Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang
pada akhirnya akan membuat PPh Badan Terhutangnya juga akan meningkat.
Koreksi fiskal positif diantaranya:
1. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara pendapatan
2. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP
3. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan
menurut WP lebih tinggi
4. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
5. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final
Koreksi Fiskal Negatif
adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan
terhutangnya juga akan menurrun. Koreksi fiskal negatif diantaranya :
1. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih rendah, selisih amortisasi,
dan biaya yang ditangguhkan pengakuannya
2. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
3. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final
Perbedaan Koreksi Fiskal
Terdapat perbedaan dalam perlakuan penetapan pendapatan dan biaya menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor
17 Tahun 2000 dengan Standar Akuntansi Keuangan sebagai akibat dari adanya beda tetap dan beda sementara;
perlakuan akuntansi terhadap perbedaan tersebut perlu dilakukan rekonsiliasi antara laporan keuangan komersil
dengan laporan keuangan fiskal; dan pengaruh perbedaan tersebut terhadap laporan keuangan yaitu pada besarnya
jumlah pajak terutang dan jumlah laba usaha.
Semua pemasukan adalah pendapatan yang akan menambah laba kena pajak , dan semua pengeluaran adalah
beban yang akan mengurangi laba kena pajak.
Tidak semua pemasukan adalah faktor penambah laba kena pajak, ada beberapa jenis pendapatan yang bukan
merupakan faktor penambah laba kena pajak karena pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final, dan
tidak semua pengeluaran adalah faktor pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang
sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan (sumbangan, entertain tanpa daftar normatif). Di
dalam Akuntansi Perpajakan perbedaan ini disebut dengan BEDA TETAP (Permanent Difference).
Akibat koreksi fiskal dari Laporan Keuangan komersial menjadi Laporan Keuangan fiskal menyebabkan
perbedaan antara laba komersial dengan laba fiskal. Perbedaan tersebut dikelompokkan menjadi : beda
tetap ( permanent differences ) dan beda waktu ( time differences ). Jelaskan pengertian kedua jenis
perbedaan tersebut dan berikan contoh masing- masing.
Soal :
Laporan Rugi-Laba PT Poki-Poki untuk periode tahun 2008 sebagai berikut :
( dalam rupiah )
Pejualan : 7.800.000.000
HPP: (4.210.000.000)
Penghasilan Bruto Usaha : 3.590.000.000
Biaya Operasional
Beban Pemasaran :
a. Gaji dan komisi salesman 475.000.000
b. Gaji dan upah bagian penjualan 275.000.000
c. Beban angkut penjualan 200.000.000
d. Beban promosi 180.000.000.
e. Beban cadangan piut tak tertagih 250.000.000
f. Beban kirim pos, telp, dan teleks 120.000.000
g. Depresiasi kendaraan 120.000.000
1.620.000.000
Beban administrasi dan Umum :
a. Gaji dan kesejahteraan pegawai 450.000.000
b. Beban premi asuransi 130.000.000
c. Beban konsultan 150.000.000
d. Beban supplies kantor 170.000.000
e. Depresiasi bangunan kantor 50.000.000
f. Depresiasi mebel dan alat kantor 150.000.000
1.100.000.000
Total Beban Usaha : 2.720.000.000
Laba / rugi Usaha : 870.000.000
Pendapatan dari luar usaha :
a. Pendapatan sewa tanah ( setelah PPh ) 125.000.000
b. Pendapatan bunga bank / jasa giro ( setelah PPh ) 75.000.000
c. Penghasilan dari sewa kendaraan ( setelah PPh ) 9.700.000
Jumlah 209.700.000
Beban dari luar usaha :
a. Beban bunga 50.000.000
b. Rugi selisih kurs 15.000.000
c. Denda PPh 10.000.000
Jumlah ( 75.000.000 )
Laba Bersih 1.004.700.000
Keterangan Tambahan :
Daftar aset tetap :
Pasal 4
(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap,
jelas, dan menandatanganinya.
(2) Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
(3) Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan.
(4) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan
pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta
keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
(4a) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah laporan keuangan dari masing-
masing Wajib Pajak.
(4b) Dalam hal laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) diaudit oleh Akuntan Publik
tetapi tidak dilampirkan pada Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan dianggap tidak lengkap dan
tidak jelas, sehingga Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (7) huruf b.
(5) Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Kutipan tersebut dapat ditafsirkan bahwa Laporan Keuangan yang dimaksud adalah laporan yang
sesuai dengan ketentuan perpajakan dan Laporan Keuangan yang disampaikan dapat menunjukkan
keterangan yang cukup untuk penghitungan penghasilan kena pajak. Namun demikian belum ada
ketentuan fiskus yang mengharuskan Wajib Pajak untuk menyampaikan Laporan Keuangan Fiskal
dengan format tertentu, oleh karena itu Laporan Keuangan Fiskal dapat disusun dengan cara melakukan
rekonsilisasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal. Dengan demikian
perusahaan tidak perlu mempunyai sistem akuntansi khusus untuk keperluan perpajakan. Dengan satu
sistem akuntansi dan data keuangan dapat disusun berbagai jenis Laporan Keuangan.
5. Definisi Rekonsiliasi ( koreksi ) Fiskal.
Rekonsiliasi ( koreksi ) Fiskal, adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan
ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto / laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.
Perbedaan perbedaan antara akuntansi dengan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda
tetap / permanen ( permanent difference ) dan beda waktu / sementara ( timing difference ).
BEDA TETAP DAN BEDA WAKTU .
a. Beda Tetap / Permanen :
Beda Tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi dan
menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial namun
tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Beda tetap mengakibatkan laba / rugi menurut akuntansi
( pre tax income ) berbeda secara tetap dengan Laba Kena Pajak menurut fiskal ( taxable income ).
Beda Tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal- hal berikut dikeluarkan dari
perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ( Pasal 4 ayat (2) UU PPh ).
2. Penghasilan yang bukan obyek pajak ( Pasal 4 ayat (3) UU PPh ).
3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau jumlahnya
melebihi kewajaran ( Pasal 9 ayat (1) UU PPh ).
Koreksi positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah sebagai akibat adanya :
1…Beban yang tidak diakui oleh pajak ( non deductible expense ).
2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal.
3 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal.
4. Penyesuaian fiskal posotif lainnya.
Koreksi negatif terjadi apabila pendapatan fiskal berkurang sebagai akibat adanya :
1. Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak.
2. Penghasilan yang digunakan PPh Final.
3. Penyusutan komersial lebih kecil dari pada penyusutan fiskal.
4. Amortisasi komersial lebih kecil dari pada amortisasi fiskal.
5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.
6. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.
Keterangan Tambahan :
Harga beli Nilai residu
Jenis aset Tahun beli ( dalam Rp ) ( dalam Rp.)
Bangunan permanen 06 – 07 - 2006 400.000.000 50.000.000
Kelompok I 10 – 12 - 2007 60.000.000 10.000.000
JAWAB :
PT Fast
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008
( dalam ribuan rupiah )
Keterangan Koreksi Keter
Mnrt fiskal Mnrt fiskal anga
Aktns n
Pos Ne
tif gtf
Total Biaya
Ush --
Pengh Neto
dari Ush
+/+Pengh
dari Luar 70.
Ush 300
- Dividen
dari PT Jaya
- Trima ewa
kendraan
Box dari Fa
Maju
-
Keuntungn
Sel Kurs.
- Pen
Pengmblian
PBB yg
telah
dibebankan
- Jasa giro
Bank
Mandiri
Total Pngh
Luar Ush
-/- By dari
Luar Ush
Laba Bersih
sbl Pajak
Keterangan :
A : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
B : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
C : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
D : SE Dirjen Pajak No. 27 /PJ.42/ 1986.
E : Pasal 11 UU PPh.
F : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
G : Pasal 4 ayat (1) UU PPh.
H : Pasal 4 ayat (1) UU PPh.
I : Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
Penghasilan neto fiskal perusahaan adalah Rp. 653.500.000,-
- Atas koreksi fiskal yang dilakukan, perusahaan tidak perlu membuat jurnal.
- PPh terutang dihitung dengan mengalikan tarif PPh Pasal 17 terhadap Penghasilan
Kena Pajak. Sebelum dikalikan tarif PPh, Penghasilan Kena Pajak terlebih dahulu dibulatkan ribuan
kebawah.
Perbedaan lainnya adalah perebedaan yang diakibatkan karena bedanya SAAT PENGAKUAN (waktu
pengakuan) baik itu terhadap pendapatan maupun beban (pendapatan/beban tangguhan), juga
akibat perbedaan beban penyusutan dimana pihak Ditjend Pajak menggunakan metode penyusutan
GARIS LURUS (Straight Line Method) sementara perusahaan mungkin menggunakan metode
penyusutan yang lain, yang oleh karenanya mengakibatkan adanya perbedaan alokasi beban
penyusutan. Prakiraan Umur ekonomisatas aktiva tetap juga turut memberi kontribusi atas perbedaan
tersebut. Dalam Akuntansi Perpajakan ini disebut dengan BEDA WAKTU.
Penyesuaian Fiskal Positif: adalah penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena
pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan terhutangnya juga akan meningkat.
Penyesuaian Fiskal Negatif: adalah penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena
pajak.
Jika kita susun menjadi Laporan Laba Rugi, kita akan menghasilkan laporan seperti dibawah ini:
Apakah Laporan Laba Rugi diatas benar?
Laporan Komersial iya benar, hanya saja “Pajak Penghasilan” nya belum benar.Bukankah seharusnya
ada penyesuaian-penyesuaian?.
Okay, kita bandingkan dengan table rincian penyesuaian fiskal positif dan negative di atas. Menurut table,
ada beberapa yang harus disesuaikan, yaitu:
“Bunga Jasa Giro” telah dikenakan pajak oleh pihak bank, maka ini dimasukkan sebagai “Pendapatan
dikenakan Pajak Final”, sehingga ini tidak seharunya dikenakan pajak lagi. Kita jadikan faktor pengurang
Laba Kena Pajak.
“Pengambilan Oleh Direktur” ini adalah bukan beban perusahaan. Direktur hanya boleh menerima Gaji
dan Dividen saja. Maka kita masukkan ke dalam koreksi fiskal positif (faktor penambah laba kena pajak).
“Makan Untuk Pegawai” ini adalah bentuk kenikmatan (natura) yang diberikan oleh perusahaan kepada
pegawai, ini tidak diakui sebagai beban perusahaan. Catatan : saya pribadi kurang setuju dengan
anggapan ini, karena pemberian incentive berupa makan, minum atau bentuk kenikmatan lainnya kepada
pegawai adalah salah satu usaha perusahaan untuk merangsang semangat kerja pegawai, sangat bisa
dihubungkan dengan potensi peningkatan revenue perusahaan. Seharunya tidak alasan untuk menggap
ini tidak ada hubungannya dengan aktivitas perusahaan, jelas-jelas ini beban (biaya) yang bisa di set off
dengan revenue. Saya pernah argue dengan pihak kantor pajak tentang hal ini. Lebih detailnya saya
akan bahas di artikel lain.
“Sumbangan” ini bukan beban perusahaan, tidak bisa dihubungkan dengan revenue. Sehingga kita
masukkan ini ke dalam kelompok koreksi fiskal positif.
Saya tidak menemukan koreksi fiskal negative dalam contoh kasus ini.sehingga nanti koreksi fiskal
negatifnya akan 0 (nol).
Setelah unsur koreksi fiskal kita masukkan, maka Laporan Laba Rugi akan menjadi seperti dibawah ini:
Laporan Fiskal Iya benar. Bagaimana dengan laporan komersialnya?, apakah laba setelah pajak di atas
bisa kita masukkan ke dalam neraca (Laba Tahun Berjalan)?.
Bukankah di neraca nanti laba ini akan di off set dengan mutasi rekening-rekening di kelompok asset
(aktiva)?. Sudah ada clue?.....belum?
Okay, diakui atau tidak diakui semua koreksi fiskal tersebut (bunga jasa giro, pengambilan direktur,
makan untuk pegawai, sumbangan) adalah berpengaruh langsung terhadap posisi (saldo) kas. Jika
semua itu tidak diakui, sementara di sisi lainnya, laba kita paksakan masuk ke neraca, maka sudah pasti
NERACA TIDAK AKAN BALANCE!.
Lalu, bagaimana?
Maksud saya, semua unsure tadi tetap kita koreksi, setelah kita peroleh “laba fiskal setelah pajak”, baru
kita kembalikan semua koreksi fiskal tersbut.
Caranya?