Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan

2.1.1. Definisi Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi


orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat (UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003).

2.1.2. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,


pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu
memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Tirtarahardja, 2005).

2.1.3. Proses pendidikan

Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen


pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas
proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan
kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup
makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu

Universitas Sumatera Utara


terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal (Tirtarahardja,
2005).

2.1.4. Unsur-unsur pendidikan

Menurut Tirtarahardja (2005), proses pendidikan melibatkan banyak hal


yaitu:

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)


2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

2.1.5. Jenis-jenis pendidikan

1. Pendidikan formal: Yaitu pendidikan yang sering disebut sebagai


pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah
baku, misalnya SD,SMP,SMA, dan PT.

2. Pendidikan nonformal: Pendidikan yang lebih difokuskan pada pemberian


keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat.

3. Pendidikan informal: Adalah suatu fase pendidikan yang berada di


samping pendidikan formal dan nonformal.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal


ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan
pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya
manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut
berperanan (Tirtarahardja, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2.2. Pengetahuan

2.2.1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang


melakukan penginderaan terhadap suatu objek , baik melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

2.2.2. Tingkat pengetahuan

a. Tahu
Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu
yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
b. Paham
Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu
menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke
dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan
membedakan.
e. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Universitas Sumatera Utara


f. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek.

2.2.3. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), dari berbagai macam cara yang telah


digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Cara tradisional atau non-ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah


Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non-ilmiah,
tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode
ini antara lain meliputi:
a. Cara coba salah (trial and error)
b. Secara kebetulan
c. Cara kekuasaan atau otoritas
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
e. Cara akal sehat (common sense)
f. Kebenaran melalui wahyu
g. Kebenaran secara intuitif
h. Melalui jalan pikiran
i. Induksi
j. Deduksi

2. Cara modern atau ilmiah, yakni melalui proses penelitian


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research
methodology).

Universitas Sumatera Utara


2.2.4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007), pengetahuan


seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.

b. Tingkat pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi, akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih
rendah.

c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang
positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.

d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia
mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengauhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Universitas Sumatera Utara


2.3. Payudara

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.
Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara
wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,
sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan
lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).
Payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri dengan batas-batas
payudara yang tampak dari luar yaitu, bagian superior berbatasan dengan iga II
atau III, inferior berbatasan dengan iga VI atau VII, bagian medial berbatas
dengan bagian pinggir sternum, dan bagian lateral dengan garis aksilaris anterior.
Batas-batas payudara yang sesungguhnya yaitu, bagian superior hamper sampai
klavikula, bagian medial di garis tengah, dan bagian lateral berbatasan dengan m.
Latissimus dorsi (Ramli, 2009).
Payudara terdiri dari berbagai struktur seperti parenkim epithelial, lemak,
pembuluh darah, saraf, saluran getah bening, otot dan fasia. Parenkim epithelial
dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus, yang masing-masing mempunyai saluran
tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan bermuara pada puting susu. Setiap
lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100
kelompok asini. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula
mamma.
Payudara dibungkus oleh fasia pektoralis superfisialis dimana permukaan
anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang berfungsi
sebagai penyangga.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Anantomi Payudara
2.4. Kanker
2.4.1. Onkologi umum
Onkologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari berbagai
aspek pertumbuhan jaringan sel abnormal yang disebut neoplasma yang dalam
bahasa sehari-hari disebut tumor (Tjindarbumi, 2009).
Tumor atau neoplasma dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan
tumor ganas (kanker). Pada pertumbuhan tumor terjadi keadaan yang disebabkan
oleh adanya “disregulasi” pertumbuhan. Pertumbuhan tumor sedikit banyak
bersifat otonom, tidak terpengaruh oleh mekanisme yang mengatur pertumbuhan
sel tubuh kita. Disregulasi pertumbuhan tumor dapat ditemukan baik pada tumor
jinak (meskipun dalam gradasi rendah) maupun pada tumor ganas.
Pada stadium dini (awal) kadang-kadang sukar membedakan antara proses
pertumbuhan tumor jinak dan yang ganas. Hal ini biasanya baru diketahui bila
proses tersebut berlangsung agak lanjut. Tumor ganas dibedakan dari tumor jinak
antara lain oleh karena kemampuannya mengadakan penyebaran (metastasis), juga
hubungannya dengan jaringan sekitarnya berbeda dengan tumor jinak. Tumor
jinak pada umumnya tumbuh secara ekspansif (mendesak) pada jaringan

Universitas Sumatera Utara


sekelilingnya sedang tumor ganas menginfiltrasi (menembus) jaringan sekitarnya.
Jadi tumor jinak mempunyai simpai (kapsul) dan tumor ganas (kanker) tidak
bersimpai.

2.4.2. Tumor ganas (Kanker)


Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang
jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh.
Kanker terjadi karena proliferasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan
tanpa tujuan bagi pejamu (J.Corwin, 2009).
Menurut Tjindarbumi (2009), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kanker adalah sebagai berikut:
1. Intrinsik (dari tubuh sendiri)
 Hormon
2. Status imunologik
3. Ekstrinsik (dari luar tubuh)
 Bahan kimia
 Tenaga sinar
 virus

Pertumbuhan dan penyebaran tumor seringkali dideskripsikan secara


klinis; beberapa istilah berbeda yang digunakan, dijelaskan dibawah ini
a. Derajat (grading)

Penilaian tumor berdasarkan derajat anaplasi yang diperlihatkannya.


Sebagai contoh, sel yang kurang berdiferensiasi (yang sangat anaplastik)
menandakan tingkat tinggi.

b. Stadium (staging)

Keputusan klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal
yang telah terjadi, dan derajat penyebarannya ke tempat-tempat yang jauh
pada individu tertentu

Universitas Sumatera Utara


c. Waktu penggandaan (doubling time)

Perkiraan jumlah waktu rerata yang diperlukan untuk pembelahan sel-sel


tumor. Sel-sel tumor yang cepat membelah memiliki waktu penggandaan
yang singkat

Tumor dapat tumbuh secara lokal atau menyebar ke tempat-tempat jauh


melalui proses yang dinamakan metastasis. Langkah-langkah yang terjadi pada
metastasis suatu tumor primer ke tempat lain adalah pelepasan (detachment),
penyerangan (invasion), penyebaran (disemination), dan penyemaian (seeding)
(J.Corwin, 2009).

Gambar 2. Proses metastase kanker

Cara penyebaran (metastasis) ini dapat bermacam-macam:


1. Infiltrasi
2. Limfogen
3. Hematogen
4. Melalui saluran-saluran yang sudah ada
5. Perkontinuitatum

Universitas Sumatera Utara


6. Inokulasi (transplantasi)
7. Iatrogen

2.5. Kanker Payudara


2.5.1. Definisi kanker payudara
Kanker payudara adalah massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar
kendali sel-sel yang ada di jaringan payudara. Kanker payudara dapat berasal dari
jaringan payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil
metastase dari kanker lain.

2.5.2. Etiologi dan faktor risiko


Menurut Ramli (2009), dapat dicatat bahwa faktor etiologi kanker
payudara sampai saat ini belum diketahui pasti, namun dapat dicatat pula bahwa
penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama
lain, antara lain:
1. Konstitusi genetika
 Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker
payudara daripada keluarga lain.
 Adanya distribusi predileksi antar bangsa atau suku bangsa.
 Pada kembar monozigot , terdapat kanker yang sama.
 Terdapat persamaan lateralitas kanker buah dada pada keluarga
dekat dari penderita kanker buah dada.
 Seorang dengan klinifelterakan mendapat kemungkinan 66 kali
dari pria normal.

2. Pengaruh hormon
 Kanker payudara umumnya pada wanita, pada laki-laki
kemungkinan ini sangat rendah.
 Pada usia diatas 35 tahun insidennya jauh lebih tinggi.
 Ternyata pengobatan hormonal banyak memberikan hasil pada
kanker payudara lanjut.

Universitas Sumatera Utara


3. Virogen
 Terbukti pada penelitian pada kera, pada manusia belum terbukti.

4. Makanan
 Terutama makanan yang banyak mengandung lemak.
 Karsinogen: terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam lingkungan
hidup kita.

5. Radiasi daerah dada


 Ini sudah lama diketahui, karena radiasi dapat menyebabkan
mutagen.

Menurut Ramli (2009), faktor risiko tinggi bukanlah faktor etiologi. Faktor
risiko tinggi kanker payudara yaitu keadaan-keadaan dimana kemungkinan
seorang wanita mendapat kanker payudara lebih tinggi dari yang tidak
mempunyai faktor tersebut yaitu:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Anak pertama lahir pada usia ibu lebih dari 35 tahun (2 kali)
3. Tidak kawin (2-4 kali)
4. Menarche kurang dari 12 tahun (1,7-3,4 kali)
5. Menopause terlambat lebih dari 55 tahun (2,5-5 kali)
6. Pernah operasi tumor jinak payudara (3-5 kali)
7. Mendapat terapi hormonal yang lama (2,5 kali)
8. Adanya kanker payudara kontralateral (3-9 kali)
9. Operasi ginekologi (3-4 kali)
10. Radiasi dada (2-3 kali)
11. Riwayat keluarga (2-3 kali)

2.5.3. Perjalanan penyakit


Sebagian besar kanker payudara mulai tumbuh didalam garis duktus susu
(saluran kelenjar susu). Payudara terdiri dari sekitar enam sampai delapan sistem

Universitas Sumatera Utara


duktus . sistem duktus terdiri dari lobulus-lobulus yang membuat susu, dan
duktusnya menjadi saluran –saluran yang membawa susu ke puting susu. Kanker
payudara berkembang dalam beberapa tahap. Pertama, adanya peningkatan
jumlah sel di dalam garis duktus hampir seperti “karat”. Ini disebut hiperplasia.
Sel-sel tersebut kemudian menjadi ”terlihat aneh” dan disebut hiperplasia atipikal.
Dengan berlalunya waktu, sel-sel tersebut akan menyerupai sel-sel kanker
payudara, namun hanya terbatas di dalam duktus. Ini disebut karsinoma duktus in
situ (kanker yang terbatas di dalam duktus), atau DCIS (ductal carcinoma in situ).
Hal serupa terjadi di setiap lobulus, sel-sel kanker akan berinvasi keluar dari
duktus dan masuk ke jaringan lemak di sekitarnya dan menjadi duktus yang
invasif. Inilah yang kita sebut kanker payudara. Sekali kanker payudara bersifat
invasif, ia mempuanyai kemampuan untuk membentuk pembuluh darah baru dan
menyebar ke seluruh tubuh (Love, 2007).

Gambar 3. Metastase Kanker Payudara

2.5.4. Gejala klinis


Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya.
Umumnya, pasien karsinoma in situ, T1, dan T2 datang dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skrining
mamografi yang abnormal.

Universitas Sumatera Utara


Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada payudara akan ditemui,
seperti perubahan pada permukaan kulit payudara, keluarnya discharge dari
puting, serta perubahan pada bentuk dan ukuran payudara. Selain itu, dapat pula
ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tanda-tanda metastase pada jaringan lain
(Hoskins et al, 2005).

2.5.5. Diagnosa
Untuk sampai kepada diagnosis kanker payudara diperlukan pemeriksaan
fisik yang baik, pemeriksaan penunjang , dan pemeriksaan histopatologi (Ramli,
2009).
1. Pemeriksaan fisik yang baik

• Anamnesis

Keluhan utama penderita dapat berupa massa tumor di payudara, rasa


sakit, cairan dari puting susu, retraksi putig susu, adanya ekzema sekitar areola,
keluhan kulit berupa dimpling, kemerahan, ulserasi atau ada peau d’ orange atau
keluhan berupa pembesaran kelenjar getah bening aksila.
Adanya tumor ditentukan sejak berapa lam, sepat atau tidak membesar,
disertai sakit atau tidak. Biasanya tumor pada proses kegansan atau kanker
payudara mempunyai ciri dengan batas yang irreguler umumnya tanpa ada rasa
nyeri, tumbuh progresif cepat membesar.
• Pemeriksaan fisik

Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antar lain


esterogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di
saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih
kurag satu minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang
baik dan teliti , ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup
tinggi.
Untuk teknik pemeriksaan fisik payudara, tidak dibahas di bagian ini
karena prosedurnya hampir sama dengan teknik pemeriksaan payudara sendiri
yang akan dibahas dibagian selanjutnya.
2. Pemeriksaan penunjang

Universitas Sumatera Utara


• Mammografi

• Ultrasonografi

• Foto toraks

• Bone scanning atau bone survey

• USG abdomen atau hepar

3. Pemeriksaan histopatologi

Berdasarkan penelitian (Haagensen) kanker payudara lebih sering terjadi


di kuadran lateral atas, kemudian sentral (subareolar). Payudara sebelah kiri lebih
sering terkena bila dibandingkan dengan sebelah kanan.

Gambar 4. Distribusi menurut lokasi tumor (Haagensen)


2.5.6. Stadium (Staging)

Universitas Sumatera Utara


Jika diagnosa kanker payudara telah ditegakkan , maka perlu ditentukan
stadium dari kanker tersebut untuk dapat memberikan pengobatan yang sesuai.
Stadium kanker ditentukan berdasarkan klasifikasi TNM system yang meliputi:
a. Ukuran tumor

Selain menunjukkan ukuran tumor, huruf “T” pada TNM System ini juga
mendeskripsikan apakah tumor mengenai dinding dada ataupun kulit.
Tabel 2.1. Klasifikasi ukuran tumor berdasarkan TNM System
Ukuran tumor (T) Interpretasi
T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor
TIS Tumor in situ, ialah tumor sebelum invasi (tanpa
infiltrasi).
T1 Tumor 2cm atau kurang
T1a Tidak ada perlengketan/ infiltrasi ke fasia pektoralis/ otot
pektoralis
T1b Dengan perlengketan/ infiltrasi ke fasia pektoralis
T2 Tumor 2cm – 5cm
T2a Tidak ada perlengketan ke fasia pektoralis atau otot
pektoralis
T2b Dengan perlengketan ke fasia pektoralis atau otot
pektoralis
T3 Tumor lebih besar dari 5cm
T3a Tidak ada perlengketan ke fasia pektoralis
T3b Dengan perlengketan ke fasia pektoralis atau otot
pektoralis
T4 Tumor dengan besarnya berapa saja tetapi dengan
infiltrasi ke dinding toraks atau kulit
T4a Dengan fiksasi ke dinding toraks
T4b Dengan edema, infiltrasi atau ulserasi kulit, atau kulit yang
berbiji-biji
Sumber: Djamaloeddin, 2007.

Universitas Sumatera Utara


b. Palpable Lymph Node (N)

Huruf “N” menunjukkan nodul (kelenjar yang membesar regional)


penyebaran kanker ke lymph node dan perlekatan lymph node tersebut
terhadap struktur lengan.
Tabel 2.3. Klasifikasi Palpable Lymph Node berdasarkan TNM System
Lymph Node (N) Interpretasi
N0 Tidak teraba kelenjar linfe di ketiak
homolateral
N1 Terabab di ketiak homolateral kelenjar limfe
yang dapat di gerakkan
N1a Kelenjar limfe yang diduga bukan anak sebar
N1b Kelenjar limfe yang diduga anak sebar
N2 Kelenjar limfe di ketiak homolateral,
berlekatan satu sama lain (paket) atau
melekat ke jaringan sekitarnya
N3 Kelenjar limfe infra- dan supraklavikular
homolateral
Sumber: Djamaloeddin, 2007.

c. Metastase (M)

Huruf “M” menunjukkan metastase (penyebaran) kanker ke organ yang


jauh (misalnya paru-paru, panggul, tulang punggung, dan tulang tengkorak)
atau ke lymph node yang tidak langsung berhubungan dengan kanker
(misalnya lymph node di leher).

Tabel 2.3. Klasifikasi metastase berdasarkan TNM System


Metastase (M) Interpretasi
M0 Tidak ada anak sebar jauh
M1 Ada anak sebar jauh ditambah infiltrasi kulit
disekitar payudara
Sumber: Djamaloeddin, 2007.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.4. Stadium Numerik Kanker Payudara
Stadium Ukuran tumor Lymph Node Metastase
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T1, T2 N2 M0
T3 N1 M0
IIIB T4 N3 M0
IV T N M1
Sumber: Kosmojaya Pandu Nusa, 2009.

2.5.7. Prognosa
Menurut Ramli (2009), prognosis kanker payudara ditentukan oleh:
1. Staging (TNM)
Semakin dini, semakin baik prognosisnya.
2. Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma in situ mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan
karsinoma yang sudah invasif.

Keberlangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak


hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, faktor genetic, level
stress,imunitas, keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Harapan hidup pasien
kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survival rate
(Imaginis, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.5. Five-Year Survival Rate Pasien Kanker Payudara
Stadium Five-Year Survival Rate
0 100%
I 100%
IIA 92%
IIB 81%
IIIA 67%
IIIB 54%
IV 20%

2.6. SADARI sebagai salah satu cara deteksi dini kanker payudara
2.6.1. Deteksi dini secara umum (Skrinning)
Skrining merupakan bagian penting dari epidemiologi yang didefinisikan
sebagai suatu upaya atau strategi untuk mengetahui adanya suatu penyakit pada
seseorang yang tidak menunjukkan gejala penyakit tersebut. Tujuan dilakukannya
skrining adalah untuk mengidentifikasi kejadian suatu penyakit disuatu populasi
sehingga diharapkan dapat dilakukan intervensi dan penatalaksaan lebih dini
(Tjokroprawiro, 2006).
Deteksi dini kanker, walaupun bukan tindakan pencegahan, dapat
berfungsi menahan atau menghancurkan kanker sebelum bermetastasis ke seluruh
tubuh. Deteksi dini bergantung pada identifikasi faktor risiko untuk pasien
tertentu dan penggunaan teknik pemeriksaan fisik yang tepat. Uji deteksi kanker
dini meliputi pemeriksaan payudara sendiri dan mamografi, pemeriksaan prostat,
pemeriksaan testikular sendiri, pemeriksaan kulit secara regular. Beberapa uji
penapisan, misalnya Pap smear, pemeriksaan polip usus, dan biopsi dari lesi kulit
abnormal memungkinkan intervensi dini sebelum sel-sel displastik (sel yang
memperlihatkan tanda awal ketidaknormalan) berubah menjadi kanker (J.Corwin,
2009).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Tabel Skrining dan deteksi dini yang direkomendasikan oleh ACS

2.6.2. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)


Bentuk payudara biasanya berubah-ubah. Sebelum memasuki masa
menstruasi, biasanya payudara terasa membesar, keras, atau ada benjolan dan
kembali normal ketika masa menstruasi selesai. Perlu diingat bahwa tujuan dari
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah untuk merasakan dan mengenal
lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui.
Waktu terbaik untuk memeriksa payudara adalah 7-10 hari setelah menstruasi
selesai. Pada saat itu payudara terasa lunak. Pemeriksaan tidak tepat dilakukan
pada menjelang dan sewaktu menstruasi. (Bustan, 2007)
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat dilakukan semasa mandi,
berdiri dihadapan cermin, dan pada saat berbaring. Adapun tekniknya akan
dibahas pada bagian berikutnya.
Yayasan Kanker Amerika (American Cancer Society) mengajukan
pedoman pelaksanaan screening bagi wanita tanpa gejala (asymptomatic) kanker
payudara sebagai berikut:
1. Wanita usia 20 tahun atau lebih seharusnya melakukan Pemeriksaan
payudara sendiri tiap bulan.

Universitas Sumatera Utara


2. Wanita usia 20-50 tahun seharusnya melakukan pemeriksaan fisik
payudara tiap 3 tahun, dan wanita usia lebih 40 tahun melakukannya tiap
tahun.

3. Wanita usia 35-39 tahun seharusnya mempunyai mamografi dasar, sekali


pernah mendapat mamografi.

4. Wanita usia 40-49 tahun seharusnya melakukan mamografi tiap 1-2 tahun.

5. Wanita usia 50 tahun keatas seharusnya melakukan mamografi tiap tahun

6. Wanita yang mempunyai riwayat pribadi atau keluarga kanker payudara


seharusnya konsultasi dokter tentang pemeriksaan dan frekuensi
mamografi dan pemeriksaan yang dibutuhkan.

2.6.3. Teknik pemeriksaan payudara sendiri


Untuk pencegahan sendiri berdiri didepan cermin dan perhatikan, apakah
ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga
tidak terletak pada ketingggian yang sama. Perhatikan apakah ada terlihat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan dengan
keluarnya cairan atau darah pada puting susu, segera pergi ke dokter. Bisa juga
dilakukan pemeriksaan dengan meletakkan kedua lengan di atas kepala.
Perhatikan kedua payudara, lalu membungkuk hingga payudara tergantung ke
bawah, lalu periksa lagi. Selain itu , bisa periksa dengan berbaring di tempat tidur.
Letakkan tangan kiri di belakang kepala dan sebuah bantal di bawah bahu kiri.
Raba payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah, apakah ada
benjolan pada payudara anda.
Kemudian periksa juga, apakah ada benjolan atau pembengkakan pada
ketiak kiri. Bisa periksa lagi dengan meraba puting susu dan sekitarnya.
Umumnya, kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari tangan akan terasa kenyal
dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat
digerakkan (tidak dapat pindah dari tempatnya). Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan. Bila terasa benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segera
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, makin besar kemungkinan sembuh
dengan sempurna.

Universitas Sumatera Utara


SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Langkah 1: Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi pundak
tegap dan kedua tangan di pinggang.

Gambar 6. Bercermin dengan kedua tangan di pinggang


Anda harus melihat:
• Payudara, dari ukuran, bentuk, dan warna yang biasa anda ketahui.

• Payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan bentuk dan


pembengkakan

Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke dokter untuk
berkonsultasi:
• Kulit mengkerut, terjadi lipatan, ada tonjolan.

• Puting berubah dari posisi biasanya seperti tertarik ke dalam.

• Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.

Universitas Sumatera Utara


Langkah 2: Sekarang, angkat tangan anda dan amati jika ada perubahan-
perubahan yang telah disebut pada langkah pertama.

Gambar 7. Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada payudara


Langkah 3: Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang keluar
dari kedua puting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau
bercampur darah).

Gambar 8. Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar

Universitas Sumatera Utara


Langkah 4: Berikutnya, rasakan payudara anda dengan car berbaring. Gunakan
tangan kanan untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya. Gunakan pijatan
pelan namun mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung jari anda (telunjuk,
tengah, dan manis). Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara.
Gunakan gerakan memutar, sekali putaran mencakup seperempat bagian
payudara.

Gambar 9. Pijatlah payudara sambil berbaring


Pijat seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang
pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara.
Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat seluruh payudara
anda. Mulai dari puting, buat gerakan memutar semakin lama semakin besar
sampai anda mencapai bagian tepi payudara.
Anda juga dapat membuat gerakan naik turun. Gerakan ini bagi sebagian
besar wanita dianggap lebih efektif. Pastikan anda merasakan seluruh jaringan
payudara dari depan (puting) sampai bagian belakang. Gunakan pijatan ringan
untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah
payudara, dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam. Saat anda mencapai
jaringan bagian dalam, anda harus dapat merasakan tulang iga anda.
Langkah 5: Terakhir, rasakan payudara anda saat anda berdiri atau duduk. Atau
saat anda mandi karena bagi sebagian wanita, mereka merasa lebih mudah
memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan licin. Lakukana dengan
gerakan yang sama seperti dijelaskan dalam langkah 4.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 10. Pijatlah payudara saat mandi
Kini kita bersama telah ketahui bagaimana cara mengetahui kanker
payudara secara mandiri sejak dini. Kita berharap selalu mengetahui setiap
perubahan pada payudara kita sejak dini. Mencegah dan merawat lebih baik untuk
kesehatan kita.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 11. Teknik Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai