Anda di halaman 1dari 44

Pengertian Bercak Mongol

Bercak mongol atau disebut juga congenital dermal melanocytosis adalah suatu


kondisi kongenital atau bawaan dari lahir berupa bercak kebiruan pada kulit.
Bercak mongol merupakan salah satu jenis tanda lahir. Bercak mongol ini muncul
pertama kali saat bayi dilahirkan atau dalam minggu pertama setelah bayi lahir.
Lokasi bercak ini biasanya paling sering pada pantat atau punggung, dapat juga
pada bagian tubuh lain seperti tangan, kaki, wajah, dan bahu. Bercak ini bersifat
non-kanker dan tidak berbahaya bagi kesehatan bayi.

Gejala Bercak Mongol

Tanda-tanda dari bercak mongol, meliputi:

 Bercak dengan perabaan yang rata dengan permukaan kulit normal


 Berwarna biru agak keabu-abuan
 Lokasi paling sering di daerah pantat atau punggung, tapi dapat ditemukan
dibagian tubuh lain.
 Berukuran 2 sampai 8 sentimeter, walaupun pada beberapa kasus dapat lebih
lebar.
 Bentuk bercak tidak beraturan
 Biasanya muncul saat bayi baru lahir atau seminggu sesudahnya
 Bercak mongol tidak hilang dan tidak berubah warna dalam hitungan hari,
berbeda dengan lebam atau memar.

 
Penyebab Bercak Mongol

Warna Biru pada bercak mongol disebabkan oleh melanosit, sel yang berfungsi
menghasilkan pigmen kulit atau warna pada kulit, terperangkap dalam lapisan kulit
dermis sewaktu migrasi ke epidermis, lapisan kulit paling luar waktu
perkembangan embrio. Normalnya melanosit terdapat pada lapisan epidermis.
Penyebab terperangkapnya melanosit ini belum diketahui secara pasti.

Faktor Risiko Bercak Mongol

Seperti halnya penyebab pasti dari bercak mongol ini tidak diketahui, faktor-faktor
risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan mempunyai bercak mongol juga
tidak diketahui.

Namun, bercak mongol ini lebih sering ditemui pada ras Mongoloid, yaitu Asia
Timur, Indonesia, Polinesia, Mikronesia, dan Eskimo.

Diagnosis Bercak Mongol

Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan terhadap kulit yang mengalami


kebiruan yang diduga bercak Mongol. Pada umumnya tidak membutuhkan
pemeriksaan penunjang lainnya, kecuali pada kasus-kasus yang tidak biasa seperti
jika bercak sangat luas dan banyak atau bercak makin bertambah dibandingkan
berkurang atau memudar. Pada kasus-kasus seperti itu Bercak Mongol dikaitkan
dengan penyakit metabolisme bawaan, yang paling umum adalah Sindrom Hurler,
GM1 Gangliosidosis tipe 1, Penyakit Niemann-Pick. Pada kasus seperti ini dokter
akan menyarankan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah dan biopsi
kulit mungkin akan dilakukan untuk memastikan diagnosis.

Pencegahan Bercak Mongol

Belum ditemukan cara pencegahan agar bayi baru lahir tidak terkena bercak
mongol ini karena penyebab pasti dari bercak Mongol belum diketahui.

Pengobatan Bercak Mongol

Bercak Mongol sebenarnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan masalah


kesehatan dalam jangka panjang. Bercak ini bukan lesi kanker atau prakanker atau
indikasi penyakit tertentu, sehingga tidak ada penanganan medis secara khusus.
Sebagian besar kasus, Bercak Mongol akan perlahan memudar dan menghilang
saat usia remaja atau mendekati usia remaja, walaupun sebagian kecil akan
menetap seumur hidup. Intervensi medis yang dapat dilakukan karena alasan
kosmetik, misalnya bercak mongol pada wajah yang menetap sampai usia remaja
dan dirasa mengganggu, maka dapat dilakukan bedah laser.

Komplikasi yang mungkin terjadi dari bercak mongol adalah dampak psikologis
dari anak. Khususnya pada bercak yang letaknya dapat terlihat jelas oleh orang lain
dan bercak yang menetap setelah masa remaja.

 
Hemangioma adalah tanda lahir berbentuk tonjolan kenyal berwarna merah terang
pada kulit akibat adanya pertumbuhan berlebih (proliferasi) dari pembuluh darah.
Warna merah pada hemangioma muncul karena adanya pembuluh darah di
permukaan yang melebar. Terkadang hemangioma bisa berwarna kebiruan atau
ungu jika terjadi pada pembuluh darah di lapisan yang lebih dalam.

Hemangioma bisa terdapat di bagian tubuh manapun, namun paling sering


ditemukan di kulit kepala, punggung, dada, atau wajah.

Penyakit ini termasuk jenis tumor pembuluh darah yang tidak ganas dan jarang
menimbulkan komplikasi.

Kemunculan hemangioma biasanya terjadi beberapa bulan setelah bayi lahir.

Sekitar 50 persen hemangioma menyusut ketika anak berusia 5 tahun dan pada
akhirnya memudar setelah usia 10 tahun.

Hemangioma umumnya tidak membutuhkan pengobatan, kecuali jika


pertumbuhannya sangat besar dan mengganggu.

2. Penyebab hemangioma pada bayi

Pembuluh darah tambahan yang terbentuk karena adanya pertumbuhan yang


abnormal akan berkumpul dan membentuk hemangioma.

Penyebab terjadinya pertumbuhan pembuluh darah yang tidak normal ini belum
diketahui dengan pasti.

Ada beberapa faktor yang diduga membuat seseorang lebih berisiko menderita
hemangioma, di antaranya:.
 Genetika atau faktor keturunan,

 kelahiran prematur,

 jenis kelamin perempuan,

 bayi berkulit putih lebih berisiko terhadap hemangioma daripada bayi


berkulit hitam.

3. Gejala yang terjadi pada bayi

Gejala hemangioma terdiri dari dua fase, yakni fase awal dan fase tidak aktif.
Agar lebih jelas, berikut penjelasannya:

 Gejala awal hemangioma muncul berupa tanda berwarna merah pada kulit
yang bisa tumbuh atau berkembang dengan cepat sehingga kemudian terlihat
menonjol dari permukaan kulit

 Namun setelah itu, hemangioma akan memasuki fase tidak aktif, lalu hilang
secara perlahan. Meski menghilang, hemangioma akan menyisakan
perbedaan warna kulit yang menetap, walaupun tidak seterang seperti pada
saat pertama kali muncul.

Cara mengatasi hemangioma pada bayi

Obat-obatan yang bisa diberikan adalah:


 Kortikosteroid

Obat ini dapat diberikan secara oral, topikal, atau disuntikkan pada lokasi di mana
hemangioma muncul.

Efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan kortikosteroid meliputi


gangguan pertumbuhan, kadar gula darah atau tekanan darah yang tinggi, dan
katarak.

 Obat penghambat beta (beta blocker)

Pada kasus ringan, dapat diberikan timolol dalam bentuk gel. Sedangkan untuk
kasus yang parah, diberikan propranolol oral.

Efek samping yang dapat muncul dari penggunaan obat-obatan kelompok ini
adalah mengi, peningkatan gula darah, dan peningkatan tekanan darah.

 Vincristine

Obat ini diberikan jika hemangioma sudah mengganggu penglihatan atau


pernapasan. Pemberian vincristine dilakukan melalui suntikan setiap bulan.

Metode pengobatan dengan laser dapat dilakukan untuk menghentikan


pertumbuhan hemangioma dan mengatasi rasa sakit yang muncul.

 Laser

Pengobatan ini dapat dilakukan untuk menghilangkan hemangioma, meringankan


rasa sakit dan nyeri. 

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi dari pengobatan hemangioma


melalui operasi laser adalah nyeri, perdarahan, bekas luka, serta perubahan warna
kulit.
Nah, itulah beberapa fakta mengenai hemangioma atau tanda lahir merah pada
bayi.

Meski tak berbahaya, namun hemangioma cukup mengganggu, apalagi jika


muncul di area wajah.

Ikterus atau Hiperbilirubinemia pada BBL adalah meningginya kadar


bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya berwarna kuning.Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-
50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan.
 Ikterus pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat
merupakan hal patologis. Ikterus atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam
batas normal pada hari ke 2-3 dan menghilang pada hari ke-10.
Ikterik neonatorum dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1.       Ikterus Fisiologis
Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi pada
minggu pertama > 2mg/dL. Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula
kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6 – 8 mg/dL pada hari ke-3
kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan
penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1 – 2 minggu.
Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak akan
mencapai kadar yang lebih tinggi ( 7 – 14 mg/dL ) dan penurunan terjadi lebih
lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2 – 4 minggu bahkan dapat mencapai waktu 6
minggu.
2.       Ikterus Patologis
Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam. Peningkatan kadar bilirubin total serum
0,5 mg/dL/jam. Ikterus diikuti dengan adanya tanda – tanda penyakit yang
mendasari pada setiap bayi ( muntah, letargis, malas menetek, penurunan berat
badan yang cepat, apnea, takipnea atau suhu yang tidak stabil ). Ikterus bertahan
setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.

B.       Penyebab dan faktor resiko

Kuning pada bayi timbul karena adanya timbunan bilirubin (zat/ komponen
yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah) di bawah kulit.
Pada saat masih dalam kandungan, janin membutuhkan sel darah merah yang
banyak karena paru-parunya belum berfungsi.
Sel darah merah mengangkut oksigen dan nutrisi dari ibu ke bayi melalui
plasenta. Sesudah bayi lahir, paru-parunya sudah berfungsi, sehingga darah merah
ini tidak dibutuhkan lagi dan dihancurkan. Salah satu hasil pemecahan itu adalah
bilirubin.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus, yaitu
sebagai berikut:
1.        Prahepatik (ikterus hemolitik)
Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses
hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi, kelainan sel darah
merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.
2.        Pascahepatik (obstruktif)
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin
konjungasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk ke dalam aliran darah,
kemudian sebagian masuk dalam ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara
itu, sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning
kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi saluran empedu menyebabkan
ekresi bilirubin ke dalam saluran pencernaan berkurang, sehingga fases akan
berwarna putih keabu-abuan, liat, dan seperti dempul.
3.        Hepatoseluler (ikterus hepatik)
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami
kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses konjugasi bilirubin
sehingga bilirubin direct meningkat dalam aliran darah. Bilirubin direct mudah
dieksresikan oleh ginjal karena sifatnya mudah larut dalam air, namun sebagian
masih tertimbun dalam aliran darah.
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum :
·          Faktor Maternal :
ü  Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
ü  Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
ü  Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
ü  ASI
·          Faktor Perinatal :
ü  Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
ü  Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
·          Faktor Neonatus :
rematuritas
·          Faktor genetik :
ü  Polisitemia
ü  Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
ü  Rendahnya asupan ASI
ü  Hipoglikemia
ü  Hipoalbuminemia

C.      Tanda dan gejala


Fisiologis :
Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir,
tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus.
Ikterus fisiologis ini memiliki tanda-tanda berikut:
a)       Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.
b)      Kadar bilirubin inderect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan
12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c)       Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari.
d)      Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%
e)       Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
f)       Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
Patologis :
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan
kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus
patologis memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a)       Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
b)      Kadar bilirubin inderect melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
c)       Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
d)      Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
e)       Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%
f)       Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik

D.      Penanganan
1.      Ikterus fisiologis
a.        Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
b.       Lakukan perawatan bayi sehari-hari, seperti:
§  Memandikan
§  Melakukan perawatan tali pusat
§  Membersihkan jalan nafas
§  Menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit
c.        Jelaskan pentingnya hal-hal seperti :
§  Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
§  Menjemur bayi di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang selama 30
menit,15 menit dalam posisi terlentang, dan 15 menit sisanya dalam posisi
tengkurap
§  Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu,
§  Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu
d.       Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah (misalnya feses berwarna putih
keabu-abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membawa
bayinya ke puskesmas. Anjurkan ibu untuk kontrol setelah 2 hari.
2.      Hiperbilirubinemia sedang
a.        Berikan ASI secara adekuat
b.       Lakukan pencegahan hipotermi
c.        Letakkan bayi di tempat yang cukup sinar matahari ± 30 menit, selama 3-4 hari
d.       Lakukan pemeriksaan ulang 2 hari kemudian
e.        Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan bayi
bertambah parah serta mengeluarkan feses bewarna putih keabu-abuan dan liat
seperti dempul
3.      Hiperbilirubenemia berat
a.        Berikan informer consent pada keluarga untuk segera merujuk bayinya
b.       Selama persiapan merujuk, berikan ASI secara adekuat
c.        Lakukan pencegahan hipotermi
d.       Bila mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml.
Bentuk terapi bermacam-macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang
ada, yaitu
1.      Terapi sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin
dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam
tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus
diubah dulu  oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin
agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan resiko yang lebih fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon
dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan
disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flaxy
glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih
efektif.
Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi.
Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan
menggunakan kain kasa.
Tujuannya untuk mencegah efek cahaya yang berlebihan dari lampu-lampu
tersbut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga
dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya. Begitu pula alat kelaminnya, agar
kelak tak terjadi resiko terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan.
Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah,
terlentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Jika sudah turun
dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa dihentikan. Rata-rata
dalam jangka waktu dua hari sibayi sudah boleh dibawa pulang.
Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada
kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi
karena malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru akan
meningkatkan pengeluaran cairan empedu ke organ usus. Alhasil, gerakan
peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi akan
mengalaminya, hanya pada kasus  tertentu saja. Yang pasti, untuk menghindari
terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap memberikan ASI pada bayi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar ialah :
a.       Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam, untuk
menghindarkan turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang digunakan.
b.      Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena sinar.
c.       Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya
untuk     mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat pemberian minum
dan kunjungan orang tua untuk memberikan rangsang visual pada neonatus.
Pemantau iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.
d.      Daerah kemaluan ditutup, dengan penutup yang dapat memantulkan
cahaya  untuk melindungi daerah kemaluan dari cahaya fototerapi.
e.       Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm di atas tubuh bayi, untuk
mendapatkan energi yang optimal
f.       Posisi bayi diubah tiap 8 jam, agar tubuh mendapat penyinaran seluas mungkin
g.      Suhu tubuh diukur 4-6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu
h.      Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, feses dan muntah
diukur, dicatat dan dilakukan pemantauan tanda dehidrasi
i.        Hidrasi bayi diperhatikan, bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan
j.        Lamanya terapi sinar dicatat
Apabila dalam evaluasi kadar bilirubin berada dalam ambang batas normal,
terapi sinar dihentikan. Jika kadar bilirubin masih tetap atau tidak banyak berubah,
perlu dipikirkan adanya beberapa kemungkinan, antara lain lampu yang tidak
efektif atau bayi yang menderita dehidrasi, hipoksia, infeksi, gangguan
metabolisme dan lain-lain. Keadaan demikian memerlukan tindakan kolaboratif
dengan tim medis.
Pemberian terapi sinar dapat menimbulkan efek samping. Namun, efek
samping tersebut bersifat sementara yang dapat dicegah atau ditanggulangi dengan
memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar dan diikuti dengan pemantauan
keadaan bayi secara berkelanjutan.
Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi sinar
adalah :
a.       Peningkatan kehilangan cairan yang tidak teratur (insensible water loss)
Energi fototerapi dapat meningkatkan suhu lingkungan dan menyebabkan
peningkatan penguapan melalui kulit, terutama bayi premature atau berat lahir
sangat rendah. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan pemberian cairan tambahan.
b.      Frekuensi defekasi meningkat
Meningkatnya bilirubin indirek pada usus akan meningkatkan pembentukan
enzim laktase yang dapat meningkatkan peristaltic usus. Pemberian susu dengan
kadar laktosa rendah akan mengurangi timbulnya diare.
c.       Timbul kelainan  kulit “flea bite rash” di daerah muka badan dan ekstrimitas
Kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. Dilaporkan pada
beberapa terjadi “Bronze baby syndrom” hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu
mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna kulit ini bersifat
sementara dan tidak mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi.
d.      Peningkatan suhu
Beberapa neonatus yang  mendapat terapi sinar, menunjukkan kenaikan suhu
lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan suhu tubuh bayi pada bayi
premature fungsi termostat atau yang belum matang. Pada keadaan ini fototerapi
dapat dilanjutkan dengan mematikan sebagian lampu yang digunakan dan
dilakukan pemantauan suhu tubuh neontus dengan jangka waktu (unterval) yang
lebih singkat.
e.       Kadang ditemukan kelainan, seperti gangguan minum, lateragi, dan iritabilitas.
Keadaan ini bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya.
f.       Gangguan pada mata dan pertumbuhan
Kelainan retina dan gangguan pertumbuhan ditemukan pada binatang
percoban. Pada neonatus yang mendapat terapi sinar, gangguan pada retina dan
fungsi penglihatan lainnya serta gangguan tumbuh kembang tidak dapat dibuktikan
dan belum ditemukan, walupun demikian diperlukan kewaspadaan perawat tentang
kemungkinan timbulnya keadaan tersebut.
2.      Terapi Transfusi
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi
transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan
sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa
mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental,
cerebrel palsy, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan
pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar
dengan darah lain.
Penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dari donor dengan cara
mengeluarkan darah neonatus dan masukkan darah donor secara berulang dan
bergantian melalui suatu prosedur. Jumlah darah yang diganti sama dengan yang
dikeluarkan. Pergantian darah bisa mencapai 75-85% dari jumlah darah neonatus.
Tujuan transfusi tukar adalah untuk menurunkan kadar bilirubin indirek,
mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis, membuang antibody yang
menyebabkan hemolisis, dan mengoreksi anemia.
Transfusi tukar akan dilakukan oleh dokter pada neonatus dengan kadar
bilirubin indirek sama dengan atau lebih tinggi dari 20mg% atau sebelum bilirubin
mencapai kadar 20 mg%. Pada neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat lebih dari
4 mg% dan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 10 mg%, peningkatan kadar
bilirubin 1 mg% tiap jam. Darah yang digunakan sebagai darah pengganti (darah
donor) ditetapkan berdasarkan penyebab hiperbilirubinemia.
Transfusi tukar dilakukan,  tetapi sebelumnya label darah harus diperiksa
apakah sudah sesuai dengan permintaan dan tujuan transfusi tukar. Darah yang
digunakan usianya harus kurang dari 27 jam. Darah yang akan dimasukan harus
dihangatkan dulu, 2 jam sebelum transfusi tukar bayi dipuasakan, bila perlu
dipasang pipa nasogastrik, lalu bayi dibawa ke ruang aseptic untuk menjalani
prosedur transfusi tukar.
Prosedur transfusi tukar :
Bayi ditidurkan di atas meja dengan fiksasi longgar, pasang monitor jantung
dengan alarm jantung diatur di luar batas 100-180 kali/ menit, masukkan kateter ke
dalam vena umbilikalis, melalui kateter darah bayi dihisap sebanyak 200 cc lalu
dikeluarkan, kemudian darah pengganti sebanyak 200 cc dimasukkan ke dalam
tubuh bayi. Setelah menunggu 20 detik, lalu darah bayi diambil lagi sebanyak 200
cc dan dikeluarkan. Kemudian dimasukan darah pengganti dengan jumlah yang
sama. Demikian siklus penggantian tersebut diulangi sampai selesai. Kecepatan
menghisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh bayi diperkirakan 1,8 kg/cc
BB/menit. Jumlah darah yang ditransfusi tukar berkisar 140-180 bergantung pada
tinggi rendahnya kadar bilirubin sebelum transfusi tukar.
Saat transfusi tukar, darah donor dihangatkan sesuai suhu temperatur
ruang. Pemanasan darah dapat merusak eritrosit yang akan menghemolisis dan
menghasilkan bilirubin. Pemanasan tidak boleh dilakukan secara langsung dan
tidak boleh menggunakan microwave. Darah dihangatkan dengan koil penghangat
yang dirancang untuk tujuan tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan selama transfusi tukar berlangsung, perawat
bertanggung jawab membantu dan mencatat tanda penting tiap 15 menit.
Pemeriksaan kadar kalsium dan glukosa darah dilakukan selama transfusi tukar.
Segera setelah transfusi tukar selesai, dilakukan pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, elektrolit, dan bilirubin, kemudian diulangi tiap 4-8 jam atau sesuai
anjuran dokter. Selama dan sesudah transfusi tukar dapat terjadi komplikasi emboli
udara dan trombosis udara dan trombosis, aritmia, hipervolemia, henti jantung,
hipernatremia, hiperkalemia, hipokalsemia, asidosis dan alkoliosis postransfusi
tukar, trombositopenia, perdarahan dan kelebihan heparin, bakterimia, pasti
hepatitis virus B.
3.      Terapi Obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya phenobarbital atau
luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin
yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang
mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan
bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.
Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti
fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan, maka terapi obat-obatan ini dikurangi
bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk dan akibatnya bayi jadi
banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan
kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena itu,
terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin
karena biasanya dengan fototerpi si kecil sudah bisa ditangani.

4.      Menyusui Bayi dengan ASI


Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urine,
untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-
zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan buang air
kecilnya. Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di bawah pengawasan dokter
karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi (breast
milk jaundice).
Kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua setelah bayi
lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk sementara ibu tidak
boleh menyusui bayinya. Setelah kadar bilirubin bayi normal, baru boleh disusui
lagi.
5.      Terapi Sinar Matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya
dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur
selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Caranya seperempat jam
dalam keadaaan terlentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup.
Lakukan antara jam 07.00 sampai 09.00. Inilah waktu dimana sinar surya efektif
mengurangi kadar bilirubin. Di bawah  jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup
efektif, sedangkan di atas jam sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga
akan merusak kulit.
Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena
dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus
bersih

DEFINISI MUNTAH DAN GUMOH


Muntah pada anak merupakan keadaan yang cukup merisaukan orang tua
dan mendorong mereka segera mungkin mencari pertolongan unutk mengatasinya ,
muntah dapat mengakibatkan berbagai akibat yang serius seperti peradangan
lambung. Dehidrasi serta terganggunya ingetis (masuknya makanan ke dalam
lambung).
 Muntah didefinisikan sebagai pengeluaran isi lambung (esofagus) melalui mulut
secara paksa.
[Ismail dan wahyu (1996) dalam buku asuhan keperawatan anak gangguan sistem
gastrointestinal dan hepatobilier (2011) : 65]
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksplusif melalui mulut
dengan bantuan kontraksi otot- otot perut . perlu dibedakan dengan regurgitasi
ruminasi ataupun refluks esofasug. Regurgitasi adalah makanan yang di keluarkan
kembali ke mulut akibat gerakan antiperistaltik esofagus. Ruminasi yaitu
oengeluaran makanan secara sadar untuk di kunyah kemudian di telan kembali.
Sedangkan refluks esofagus merupakan kembalinya isi lambung ke dalan esofagus
dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esofagus bagian
bawah, posisi abnormal sambungan esofagus dengan kardia , atau pengosongan isi
lambung yang lambat.
                                                (Buku kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 2,
2000 : 473)
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian isi lambung setelah beberapa
saat makanan masuk lambung
                        (Sudarti, M.Kes, dalam buku kelainan dan penyakit pada
bayi&                              anak, 2010:10)
Gumoh adalah keluarnya kembalu (tumpah/gumoh) susu yang telah ditelan
ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol / menyusui dan dalam jumlah
hanya sedikit.        
                        (Sugeng dan Weni dalam Buku Asuhan keperawatan
neonatus                                dan anak, 2011 :112)

2.      PENYEBAB DARI MUNTAH DAN GUMOH


Muntah disebabkan oleh obstruksi saluran cerna dan kemungkinan diatur
oleh saraf aferen viseral usus yang merangsang pusat muntah. Bila terjadi obstruksi
di tengah bagian bawah duodenum, bolus kembali ke lambung dan muntahan dapat
terwarnai empedu, lesi non-obstruksi saluran cerna juga dapat menimbulkna
muntah. Konsisi ini kebnyakan terjadi pada penyakit usus besar bagian atas
pankreas , hati, atau saluran empedu. Gangguan ketidakteraturan juga dapat
menyebabkan muntah hebat dan menetap.
(Sidikin, M.Kes dalam buku Kepoerawatan anak gangguan pencernaan,, 2011 : 19)
                       
                        Penyebab Gumoh
1.      Bayi sudah kenyang
2.      Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol
3.      Terburu-buru saat pemberian susu
4.      Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan
(sudarti, M.Kes. dalam buku kelainan dan penyakit pada bayi dan anak, 2011:12-
13)
                        Penyebab gumoh:
                                    1. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas
lambung.
Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang
terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi
muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
2.posisi menyusui.
·         Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi
tidur telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi
ke saluran napas. Bayi pun gumoh.
·         pemakaian bentuk dot.Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan
malas mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi
mulut si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung,
membuat bayi muntah.
3.Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna.
Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke
lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi,
klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.

4.fungsi
 fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding
lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus,
masih belum sempurna.
5. Terlalu aktif
 Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus
menangis. Ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar
dalam bentuk muntah atau gumoh.
                                                                                                                       
(http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/)

3.      CIRI-CIRI ANTARA MUNTAH DAN GUMOH


CIRI - CIRI GUMOH MUNTAH
Volume Sedikit kurang dari 10 Banyak lebih dari 10 cc. Berupa
cairan/makanan cc. Berupa ASI yang ASI atau susu formula dan
yang sudah ditelan bayi. makanan (padabayi diatas 6
dimuntahkan bulan)
Cara keluar Mengalir biasa dari
·         Menyembur dari perut bayi.
mulut bayi. Tidak Disertai kontraksi otot perut
disertai kontraksi otot
·         Kadang juga keluar lewat
perut. lubang hidung bayi.

Umur bayi Kebanyakan terjadi Tidak terjadi pada bayi baru


pada bayi berumur lahir. Tapi bisa terjadi
beberapa minggu, 1-4 padabayi berumur 2 bulan dan
bulan atau 6 bulan dan dapat berlangsung sepanjang
akan hilang dengan usia
sendirinya
Arti Proses alami dan wajar Bisa menjadi pertanda adanya
untuk mengeluarkan gangguankesehatan bayi atau
udara yang gangguan fungsi pada organ
tertelanbayi saat minum pencernaan bayi
ASI 
Penyebab
 Bayi ·         Ada kelainan pada sistem
terlalu
banyak ASI pencernaan bayi, misalnya

 Saat makan atau kelainan katup pemisah lambung


minum, udara ikut dan usus 12 jari. Cairan muntah
tertelan biasanya berwarna hijau

 Bayi ·         Ada infeksi atau luka, misal


gagal
menelan karena otot infeksi tenggorokan yang

penghubung mulut dan memicu muntah. Kadang

kerongkongan belum disertai bercak darah


matang. Banyak terjadi
pada bayiprematur

Cara mengatasi Disendawakan Ditangani dokter sesuai


setelahbayi menyusui penyebabnya
(http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Gizi+dan+Kesehatan/bayi.muntah.atau.
gumoh/001/001/231/1)

4.      CARA MENGHINDARI DAN MENANGANI BAYI MUNTAH DAN


GOMUH

-          Cara menghindari serta menangguangi bayi muntah dan gumoh


1. Jangan berikan ASI atau susu saat bayi berbaring. Usahakan bayi dalam posisi
tegak selama 30 menit setelah menyusui.
2. jangan duduka bayi di kursi khusus bayi setelah menyusu sebab dapat
meningkatkan tekanan pada perutnya.
3. Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
4. Jangan berlebihan memberikan susu atau ASI pada bayi. Lebih baik berikan dalm
jumlah yang sedikit tapi sering.
5. Segera sendawakan bayi setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih
membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
6. Pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau lebar. Bila terlalu kecil maka akan
banyak udara yang masuk. Bila terlalu besar, susu akan mengalir lebih cepat
sehingga dapat membuat bayi gumoh.
7. Jika bayi sangat lapar sebaiknya jangan berikan susu atau ASI terlebih dahulu
sebab bayi akan minum tergesa-gesa sehingga akan banyak udara yang masuk.
8. Usahakan bayi dalam posisi miring dengan kepala lebih tinggi dari kaki
membentuk sekitar 45 derajat. Posisi ini bisa membuat cairan turun ke bawah.
9. Jangan langsung mengangkat bayi saat gumoh atau muntah karena bisa jadi gumoh
turun dan masuk ke paru-paru. Sebaiknya tengkurapkan atau miringkan bayi dan
biarkan ia muntah sampai tuntas.
10. Bila bayi gumoh melalui hidung sebaiknya biarkan saja. Kondisi akan berbahaya
bila cairan dihirup kembali dan masuk ke paru-paru. Keluarnya cairan dari hidung
menandakan bahwa muntahan bayi terlalu banyak sehingga samapi keluar lewat
hidung.
11. Kondisi akan membahayakan bila bayi tersedak sehingga muntahannya masuk ke
paru-paru. Segera miringkan atau tengkurapkan bayi bila terliht tanda-tanda ingin
muntah.

-          Penatalakssanaan pada saat bayi muntah

1.      Pengkajian faktor dan sifat muntah

-. Keluar cairan terus menerus kemungkinan obstruksi esofagus

- Proyektil lemungkinan terjadi stenosis pylorus


- Segera setelah lahir kemudian menetap kemungkinan terjadi peningkatan tekanan
intra cranial

2.      Pengobatan tergantuk faktor penyebab

3.      Ciptakan suasana tenang

4.      Perlakukan baik dengan baik-baik dan hati-hati

5.      Diet yang sesuai dan tidan merangsang muntah jika simptomatis dapat diberi
emetik

6.      Rujuk

(Sudarti dalam nuku kelainan dan penyakit pada bayi dan anak, 2011:12)

Oral trush
ORAL TRUSH PADA BAYI DAN NEONATUS
Pengertian
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah,
dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan
plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan
kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering,
pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi
jamur di mulut) disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan
pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.
Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang
ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru
lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci
tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan.
Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun
atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini
secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga
apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan
mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa
dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.Oral
thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga
kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak, menonjol,
bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada
mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging
yang berdarah.
Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi
setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme.
Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus.
Tanda Dan Gejala
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat Celcius,
mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau makan atau makanan
dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus. Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur. Sedangkan pada
balita, kadang suhu yang naik tak terlalu tinggi dan nafsu makannya berkurang.
Tanda
Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih
atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm. Kemudian berkembang
berbentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti
lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar
seperti halnya bisul.
Biasanya pemunculan vesikel ini bersamaan dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah tanpa
disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas
umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.
Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun
sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan
waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa
berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di
sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya
tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.
Gejala
Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna
kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada belahan
bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik putih, terkadang
terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa perih.
Secara keseluruhan Gejala oraltrush yaitu :

1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian
berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa
tahun akan menyerang kulit anak.
6. gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius
7. Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI,
dan gelisah terus
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel
Komplikasi ;

Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menebabkan
kesukaran minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi
kekurangan makanan.Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur
dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati
maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama
Penatalaksanaan
Terdiri dari 2 cara :
1) Medik /pengobatan

Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung miconazole 25


mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah
makan.b.Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille
harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak
daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula.

2) Keperawatan

Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi
diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol
dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga
mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan
autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-
sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya
setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, nanti ketika akan dipakai
seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan
oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau
menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya
puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga
kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat
menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan
1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut
tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat,
selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-
sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan
usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga
kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang
harus diobati dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu
seminggu. Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di
sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga
bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk
membantunya mendapatkan asupan yang dibutuhkan:

 Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-lahan.


Usahakan minum menggunakan sedotan dan gelas, untuk menghindari kontak
langsung dengan sariawan serta tak menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.

 Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah
ditelan dan disuapi. Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar
tidak menambah luka.

 Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat
memercepat proses penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau.
Kekurangan vitamin C dapat memudahkan si kecil mengalami sariawan

 Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya
obat kumur, tetapi tak juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya
kuman yang telah bertambah, pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara
memberi makanan yang membuat sariawan si kecil kembali mengalami trauma di
lidah.

Diaper rash atau ruam popok adalah iritasi dan peradangan kulit bayi


akibat penggunaan popok. Ruam popok ditandai dengan kemerahan pada kulit
bayi di daerah pantat, lipat paha, dan kelamin. Meskipun banyak terjadi pada
bayi, orang dewasa yang menggunakan popok juga dapat mengalaminya.
Ruam popok disebabkan oleh berbagai hal, tetapi umumnya terjadi akibat paparan
urine dan tinja yang terkumpul di dalam popok. Ruam popok juga dapat terjadi
akibat popok yang terlalu ketat, infeksi bakteri, atau penyakit kulit, seperti
dermatitis seboroik atau dermatitis atopik.

Sebagian besar bayi yang memakai popok pernah mengalami ruam popok. Ruam
ini umumnya tidak berbahaya. Meski demikian, ruam popok dapat mengganggu
kenyamanan sehingga bayi cenderung menjadi lebih rewel. Pada kasus tertentu,
ruam popok membutuhkan penanganan dari dokter.

Gejala Ruam Popok

Gejala utama ruam popok atau diaper rash adalah kulit bayi di area pemakaian
popok, yaitu bokong, lipatan paha, dan sekitar alat kelamin, tampak memerah.
Kulit yang mengalami ruam kemerahan ini juga akan terasa hangat dan tampak
bengkak.

Selain timbul ruam kemerahan, kulit di area pemakaian popok juga bisa ditumbuhi


luka lepuh atau menggelembung. Bayi yang mengalami ruam popok biasanya akan
menjadi rewel, terutama saat area yang mengalami ruam dibersihkan atau ketika
popoknya diganti.

Kapan harus ke dokter

Ruam popok dapat ditangani secara mandiri tanpa perlu ke dokter, dengan cara
menjaga popok tetap kering, memastikan sirkulasi udara di area pemakaian popok
baik, dan mengoleskan salep khusus untuk ruam popok yang dijual bebas.
Namun jika ruam popok tidak kunjung sembuh setelah 2 hari atau justru bertambah
parah, sebaiknya periksakan bayi ke dokter. Anda juga perlu membawa bayi ke
dokter bila muncul gejala lain yang menyertai ruam popok, seperti:

 Demam
 Ruam berdarah
 Keluar cairan

Penyebab Ruam Popok

Ruam popok pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:

 Kontak terlalu lama dengan urine dan tinja di popok, sehingga memicu
iritasi pada kulit bayi yang sensitif.
 Gesekan, misalnya karena popok yang terlalu ketat.
 Iritasi terhadap produk yang baru digunakan, seperti sabun, bedak, detergen,
atau bahan pelembut pakaian.
 Pengaruh jenis makanan baru, yang mengakibatkan perubahan komposisi
tinja serta frekuensi buang air besar.
 Memiliki tipe kulit sensitif.
 Infeksi bakteri atau jamur, yang terjadi karena kulit tertutup popok terlalu
lama, sehingga menjadi lembap dan hangat.

Diagnosis Ruam Popok

Ruam popok dapat dikenali dari penampakannya, yaitu ruam kulit kemerahan yang
berada di area pemakaian popok. Daerah tersebut adalah bokong, lipat paha dan
kelamin bayi. Umumnya ibu atau pengasuh bayi akan langsung menyadari
perubahan kulit di area pemakaian popok.

Waspadai peralatan dan produk perawatan yang bersentuhan dengan kulit bayi,
seperti popok, sabun mandi, lotion, atau deterjen untuk mencuci pakaian bayi.
Penggunaan produk dengan jenis atau merek yang tidak cocok untuk kulit bayi
bisa memicu timbulnya ruam popok.

Pengobatan dan Pencegahan Ruam Popok

Ruam popok umumnya bisa sembuh tanpa penanganan dari dokter. Penanganan


ruam popok yang paling utama adalah menjaga kulit bayi tetap bersih dan kering,
serta menjaga sirkulasi udara tetap baik di area pemakaian popok.

Beberapa langkah penanganan yang dapat dilakukan adalah:

 Sesuaikan ukuran popok dengan ukuran tubuh bayi, jangan menggunakan


popok yang terlalu ketat.
 Segera ganti popok yang kotor, dan ganti popok sesering mungkin.
 Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti popok.
 Bersihkan dengan baik bagian kulit yang sering tertutup popok, terutama
saat mengganti popok.
 Setelah dibasuh, seka kulit bayi perlahan-lahan sampai kering sebelum
memakaikan popok baru.
 Hindari penggunaan bedak, karena bedak dapat memicu iritasi kulit,
sekaligus iritasi pada paru-paru bayi.
 Hindari penggunaan sabun atau tisu basah yang mengandung alkohol serta
pewangi, karena bahan kimia di dalamnya dapat memicu iritasi dan
memperparah ruam.
 Jika menggunakan popok kain, cucilah popok sampai bersih dan hindari
penggunaan pewangi pakaian.
 Jangan selalu memakaikan popok pada bayi, karena kulit bayi juga perlu
‘bernapas’. Makin sering kulit bayi terbebas dari popok dan terkena udara,
risiko terjadinya ruam popok akan makin rendah, dan penyembuhan ruam
popok akan makin cepat.
 Saat mengalami ruam popok, gunakan popok dengan ukuran yang lebih
besar.

Ibu juga dapat mengoleskan salep atau krim untuk ruam popok yang dijual bebas.
Pilih krim yang mengandung zinc oxide atau petroleum jelly. Namun, hindari obat
oles yang mengandung difenhidramin atau asam salisat, kecuali atas anjuran
dokter.

Jika ruam popok pada bayi tidak kunjung membaik dalam waktu 2 hari atau justru
bertambah parah meskipun sudah ditangani dengan langkah-langkah di atas,
sebaiknya periksakan bayi ke dokter anak.

Dalam mengobati ruam popok, dokter anak dapat memberikan obat:

 Krim hydrocortisone, untuk mengurangi peradangan akibat ruam.


 Krim antibiotik, bila muncul infeksi bakteri pada ruam.
 Krim antijamur, seperti nystatin, clotrimazole, dan miconazole, untuk
mengobati infeksi jamur yang menyebabkan ruam popok.

Obat-obatan berbentuk krim atau salep dapat dioleskan ke kulit bayi yang sudah
dibersihkan, pada saat mengganti popok bayi.
Popok Sekali Pakai atau Popok Kain?

Popok sekali pakai atau popok kain memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Pemilihan jenis popok yang tepat untuk mencegah ruam popok menjadi
dilema bagi para ibu, mengingat penyebab ruam popok bermacam-macam.

Walaupun belum ada pembuktian jelas mengenai jenis popok mana yang paling
tepat, namun popok sekali pakai dianggap lebih mampu mencegah ruam popok,
karena dapat menjaga kulit bokong tetap kering serta mengurangi kontak antara
kulit bayi dengan urine dan tinja.

Terlepas dari jenis popok yang digunakan, baik popok kain maupun popok sekali
pakai perlu diganti sesering mungkin dan sesegera mungkin bila kotor, untuk
mencegah munculnya ruam popok.

Asuhan Neoatus dan Bayi Diaper Rush


1. Pengertian Diaper Rash
Diaper rash (Ruam popok )adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah
pantat .Ruam popok dapat berupa ruam yang terjadi di dalam area popok. Pada
kasus ringan kulit menjadi merah. Pada kasus-kasus yang lebih berat mungkin
terdapat rasa sakit. Biasanya ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di
dalam lipatan kulit paha dan pantat. Kasus ringan menghilang dalam 3 sampai 4
hari tanpa pengobatan. Bila ruam menetap atau muncul lagi setelah pengobatan,
berkonsultasilah dengan dokter.
2. Etiologi Diaper Rash
·         Terlalu lembab
·         Luka atau gesekan

·         Kulit terlalu lama terkena urine, feses, atau keduanya


·         Infeksi jamur

·         Infeksi bakteri

·         Reaksi alergi terhadap bahan popok

Bila kulit basah terlalu lama, lapisan kulit yang melindungi kulit mulai
rusak.

Bila kulit basah digosok, juga lebih mudah rusak. Lembab akibat popok
yang sudah penuh dapat berbahaya bagi kulit bayi dan membuat lebih mudah
menjadi luka. Bila hal ini terjadi, maka dapat timbul ruam popok. Selanjutnya
gesekan antara lipatan kulit yang lembab membuat ruam menjadi lebih berat. Hal
inilah yang menyebabkan ruam popok sering terbentuk di lipatan kulit leher dan
paha atas.

Lebih dari separoh bayi berusia antara 4 bulan sampai 15 bulan terjadi ruam
popok sedikitnya satu kali dalam waktu 2 bulan. Ruam popok lebih sering terjadi
pada keadaan-keadaan berikut:

 Begitu bayi bertambah usia, kebanyakan antara usia 8-10 bulan

 Bila bayi tidak terjaga kebersihannya dan kering

 Jika bayi sering buang air besar, khususnya bila tinja tetap berada dalam
popok sepanjang malam.

 Bila bayi mulai makan makanan padat

 Bila bayi mengkonsumsi antibiotik atau bayi yang masih menyusui yang
ibunya mendapat antibiotik.
Bayi yang mengkonsumsi antibiotik lebih mudah menderita ruam popok
yang disebabkan oleh infeksi jamur. Jamur menginfeksi kulit yang lemah dan
menyebabkan ruam merah terang dengan bintik-bintik merah di pinggirannya.
Anda dapat mengobatinya keluhan-keluhan ini, anda dapat menghubungi dokter.
3. Tanda Dan Gejala
a)      Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergaen sehingga muncul
eritema.
b)      Erupsi padadaerah kontak yang menonjol,sepertti bokong, alat genitlia,perut
bawah atau paha atas

c)      Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritemosa,vesikula dan
ulserasi.

4. Penyebab
·         Kebersihan kulit yang tidak terjaga
·         Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing

·         Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab

·         Akibat menceret

·         Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen.

·         Kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci tangan dan
dibilas sampai bersih dan dikeringkan.

5. Penatalaksanaan
Untuk membantu mencegah timbulnya ruam popok sebaiknya:
·         Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini mencegah
lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang
malam hari. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan
terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas. Bersihkan dengan lembut daerah
popok dengan air. Anda tidak perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti
popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi yang mendapat ASI dapat BAB
sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja tidak mudah keluar.

·         Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan masalah
dengan pernapasan pada bayi anda.

·         Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit.


Alkohol atau parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi.

Bila ruam popok muncul walaupun anda telah berusaha untuk mencegahnya,
cobalah langkah-langkah sebagai berikut:

·         Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin

·         Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali mengganti
popok. Gunakan air mengalir sehingga anda dapat membersihkandan membilas
tanpa tidak perlu menggosok.

·         Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di udara terbuka


sehingga benar-benar kering

·         Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang mengandung


zinx ixide atau petrolatum) untuk membentuk lapisan pelindung pada kulit. Salep
ini biasanya tebal dan lengket dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian
popok berikutnya. Perlu diingat garukan keras atau gosokan kuat hanya akan lebih
memperberat kerusakan kulit.

·         Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam:

1.      Melepuh atau terdapat nanah

2.      Tidak hilang dalam waktu 48 sampai 72 jam


3.      Menjadi lebih berat

·         Gunakan krim yang mengandung steroid hanya bila dokter anda


merekomendasikan. Krim tersebut jarang diperlukan dan mungkin berbahaya

6. Pencegahan
Upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
-          Menjaga kebersihan dan kekeringan area popok (pengolesan tepung kanji
jagung akan mengurangi kelembaban).
-          Jangan menunggu terlalu lama untuk mengganti popok yang sudah basah.

-          Hindari pemberian makanan yang kelihatannya mengiritasi (pada beberapa


anak, beberapa makanan yang mengandung asam, misalnya sitrun, menghasilkan
tinja yang mengiritasi kulit) dan hindari penggunaan sabun dan tisu basah y ang
mengiritasi. Pastikan bahwa anda mencuci tangan dengan setelah mengganti popok
dari anak yang mengalami ruam popok yang terinfeksi dan pastikan bahwa hal
yang sama dilakukan oleh pengasuh anak, baik di sekolahnya maupun di rumah.

B.     Asuhan Neonatus dan Bayi Seborrhea


1.      Definisi

Adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan


timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya.
Biasanya, proses pergantian sel-sel pada kulit kepala terjadi secara perlahan-lahan
dan tidak terlihat oleh mata. Proses pergantian tersebut terjadi setiap bulan. Jika
proses ini menjadi lebih cepat, maka akan timbul gangguan pada kulit kepala yang
kita sebut ketombe. Gangguan yang lebih parah yaitu dermatitis seboroik, berupa
serpihan berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala.
Pada Bayi

Dermatitis seborrheic, umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini
terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam
tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan menghilang
seiring dengan berkurangnya kadar hormon androgen."

2.      Penyebab

 Pengaruh hormone ibu biasanya hanya berlangsung pada bulan-bulan


pertama kehidupan sikecil. Gangguan ini akan hilang setelah bayi berusia 6-7
bulan.

 Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya
kadar hormon ibu yang mengalir di dalam tubuh bayi
3.      Gejala
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik
menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap)
dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau
beruntusan merah di wajah. UAM di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam
popok. Pada anak-anak, dermatitis seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang
tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.

4.      Penanganan

Bila pada kulit kepala bayi ditemukan kerak atau selok arang, ini harus
dibersihkan dengan hati-hati tidak boleh dengan paksaan karena dapat
mengakibatkan lecet atau luka pada kulit kepala.
Bisul merupakan satu jangkitan kulit yang biasa terjadi kepada kanak-kanak.
Bisul sendiri dalam bahasa kedokteran disebut furunkel, yakni radang atau infeksi
yang disebabkan kuman atau bakteri staphylococcus aureus. Bila ada gatal pada
kulit, lalu digaruk sedangkan kebersihan kurang dijaga, sehingga masuk bakteri
dan terjadi infeksi, dan timbul bisul.
Bisul merupakan nanah yang terkumpul dalam satu rongga yang sangat
menyakitkan. Kelompok bisul dipanggil pekung (carbuncles) tetapi perubahan
pada kulit seperti ini tidak biasa berlaku kepada kanak-kanak.
Bisul bisa disebabkan oleh tiga faktor diantaranya :
a.       Faktor dari dalam tubuh anak sendiri
 Faktor dari dalam tubuh anak misalnya alergi. Jika anak punya bakat alergi,
maka hal yang menyebabkan terjadinya alergi harus dihindari agar tidak timbul
bisul. Sebenarnya, tak ada hubungan langsung antara bisul dengan alergi. Tetapi
biasanya anak yang alergi lebih sering mengalami bisulan. Pasalnya, bila anak
sedang mengalami alergi dengan keluhan gatal, anak terangsang untuk menggaruk.
Akibat garukan, dapat terjadi kerusakan kulit/luka yang akhirnya dimasuki kuman
lalu muncul bisul.
b.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti tempat tidur dan lokasi bermain anak harus dijaga
kebersihan dan diupayakan agar tidak terlalu lembab. Teman-teman bermain anak
juga harus diawasi. Jangan sampai anak melakukan kontak fisik dengan anak yang
bisulan. Karena bakteri penyebab bisul bisa menempel pada kulit anak yang masih
rentan, kontak kulit bisa membuat anak tertular bisul temannya.

c.       Faktor kebersihan tubuh


Faktor kebersihan tubuh anak misalnya akibat pemilihan pakaian yang ketat
atau terbuat dari bahan yang kurang menyerap keringat. Ini akan menghambat
proses sirkulasi pada kulit anak, menyebabkan kulit lembab, dan memudahkan
berkembangbiaknya kuman. Bedak juga memicu terjadinya bisul. “Banyak ibu
beranggapan, bedak dapat mengatasi biang keringat yang kerap timbul pada kulit
anak. Padahal bedak justru merupakan media yang baik untuk timbulnya bisul,
karena bedak menghambat keluarnya keringat.
Bisul bisa terjadi pada siapa saja, bayi, anak-anak maupun dewasa, terutama
bila ada faktor pemicu. Beberapa faktor pemicu adalah kurangnya daerah tropis
yang memudahkan keringat muncul sehingga kulit menjadi lembab dan lebih
mudah terinfeksi kuman, serta daya tahan tubuh bayi yang tak baik sehingga
mudah terserang penyakit.
anda-tanda dan Gejala Bisul
Gejala untuk bisul ini hampir menyamai penyakit kulit yang lain seperti:
 Nanah di bagian tengah bisul
 Keputihan, lelehan mengandungi darah daripada bisul tersebut
 Kemerahan di sekeliling kulit yang dijangkiti
 Biasanya di ikuti rasa teramat sakit apabila disentuh.
Cara mencegah bisul
Agar bayi tidak mudah bisulan, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
 Jika bayi mudah berkeringat, usahakan agar keringat tersebut segera
dikeringkan.
 Biang keringat yang timbul pada kulti bayi harus dibersihkan dengan handuk
basah.
 Jaga kebersihan tubuh bayi sepanjang hari dengan sering memandikannya
jika terlalu banyak keringat yang keluar.
 Upayakan lingkungan di sekitar bayi selalu bersih.
 Ventilasi udara di ruangan bayi harus cukup sehingga ruangan bayi tidak
lembab.
 Jangan kenakan bayi dengan pakaian ketat atau dari bahan yang tidak
menyerap keringat.
 Ganti pakaian bayi dengan segera jika basah atau kotor.
 Jangan membubuhkan bedak pada kulit bayi jika keluar keringat.
 Usahakan kebutuhan gizi bayi selalu terpenuhi.
 Pahami penanganannya.

A. Pengertian
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai
dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup
pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian
dan juga kepala.
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, atau pickle heat . ( Adhi Djuanda, 1987)
Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya
saluran kelenjar keringat.(Hassan, 1984).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987).
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar
keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah
tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas
dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang
menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang
masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan
disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher,
bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), 
Etiologi
Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab
serta adanya infeksi bakteri.
a.       Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
b.      Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
c.       Aktivitas yang berlebihan
d.      Setelah menderita demam atau panas
e.       Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum.
 Pencegahan
a.       Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat
tubuhnya basah oleh keringat.
b.      Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk
mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat.
c.       Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran.
d.      Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama dikota-
kota besar yang panas dan pengap.
e.       Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran
udara dari luar ke dalam lancar.
f.       Memandikan bayi secara teratur.
g.      Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat.

Anda mungkin juga menyukai