentuk muntah atau gumoh.
(http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/)
5. Diet yang sesuai dan tidan merangsang muntah jika simptomatis dapat diberi
emetik
6. Rujuk
(Sudarti dalam nuku kelainan dan penyakit pada bayi dan anak, 2011:12)
Oral trush
ORAL TRUSH PADA BAYI DAN NEONATUS
Pengertian
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah,
dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan
plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan
kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering,
pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi
jamur di mulut) disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan
pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.
Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang
ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru
lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci
tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan.
Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun
atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini
secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga
apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan
mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa
dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.Oral
thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga
kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak, menonjol,
bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada
mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging
yang berdarah.
Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi
setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme.
Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus.
Tanda Dan Gejala
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat Celcius,
mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau makan atau makanan
dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus. Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur. Sedangkan pada
balita, kadang suhu yang naik tak terlalu tinggi dan nafsu makannya berkurang.
Tanda
Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih
atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm. Kemudian berkembang
berbentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti
lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar
seperti halnya bisul.
Biasanya pemunculan vesikel ini bersamaan dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah tanpa
disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas
umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.
Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun
sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan
waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa
berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di
sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya
tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.
Gejala
Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna
kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada belahan
bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik putih, terkadang
terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa perih.
Secara keseluruhan Gejala oraltrush yaitu :
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian
berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa
tahun akan menyerang kulit anak.
6. gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius
7. Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI,
dan gelisah terus
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel
Komplikasi ;
Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menebabkan
kesukaran minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi
kekurangan makanan.Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur
dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati
maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama
Penatalaksanaan
Terdiri dari 2 cara :
1) Medik /pengobatan
2) Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi
diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol
dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga
mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan
autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-
sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya
setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, nanti ketika akan dipakai
seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan
oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau
menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya
puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga
kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat
menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan
1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut
tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat,
selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-
sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan
usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga
kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang
harus diobati dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu
seminggu. Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di
sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga
bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk
membantunya mendapatkan asupan yang dibutuhkan:
Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah
ditelan dan disuapi. Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar
tidak menambah luka.
Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat
memercepat proses penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau.
Kekurangan vitamin C dapat memudahkan si kecil mengalami sariawan
Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya
obat kumur, tetapi tak juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya
kuman yang telah bertambah, pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara
memberi makanan yang membuat sariawan si kecil kembali mengalami trauma di
lidah.
Sebagian besar bayi yang memakai popok pernah mengalami ruam popok. Ruam
ini umumnya tidak berbahaya. Meski demikian, ruam popok dapat mengganggu
kenyamanan sehingga bayi cenderung menjadi lebih rewel. Pada kasus tertentu,
ruam popok membutuhkan penanganan dari dokter.
Gejala utama ruam popok atau diaper rash adalah kulit bayi di area pemakaian
popok, yaitu bokong, lipatan paha, dan sekitar alat kelamin, tampak memerah.
Kulit yang mengalami ruam kemerahan ini juga akan terasa hangat dan tampak
bengkak.
Kapan harus ke dokter
Ruam popok dapat ditangani secara mandiri tanpa perlu ke dokter, dengan cara
menjaga popok tetap kering, memastikan sirkulasi udara di area pemakaian popok
baik, dan mengoleskan salep khusus untuk ruam popok yang dijual bebas.
Namun jika ruam popok tidak kunjung sembuh setelah 2 hari atau justru bertambah
parah, sebaiknya periksakan bayi ke dokter. Anda juga perlu membawa bayi ke
dokter bila muncul gejala lain yang menyertai ruam popok, seperti:
Demam
Ruam berdarah
Keluar cairan
Ruam popok pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
Kontak terlalu lama dengan urine dan tinja di popok, sehingga memicu
iritasi pada kulit bayi yang sensitif.
Gesekan, misalnya karena popok yang terlalu ketat.
Iritasi terhadap produk yang baru digunakan, seperti sabun, bedak, detergen,
atau bahan pelembut pakaian.
Pengaruh jenis makanan baru, yang mengakibatkan perubahan komposisi
tinja serta frekuensi buang air besar.
Memiliki tipe kulit sensitif.
Infeksi bakteri atau jamur, yang terjadi karena kulit tertutup popok terlalu
lama, sehingga menjadi lembap dan hangat.
Ruam popok dapat dikenali dari penampakannya, yaitu ruam kulit kemerahan yang
berada di area pemakaian popok. Daerah tersebut adalah bokong, lipat paha dan
kelamin bayi. Umumnya ibu atau pengasuh bayi akan langsung menyadari
perubahan kulit di area pemakaian popok.
Waspadai peralatan dan produk perawatan yang bersentuhan dengan kulit bayi,
seperti popok, sabun mandi, lotion, atau deterjen untuk mencuci pakaian bayi.
Penggunaan produk dengan jenis atau merek yang tidak cocok untuk kulit bayi
bisa memicu timbulnya ruam popok.
Ibu juga dapat mengoleskan salep atau krim untuk ruam popok yang dijual bebas.
Pilih krim yang mengandung zinc oxide atau petroleum jelly. Namun, hindari obat
oles yang mengandung difenhidramin atau asam salisat, kecuali atas anjuran
dokter.
Jika ruam popok pada bayi tidak kunjung membaik dalam waktu 2 hari atau justru
bertambah parah meskipun sudah ditangani dengan langkah-langkah di atas,
sebaiknya periksakan bayi ke dokter anak.
Obat-obatan berbentuk krim atau salep dapat dioleskan ke kulit bayi yang sudah
dibersihkan, pada saat mengganti popok bayi.
Popok Sekali Pakai atau Popok Kain?
Popok sekali pakai atau popok kain memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Pemilihan jenis popok yang tepat untuk mencegah ruam popok menjadi
dilema bagi para ibu, mengingat penyebab ruam popok bermacam-macam.
Walaupun belum ada pembuktian jelas mengenai jenis popok mana yang paling
tepat, namun popok sekali pakai dianggap lebih mampu mencegah ruam popok,
karena dapat menjaga kulit bokong tetap kering serta mengurangi kontak antara
kulit bayi dengan urine dan tinja.
Terlepas dari jenis popok yang digunakan, baik popok kain maupun popok sekali
pakai perlu diganti sesering mungkin dan sesegera mungkin bila kotor, untuk
mencegah munculnya ruam popok.
· Infeksi bakteri
Bila kulit basah terlalu lama, lapisan kulit yang melindungi kulit mulai
rusak.
Bila kulit basah digosok, juga lebih mudah rusak. Lembab akibat popok
yang sudah penuh dapat berbahaya bagi kulit bayi dan membuat lebih mudah
menjadi luka. Bila hal ini terjadi, maka dapat timbul ruam popok. Selanjutnya
gesekan antara lipatan kulit yang lembab membuat ruam menjadi lebih berat. Hal
inilah yang menyebabkan ruam popok sering terbentuk di lipatan kulit leher dan
paha atas.
Lebih dari separoh bayi berusia antara 4 bulan sampai 15 bulan terjadi ruam
popok sedikitnya satu kali dalam waktu 2 bulan. Ruam popok lebih sering terjadi
pada keadaan-keadaan berikut:
Jika bayi sering buang air besar, khususnya bila tinja tetap berada dalam
popok sepanjang malam.
Bila bayi mengkonsumsi antibiotik atau bayi yang masih menyusui yang
ibunya mendapat antibiotik.
Bayi yang mengkonsumsi antibiotik lebih mudah menderita ruam popok
yang disebabkan oleh infeksi jamur. Jamur menginfeksi kulit yang lemah dan
menyebabkan ruam merah terang dengan bintik-bintik merah di pinggirannya.
Anda dapat mengobatinya keluhan-keluhan ini, anda dapat menghubungi dokter.
3. Tanda Dan Gejala
a) Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergaen sehingga muncul
eritema.
b) Erupsi padadaerah kontak yang menonjol,sepertti bokong, alat genitlia,perut
bawah atau paha atas
c) Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritemosa,vesikula dan
ulserasi.
4. Penyebab
· Kebersihan kulit yang tidak terjaga
· Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
· Akibat menceret
· Kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci tangan dan
dibilas sampai bersih dan dikeringkan.
5. Penatalaksanaan
Untuk membantu mencegah timbulnya ruam popok sebaiknya:
· Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini mencegah
lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang
malam hari. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan
terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas. Bersihkan dengan lembut daerah
popok dengan air. Anda tidak perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti
popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi yang mendapat ASI dapat BAB
sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja tidak mudah keluar.
· Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan masalah
dengan pernapasan pada bayi anda.
Bila ruam popok muncul walaupun anda telah berusaha untuk mencegahnya,
cobalah langkah-langkah sebagai berikut:
· Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali mengganti
popok. Gunakan air mengalir sehingga anda dapat membersihkandan membilas
tanpa tidak perlu menggosok.
6. Pencegahan
Upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
- Menjaga kebersihan dan kekeringan area popok (pengolesan tepung kanji
jagung akan mengurangi kelembaban).
- Jangan menunggu terlalu lama untuk mengganti popok yang sudah basah.
Dermatitis seborrheic, umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini
terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam
tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan menghilang
seiring dengan berkurangnya kadar hormon androgen."
2. Penyebab
Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya
kadar hormon ibu yang mengalir di dalam tubuh bayi
3. Gejala
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik
menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap)
dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau
beruntusan merah di wajah. UAM di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam
popok. Pada anak-anak, dermatitis seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang
tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.
4. Penanganan
Bila pada kulit kepala bayi ditemukan kerak atau selok arang, ini harus
dibersihkan dengan hati-hati tidak boleh dengan paksaan karena dapat
mengakibatkan lecet atau luka pada kulit kepala.
Bisul merupakan satu jangkitan kulit yang biasa terjadi kepada kanak-kanak.
Bisul sendiri dalam bahasa kedokteran disebut furunkel, yakni radang atau infeksi
yang disebabkan kuman atau bakteri staphylococcus aureus. Bila ada gatal pada
kulit, lalu digaruk sedangkan kebersihan kurang dijaga, sehingga masuk bakteri
dan terjadi infeksi, dan timbul bisul.
Bisul merupakan nanah yang terkumpul dalam satu rongga yang sangat
menyakitkan. Kelompok bisul dipanggil pekung (carbuncles) tetapi perubahan
pada kulit seperti ini tidak biasa berlaku kepada kanak-kanak.
Bisul bisa disebabkan oleh tiga faktor diantaranya :
a. Faktor dari dalam tubuh anak sendiri
Faktor dari dalam tubuh anak misalnya alergi. Jika anak punya bakat alergi,
maka hal yang menyebabkan terjadinya alergi harus dihindari agar tidak timbul
bisul. Sebenarnya, tak ada hubungan langsung antara bisul dengan alergi. Tetapi
biasanya anak yang alergi lebih sering mengalami bisulan. Pasalnya, bila anak
sedang mengalami alergi dengan keluhan gatal, anak terangsang untuk menggaruk.
Akibat garukan, dapat terjadi kerusakan kulit/luka yang akhirnya dimasuki kuman
lalu muncul bisul.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti tempat tidur dan lokasi bermain anak harus dijaga
kebersihan dan diupayakan agar tidak terlalu lembab. Teman-teman bermain anak
juga harus diawasi. Jangan sampai anak melakukan kontak fisik dengan anak yang
bisulan. Karena bakteri penyebab bisul bisa menempel pada kulit anak yang masih
rentan, kontak kulit bisa membuat anak tertular bisul temannya.
A. Pengertian
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai
dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup
pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan juga kepala.
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, atau pickle heat . ( Adhi Djuanda, 1987)
Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya
saluran kelenjar keringat.(Hassan, 1984).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987).
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar
keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah
tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas
dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang
menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang
masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan
disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher,
bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung),
Etiologi
Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab
serta adanya infeksi bakteri.
a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum.
Pencegahan
a. Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat
tubuhnya basah oleh keringat.
b. Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk
mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat.
c. Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran.
d. Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama dikota-
kota besar yang panas dan pengap.
e. Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran
udara dari luar ke dalam lancar.
f. Memandikan bayi secara teratur.
g. Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat.