Uji Sifat Fisik dan Kimia Cairan Tubuh (Air Liur dan Oleh :
Empedu), Penetapan Kadar Kolesterol, Penetapan
Tim Biokimia FMIPA
Amilase (Wohlgemuth), Uji Kuantitatif Protein, Isolasi
DNA Tumbuhan, Penentuan Kadar Vitamin Unram.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga buku “Petunjuk Praktikum Biokimia II” dapat disusun. Buku ini disusun
berdasarkan kurikulum dan disesuaikan dengan tersedianya alat dan bahan yang ada
di Laboratorium Kimia Universitas Mataram.
Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini, disampaikan
terimakasih. Buku ini masih membutuhkan banyak penyempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat dibutuhkan. Semoga buku ini dapat memberikan banyak
manfaat.
Mataram,
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
ACARA I
Uji Sifat Fisik dan Kimia Cairan Tubuh (Air Liur dan Empedu)..............................1
ACARA II
ACARA III
ACARA IV
ACARA V
ACARA VI
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
I. KEHADIRAN
1. Praktikum harus hadir tepat pada waktunya atau 15 menit sebelum praktikum
dimulai dan mengisi daftar hadir yang telah disediakan.
2. Praktikan yang tidak hadir pada saat praktikum harus menunjukkan surat ijin
yang sah atau surat dokter, jika tidak maka dianggap absen.
3. Praktikan yang absen lebih dari 25% dari semua kegiatan praktikum akan
dinyatakan tidak lulus atau praktikum selama satu semester dianggap batal.
iv
ACARA 1
Uji Sifat Fisik dan Kimia Cairan Tubuh (Air Liur dan Empedu)
A. Tujuan
Mempelajari sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu)
B. Landasan Teori
Air liur (saliva) diekskresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu kelenjar
parotis, submaskilaris, dan sublingualis. Air liur dalam rongga mulut berfungsi
sebagai pelican dan untuk membasahi makanan saat dikunyah sehingga mudah
ditelan. Air liur juga merupkan tempat ekskresi obat-obatan tertentu seperti
alkohol dan morfin. Air liur mengandung air kira-kira 99,5%. Sekitar dua pertiga
dari bahan terlarut dalam air merupakan bahan organik dan sepertiganya adalah
bahan anorganik. Komponen anorganik air liur antara lain natrium, kalium,
kalsium, magnesium, fosfat, dan bikarbonat. Sedangkan komponen organic
utama air liur adalah musin dan enzim amilase. Bahan organik lain yang terdapat
dalam air liur dalam jumlah sedikit adalah urea, kolesterol, hormone-hormon
tertentu, dan lain-lain.
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan sementara dalam kandung
empedu sebelum dikeluarkan ke duodenum. Diperkirakan hati menghasilkan
500-1000 mL empedu per hari.
Empedu manusia berwarna kuning keemasan, namun bila dibiarkan pada
udara terbuka maka warnanya akan berubah menjadi hijau, biru dan coklat
karena pigmen empedu teroksidasi. Kandungan empedu yang penting antara lain
garam-garam empedu, pigmen-pigmen empedu, lesitin, kolesterol, dan garam-
garam anorganik. Empedu tidak mengandung protein kecuali musin, yang
disekresi oleh dinding kantong empedu, dan sejumlah kecil enzim seperti
fosfatase alkali. Empedu merupakan campuran hasil sekresi dan ekskresi.
1
Bahan-bahan yang disekresi misalnya garam-garam empedu, sedangkan yang
diekskresi misalnya pigmen empedu dan kolesterol.
Pigmen-pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel-sel darah merah oleh system
retikuloendotelial dari hati, limpa, dan sum-sum tulang belakang. Pigmen
empedu yang utama adalah biliverdin, yang berwarna hijau dan bilirubin yang
berwarna jingga atau kuning coklat. Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai
pereaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna, misalnya
mesobiliverdin (hijau hingga biru), mesobilirubin (kuning), dan mesobilisianin
(biru hingga ungu).
2
3. Empedu
4. Larutan BaCl2 2%
5. Larutan CH3COOH 2 M
6. Larutan CuSO4 0,1 M
7. Larutan HCl 1 M
8. Larutan HNO3 pekat
9. Larutan H2SO4 pekat
10. Larutan NaOH 10%
11. Larutan sukrosa 5%
12. Minyak goring
13. Pereaksi Molisch
D. Cara Kerja
Uji Sifat Fisik dan Kimia Air Liur
1. Penetapan pH Air Liur
Celupkan sepotong indikator universal ke dalam air liur yang tidak
disaring
Tentukan pH air liur
2. Uji Biuret
Masukkan 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang tidak disaring ke dalam
tabung reaksi
Tambahkan 2 mL NaOH 10% dan campur dengan baik
Tambahkan beberapa tetes larutan CuSO4 0,1 M dan campur dengan baik
Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi
3. Uji Molisch
Masukkan 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang tidak disaring ke dalam
tabung reaksi
Tambahkan 2 tetes peraksi Molisch dan campur dengan baik
3
Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 2 mL asam sulfat
pekat dari buret melalui dinding tabung reaksi sehingga kedua larutan
tersebut tidak bercampur.
Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi
4. Uji Presipitasi
Masukkan 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang telah disaring ke dalam
tabung reaksi
Tambahkan 1 tetes asam asetat encer dan campur dengan baik
Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi
5. Uji Sulfat
Masukkan 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang telah disaring ke dalam
tabung reaksi
Tambahkan 3-5 tetes HCl 1 M
Tambahkan 5-10 tetes BaCl2 2% dan campur dengan baik
Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi
4
3. Uji Gmelin
Masukkan 3 mL HNO3 pekat ke dalam tabung reaksi
Miringkan tabung reaksi, lalu dengan pipet tetes alirkan secara hati-hati 3
mL larutan empedu encer melalui dinding tabung reaksi sehingga kedua
larutan tersebut tidak tercampur
Perhatikan dan catat warna–warna yang terbentuk pada perbatasan antara
kedua cairan
4. Uji Pettenkofer
Masukkan 5 mL larutan empedu encer ke dalam tabung reaksi
Tambahkan 5 tetes larutan sukrosa 5%
Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 3 mL asam sulfat
pekat melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2 lapisan cairan
Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi pada cincin yang terbentuk
pada perbatasan antara kedua lapisan
5. Fungsi Empedu sebagai Emulgator
Sediakan 2 tabung reaksi dan masukkan 3 mL akuades pada
masing-masing tabung reaksi
Tambahkan 3 tetes minyak goreng pada masing-masing tabung reaksi
Tambahkan 3 mL larutan empedu encer pada salah satu tabung reaksi
Kocok kedua tabung reaksi, catat dan perhatikan apakah terbentuk emulsi
yang stabil
E. Bahan Diskusi
1. Apa fungsi penambahan CuSO4 pada uji biuret? Jelaskan!
2. Apa fungsi penggunaan minyak pada uji empedu?
5
F. Hasil Pengamatan
Uji Sifat Fisik dan Kimia Air Liur
6
Uji Sifat Fisik dan Kimia Empedu
Uji Pettenkofer
5 mL larutan empedu encer
ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa
5%
Tabung reaksi dimiringkan lalu
dialiri 3 mL asam sulfat pekat dengan
hati-hati melalui dinding tabung
sehingga terbentuk 2 lapisan cairan
Fungsi Empedu sebagai Emulgator
Masing-masing 3 mL akuades
dimasukkan pada 2 tabung reaksi
Ditambahkan 3 tetes minyak goreng
pada masing-masing tabung reaksi
Ditambahkan 3 mL larutan empedu
encer pada salah satu tabung reaksi
Kedua tabung reaksi dikocok
Apakah terbentuk emulsi yang stabil?
7
ACARA II
Penetapan Kadar Kolesterol
A. Tujuan
Menentukan kadar kolesterol total dalam serum
B. Landasan Teori
Kolesterol adalah salah satu turunan steroid penting yang banyak terdapat
pada hewan dan manusia. Sebagai turunan steroid, senyawa ini diturunkan dari
cincin utama steroid yang disebut kolestana. Struktur kolesterol diturunkan dari
kolestana dengan cara substitusi atom H pada posisi tiga dengan gugus –OH dan
dehidrogenasi pada posisi 5 dan 6. Dengan struktur tersebut maka kolesterol juga
disebut dengan 5-kolesten-3β-ol.
Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat pada hampir semua
jaringan hewan. Batu kandung empedu dan kuning telur merupakan sumber yang
kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan senyawa yang berguna dalam
biosintesis hormon steroid, namun senyawa ini tidak harus diperoleh dari luar
tubuh melalui makanan sebab kolesterol dapat disintesis oleh tubuh dari asetil
koenzim A.
Kolesterol dikenal sebagai senyawa yang membahayakan bagi kesehatan,
karena tingginya kadar senyawa ini di dalam darah berkaitan dengan penyakit
arteriosklerosi, yaitu suatu penyakit pengerasan pembuluh darah. Namun
demikian, dalam jumlah tertentu kolesterol dibutuhkan oleh tubuh sebagai
prekursor beberapa hormon dan merupakan komponen membran lipida bersama-
sama glikolipida dan fosfolipida.
8
3. Kuvet
4. Labu ukur 10 mL
5. Labu ukur 50 mL
6. Penangas air
7. Penjepit tabung reaksi
8. Pipet tetes
9. Pipet volume 1 mL
10. Pipet volume 2 mL
11. Rak tabung reaksi
12. Sentrifuge
13. Spektrofotometer UV-Vis
14. Stopwatch
15. Tabung reaksi
16. Tabung reaksi bertutup
17. Tissue
D. Cara Kerja
Uji Sampel
1. Sediakan tabung reaksi bertutup (tabung S)
2. Masukkan 2,5 mL alkohol absolut ke dalam tabung reaksi tersebut
9
3. Tambahkan 0,1 mL serum kolesterol dan kocok dengan baik
4. Tambahkan 5 mL petroleum eter/petroleum benzene, tutup tabung reaksi
rapat-rapat
5. Kocok larutan tersebut dalam sentrifuge selama ± 30 detik
6. Tambahkan 3 mL akuades dan kocok lagi dalam sentrifuge selama 10-15
menit
7. Diamkan larutan tersebut hingga terbentuk 2 lapisan
8. Ambil lapisan atas dengan pipet dan masukkan ke dalam tabung reaksi lain
(tabung A)
9. Uapkan larutan tersebut dengan memasukkan tabung A kedalam penangas air
bersuhu 80oC sampai cairan tinggal sedikit
10. Ambil tabung, dinginkan, dan biarkan mongering pada udara terbuka
11. Tambahkan 4 mL colour reagent (1 mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat glasial)
konsentrasi colour reagent yang tersedia adalah 50 mg/mL sehingga harus
diencerkan terlebih dahulu (untuk 2 kelompok cukup mengencerkan 1 mL
colour reagent 50 mg/mL dengan asam asetat glasial sampai 50 mL)
12. Panaskan dalam penangas air selama ± 5 menit untuk melarutkan sisa-sisa
kolesterol, kemudian dinginkan pada suhu kamar
13. Ambil tabung reaksi lain untuk blangko (tabung B)
14. Masukkan 4 mL asam asetat glasial ke dalam tabung reaksi tersebut
15. Tambahkan 3 mL larutan H2SO4 pekat ke dalam tabung A dan tabung B
dengan mengalirkannya melaui dinding tabung yang dimiringkan sehingga
terbentuk dua lapisan yang saling memisah
16. Kocok larutan pada kedua tabung reaksi dalam sentrifuge selama 1-2 menit
17. Diamkan kedua tabung reaksi dalam ruang gelap selama 30 menit
18. Encerkan larutan pada kedua tabung reaksi (pengenceran 10 kali, 1 mL larutan
diencerkan menjadi 10 Ml dengan penambahan petroleum eter/petroleum
benzene) untuk sampel
19. Ukur A kedua sampel pada λ = 560 nm
10
Sebelum digunakan, cuci kuvet dengan asam asetat glasial dan keringkan di
udara terbuka
Kurva Kalibrasi
1. Sediakan 3 tabung reaksi dan tambahkan 0,5 mL; 1,0 mL; dan 2,0 mL larutan
kolesterol standar 0,05 mg/mL petroleum eter atau petroleum benzene pada
masing-masing tabung reaksi
2. Uapkan ketiganya sampai kering pada penangas air bersuhu 80 oC dan uapkan
sisa larutan yang tertinggal pada suhu kamar
3. Tambahkan 4 mL colour reagent (1 mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat glasial)
4. Panaskan dalam penangas air selama ± 5 menit untuk melarutkan sisa-sisa
kolesterol, kemudian dinginkan pada suhu kamar
5. Perlakukan tiga standar tersebut dengan cara kerja nomor 15 sampai 19
E. Bahan Diskusi
1. Apa fungsi alkohol absolut, petroleum eter/petroleum benzene, dan asam sulfat
pekat pada percobaan ini?
2. Berikan alasan Anda mengapa larutan kolesterol perlu disimpan dalam ruang
gelap sebelum diukur absorbansinya?
3. Uraikan jalur biosintesis kolesterol dan asetil koenzim A!
F. Hasil Pengamatan
Uji Sampel
11
Lapisan atas diambil dengan pipet
dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi lain (tabung A)
Lankah Kerja Hasil Pengamatan
Larutan pada tabung A diuapkan
dalam penangas air 80oC sampai
cairan tinggal sedikit
Tabung A didinginkan dan dibiarkan
mongering pada uadara terbuka
Ditambahkan 4 mL colour reagent (1
mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat
glasial)
Dipanaskan dalam penangas air
selama ± 5 menit kemudian
didinginkan pada suhu kamar
Tabung reaksi lain diambil untuk
blangko (tabung B)
4 mL asam asetat glasial dimasukkan
ke dalam tabung B
Ditambahkan 3 mL larutan H2SO4
pekat kedalam tabung A dan tabung B
dengan mengalirkannya melalui
dinding tabung yang dimiringkan
sehingga terbentuk dua lapisan yang
saling memisah
Larutan pada kedua tabung reaksi
dikocok dalam sentrifuge selama 1-2
menit
Kedua tabung reaksi didiamkan dalam
ruang gelap selama 30 menit
Larutan pada kedua tabung reaksi
diencerkan (pengenceran 10 kali, 1
mL larutan diencerkan menjadi 10 mL
dengan penambahan petroleum
eter/petroleum benzene) untuk sampel
Absorbansi kedua sampel diukur pada
λ = 560 nm
Kurva Kalibrasi
12
kolesterol standar 0,05 mg/mL
petroleum eter atau petroleum
benzene
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
Ketiganya diuapkan sampai kering
pada penangas air 80oC dan sisa
larutan yang tertinggal diuapkan
pada suhu kamar
Ditambahkan 4 mL colour reagent
(1 mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat
glasial)
Dipanaskan dalam penangas air
selama ± 5 menit kemudian
didinginkan pada suhu kamar
Ditambahkan 3 mL larutan H2SO4
pekat kedalam masing-masing
tabung dengan mengalirkannya
melalui dinding tabung yang
dimiringkan sehingga terbentuk dua
lapisan yang saling memisah
Larutan pada ketiga tabung reaksi
dikocok dalam sentrifuge selama 1-2
menit
Ketiga tabung reaksi didiamkan
dalam ruang gelap selama 30 menit
Larutan pada ketiga tabung reaksi
diencerkan (pengenceran 10 kali, 1
mL larutan diencerkan menjadi 10
mL dengan penambahan petroleum
eter/petroleum benzene) untuk
sampel
Absorbansi ketiga sampel diukur
pada λ = 560 nm
13
ACARA III
A. Tujuan
Menentukan kadar amilase (diastase) pada air seni.
B. Landasan Teori
Enzim amilase merupakan salah satu enzim pencernaan yang berasal dari
getah pankreas dan juga terdapat di dalam duodenum (muara dari getah pankreas).
Enzim ini berfungsi untuk mendegradasi karbohidrat (pati) menjadi monosakarida
dalam proses metabolisme tubuh dan sebagai penghasil energi dalam bentuk ATP.
Enzim ini merupakan salah satu dari beberapa enzim serum yang terdeteksi dalam
air seni.
Beberapa larutan 0,1% amilum yang sama banyaknya, masing-masing
ditambah dengan amilase yang tidak sama banyaknya dan dibiarkan setengah jam
pada temperatur 37oC. Jumlah amilase yang paling sedikit yang diperlukan untuk
mengubah 2 mL larutan amilum terlarut menjadi erythrodextrine ditentukan
dengan percobaan iod. Tujuan percobaan kali ini adalah menentukan kadar
amilase (diastase) pada air seni.
Jumlah air seni paling sedikit yang dapat mencerna 2 mL larutan amilum
10% pada 37oC dalam waktu 30 menit disebut indeks urin (indeks diastase).
Indeks diastase dari air seni normal bervariasi antara 5-20. Pada beberapa penyakit
pankreas dan kerusakan fungsi sekresi ginjal, indeks diastase urin bernilai tinggi.
14
3. Labu ukur 10 mL
4. Penangas air
5. Penjepit tabung reaksi
6. Pipet tetes
7. Pipet volume 2 mL
8. Rak tabung reaksi
9. Stopwatch
10. Tabung reaksi
D. Cara Kerja
1. Sediakan dan beri tanda 10 tabung reaksi kering lalu tempatkan pada rak
2. Lima tabung reaksi pertama diisi dengan air seni yang telah diencerkan (dibuat
dengan mengencerkan 1 mL air seni dengan akuades hingga 10 mL)
masing-masing dengan volume 10 tetes, 12 tetes, 14 tetes, 16 tetes, dan 18
tetes.
3. Lima tabung reaksi kedua diisi dengan air seni tanpa diencerkan masing-
masing dengan volume 2 tetes, 4 tetes, 6 tetes, 8 tetes, dan 10 tetes
4. Tambahkan akuades ke dalam masing-masing tabung reaksi (10 tabung reaksi)
hingga volume totalnya menjadi 20 tetes
5. Tambahkan larutan amilum 0,1% sebanyak 2 mL ke dalam masing-masing
tabung reaksi
6. Letakkan semua tabung reaksi dalam penangas air bersuhu 37 oC selama 30
menit
7. Dinginkan selama 5 menit dalam air dingin untuk menghentikan reaksinya
kemudian letakkan semua tabung reaksi di rak
8. Tambahkan setetes larutan iod pada masing-masing tabung, kocok, dan amati
perubahan warnanya dengan interval waktu. Jika saat dikocok warna iod
memudar dan hilang, tambahkan lagi 1 sampai 2 tetes larutan iod pada
masing-masing tabung reaksi. Penambahan larutan iod harus dilakukan tetes
per tetes dan diusahakan tidak terlalu banyak. Jumlah penambahan larutan iod
15
harus sama pada masing-masing tabung reaksi untuk mengetahui perbedaan
jumlah enzim amilase yang terkandung melalui intensitas warna larutan yang
dihasilkan. Larutan yang berwarna merah (bukan biru atau ungu) mengandung
cukup banyak enzim amilase untuk mencerna 2 mL larutan 0,1% amilum
terlarut menjadi erythrodextrine.
E. Bahan Diskusi
1. Jelaskan mekanisme kerja enzim amilase pada percobaan di atas!
2. Dapatkah kerja enzim amilase digantikan oleh asam atau basa? Jelaskan!
3. Selain di dalam urin, dimana enzim amilase dapat ditemukan?
F. Hasil Pengamatan
Tabel Kerj a
Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urine diencerkan (tetes) 10 12 14 16 18 - - - - -
Urine tak diencerkan (tetes) - - - - - 2 4 6 8 10
Aquades (tetes) 10 8 6 4 2 18 1 14 1 10
6 2
Larutan amilum 0,1% (mL) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16
ACARA IV
A. Tujuan
Menentukan konsentrasi protein dengan metode biuret.
B. Landasan Teori
Protein merupakan makromolekul berstruktur polimer yang penting bagi
makhluk hidup. Satuan monomer pembentuk protein adalah asam amino. Di alam
terdapat 20 jenis asam amino standar yang ditemukan sebagai penyusun utama
makhluk hidup.
Analisis protein dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji
kualitatif protein yang sering dilakukan antara lain reaksi Xantoprotein, reaksi
Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida, reaksi Sakaguchi, dan lain-lain.
Sedangkan uji kuantitatif protein terdiri atas metode Kjeldahl, metode titrasi
formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (metode biuret), dan
metode spektrofotometri UV.
Pada praktikum kali ini konsentrasi protein ditentukan dengan metode
biuret. Berdasarkan metode ini, kadar protein dalam sampel dapat ditentukan
dengan cara mengukur nilai absorbansi maksimal dengan spektrofotometri UV-
Vis. Semakin tinggi nilai absorbansi maka semakin tinggi pula kandungan protein
yang terdapat pada sampel. Metode ini didasarkan pada kemampuan protein dalam
menyerap (atau membaurkan) cahaya di daerah UV-Vis.
17
3. Pipet tetes
4. Rak tabung reaksi
5. Spektrofotometer UV-Vis
6. Tabung reaksi
7. Tissue
D. Cara Kerja
Preparasi Larutan Standar
1. Masukkan 5 mL larutan standar protein 0,05 mg/mL ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 mL larutan CuSO4 1%, 1 mL larutan NaOH 10%, dan 1 mL
akuades kemudian kocok
3. Ulangi kedua langkah di atas dengan menggunakan larutan standar protein 1
mg/mL, 2 mg/mL, dan 4 mg/mL pada tabung reaksi yang berbeda
18
3. Ulangi kedua langkah di atas dengan λ bervariasi antara 520-545 nm (dengan
interval 5 nm) kemudian tentukan λ maksimumnya!
E. Bahan Diskusi
1. Apa fungsi penambahan larutan CuSO4 1% dan larutan NaOH 10% pada
larutan standar protein?
2. Semakin tinggi nilai absorbansi maka semakin tinggi pula kandungan protein
yang terdapat pada sampel. Jelaskan pernyataan tersebut!
19
F. Hasil Pengamatan
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Protein
20
ACARA V
Isolasi DNA Tumbuhan
A. Tujuan
1. Mengetahui cara isolasi DNA dari beberapa jenis tumbuhan.
2. Mengetahui keefektifan beberapa deterjen untuk isolasi DNA dari beberapa
jenis tumbuhan.
3. Mengamati DNA dari sel tumbuhan
B. Landasan Teori
DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) adalah molekul utama yang mengkode
semua informasi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme setiap organisme
hidup. DNA tersusun atas tiga komponen utama yaitu gula deoksiribosa, basa
nitrogen dan fosfat yang tergabung membentuk nukleotida. DNA terletak pada
kromosom, dijumpai di nucleus, mitokondria dan kloroplas. DNA dapat
mengalami proses denaturasi dan renaturasi. Denaturasi DNA ialah proses
pemisahan untai ganda molekul DNA sehingga konformasinya berubah,
sedangkan renaturasi DNA merupakan proses pembentukan kembali struktur untai
ganda DNA dari keadaan terdenaturasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi proses
tersebut antara lain suhu yang timggi, pH ekstrim, kandungan elektrolit Na+ atau
K+, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan DNA murni dari suatu sel dalam jaringan tubuh
makhluk hidup dapat dilakukan teknik isolasi DNA. Tahapan-tahapan isolasi DNA
antara lain preparasi ekstrak sel, pemurnian DNA dari ekstark sel, dan presipitasi
DNA. Hasil isolasi DNA setiap jenis atau bagian tumbuhan dapat berbeda-beda,
hal ini karena adanya perbedaan konsentrasi senyawa polifenol dan polisakarida
yang terkandung di dalamnya. Dalam konsentrasi tinggi, senyawa tersebut dapat
menghambat pemurnian DNA. Kadar air yang bervariasi pada masing-masing
21
tumbuhan juga dapat memberikan hasil yang berbeda. Semakin tinggi kadar air
suatu tumbuhan maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit,
sehingga DNA yang terendapkan juga akan sedikit.
Proses isolasi DNA diawali dengan proses ekstraksi DNA. Hal ini
bertujuan untuk memisahkan DNA dengan partikel lain yang tidak diinginkan.
Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak menyebabkan
kerusakan pada DNA. Untuk mengeluarkan DNA dari sel, dapat dilakukan dengan
memecahkan dinding sel, membran plasma dan membrane inti baik dengan cara
mekanik maupun secara kimiawi.
22
4. Buah papaya
5. Buah pisang
6. Bauh tomat
7. Deterjen bubuk
8. Deterjen krim
9. Es batu
10. Garam dapur
11. Larutan etanol 95%
D. Cara Kerja
Pembuatan Etanol Dingin
1. Letakkan es batu yang terbungkus plastic kedalam gelas kimia 500 mL
2. Masukkan 100 mL etanol 95% ke dalam gelas kimia dan tutup rapat agar
etanol tidak menguap
23
5. Masukkan 6 mL larutan hasil penyaringan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 5 mL larutan etanol 95% yang telah didinginkan dengan
hati-hati melalui dinding tabung (supaya etanol tidak bercampur dengan
eluent) dan biarkan selama 5 menit
6. Perhatikan proses munculnya DNA dan catat semua perubahan yang terjadi,
DNA akan menggumpal di batas antara eluent dan etanol (kelihatan seperti
benang putih)
7. Catat waktu yang diperlukan hingga munculnya DNA, warna, serta banyak
sedikitnya DNA yang terbentuk
8. Gunakan batang pengaduk atau pipet untuk mengambil DNA
24
8. Gunakan batang pengaduk atau pipet untuk mengambil DNA
E. Bahan Diskusi
1. Apa tujuan penambahan deterjen pada percobaan ini?
2. Apa tujuan penambahan garam dapur pada percobaan ini?
F. Hasil Pengamatan
Pembuatan Larutan Buah
25
Isolasi DNA dengan Deterjen Krim
Tabel Kerja
Pengamatan
No. Buah Deterjen
Warna Bentuk Waktu Jumlah
Bubuk
1 Pepaya
Krim
Bubuk
2 Pisang
Krim
Bubuk
3 Tomat
Krim
Bawang Bubuk
4
Bombay Krim
Bubuk
5 Brokoli
Krim
26
ACARA VI
Penentuan Kadar Vitamin
A. Tujuan
Menentukan kadar vitamin C (asam askorbat) dalam sampel jeruk buah dan jeruk
nipis secara titrasi iodimetri.
B. Landasan Teori
Vitamin merupakan golongan senyawa organic yang memiliki peran
sangat penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi
tubuh lainnya agar metabolisme berjalan normal. Vitamin C atau L-asam askorbat
merupakan senyawa yang bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6. Vitamin C
merupakan asam gula yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran
segar. Kegunaan vitamin C adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting
dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu
memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal vitamin C
adalah 60-90 mg/hari.
Penentuan vitamin C pada suatu produk dapat dilakukan dengan cara
titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara
iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih
rendah dari system iodin dengan menggunakan indikator amilum. Titrasi
dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8).
Dalam titrasi iodimetri, iodin digunakan sebagai agen pengoksidasi,
namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat
sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Vitamin C merupakan
27
pereduksi yang sangat kuat, maka vitamin C tepat jika digunakan sebagai sampel
dalam titrasi iodimetri.
Iodin akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil dibandingkan potensial reduksi iodin (+0,535 volt).
Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil (+0,116 volt)
dibandingkan potensial reduksi iodin, sehingga vitamin C dapat dititrasi secara
langsung dengan iodin. Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri dilakukan dengan
mengggunakan indicator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman
pada saat tercapainya titik akhir titrasi.
28
6. Larutan KI 10%
7. Larutan Na2S2O3 0,1 N
8. Larutan standar iodium 0,01 N
9. Larutan standar primer KIO3 0,1 N
D. Cara Kerja
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan larutan KIO3 0,1 N
1. Masukkan 10 mL larutan KIO3 0,1 N ke dalam erlenmeyer, timbang, kemudian
tambahkan 5 mL larutan KI 10%
2. Tambahkan 2 mL larutan H2SO4 2 N dan titrasikan dengan larutan Na 2S2O3
sampai berwarna kuning muda
3. Selanjutnya, tambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% lalu lanjutkan titrasi
dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hiang
29
Tambahkan 6 mL larutan H2SO4 2 N kemudian tambahkan beberapa tetes
larutan amilum 1%
Titrasikan dengan larutan I2 standar sampai berwarna biru. Sebisa mungkin
tutup rapat erlenmeyer dengan aluminium foil pada saat proses titrasi untuk
mengurangi penguapan larutan I2.
Ulangi langkah-langkah di atas dengan menggunakan air jeruk nipis
sebagai pengganti air jeruk buah
3. Titrasi Iodimetri Cara 2
Masukkan 10 mL air jeruk buah ke dalam labu Erlenmeyer
Tambahkan 6 mL larutan H2SO4 2 N
Tambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% dan titrasikan dengan
larutan I2 standar sampai berwarna biru. Sebisa mungkin tutup rapat
erlenmeyer dengan dengan aluminium foil pada saat proses titrasi untuk
mengurangi penguapan larutan I2.
Ulangi langkah-langkah di atas dengan menggunakan air jeruk nipis
sebagai pengganti air jeruk buah
E. Bahan Diskusi
1. Apa tujuan penambahan natrium tiosulfat pada percobaan ini?
2. Apa perbedaan antara titrasi iodimetri cara 1 dengan cara 2 pada percobaan
ini?
Bagaimana perbedaan hasil keduanya?
F. Hasil Pengamatan
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N
30
Massa 10 mL jeruk buah …….gram
Massa 10 mL jeruk nipis …….gram
Titrasi Iodimetri
31