Anda di halaman 1dari 15

Dislokasi Hip Join

Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang menyusun sendi. Cedera ini
dihasilkan oleh gaya yang menyebabkan sendi melampaui batas normal anatomisnya. Pindahnya
ujung tulang yang incomplete disebut dislokasi tidak sempurna atau subluxation. Karena fungsi
ligament adalah juga untuk mencegah perpindahan atau pergerakan sendi yang abnormal,semua
sprains menghasilkan beberapa derajat subluxation. Dislokasi yang komplit, atau luxation, terjadi
saat ada pemisahan yang komplit dari ujung tulang.

Dislokasi pinggul traumatik hampir selalu disebabkan oleh trauma berenergi tinggi. Adanya
cedera dislokasi menandakan bahwa ada gaya yang mencapai 90 pound atau bahkan lebih pada
mekanisme traumatik atau adanya patologi yang mendasari yang menyebabkan ketidakstabilan
sendi. Penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman lebih memiliki resiko
mengalaminya. Mekanisme klasik untuk dislokasi posterior adalah pada cedera dashboard, yaitu
terjadi gaya yang menekan kepala femur melewati posterior acetabular rim saat lutut yang
terfleksi dan pinggul terhantam dashboard pada kecelakaan. Selain oleh dashboard,dikatakan
juga bahwa cedera ini bisa terjadi saat mekanisme mengerem.Dislokasi anterior dihasilkan dari
rotasi eksternal dan abduksi panggul. Kasus dislokasi posterior mendekati 90% kasus, sementara

2,3
dislokasi anterior hanya 10%. Cedera nervus sciatic mungkin terjadi pada 10-20% kasus dan
lebih dari setengah pasien juga mengalami fraktur lain.

Secara khas, pasien dengan dislokasi pinggul posterior traumatik, nampak dengan pemendekan
ekstremitas bawah yang terjadi pada posisi fleksi pinggul, adduksi, dan rotasi internal. Adanya
caput femoris kadang-kadang dapat dipalpasi pada bokong ipsilateral. Hal ini dapat diandalkan
pada pasien dengan dislokasi pinggul sederhana, kehadiran patah tulang pada femur ipsilateral
atau pelvis dapat secara dramatis mengubah posisi pasien yang ditunjukan pasien.

Meskipun jarang, dislokasi pinggul bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti
avaskular necrosis caput femoris, kelumpuhan nervus sciatic sementara atau permanen, myositis
ossificans dan arthrosis degeneratif posttraumatik. Dislokasi pinggul posterior meregangkan dan
memelintir arteri iliac external, femoris comunis, dan circumflex sehingga terjadi perubahan
aliran darah extraosseous. Meskipun sirkulasi kontralateral dari pembuluh gluteal mungkin
mempertahankan aliran darah intraosseous, relokasi yang tertunda mungkin menghasilkan
kerusakan arteri yang progresif dan tertunda yang bisa menjadi osteonecrosis.

1. Anatomi pinggul (Articulatio Coxae)

Articulatio

Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris yang berbentuk hemisphere dan
acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”. Permukaan sendi
acetabulum berbentuk tapal kuda dan dibagian bawah membentuk takik disebut incisura
acetabuli. Rongga acetabulum diperdalam dengan adanya fibrocartilago dibagian pinggrinya
yang disebut sebagai labrum acetabuli. Labrum ini menghubungkan incisura acetabuli dan disini
dikenal sebagai ligamentum transversum acetabuli. Persendian ini dibungkus oleh capsula dan
melekat di medial pada labrum acetabuli.

Ligamentum

Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh sebuah ligamentum yang kuat dan
berbentuk Y, yakni ligamentum ileofemoral yang melekat pada SIAI dan pinggiran acetabulum
serta pada linea intertrochanterica di sebelah distal. Ligamentum ini mencegah ekstensi yang
berlebihan sewaktu berdiri .

Di bawah simpai tadi diperkuat oleh ligamentum pubofemoral yang berbentuk segitiga. Dasar
ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat dibawah pada bagian
bawah linea intertrochanterica. Ligamentum ini membatasi gerakan ekstensi dan abduksi.

Di belakang simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang berbentuk spiral dan
melekat pada corpus ischium dekat margo acetabuli. Ligamentum ini mencegah terjadinya
hieprekstensi dengan cara memutar caput femoris ke arah medial ke dalam acetabulum sewaktu
diadakan ekstensi pada articulatio coxae.

Ligamentum teres femoris berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat melalui
puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui dasarnya pada ligamentum
transversum dan pinggir incisura acetabuli. Ligamentum ini terletak pada sendi dan dan
dibungkus membrana sinovial

Batas batas articulatio coxae

Anterior M. Iliopsoas, m.pectineus, m. rectus femoris. M. Iliopsoas dan m.pectineus memisahkan


a.v. femoralis dari sendi.

Posterior : m.obturatorius internus, mm.gemelli, dan m.quadratus femoris memisahkan sendi dari
n.ischiadicus.

Superior : musculus piriformis dan musculus gluteus minimus

Inferior : tendo m.obturatorius externus

Perdarahan

Cabang cabang arteria circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexia femoris medialis
dan arteri untuk caput femoris, cabang arteria obturatoria.

Persyarafan
Nervus femoralis (cabang ke m.rectus femoris, nervus obturatorius (bagian anterior) nervus
ischiadicus (saraf ke musculus quadratus femoris), dan nervus gluteus superior.

Gerakan

 Fleksi dilakukan oleh m. Iliopsoas, m. Rectus femoris, m.sartorius, mdan juga mm.
Adductores.

 Ekstensi dilakukan oleh m. Gluteus maximus dan otot otot hamstring

Abduksi dilakukan oleh m. Gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh m. Sartorius,
m.tensor fascia latae dan m. Piriformis

 Adduksi dilakukan oleh musculus adductor longus dan musculus adductor brevis serta serabut
serabut adductor dari m adductor magnus. Otot otot ini dibantu oleh musculus pectineus dan
m.gracilis.

Rotasi lateral

Rotasi medial

Circumduksi merupakan kombinasi dari gerakan gerakan diatas.


2. Epidemiology

Dislokasi pinggul posterior lebih sering ditemukan dibanding dislokasi pinggul anterior yaotu
sekitar 90 % dari semua jenis dislokasi hips. Frekuensi menurun dengan dipakainya sabuk
pengaman ketika berkendaraan. Anterior dan central dislokasi terjadi sekitar 10% dari seluruh
dislokasi hips.

Insidensi congenital hip dislocations kira kira 1 dari 500 populasi. Data penelitian menyebutkan
bahwa prevalensi congenital hip dislocation kira kira 587.310 kasus.

3. Jenis Jenis Dislokasi Pinggul

a.

Congenital Hip Dislocation

Merupakan suatu fase ketidakstabilan sendi panggul pada bayi baru lahir. Dalam keadaan
normal, panggul bayi baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit fleksi. Insidensi ketidakstabilan
adalah 5-20 per 1000kelahiran hidup, namun biasanya pinggul menjadi stabil secara spontan dan
dengan pemeriksaan ulang 3 minggu setelah kelahiran insidensi berkurang menjadi 1-3 per 1000
kelahiran hidup.

 Etiologi dan patogenesis


i.

ii.

iii.

iv.

faktor genetik

faktor hormonal yaitu tingginya akdar esterogen,proesteron, dan relaks ain pada ibu dalam
beberapa minggu terakhir kehamilan dapat memperlonggar ligamentum pada bayi.

Malposisi intrauterin (terutama posisi bokong dengan kaki yang ekstensi) dapat mempermudah
terjadinya dislokasi hal ini berhubungan dengan lebih tingginya insisdensi pada bayi yang
merupakan anak sulung dimana versi spontan lebih sedikit kemungkinan untuk terjadi. Dislokasi
unilateral biasanya mempengaruhi pinggul kiri ini sesuai dengan posisi verteks biasa (oksiput
anterior kiri) dimana pinggul kiri agak beradduksi.

Faktor pasca kelahiran

 Gambaran klinis

Asimetri pada lipatan lipatan kulit paha. Pemeriksaan klinik untuk mengetahui dislokasi panggul
bawaan pada bayi baru lahir adalah.= :

i.
Uji Ortolani

Pada pemeriksaan ini ibu jari pemeriksa memegang paha bayi bagian medial dan jari lainnya
pada trochanter mayor. Sendi panggul difleksikan 90 derajat kemudian di abduksi secara hati
hati. Pada bayi normal abduksi dpat sebesar 65-80 derajat dapat dengan mudah dilakukan, dan
bila abduksi kurang dari 60 derajat maka harus dicurigai adanya dislokasi panggul bawaan dan
kemudian jika trochanter mayor ditekan terdengar bunyi klik maka hal ini menandakan adanya
reduksi dislokasi dan kemudian pinggul berabduksi sepenuhnya dan disebut uji ortolani +. Jika
abduksi berhenti ditengah jalan dan tidak ada sentakan ke dalam, mungkin adanya suatu
dislokasi yang tidak dapat direduksi.

Uji Barlow

Dilakukan dengan cara yang sama, tetapi disini ibu jari pemeriksa ditempatkan pada lipatan paha
dan, dengan memegang paha bagian atas, diusahakan mengungkit kaput femoris ke dalam dan
keluar asetabulum baik dalam keadaan abduksi dan adduksi. Bila caput femoris dapat
dikeluarkan dari soketnya (asetabulum) dan dimasukkan kembali disebut dislocatable/unstable of
the hip.

Tanda Galeazzi

ii.

iii.

Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam keadaan fleksi 90
derajat serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari pemeriksa memegang bagian belakang
tungkai bwah dengan ibu jari depan. Dalam keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan
bila terdapat dislokasi panggul bawaan maka tungkai yang mengalami dislokasi,lututnya akan
terlihat lebih rendah dan disebut tanda galeazy .

Radiologis

Ada gambaran radiografi spesifik dalam congenital hip dislocation. Dalam CHD, ada hubungan
abnormal antara caput femoral dan acetabulum, tetapi masih ada kontak antara keduanya. CHD
di sisi lain, tidak terjadi kontak antara caput femur dengan tulang rawan acetabular.

sayangnya caput femoris dan acetabulum pada bayi baru lahir tidak dpat dinilai

dengan visualisasi langsung, karena caput femur beluk mengalamidan merupakan tulang rawan
tubuh yang tidak divisualisasikan padaray. Pusat ossifikasi untuk caput femoris umumnya
antaratiga dan enam bulan.Leher femur digunakanuntuk memastikan hubungan anta ra
acetabulum dan kepala femoralis sampai pusat ossifikasi muncul. Pengukurandigunakanuntuk
mengevaluasi hubungan caputfemoral dan acetabulum termask garis Hilgenreiner, indeks
acetabular, garis Perkin- Ombredanne, line Shenton-Menard.

Garis Hilgenreiner atau Y-line adalah garis yang ditarik melalui bagian superior dari tulang
rawan triradiate. Pada bayi normal, jarak diwakili oleh garis (ab) tegak lurus terhadap garis-Y
pada titik paling proksimal dari leher femoralis harus sama pada kedua sisi panggul,
sebagaimana seharusnya jarak diwakili oleh garis (bc) yang ditarikbertepatan dengan garis-Y
medial ke lantai acetabular. Pada usia bayi enam sampai tujuh bulan, nilai rata-rata untuk jarak
(ab) telah bertekad untuk menjadi 19,3 mm + / - 1,5 mm; untuk jarak (bc), 18,2 mm + / - 1,4 mm.
Indeks acetabular adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung ditarik ke atap acetabular dari
titik (c) di lantai acetabular di garis-Y. Nilai normal sudut ini

ossifikasi sinar x muncul

ii.

cukup memadai. Bebat van rosen adalah bebat suatu bebat lunak berbentuk H yang bermanfaat
karna mudah digunakan. Tiga aturan pembebatan yang terbaik adalah pinggul harus direduksi
sebagaimana mestinya sebelum dibebat, posisi ekstrim harus dihindari, dan pinggul dapat
digerakkan.
Dislokasi yang menetap 6-18 bulan

Jika setelah terapi dini pinggul belum tereduksi dengan sempurna maka dapat dilakukan reduksi
tertutup namun jika diperlukan operasi dan tetap direduksi hingga perkembangan asetabulum
memuaskan.

iii.

Reduksi tertutup

Ideal tetapi memiliki resiko rusaknya pasokan darah pada caput femoris dan menyebabkan
nekrosis. Untuk memperkecil resiko ini reduksi dilakukan berangsur angsur, traksi dilakukan
pada kedua kaki, dan berangsur angsur abduksi ditingkatkan hingga dalam 3 minggu kaki
direntangkan lebar lebar.

Pembebatan pinggul yang direduksi sitahan dalam spika gips dalam posisi 60 derajat fleksi, 40
derajat abduksi dan 20 derajat rotasi internal. Setalah 6 minggu spika digantikan dengan bebat
yang menyebabkan abduksi dan dipertahankan selama 3-6 bulan.

Kalau reduksi belum tercapai dilakukan reduksi terbuka.

Dislokasi menetap 18 bulan – batas umur


iv.

Pada umur 18 bulan ke atas reduksi tertutyp jarang berhasil, sehingga dilakukan reduksi terbuka
dan melakukan artografi.lah operasi pinggul ditahan dalam spika gips selama 3 bulan dan
kemudian dengan bebat yang memungkinkan beberapa pergerakan pinggul selama 1-3 bulan
selanjutnya sambil memriksa dengan sinar x apakah pinggul sudah tereduksi dan berkembang
secara memuaskan.

Dislokasi di atas batas umur

Istilah batas umur menerangkan diatas umur tertentu , reduksi dislokasi tidaklah bijaksana, jika
dilakukan reduksi nekrosis avaskular meningkat.

Pada penderita dislokasi unilateral batas umurnya adalah 10 tahun. Bila terdapat dislokasi
bilateral, risiko intervensi dengan operasi juga meningkat karna kegagalan pada satu sisi akan
menyebabkan terjadinya deformitas asimetri, sehingga ahli bedah menghindari oprasi diatas
umur 6 tahun kecuali nyeri atau deformitasnya sangat hebat.
Dislokasi menetap pada orang dewasa

Untuk orang dewasa, yang sudah beradaptasi selama bertahun tahun pada usia 30-40 an tahun
akan merasakan tidak nyaman yang semakin meningkat akibat dislokasi kongenital yang tidak
direduksi berjalan semakin melelahkan disertai nyeri punggung.

v.

b. Dislokasi Posterior

 Mekanisme trauma

Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada
diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi. Trauma biasanya terjadi
karna kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan
keras benda yang ada didepan lutut.

Gambaran Klinis

Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah ditegakkan, kaki pendek, dan sendi panggul teraba
dengan jelas dalam posisi adduksi, rotasi internal dan fleksi. Namun kadang pada fraktur tulang
panjang dapat terlewat.

Klasifikasi

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation


  Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall
fragment

  Type II Dislocation associated with fracture posterior acetabular rim

  Type III Dislocation with a comminuted acetabular rim

  Type IV Dislocation with fracture of the acetabular floor

  Type V Dislocation with fracture of the femoral head (Pipkin Class) S

Pipkin Classification of Posterior Hip Dislocation

Type Description

. I  dislocation with femoral fracture caudal to fovea centralis

. II  dislocation with femoral fracture cephalad to fovea centralis

. III  Type I or II + fracture of femoral neck

. IV  Type I or II + fracture of acetabulum

 Gambaran radiologis

Pada foto anteroposterior caput femoris terlihat di luar mangkuknya dan diatas acetabulum,
segmen atap acetabulum mungkin caput femoris mungkin telah patah atau bergeser.

 Terapi

Dislokasi harus direduksi secara cepat dengan general anestesi. Padasebagian besar kasus
dilakukan reduksi reduksi tertutup. Seorang asisten menahan pelvis, ahli bedah ortopedi
memfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90 derajat dan menarik paha keatas secara
vertikal. Setelah direposisi, stabilitas sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat didislokasi
dengan cara menggerakkan secara vertikal pada sendi panggul.

Secara umum reduksi stabil namun perlu dipasang traksi dan mempertahankannya selama 3
minggu. Gerakan dan latihan dimulai setelah nyeri mereda.

Pada tipe II, sering diterapi dengan reduksi terbuka dan fiksasi anatomis pada fragmen yang
terkena. Terutama jika sendi tidak stabil atau fragmen besar tidak tereduksi dengan reduksi
tertutup, reduksi terbuka dan fiksasi internal dan dipertahankan selama 6 minggu diperlukan.

Pada cedera tipe IIIumumnya diterapi dengan reduksi tertutup, kecuali jika ada fragmen yang
terjebak dalam asetabulum, maka dilakukan tindakan reduksi terbuka dan pemasangan fiksasi
interna dan traksi dipertahankan selama 6 minggu.

Cedera tipe IV dan V awalnya diterapi dengan reduksi tertutup. Fragmen caput femoris dapat
tepat berada ditempatnya dan dapat dibuktikan dengan foto atau ct scan pasca reduksi. Jika
fragmen tetap tak tereduksi maka dilakukan reduksi terbuka dengan caput femoris didislokasikan
dan fragmen diikat pada posisinya dengan sekrup countersunk pasca operasi traksi dipertahankan
selama 4 minggu, dan pembebatan ditunda selama 12 minggu.

Komplikasi
Tahap dini

a.

Cedera nervus skiatikus

Cedera nervus skiatikus terjadi 10-14% pada dislokasi posterior selama awal trauma atau selama
relokasi. Fungsi nervus dapat digunakan sebagai verifikasi sebelum dan sesudah relokasi untuk
mendeteksi terjadinya komplikasi ini. Jika ditemukan adanya dysfungsi atau lesi pada nervus ini
setelah reposisi maka surgical explorasi untuk mengeluarkan dan memperbaikinya.
Penyembuhan sering membutuhkan waktu lama beberapa bulan dan untuk sementara itu tungkai
harus dihindarkan dari cedera dan pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki
terkulai “foot drop”

Kerusakan pada Caput Femur

Sewaktu terjadi dislokasi sering kaput femur menabrak asetabulum hingga pecah.

Kerusakan pada pembuluh darah

Biasanya pembuluh darah yang mengalami robekan adalah arteri glutea superior. Kalau keadaan
ini dicurigai perlu dilakukan arteriogram. Pembuluh darah yang robek mungkin perlu dilakukan
ligasi.

Fraktur diafisis femur

Bila terjadi bersamaan dengan hip dislokasi biasanya terlewatkan. Kecurigaan adanya dislokasi
panggul, bilamana pada fraktur femur ditemukan posisi fraktur proksimal dalam keadaan
adduksi. Pemeriksaan radiologis sebaiknya dilakukan di atas dan dibawah daerah fraktur.

Anda mungkin juga menyukai