Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA

INTERNASIONAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akademik
Mata Kuliah : Hukum Perdata Internasional
Dosen : Nuruzzaman MS, SH., M.H.

Disusun Oleh:
1. Choirul Amin (1721210
2. Romadhoni Fatamorgana (172121040)
3. Rumiatun (172121046)
4. Aisyah Mega Aryani (172121067)
5. Pratiwi Uly (172121074)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara bekas jajahan Belanda, dikenal
dengan istilah Nederlands Indie (Hindia Belanda). Belanda dalam menjajah
Indonesia menerapkan politik hukum penjajah, yaitu: 1) pembagian kawula
Hindia Belanda ke dalam golongan-golongan rakyat; dan 2) asas konkordansi
dan keberlakuan sistem-sistem hukum bagi golongan-golongan rakyat yang
berbeda.1 Dalam hal tersebut pemerintah Belanda menetapkan peraturan yang
berbeda-beda terhadap golongan tersebut, dan belum lagi di Indonesia juga
mengenal hukum adat. Setelah Indonesai merdeka Indonesia tidak langsung
mempunyai peraturan sendiri atau undang-undang yang mengikat.
Pemerintah Indonesia perlu untuk membuat peraturan sendiri Tapi sampai
sekarang KUHPer yang dipakai di Indonesia sendiri merupakan peraturan
warisannya Belanda. Walaupun sudah ada beberapa undang-undang tersendiri
yang mengatur tentang keperdataan di Indonesia, karena KUHPer dianggap
tidak lagi sesuai dengan zaman dan tuntutan hukum yang ada. Kemudian
bagaimana cara mengatur hubungan antara satu orang dengan orang yang lain
yang bersifat internasional dalam hubungan atau peristiwa yang menjadi obyk
dari perselisihan tersebut. Maka di Indonesia kemudian dikenal dengan istilah
HPI atau Hukum Perdata Internasional yang mengatur mengenai hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa itu pengertian Hukum Perdata Internasional?
2. Apa pengertian Hukum Antar Tata Hukum dan macam-macam Hukum
Antar Tata Hukum?
Devica Rully, Pengertian Dan Ruang Lingkup Hukum Perdata Internasional, Fakultas
1

Hukum Universitas Esa Unggul, Maret, 2017.

1
3. Apa saja masalah pokok yang dibahas dalam Hukum Perdata
Internasioanl?
4. Meliputi apa saja ruang lingkup dalam Hukum Perdata Internasional.

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Agar mengetahui pengertian dari Hukum Perdata Internasional.
2. Agar mengetahui mengenai Hukum Antar Tata Hukum dan macam-
macamnya.
3. Agar mengetahui masalah pokok yang dibahas dalam Hukum Perdata
Internasional.
4. Agar mengetahui ruang lingkup Hukum Perdata Internasional.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Hukum Perdata Internasional
Istilah Hukum Perdata Internasional (HPI) yang digunakan di Indonesia
sekarang ini merupakan terjemahan dari Internationaal Privaatrecht
(Belanda), Internationales Privaatrecht (Jerman), Private International Law
(Inggris) atau Droit International Prive (Perancis) yang dianggap salah
kaprah karena istilah-istilah tersebut berasal dari tradisi hukum Eropa
Kontinental. Sedangkan di Inggris dan negara-negara yang mengembangkan
tradisi hukum Common Law System, seperti Amerika Serikat, Kanada,
Australia, Singapura, Malaysia, India, dan sebagainya menggunakan sebutan
lain yang dianggap lebih memadai, yaitu Conflict of Laws, dengan anggapan,
bahwa “bidang hukum ini pada dasarnya berusaha menyelesaikan masalah-
masalah hukum yang menyangkut adanya konflik atau perbenturan antara 2
atau lebih kaidah-kaidah hukum dari 2 atau lebih system hukum.”2
Hukum perdata merupakan subsistem dari system hukum yang berlaku
dalam sebuah negara. Ketentuannya mengatur tentang hubungan hukum
perorangan dalam usaha memenuhi kebutuhan individunya. Hukum Perdata
ialah Hukum Negara hal ini karena diberlakukan di sebuah negara. Dalam
kaitannya dengan hukum perdata arti bangsa-bangsa merupakan kompleksitas
peraturan hukum perdata yang dibawa msing-masing negara dan dilaksanakan
dalam sebuah negara. Sementara itu , negara tempat bertemunya peraturan itu
memiliki peraturan hukum perdata.
Menurut Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional (HPI) adalah
keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-
hubungan dan peristiwa-peristiwa antar warga Negara pada suatu waktu
tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel dan kaidah-kaidah
hukum dari dua atau lebih Negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa,
tempat, pribadi dan soal-soal.

Ari Purwadi, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, (Surabaya: Pusat Pengkajian


2

Hukum dan Pembangunan (PPHP) Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2016),
hlm. 1

3
Menurut Mochtar Kusumaatmaja, HPI adalah keseluruhan kaidah dan asas
hukum yang mengatur hubungan hukum perdata yang melintasi batas Negara.
Dengan perkataan lain hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara
pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional)
yang berlainan. Menurut Bayu Seto, HPI adalah seperangkat kaidah-kaidah,
asas-asa dan atau aturan hukum nasional yang dibuat untuk mengatur
peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur-unsur transnasional
atau unsur-unsur ekstrateritorial.
Definisi ahli-ahli hukum asing mengenai HPI, yaitu menurut Van Brakel
menyatakan bahwa HPI adalah hukum nasional yang ditulis (didakan) untuk
hubungan-hubungan hukum internasional. Sedangkan Graveson menyebutkan
HPI sebagai Conflict of Laws (Hukum Perselisihan), yaitu: bidang hukum
yang berkenaan dengan perkara-perkara yang di dalamnya mengandung fakta
relevan yang berhubungan dengan suatu sistem hukum lain, baik karena aspek
teritorialitas atau personalitas, dank arena itu, dapat menimbulkan masalah
pemberlakuan hukum sendiri atau hukum lain (biasanya hukum asing) untuk
memutuskan perkara, atau menimbulkan masalah pelaksanaan yurisdiksi
pengadilan sendiri atau pengadilan asing.3
Jadi hukum perdata internasional ialah peraturan hukum perdata nasional
yang berusaha mengatur hubungan hukum perdata yang menyangkut unsur-
unsur asing di dalamnya. Arti hukum perdata internasional dititiberatkan pada
peranan hukum perdata nasionalnya hal itu karena belum ada peraturan hukum
perdata khususnya yang bersifat internasional. Makusdnya belum ada
unifikasi bagi setiap orang dalam hubungan internasional dan berlakunya
hukum perdata nasional sebagai pengatur hukum perdata yang didalamnya
terdapat unsur-unsur asing. Jadi hukum perdata internasional bersifat nasional.
Dimana tercipta agar memenuhi rasa keadilan bagi setiap individu.4

3
https://docplayer.info/72916707-Pengertian-dan-ruang-lingkup-hukum-perdata-
internasional-devica-rully-sh-mh-Ilm-fakultas-hukum-universitas-esa-unggul-maret-2017.html,
diakses pada tanggal 3 Februari 2020 pukul 03:02 WIB.
4
Djamali Abdoel Rl . PENGANTAR HUKUM INDONESIA, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm.228-231.

4
B. Hukum Antar Tata Hukum
Pertama-tama perlu diketahui bahwa tidak ada kesepakatan di antara para
sarjana dari berbagai negara tentang apa itu HPI. Berbagai istilah dipakai
untuk HPI ini, seperti Conflict of Laws, atau Hukum Perselisihan, Berbagai
contoh lain akan dikemukakan dalam modul-modul selanjutnya. Private
International Law, Hukum Antar Tata Hukum (HATAH). Begitu pula
dipertanyakan apakah HPI itu hukum nasional atau hukum internasional? HPI
itu hukum perdata tetapi kenapa internasional. Satu-satunya kesepakatan di
antara para sarjana ialah bahwa HPI ini adalah ilmu yang sulit. Adanya
ketidaksepahaman ini menimbulkan ejekan sebaiknya istilah conflict of laws
ini diganti menjadi conflict of lawyers, seperti seloroh dalam bahasa Belanda
twee juristen drie meningen, kalau ada dua sarjana hukum berkumpul paling
sedikit pendapatnya tiga. Dengan demikian dapat dikatakan pertengkaran
mengenai ilmu ini dimulai dari judul atau titel HPI itu sendiri: dispute starts
from the title page.5
Berbagai keberatan atas istilah-istilah tersebut di atas mendorong Profesor
Sudargo Gautama mencari istilah yang lebih tepat. Istilah itu adalah Hukum
Antar Tata Hukum, dengan mengikuti istilah ”interlegal law” dari Alf Ross
atau ”Interrechtsordenrecht” dari Logemann dan ”tussenrechtsordening” dari
Resink. Dengan istilah HATAH ini kesan konflik tidak terlihat, dan justru
memberikan kesan bahwa terdapat ”Tata Hukum” di antara sistem-sistem
hukum yang bertemu pada satu waktu tertentu. Hukum perselisihan adalah
perselisihan antara hukum dengan hukum. Menurut Soediman
Kartohadiprodjo, perselisihan itu pun hanya terjadi karena adanya dua sistem
hukum atau lebih yang berlainan yang dapat menguasai suatu peristiwa
hukum tertentu atau lebih yang berlainan yang dapat menguasai suatu
peristiwa hukum tertentu. Sementara kedua sistem hukum atau lebih yang
berlainan tersebut memiliki kedudukan yang sama tinggi serta memiliki

5
S. Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, cetakan kelima,
(Bandung: Bina Cipta, 2016), hlm. 1.

5
peluang yang sama untuk satu peristiwa hukum tertentu. 6 Sehingga pengertian
HATAH adalah keseluruhan peraturan dari keputusam hukum yang
menunjukkan hukum apa yang berlaku atau apa yang menjadi hukum jika
terdapat peristiwa-peristiwa antar stelsel hukum (sistem hukum) yang
berbeda.7
HATAH dibagi menjadi 2, yaitu HATAH INTERN, yang meliputi,
Hukum Antar Waktu, Hukum Antar Tempat, Hukum Antar Golongan
termasuk Hukum Antar Agama, dan HATAH EKSTERN, yaitu HPI.
HATAH INTERN didefinisikannya sebagai ”Keseluruhan peraturan dan
keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku
atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-
peristiwa antara warga (warga) dalam satu negara, memperlihatkan titik-titik
pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam
lingkungan kuasa waktu, tempat, pribadi dan soal-soal”.
Dari definisi tersebut terlihat sifat ”intern” dari HATAH ini, yaitu
hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi hanya antara sesama
warga negara. Tidak ada unsur asing. Dalam setiap HATAH ini bekerja
sesuai norma hukum dan setiap norma hukum mempunyai 4 lingkungan
kekuasaan yaitu:
1. Lingkungan kekuasaan waktu (W)
2. Lingkungan kekuasaan ruang/territorial/tempat (T)
3. Lingkungan kekuasaan pribadi/orang (P)
4. Lingkungan kekuasaan soal-soal/permasalahan (S)
Hukum Antar Waktu (HAW) adalah beliau definisikan sebagai
”Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-
hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (warga) negara dalam satu
negara dan satu tempat memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-

6
https://www.academia.edu/36071780/HUKUM_ANTAR_TATA_HUKUM, diakses
pada 3 Februari 2020 pukul 06:30 WIB.
7
http://unjalu.blogspot.com/2011/03/hukum-antar-tat-hukum.html?m=1, diakses pada 3
Februari 2020 pukul 06:15 WIB.

6
stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan kuasa
waktu dan soal-soal.”
Skema: HAW
W W
TT
P P
S S
Sebagai contoh Hukum Antar Waktu dapat dikemukakan batas umur
untuk menikah tanpa izin orangtua. Telah terjadi perkawinan antara sepasang
muda-mudi keturunan Tionghoa di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1975.
Pengantin wanita berumur 23 tahun, dan pengantin laki-laki berumur 28
tahun. Perkawinan tersebut rupanya telah dilakukan tanpa restu kedua orang
tua. Orang tua pengantin wanita, karena tidak setuju dengan perkawinan itu,
mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri agar perkawinan itu
dibatalkan dengan alasan batas umur untuk menikah tanpa izin orangtua
menurut KUHPerdata, sebagai hukum yang berlaku bagi keduanya adalah 30
(tiga puluh) tahun. Kedua pengantin berdalih bahwa dengan telah
diundangkannya Undang-Undang No. 1Tahun 1974 tentang Perkawinan pada
tanggal 2 Januari 1974 yang menyatakan batas umur menikah tanpa izin
orangtua adalah 21 tahun, maka keberatan orang tua tersebut harus ditolak.
Dalam kasus ini hakim mengabulkan permohonan orang tua dan
membatalkan perkawinan tersebut dengan alasan bahwa benar UU No.1
Tahun 1974 telah diundangkan, tetapi UU tersebut masih belum berlaku. UU
No.1 Tahun 1974 baru berlaku setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
No. 9 Tahun 1975, yaitu pada tanggal 1 April 1975, sedangkan perkawinan
telah berlangsung sebelum keluarnya Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun
1975. Dengan demikian pada saat perkawinan dilangsungkan batas umur
yang berlaku untuk perkawinan tanpa izin orang tua adalah 30 tahun, sesuai
dengan ketentuan dalam KUHPerdata.
Selanjutnya Hukum Antar Tempat (HAT) adalah ”keseluruhan
peraturan dan keputusan hukum, yang menunjukkan stelsel hukum manakah

7
yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan
dan peristiwa-peristiwa antara warga (warga) negara dalam satu negara dan
satu waktu tertentu, memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel
dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan kuasa
tempat dan soal-soal.8” Bandingkan dengan definisi yang diberikan oleh
Wirjono Prodjodikoro,”hukum perdata yang berlaku dalam pelbagai daerah-
daerah dari satu negara.”
Skema: HAT
WW
T T
P P
S S
Perkawinan antara seorang perempuan Minangkabau dengan seorang laki-
laki Jawa dapat kita kemukakan sebagai contoh dari Hukum Antar Tempat.
Hukum Antar Golongan/Agama (HAG/HAA) adalah ”keseluruhan
peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah
yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan
dan peristiwa-peristiwa antara warga (warga) negara dalam satu negara, satu
tempat dan satu waktu tertentu, memperlihatkan titik-titik pertalian dengan
stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan–
lingkungan kuasa pribadi dan soal-soal.”
Skema: HAG/HAA
WW
TT
P P
S S
Contoh, perkawinan antara perempuan Bumiputera dengan laki-laki
Eropa. Atau misalnya seorang dari golongan Timur Asing Tionghoa
menyewa rumah milik seorang Bumiputera. Hukum Antar Golongan ini
menggambarkan berlakunya penggolongan penduduk di Indonesia

8
S. Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia,… hlm. 18.

8
berdasarkan pasal 131 jo 163 IS. Penggolongan penduduk ini seperti
diketahui sejak 1966 sudah dihapus.
Terakhir HPI (Hukum Perdata Internasional) didefinisikan oleh
Gautama sebagai ”keseluruhan peraturan dan keputusan-keputusan yang
menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang
merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara
warga (warga) negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik
pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih
negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa tempat, (pribadi) dan soal-
soal.” Jadi di sini yang ditekankan adalah perbedaan dalam lingkungan kuasa,
tempat dan soal-soal serta pembedaan dalam sistim satu Negara dengan lain
Negara, artinya adanya unsur luar negrinya (foreigh element, unsur asing).9
Skema: HPI
WW
T T
P P
S S
NegaraX NegaraY

C. Masalah Pokok Hukum Perdata Internasional


Hukum Perdata Internasional itu ada dan berkembang sejalan dengan
perkembangan pergaulan antar bangsa. Pergaulan tersebut kemudian
meningkat menjadi suatu hubungan hukum meliputi perkawinan, perceraian,
adopsi dan sebagainya.
Perkembangan Hukum Perdata Internasional selalu didasarkan pada
kenyataan adanya koeksistensi dari berbagai system hukum di dunia yang
sederajat. Dimana setiap pembuat hukum pada dasarnya membentuk hukum
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di negaranya masing-masing.
Menurut O. Kahn dan Freund10, Persoalan dalam Hukum Perdata
9
Ibid., hlm. 21.
10
Ronald Saija, Buku Ajar Hukum Perdata Internasional, (Yogyakarta: Penerbit
Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utama, 2012), hlm. 30-31

9
Internasional timbul karena adanya kenyataan dalam waktu yang sama pada
suatu wilayah geografis terdapat sejumlah system yang harus
diimplementasikan. Dengan kata lain, orang yang harus memilih system
hukum sebagai dasar untuk menentukan suatu putusan.
3 masalah pokok yang menyangkut peristiwa hukum yang ada unsur asing
yaitu:
1. Hakim mana yang berwenang?
2. Hukum mana yang berlaku? (choice of law)
3. Dan bilamana serta sampai di mana hakim nasional harus memperhatikan
putusan hakim asing?
Demikian juga senada yang dikemukakan Bayu Seto, bahwa masalah
pokok HPI itu meliputi:
1. Hakim atau pengadilan manakah yang berwenang menyelesaikan
persoalan hukum yang mengandung unsur asing.
Graveson mengatakan bahwa asas-asas HPI berusaha membentuk aturan-
aturan (rules) yang dapat digunakan, antara lain, untuk menjustifikasi
secara internasional mengenai kewenangan yurisdiksional suatu
pengadilan untuk mengadili perkaraperkara tertentu apapun (choice of
jurisdiction). Masalah pokok ini mewujudkan diri menjadi topik
permasalahan khusus dalam HPI yang mungkin dapat dianggap sebagai
‘Hukum Acara Perdata Internasional.
2. Hukum manakah yang harus diberlakukan untuk mengatur atau
menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang mengandung unsur asing.
Masalah choice of law13 atau pemilihan hukum yang seharusnya berlaku
ini, pada dasarnya merupakan masalah utama HPI. Setelah sebuah forum
menetapkan keabsahan kedudukan yurisdiksionalnya, maka pertanyaan
berikutnya yang umumnya timbul dalam perkara-perkara HPI adalah
sistem hukum manakah yang akan dipilih dan diterapkan oleh pengadilan
itu untuk menyelesaikan perkara seadil mungkin? Graveson mengingatkan
bahwa dalam menjawab pertanyaan ini kaidah HPI tidak berusaha
menentukan kaidah hukum intern mana dari suatu sistem hukum yang

10
akan digunakan untuk memutus perkara, melainkan hanya membantu
pengadilan dalam menentukan sistem hukum mana yang seharusnya
diberlakukan (the appropriate legal system).
3. Bilamana atau sejauhmana suatu pengadilan harus memperhatikan dan
mengakui putusan-putusan pengadilan asing dan atau mengakui hak-hak
dan kewajiban-kewajiban hukum yang terbit berdasarkan hukum atau
putusan pengadilan asing.
Masalah ini berkaitan erat dengan persoalan apakah pengadilan asing
memiliki kewenangan yurisdiksional untuk memutus suatu perkara atau
tidak (masalah pokok 1). Setelah pengadilan menyatakan dirinya
berwenang untuk mengadili perkara maka HPI pada umumnya akan
berfungsi untuk menentukan hukum apa yang berlaku. Namun demikian,
seandainya berdasarkan pendekatan HPI ternyata hukum asing yang
seharusnya diberlakukan, atau hak-hak asing yang harus ditegakkan dalam
putusan perkara, tetapi masih menjadi masalah, apakah pengadilan suatu
negara selalu harus mengakui dan memberlakukan hukum atau hak asing
itu di wilayah yurisdiksinya. Ada atau tidakkah dasar bagi forum untuk
menolak atau membenarkan penerimaan atau pengakuan hukum atau hak
asing itu. Hal-hal inilah yang menjadi salah satu pokok masalah dalam
HPI, yang singkatnya seringkali disebut masalah pengakuan putusan
hukum asing.11
D. Ruang Lingkup Hukum Perdata Internasional
1. HPI sama dengan Rechtstoepassingsrecht (yang tersempit)
Hukum Perdata Internasional hanya terbatas pada masalah hukum
yang diberlakukan (rechtstoepassingrecht). Di sini yang dibahas hanyalah
masalah masalah yang berkenaan dengan hukum yang harus
diberlakukan. Hal-hal lain yang berkenaan dengan kompetensi hakim,
status orang asing, dan kewarganegaraan tidak termasuk bidang HPI.
Sistem semacam ini dianut oleh HPI Jerman dan Belanda.

11
Ari Purwadi, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,… hlm.12-13.

11
2. HPI sama dengan Choice of Law dan Choice of Jurisdiction (yang lebih
luas)
Menurut sistem ini, HPI tidak hanya terbatas pada persoalan-
persoalan conflict of law (tepatnya choice of law), tetapi termasuk pula
persoalan conflict of jurisdiction (tepatnya choice of jurisdiction), yakni
persoalan yang bertalian dengan kompetensi atau wewenang hakim. Jadi
HPI tidak hanya menyangkut masalah hukum yang diberlakukan, tetapi
juga hakim manakah yang berwenang. Sistem HPI yang lebih luas ini
dikenal di Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara Anglo Saxon
lainnya.
3. HPI sama dengan Choice of Law ditambah Choice of Jurisdiction dan
Condition des Etrangers (yang lebih luas lagi)
Dalam sistem ini HPI tidak hanya menyangkut persoalan pilihan
hukum dan pilihan forum atau hakim, tapi juga menyangkut status orang
asing (condition des etrangers = statuutlingen = statuut). Sistem
semacam ini dikenal di negaranegara latin, yaitu Italia, Spanyol, dan
negara-negara Amerika Selatan.
4. HPI sama dengan Choice of Law ditambah dengan Choice Jurisdiction,
Condition des Etrangers dan Nationalite (yang terluas)
Menurut sistem ini HPI menyangkut persoalan pilihan hukum,
pilihan forum atau hakim, status orang asing, dan kewarganegaraan
(nasionalite). Masalah kewarganegaraan ini menyangkut persoalan
tentang cara memperoleh dan hilangnya kewarganegaraan. Sistem yang
sangat luas ini dikenal dalam HPI Perancis, dan juga dianut kebanyakan
penulis HPI.12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ida Bagus Wyasa Putra, DKK, BUKU AJAR HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
12

(FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016), hlm. 5-6

12
Hukum Perdata Internasional adalah peraturan hukum perdata nasional
yang berusaha mengatur hubungan hukum perdata yang menyangkut unsur-
unsur asing di dalamnya. Hukum Antar Tata Hukum adalah keseluruhan
peraturan dari keputusam hukum yang menunjukkan hukum apa yang berlaku
atau apa yang menjadi hukum jika terdapat peristiwa-peristiwa antar stelsel
hukum (sistem hukum) yang berbeda. HATAH dibagi menjadi dua, yaitu
HATAH INTERN, yang meliputi, Hukum Antar Waktu, Hukum Antar
Tempat, Hukum Antar Golongan termasuk Hukum Antar Agama, dan
HATAH EKSTERN, yaitu HPI. Masalah pokok dalam HPI, yaitu: Hakim
atau pengadilan manakah yang berwenang; hukum manakah yang harus
diberlakukan; dan sejauh mana suatu pengadilan harus memperhatikan dan
mengakui putusan-putusan pengadilan asing. Ruang lingkup HPI, yaitu: HPI
sama dengan Rechtstoepassingsrecht (yang tersempit); HPI sama dengan
Choice of Law dan Choice of Jurisdiction (yang lebih luas); HPI sama dengan
Choice of Law dan Choice of Jurisdiction (yang lebih luas); dan HPI sama
dengan Choice of Law ditambah dengan Choice Jurisdiction, Condition des
Etrangers dan Nationalite (yang terluas).

DAFTAR PUSTAKA

13
Abdoel Rl, Djamali, PENGANTAR HUKUM INDONESIA, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011.
Purwadi, Ari, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Surabaya:
Pusat Pengkajian Hukum dan Pembangunan (PPHP) Fakultas Hukum Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya, 2016.
Putra, Ida Bagus Wyasa, DKK, BUKU AJAR HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR, 2016.
Rully, Devica, Pengertian Dan Ruang Lingkup Hukum Perdata
Internasional, Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, Maret, 2017.
Saija, Ronald, Buku Ajar Hukum Perdata Internasional, Yogyakarta:
Penerbit Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utama), 2012.
S. Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, cetakan
kelima, Bandung: Bina Cipta, 2016.
https://docplayer.info/72916707-Pengertian-dan-ruang-lingkup-hukum-
perdata-internasional-devica-rully-sh-mh-Ilm-fakultas-hukum-universitas-esa-
unggul-maret-2017.html, diakses pada tanggal 3 Februari 2020 pukul 03:02 WIB.
https://www.academia.edu/36071780/HUKUM_ANTAR_TATA_HUKU
M, diakses pada 3 Februari 2020 pukul 06:30 WIB.
http://unjalu.blogspot.com/2011/03/hukum-antar-tat-hukum.html?m=1,
diakses pada 3 Februari 2020 pukul 06:15 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai