Anda di halaman 1dari 3

ATTALA FARAS ALIFTA/201810410311230/FARMASI F

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI METABOLISME OBAT


 USIA
Beberapa penilitian membuktikan adanya perbedaan kecepatan metabolisme obat
karena pengaruh umur dan jenis kelamin. Pada orang tua (rata-rata 77,6 tahun) waktu
paruh antipirin dan phenilbutazon masing-masing 45% dan 29% lebih besar
disbanding control (rata-rata 26 tahun). Oleh Alvares ditinjukkan bahwa kecepatan
metabolisme obat pada anak-anak hampir dua kali lebih besar dibanding orang
dewasa. Alas an yang dipakai untuk menjelaskan keadaan ini adalah adanya
perbedaan pada perbandingan (rasio) berat hati terhadap berat badan. Pada anak-anak
umur 2 tahun, harga rasio ini 40 – 50 % lebih besar, sedang pada anak umur 6 tahun
30 % lebih besar dibanding orang dewasa.

 INHIBISI / INDUKSI ENZIM PERMETABOLISME OBAT


Pemberian bersama-sama suatu senyawa dapat meningkatkan kecepatan metabolisme
obat dan memperpendek massa kerja obat. Hal ini disebabkan senyawa tersebut dapat
meningkatkan jumlah atau aktivitas enzim metabolisme dan bukan karena
permeabilitas mikrosom atau adanya reaksi penghambatan. Peningkatan aktivitas
enzim metabolisme obat-obat tertentu atau proses induksi enzim mempercepat proses
metabolisme dan menurunkan kadar obat bebas dalam plasma sehingga efek
farmakologis obat menurun dan masa kerjanya lebih singkat. Induksi enzim juga
mempengaruhi toksisitas beberapa obat karena dapat meningkatkan metabolisme dan
metabolit reaktif.
 GENETIK

Adanya variasi genetik yang mempengaruhi tingkat aktivitas enzim akan memberikan
pula variasi dalam kecepatan metabolisme obat. Variasi genetic ini bisa dalam bentuk
variasi enzim yang berperan penting dalam ikatan atau transport obat. Succiniicholine
sebagai contoh, hanya dimetabolisme setengah kali orang normal yang secara genetik
kekurangan enzim pseudocholinesterase. Perbedaan dalam kecepatan metabolisme
juga tampak pada asetilasi dari isoniazid, dimana terjadi perbedaan dalam proses
asetilasi pada orang-orang Jepang, Eskimo, Amerika Latin, dan Amerika Negro.
Penelitian yang dilakukan oleh Branch membuktikan adanya pengaruh genetik dan
lingkungan dalam disposisi obat. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perbedaan
bermakna pada waktu paruh eliminasi dan klirens antipirin pada orang Inggris dan
orang Sudan, harga waktu paruh eliminasi antipirin hamper dua kali orang Inggris.
 JENIS KELAMIN DAN HORMONAL
Studi efek hormon androgen seperti testeron pada sistem mikrosom hati menunjukkan
bahwa rangsangan enzim oksidasi pada tikus jantan ternyata berhubungan dengan
aktivitas anabolik dan tidak berhubungan dengan efek androgenic. Pada manusia baru
sedikit diketahui tentang adanya pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap proses
metabolit obat. Contoh : nikotin dan asetosal dimetabolisis secara berbeda pada pria
dan wanita.

 DIET
Lemak dibutuhkan oleh enzim pemetabolisme obat sebagai komponen membrane dan
interaksi spesifik. Asam linoleate dan asam arakhidonat penting untuk mengendalikan
metabolisme obat. Obat yang memiliki efek griseofulvin dapat meningkat jika ditelan
bersamaan dengan makanan berlemak seperti susu, alpukat, dan kue-kue. Sedangkan
orang yang diet pasti akan menghindari beberapa makanan yang berlemak maka dapat
mempengaruhi proses metabolisme obat.

 PENYAKIT
Penyakit-penyakit akut atau kronis yang mempengaruhi fungsi hati akan
mempengaruhi juga metabolisme obat. Penyakit-penyakit seperti hepatitis alkoholik,
cirrhosis alkoholik aktif atau inaktif, hemochromatis, hepatitis akut karena virus dapat
merusak enzim metabolik di hati terutama mikrosomal oksidase, dan karena itu
mempengaruhi juga eliminasi obat.
Sakit jantung juga dilaporkan dapat menghambat metabolisme obat. Hal ini
disebabkan karena aliran darah ke hati terganggu, sehingga untuk obat-obat yang
aliran darah merupakan tahap penentu metabolismenya juga akan terhambat.
Penyakit-penyakit seperti kanker hati, sakit paru-paru, hipotiroid, malaria,
skistosomiasis juga menghambat aktivitas metabolisme obat.

 LINGKUNGAN (ALKOHOL, ROKOK, DAN BAHAN KIMIA LAINNYA)


Adanya konsumsi alcohol, rokok, dan protein. Makanan panggang arang dan sayur
mayur cruciferous diketahui menginduksi enzim CYP3A, sedang jus buah anggru
diketahui menghambat metabolisme oleh CYP3A terhadap substrat obat yang
diberikan secara bersamaan. Perokok sigaret memetabolisme beberapa obat lebih
cepat daripada yang tidak merokok, karena terjadi induksi enzim. Perbedaan yang
demikian mempersulit penentuan dosis yang efektif dan aman dari obat-obat yang
mempunyai indeks terapi sempit.

Anda mungkin juga menyukai