Anda di halaman 1dari 10

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Tangerang Selatan


Kota Tangerang Selatan adalah kota yang batas wilayah sebelah Timur berbatasan langsung
dengan Kota Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta, batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan
Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Cisauk, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang dan sebelah utara
dengan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang. Kota Tangerang Selatan memiliki 7 Kecamatan, Luas
wilayah 147,19 km2 yang merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari permukaan laut 44
m.
Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada awal beroperasi (07 April
2010) sampai dengan Maret 2012, RSU Kota Tangerang Selatan menggunakan bangunan sementara
di wilayah Puskesmas Pamulang Jalan Surya kencana No 01 Pamulang yang diresmikan oleh
Gubernur Banten, Hj.Ratu Atut Chosiyah pada tanggal 07 April 2010 yang bertepatan dengan Hari
Kesehatan Sedunia dengan nama RSUD As-Sholihin. Direktur pertama RSU Kota Tangerang Selatan
dipimpin oleh drg. Hj. Ida Lidia. RSU Kota Tangerang Selatan telah menjadi SKPD dengan
Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang
Selatan dan melantik drg. Yantie Sari sebagai Direktur RSU Kota Tangerang Selatan dengan masa
jabatan 14 Januari 2011 sampai dengan Januari 2012.
Direktur pertama RSU Kota Tangerang Selatan dipimpin oleh drg. Hj. Ida Lidia Periode 2010.
RSU Kota Tangerang Selatan telah menjadi SKPD dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2010
tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan dan melantik drg. Yantie Sari sebagai
Direktur RSU Kota Tangerang Selatan dengan masa jabatan 14 Januari 2011 sampai dengan Januari
2012, Hj. Neng Ulfah, S.Sos, Msi Periode 2012-2013, drg. Hj. Maya Mardiana, MARS
Periode Desember 2013 s/d Januari 2017, dr. Suhara Manullang, M.Kes. Periode Januari 2017 s/d
Juli 2018 dan dr. Allin Hendalin Mahdaniar (Plt. Direktur Per 1 Agustus 2018 s/d sekarang)
4.1.1 Visi RSUD Tangerang Selatan
Terwujudnya Tangsel kota cerdas, berkualitas, dan berdaya saing barbasis teknologi dan
inovasi.
4.1.2 Misi RSUD Tangerang Selatan

1. Mengembangkan SDM yang handal dan berdaya saing


2. Meningkatkan infrastruktur kota yang fungsional
3. Menciptakan kota layak huni yang berwawasan lingkungan
4. Mengembangkan ekonomi kerakyatan bebasis inovasi dan produk unggulan
5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis teknologi informasi

4.2 Hasil Penelitian Analisis Manajemen Perubahan Terhadap Akreditasi Klinik Permata
Bunda
Hasil penelitian ini merupakan analisis manajemen perubahan terhadap akreditasi pada klinik
Permata Bunda Kota Bekasi menggunakan teori perubahan ADKAR. Hal-hal tersebut diperoleh
melalui wawancara mendalam dengan informan utama yaitu Karyawan Klinik Permata Bunda,
informan kunci yaitu Kepala Klinik Permata Bunda yang dan informan penunjang yaitu pasien
yang berobat di Klinik Permata Bunda yang terkait langsung dengan perubahan akrediasi klinik.
1. Sejarah Akreditasi Klinik Permata Bunda
Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa sejarah akreditasi Klinik
Permata Bunda mengalami perubahan dimana sebelumnya Klinik Permata Bunda belum
terakreditasi dan sekarang menjadi klinik pratama.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik Permata
Bunda Kota Bekasi :
“Klinik permata bunda telah terakreditasi pada bulan September 2018 dan berganti
status menjadi klinik pratama rawat jalan sesuai standar yang ditetapkan, untuk
mencapai akreditasi ini memakan waktu cukup lama untuk mempersiapkan semuanya
mulai dari fasilitas, sdm, dan lain-lain. Karena akreditasi ini juga berkat klinik yang
bergabung dalam klinik pintar id jadi dibawah naungan IDI pusat jadi setiap bulan
diadakan rapat audit per 3 bulan dokternya maupun karyawannya untuk melihat
perkembangan secara pelayanan yang tujuannya untuk meningkatkan mutu pelayanan,
untukaplikasinyapun
klinik pintar mempunyai aplikasi system tersendiri agar bisa terintegrasi dan
sudah bekerja sama dengan aplikasi pcare bpjs. Selain itu juga untuk masalah
pendanaan, tata letak ruangan, pengaturan system, sdm, input ekterior maupun
interior”

2. Peran Pimpinan dalam Mendukung Perubahan Akreditasi


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa pimpinan
sangat berperan dalam menudukung perubahan akreditasi dikarenakan kewajiban dalam
fasilitas tingkat pertama untuk melakukan akreditasi agar dapat meningkatkan
pelayanan kepada pasien namun prosesnya membutuhkan biaya yang besar.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik Permata
Bunda Kota Bekasi :
“Tentunya kami sangat mendukung perubahan akreditasi karena untuk
meningkatkan pelayanan ke pasien tapi untuk memulai akreditasi memakan biaya
yang cukup besar sekitar 40-50 juta maka dari itu saya tidak mau ambil pusing dan
gamau terlibat dalam utang bank maka saya memakai system ASO dibawah
naungan IDI jadi nanti dia yang membantu dalam akreditasi tersebut”

3. Perubahan Terhadap Akreditasi Klinik Permata Bunda


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa dalam proses
akreditasi klinik mengalami perubahan diantaranya fasilitas, setiap karyawan harus
memiliki STR dan mengikuti SOP yang ada.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik Permata
Bunda Kota Bekasi :
“Untuk fasilitas tentunya lebih lengkap, contohnya seperti ruangannya terlihat rapih
sehingga mempunyai nilai dimata pasien yang berkunjung dan ditambahin fasilitas
yang dulu sebelum akreditasi ga ada sekarang jadi ada contohnya seperti Lab
menjadi terpisah, pojok ASI yang nyaman, ruang tunggu yang nyaman, instalasi
farmasi yang tadinya tergabung dalam pendaftaran sekarang jadi ada ruangannya
sendiri untuk ruang farmasi resep dan non resep, ada juga dulu sebelum diakreditasi
karyawan banyak yang hanya lulusan SMK keperawatan, farmasi, dan analis, tetapi
sesudah diakreditasi semua karyawan harus memiliki STR dan klinik harus
mengikuti peraturan yang tertera dalam akreditasi tersebut contohnya seperti harus
menerapkan SOP dan harus sesuai standar dalam setiap tindakan yang non medis
ataupun yang medis. Misalnya juga seperti seorang perawat dia bisa sewaktu-waktu
menjadi perawat bisa juga menjadi apoteker atau yang lainnya tetapi semenjak
klinik sudah terakreditasi gabisa karyawan seperti itu harus pada tugasnya masing-
masing dan setiap karyawan juga harus mempunyai STR.

4. Strategi Klinik dalam Melakuka Perubahan Pada Karyawan


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa dalam
melakukan perubahan klinik membentuk tim khusus untuk melakukan training dan
nantiya para karyawan tahu tugas pokok masing-masing.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik Permata
Bunda Kota Bekasi :
“Dalam proses perubahan akreditasi para karyawan membuat tim khusus yaitu
POKJA setelah semua dokumen dan setiap ruangan sudah dirapihin selanjutnya
yaitu SDM nya harus ditraining terlebih dahulu setelah mereka tau tugas pokok,
fungsi dan alur SOPnya terlebih dahulu makanya dibentuk tim kelompok pokja
(kelompok kerja akreditasi)”

5. Peran Pimpinan dalam Proses Perubahan Akreditasi


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa pimpinan
sangat berperan dalam proses akreditasi dimana pimpinan serta karyawan membentuk
Tim POKJA untuk melakukan akreditasi tersebut.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik Permata
Bunda Kota Bekasi :
“Membentuk tim seperti yang tadi saya bilang yaitu Tim POKJA nanti mereka
dibagi ada yang ngerjain bab 1, bab 2, dan bab 3. Selanjutnya untuk dokter, perawat,
bidan, apoteker, dan asisten apoteker mereka membuat dan menyusun SOP yang
dibutuhkan mengikuti Standar PERMENKES”
6. Bentuk Perhatian Pimpinan Terhadap Dampak Perubahan Pada Karyawan
Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa pimpinan
membuat pelatihan kepada karyawan terutama terkait administrasi dan aplikasi karena
perubahan akreditasi klinik sehingga karyawan harus dapat mengelola program yang
ada sesuai dengan standar.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik Permata
Bunda Kota Bekasi :
“Tentu saja harus melatih para karyawan agar menjadi yang terbaik yang
bisa secara akunting terutama untuk masalah administrasi, seorang akunting
yang terpenting untuk membuat pasien menjadi pintar karena ini kan sudah
akreditasi berlebel klinik pintar otomatis harus karyawan yang bisa
mengelola aplikasi agar program dan SOP nya berjalan sesuai standar yang
ada, sehingga pada saat perubahan terjadi karyawan sudah dapat
memahami dari pelatihan yang sudah diberikan”

7. Faktor Pendukung Akreditasi Klinik Permata Bunda


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa banyak
pihak yang terlibat dalam proses akreditasi klinik mulai dari karyawan serta fasilitas
sarana dan prasarana juga menjadi faktor pendukung agar sesuai dengan standar.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik
Permata Bunda Kota Bekasi :
“Banyak pihak yang terkait dengan akreditasi ini contohnya seperti
karyawan, teman juga banyak yang memberi saran terutama didalam IDI
dan juga tim dari klinik pintar yang membantu semuanya mulai dr fasilitas
dan proses manajemen agar sesuai dengan standar yang ada”

8. Faktor Penghambat Akreditasi Klinik Permata Bunda


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa faktor
penghambat dalam proses akreditasi ini yaitu biaya yang cukup besar.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik
Permata Bunda Kota Bekasi :
“Yang pertama sih masalah biaya, sertifikat-sertifikat pelatihan contohnya
seperti sertifikat karyawan yang menjadi permasalahannya adalah ketika
kita sudah melatih karyawan tersebut dan sudah mendapatkan sertifikat
tiba-tiba karyawannya resend atau menikah, pindah kota. Jadi kita harus
mengulang lagi, mengeluarkan biaya lagi untuk melatih karyawan yang
baru. Jadi kenapa harus melakukan pelatihan karena nanti bisa mengajarkan
apa yang sudah dilatih kepada karyawan yang baru”

9. Cara Pimpinan Mengatasi Perubahan


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa dalam
mengatasi perubahan yang terjadi tentunya pimpinan tetap memberikan pengetahuan
dan pelatihan karena banyak nya perubahan yang terjadi setelah proses akreditasi.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik
Permata Bunda Kota Bekasi :
“Yang pasti kami tetap mengdekuasi para karyawan dan memberikan
pelatihan-pelatihan karena banyak yang terjadi sesudah dan sebelum
akreditasi misalnya seperti fasilitasnya yaitu ruang tunggu dulu kecil dan
pengap sekarang jadi lega dan nyaman terus juga masalah SDM yang lama
kan pada resign otomatis kan cari karyawan baru lagi”

10. Rencana Setelah Akreditasi


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa klinik
sedang melakukan persiapan akreditasi berikutnya.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik
Permata Bunda Kota Bekasi :
“Rencana kedepannya pasti pengen klinik makin maju dan sekarang juga
lagi persiapan untuk akreditasi 2022 dan Alhamdulillah setelah akreditasi
pasien BPJS nya makin banyak dari yang sebelumnya”

11. Sarana dan Prasarana Pendukung Akreditasi


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi, diketahui bahwa semua
sarana dan prasana yang ada di Klinik Permata Bunda ada standar nya dan untuk
SDM yang ada semua harus sudah terlatih.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Informan 1, Kepala Klinik
Permata Bunda Kota Bekasi :
“Fasilitas seperti laboratorium, rekam medis yang dimulai dari penomeran
sampai rak status, dan status pasien, karena untuk rekam medis pun harus
ada standarnya dan untuk petugasnya harus yang sudah terlatih dan yang
melatih harus yang mempunyai gelar sarjana rekam medis. Sama juga
halnya dengan apoteker, tidak bisa sembarang orang untuk menyusun obat
jadi harus ada apoteker dan asisten apoteker sehingga bisa sesuai dengan
standar yang ada. Maka dari itu sekarang harus mencari karyawan yang
mempunyai STR sehingga SOP dari klinik ini bisa terus berjalan”

1.2.1 Hasil Analisis Menggunakan Elemen Perubahan ADKAR


Tabel 4.1 menunjukkan jawaban key informan 1 kepala Klinik Permata Bunda
terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam perubahan melalui elemen ADKAR
untuk Akreditasi Klinik. Informan menyatakan bahwa :
Terhadap proses perubahan akreditasi pada point Awareness of the need for
change yaitu setiap karyawan diberikan informasi terkait perubahan akreditasi
karena pimpinan tentunya terus melakukan pemantauan pada saat sebelum dan
sesudah dilakukan nya proses akreditasi. Kemudian dilihat dari point D-
Desire to support and participate in the change yaitu sosok penggerak
perubahan akreditasi dari Tim Klinik Pintar karena semua konsep dan
manajemen tim tersebut yang mengatur. Dan dilihat dari point K- Knowledge
on how to change yaitu bentuk program kerja yang dilakukan oleh klinik
dengan memberikan pelatihan yang bersertifikasi kepada karyawan dan
membantu dalam proses akreditasi sebagai dokumen dan klinik juga memiliki
SOP terkait dengan perubahan sistem. Pada point Ability to implement new
skills yaitu dukungan manajemen dalam menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan untuk perubahan setiap karyawan harus memiliki STR dan bekerja
sesuai dengan kompetensi masing-masing. Dilihat dari point Reinforcement to
sustain the change yaitu pihak manajemen sudah merancang sebuah
mekanisme yang akan digunakan untuk menjaga perubahan agar tetap stabil
karena klinik Permata Bunda sudah menjadi klinik pintar dibawah naungan
IDI dan sudah merencanakan untuk menjadi lebih baik lagi karena setiap 3
bulan sekali klinik melakukan MONEV.
67

Anda mungkin juga menyukai