Anda di halaman 1dari 35

Petunjuk Praktikum

BIOKIMIA II LABORATORIUM KIMIA


FMIPA UNRAM
UNTUK
2020
PRODI KIMIA

Uji Sifat Fisik dan Kimia Cairan Tubuh (Air Liur dan Oleh :
Empedu), Penetapan Kadar Kolesterol, Penetapan
Tim Biokimia FMIPA
Amilase (Wohlgemuth), Uji Kuantitatif Protein, Isolasi
DNA Tumbuhan, Penentuan Kadar Vitamin Unram.

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga buku “Petunjuk Praktikum Biokimia II” dapat disusun. Buku ini disusun
berdasarkan kurikulum dan disesuaikan dengan tersedianya alat dan bahan yang ada
di Laboratorium Kimia Universitas Mataram.

Praktikum Biokimia merupakan rangkaian kegiatan yang terpadu di dalam mata


kuliah Biokimia dan bertujuan agar mahasiswa memahami struktur, fungsi, reaksi,
dan energy yang menyertai reaksi dan berbagai senyawa biomolekul, serta terampil
menggunakan alat dan bahan, sehingga dapat menunjang pemahaman materi
perkuliahan dan dapat bekerja secara sistematis. Agar tujuan setiap acara percobaan
tercapai, maka mahasiswa diharuskan:

1. Membaca dan mempelajari materi yang akan dipraktekkan sebelum percobaan


dilaksanakan, agar jelas tujuan, masalah, dan cara bekerjanya.
2. Mengamati secara seksama setiap hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi
dan catat data yang diperlukan dalam jurnal anda. Pertanyaan dalam beberapa
petunjuk eksperimen dimaksudkan untuk mengarahkan perhatian terhadap
tujuan dan masalah percobaan yang sedang anda lakukan.
3. Mencatat sejujurnya fakta yang diamati. Jangan ubah catatan itu hanya karena
menurut pendapat anda atau teman anda sehingga hasil pengamatan anda
salah. Ingat, kesimpulan dalam sains (kimia) dibuat berddasarkan fakta yang
diamati, bukan berdasarkan pendapat atau keinginan seseorang. Bila ada
keraguan mengenai hasil pengamatan, ulangi percobaan tersebut, atau
sebutkan dalam laporan anda mengapa menurut pendapat anda hasil
pengamatan itu meragukan.

Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini, disampaikan
terimakasih. Buku ini masih membutuhkan banyak penyempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat dibutuhkan. Semoga buku ini dapat memberikan banyak
manfaat.

Mataram,

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

Tata Tertib Praktikum................................................................................................iv

ACARA I

Uji Sifat Fisik dan Kimia Cairan Tubuh (Air Liur dan Empedu)..............................1

ACARA II

Penetapan Kadar Kolesterol.......................................................................................8

ACARA III

Penetapan Amilase (Wohlgemuth)............................................................................14

ACARA IV

Uji Kuantitatif Protein................................................................................................17

ACARA V

Isolasi DNA Tumbuhan.............................................................................................21

ACARA VI

Penentuan Kadar Vitamin..........................................................................................27

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

I. KEHADIRAN
1. Praktikum harus hadir tepat pada waktunya atau 15 menit sebelum praktikum
dimulai dan mengisi daftar hadir yang telah disediakan.
2. Praktikan yang tidak hadir pada saat praktikum harus menunjukkan surat ijin
yang sah atau surat dokter, jika tidak maka dianggap absen.
3. Praktikan yang absen lebih dari 25% dari semua kegiatan praktikum akan
dinyatakan tidak lulus atau praktikum selama satu semester dianggap batal.

II. SELAMA MELAKSANAKAN PRAKTIKUM


1. Praktikan harus tetap menjaga kebersihan tempat maupun alat praktikum.
2. Praktikan harus membuang sisa-sisa zat yang tidak larut dan kertas-kertas pada
tempat yang telah disediakan.
3. Praktikan harus memakai jas praktikum serta melengkapi diri dengan kaca
mata pelindung, masker, dan sepatu tertutup.
4. Praktikan dilarang merokok, makan, dan minum di dalam laboratorium.
5. Praktikan dilarang meninggalkan laboratorium tanpa ijin.
6. Hati-hati bekerja dengan asam kuat, gas beracun, dan lain-lain (dilakukan di
lemari asam). Sesegera mungkin bilas dengan air kran yang banyak bila badan
anda terkena zat-zat tersebut.

iv
ACARA 1

Uji Sifat Fisik dan Kimia Cairan Tubuh (Air Liur dan Empedu)

A. Tujuan
Mempelajari sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu)

B. Landasan Teori
Air liur (saliva) diekskresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu kelenjar
parotis, submaskilaris, dan sublingualis. Air liur dalam rongga mulut berfungsi
sebagai pelican dan untuk membasahi makanan saat dikunyah sehingga mudah
ditelan. Air liur juga merupkan tempat ekskresi obat-obatan tertentu seperti
alkohol dan morfin. Air liur mengandung air kira-kira 99,5%. Sekitar dua pertiga
dari bahan terlarut dalam air merupakan bahan organik dan sepertiganya adalah
bahan anorganik. Komponen anorganik air liur antara lain natrium, kalium,
kalsium, magnesium, fosfat, dan bikarbonat. Sedangkan komponen organic
utama air liur adalah musin dan enzim amilase. Bahan organik lain yang terdapat
dalam air liur dalam jumlah sedikit adalah urea, kolesterol, hormone-hormon
tertentu, dan lain-lain.
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan sementara dalam kandung
empedu sebelum dikeluarkan ke duodenum. Diperkirakan hati menghasilkan
500-1000 mL empedu per hari.
Empedu manusia berwarna kuning keemasan, namun bila dibiarkan pada
udara terbuka maka warnanya akan berubah menjadi hijau, biru dan coklat
karena pigmen empedu teroksidasi. Kandungan empedu yang penting antara lain
garam-garam empedu, pigmen-pigmen empedu, lesitin, kolesterol, dan garam-
garam anorganik. Empedu tidak mengandung protein kecuali musin, yang
disekresi oleh dinding kantong empedu, dan sejumlah kecil enzim seperti
fosfatase alkali. Empedu merupakan campuran hasil sekresi dan ekskresi.

1
Bahan-bahan yang disekresi misalnya garam-garam empedu, sedangkan yang
diekskresi misalnya pigmen empedu dan kolesterol.
Pigmen-pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel-sel darah merah oleh system
retikuloendotelial dari hati, limpa, dan sum-sum tulang belakang. Pigmen
empedu yang utama adalah biliverdin, yang berwarna hijau dan bilirubin yang
berwarna jingga atau kuning coklat. Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai
pereaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna, misalnya
mesobiliverdin (hijau hingga biru), mesobilirubin (kuning), dan mesobilisianin
(biru hingga ungu).

C. Alat dan Bahan


Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Corong kaca 75 mm
2. Gelas kimia 250 mL
3. Gelas kimia 600 mL
4. Indikator universal
5. Karet penghisap (rubber bulb)
6. Kertas saring
7. Penjepit tabung reaksi
8. Pipet tetes
9. Pipet volume 2 mL
10. Pipet volume 5 mL
11. Rak tabung reaksi
12. Spatula
13. Tabung reaksi

Bahan-bahan yang dibutuhkan:


1. Air liur
2. Aquades

2
3. Empedu
4. Larutan BaCl2 2%
5. Larutan CH3COOH 2 M
6. Larutan CuSO4 0,1 M
7. Larutan HCl 1 M
8. Larutan HNO3 pekat
9. Larutan H2SO4 pekat
10. Larutan NaOH 10%
11. Larutan sukrosa 5%
12. Minyak goring
13. Pereaksi Molisch

D. Cara Kerja
Uji Sifat Fisik dan Kimia Air Liur
1. Penetapan pH Air Liur
 Celupkan sepotong indikator universal ke dalam air liur yang tidak
disaring
 Tentukan pH air liur
2. Uji Biuret
 Masukkan 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang tidak disaring ke dalam
tabung reaksi
 Tambahkan 2 mL NaOH 10% dan campur dengan baik
 Tambahkan beberapa tetes larutan CuSO4 0,1 M dan campur dengan baik
 Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi
3. Uji Molisch
 Masukkan 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang tidak disaring ke dalam
tabung reaksi
 Tambahkan 2 tetes peraksi Molisch dan campur dengan baik

3
 Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 2 mL asam sulfat
pekat dari buret melalui dinding tabung reaksi sehingga kedua larutan
tersebut tidak bercampur.
 Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi
4. Uji Presipitasi
 Masukkan 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang telah disaring ke dalam
tabung reaksi
 Tambahkan 1 tetes asam asetat encer dan campur dengan baik
 Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi
5. Uji Sulfat
 Masukkan 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang telah disaring ke dalam
tabung reaksi
 Tambahkan 3-5 tetes HCl 1 M
 Tambahkan 5-10 tetes BaCl2 2% dan campur dengan baik
 Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi

Uji Sifat Fisik dan Kimia Empedu


1. Sifat Empedu
 Perhatikan dan catat sifat fisik empedu
2. Preparasi Empedu
 Lumatkan empedu sampai halus dan tambahkan akuades sampai menjadi
larutan empedu encer
 Saringlah larutan tersebut dengan kertas saring
 Larutan empedu encer ini akan digunakan selanjutnya untuk uji kulaitatif
empedu

4
3. Uji Gmelin
 Masukkan 3 mL HNO3 pekat ke dalam tabung reaksi
 Miringkan tabung reaksi, lalu dengan pipet tetes alirkan secara hati-hati 3
mL larutan empedu encer melalui dinding tabung reaksi sehingga kedua
larutan tersebut tidak tercampur
 Perhatikan dan catat warna–warna yang terbentuk pada perbatasan antara
kedua cairan
4. Uji Pettenkofer
 Masukkan 5 mL larutan empedu encer ke dalam tabung reaksi
 Tambahkan 5 tetes larutan sukrosa 5%
 Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 3 mL asam sulfat
pekat melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2 lapisan cairan
 Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi pada cincin yang terbentuk
pada perbatasan antara kedua lapisan
5. Fungsi Empedu sebagai Emulgator
 Sediakan 2 tabung reaksi dan masukkan 3 mL akuades pada
masing-masing tabung reaksi
 Tambahkan 3 tetes minyak goreng pada masing-masing tabung reaksi
 Tambahkan 3 mL larutan empedu encer pada salah satu tabung reaksi
 Kocok kedua tabung reaksi, catat dan perhatikan apakah terbentuk emulsi
yang stabil

E. Bahan Diskusi
1. Apa fungsi penambahan CuSO4 pada uji biuret? Jelaskan!
2. Apa fungsi penggunaan minyak pada uji empedu?

5
F. Hasil Pengamatan
Uji Sifat Fisik dan Kimia Air Liur

Langkah Kerja Hasil Pengamatan


Penetapan pH Air Liur
 Sepotong indikator universal
dicelupkan ke dalam air liur yang
tidak disaring
 pH air liur?
Uji Biuret
 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang
tidak disaring ditambahkan dengan 2
mL NaOH 10% dan dicampur
dengan baik
 Ditambahkan beberapa tetes larutan
CuSO4 0,1 M dan dicampur dengan
baik
Uji Molisch
 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang
tidak disaring ditambahkan dengan 2
tetes pereaksi Molisch dan dicampur
dengan baik
 Tabung reaksi dimiringkan lalu
dialiri 2 mL H2SO4 pekat dari buret
melalui dinding tabung reaksi dengan
hati-hati sehingga kedua larutan
tersebut tidak bercampur
Uji Presipitasi
 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang
telah disaring ditambahkan dengan 1
tetes asam asetat encer dan dicampur
dengan baik
Uji Sulfat
 2 mL atau ± 30 tetes air liur yang
telah disaring ditambahkan dengan
3-5 tetes HCl 1M
 Ditambahkan 5-10 tetes BaCl2 2%
dan dicampur dengan baik

6
Uji Sifat Fisik dan Kimia Empedu

Langkah Kerja Hasil Pengamatan


Sifat Empedu
 Sifat fisik empedu?
Preparasi Empedu
 Empedu dilumatkan sampai halus
dan ditambahkan aquades sampai
menjadi larutan empedu encer
 Larutan tersebut disaring
Uji Gmelin
 3 mL HNO3 pekat dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
 Tabung reaksi dimiringkan, lalu
dialiri 3 mL larutan empedu encer
secara hati-hati melalui dinding
tabung reaksi sehingga kedua larutan
tersebut tidak bercampur

Uji Pettenkofer
 5 mL larutan empedu encer
ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa
5%
 Tabung reaksi dimiringkan lalu
dialiri 3 mL asam sulfat pekat dengan
hati-hati melalui dinding tabung
sehingga terbentuk 2 lapisan cairan
Fungsi Empedu sebagai Emulgator
 Masing-masing 3 mL akuades
dimasukkan pada 2 tabung reaksi
 Ditambahkan 3 tetes minyak goreng
pada masing-masing tabung reaksi
 Ditambahkan 3 mL larutan empedu
encer pada salah satu tabung reaksi
 Kedua tabung reaksi dikocok
 Apakah terbentuk emulsi yang stabil?

7
ACARA II
Penetapan Kadar Kolesterol

A. Tujuan
Menentukan kadar kolesterol total dalam serum

B. Landasan Teori
Kolesterol adalah salah satu turunan steroid penting yang banyak terdapat
pada hewan dan manusia. Sebagai turunan steroid, senyawa ini diturunkan dari
cincin utama steroid yang disebut kolestana. Struktur kolesterol diturunkan dari
kolestana dengan cara substitusi atom H pada posisi tiga dengan gugus –OH dan
dehidrogenasi pada posisi 5 dan 6. Dengan struktur tersebut maka kolesterol juga
disebut dengan 5-kolesten-3β-ol.
Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat pada hampir semua
jaringan hewan. Batu kandung empedu dan kuning telur merupakan sumber yang
kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan senyawa yang berguna dalam
biosintesis hormon steroid, namun senyawa ini tidak harus diperoleh dari luar
tubuh melalui makanan sebab kolesterol dapat disintesis oleh tubuh dari asetil
koenzim A.
Kolesterol dikenal sebagai senyawa yang membahayakan bagi kesehatan,
karena tingginya kadar senyawa ini di dalam darah berkaitan dengan penyakit
arteriosklerosi, yaitu suatu penyakit pengerasan pembuluh darah. Namun
demikian, dalam jumlah tertentu kolesterol dibutuhkan oleh tubuh sebagai
prekursor beberapa hormon dan merupakan komponen membran lipida bersama-
sama glikolipida dan fosfolipida.

C. Alat dan Bahan


Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Gelas kimia 100 mL
2. Karet penghisap (rubber bulb)

8
3. Kuvet
4. Labu ukur 10 mL
5. Labu ukur 50 mL
6. Penangas air
7. Penjepit tabung reaksi
8. Pipet tetes
9. Pipet volume 1 mL
10. Pipet volume 2 mL
11. Rak tabung reaksi
12. Sentrifuge
13. Spektrofotometer UV-Vis
14. Stopwatch
15. Tabung reaksi
16. Tabung reaksi bertutup
17. Tissue

Bahan-bahan yang dibutuhkan:


1. Akuades
2. Colour Reagen
3. Larutan CH3COOH glasial
4. Larutan C2H5OH absolut
5. Larutan H2SO4 pekat
6. Larutan petroleum benzene
7. Larutan sampel kolesterol
8. Larutan standar kolesterol 0,05 mg/mL

D. Cara Kerja
Uji Sampel
1. Sediakan tabung reaksi bertutup (tabung S)
2. Masukkan 2,5 mL alkohol absolut ke dalam tabung reaksi tersebut

9
3. Tambahkan 0,1 mL serum kolesterol dan kocok dengan baik
4. Tambahkan 5 mL petroleum eter/petroleum benzene, tutup tabung reaksi
rapat-rapat
5. Kocok larutan tersebut dalam sentrifuge selama ± 30 detik
6. Tambahkan 3 mL akuades dan kocok lagi dalam sentrifuge selama 10-15
menit
7. Diamkan larutan tersebut hingga terbentuk 2 lapisan
8. Ambil lapisan atas dengan pipet dan masukkan ke dalam tabung reaksi lain
(tabung A)
9. Uapkan larutan tersebut dengan memasukkan tabung A kedalam penangas air
bersuhu 80oC sampai cairan tinggal sedikit
10. Ambil tabung, dinginkan, dan biarkan mongering pada udara terbuka
11. Tambahkan 4 mL colour reagent (1 mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat glasial)
konsentrasi colour reagent yang tersedia adalah 50 mg/mL sehingga harus
diencerkan terlebih dahulu (untuk 2 kelompok cukup mengencerkan 1 mL
colour reagent 50 mg/mL dengan asam asetat glasial sampai 50 mL)
12. Panaskan dalam penangas air selama ± 5 menit untuk melarutkan sisa-sisa
kolesterol, kemudian dinginkan pada suhu kamar
13. Ambil tabung reaksi lain untuk blangko (tabung B)
14. Masukkan 4 mL asam asetat glasial ke dalam tabung reaksi tersebut
15. Tambahkan 3 mL larutan H2SO4 pekat ke dalam tabung A dan tabung B
dengan mengalirkannya melaui dinding tabung yang dimiringkan sehingga
terbentuk dua lapisan yang saling memisah
16. Kocok larutan pada kedua tabung reaksi dalam sentrifuge selama 1-2 menit
17. Diamkan kedua tabung reaksi dalam ruang gelap selama 30 menit
18. Encerkan larutan pada kedua tabung reaksi (pengenceran 10 kali, 1 mL larutan
diencerkan menjadi 10 Ml dengan penambahan petroleum eter/petroleum
benzene) untuk sampel
19. Ukur A kedua sampel pada λ = 560 nm

10
Sebelum digunakan, cuci kuvet dengan asam asetat glasial dan keringkan di
udara terbuka
Kurva Kalibrasi
1. Sediakan 3 tabung reaksi dan tambahkan 0,5 mL; 1,0 mL; dan 2,0 mL larutan
kolesterol standar 0,05 mg/mL petroleum eter atau petroleum benzene pada
masing-masing tabung reaksi
2. Uapkan ketiganya sampai kering pada penangas air bersuhu 80 oC dan uapkan
sisa larutan yang tertinggal pada suhu kamar
3. Tambahkan 4 mL colour reagent (1 mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat glasial)
4. Panaskan dalam penangas air selama ± 5 menit untuk melarutkan sisa-sisa
kolesterol, kemudian dinginkan pada suhu kamar
5. Perlakukan tiga standar tersebut dengan cara kerja nomor 15 sampai 19

E. Bahan Diskusi
1. Apa fungsi alkohol absolut, petroleum eter/petroleum benzene, dan asam sulfat
pekat pada percobaan ini?
2. Berikan alasan Anda mengapa larutan kolesterol perlu disimpan dalam ruang
gelap sebelum diukur absorbansinya?
3. Uraikan jalur biosintesis kolesterol dan asetil koenzim A!

F. Hasil Pengamatan
Uji Sampel

Langkah Kerja Hasil Pengamatan


 2,5 mL alkohol absolut dalam tabung
reaksi bertutup (tabung S)
ditambahkan 0,1 mL serum
kolesterol dan dikocok dengan baik
 Ditambahkan 5 mL petroleum
eter/petroleum benzene, tabung
reaksi ditutup rapat-rapat
 Dikocok dalam sentrifuge ± 30 detik
 Ditambahkan 3 mL akuades dan
dikocok dalam sentrifuge selama 10-
15 menit
 Larutan didiamkan hingga terbentuk
2 lapisan

11
 Lapisan atas diambil dengan pipet
dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi lain (tabung A)
Lankah Kerja Hasil Pengamatan
 Larutan pada tabung A diuapkan
dalam penangas air 80oC sampai
cairan tinggal sedikit
 Tabung A didinginkan dan dibiarkan
mongering pada uadara terbuka
 Ditambahkan 4 mL colour reagent (1
mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat
glasial)
 Dipanaskan dalam penangas air
selama ± 5 menit kemudian
didinginkan pada suhu kamar
 Tabung reaksi lain diambil untuk
blangko (tabung B)
 4 mL asam asetat glasial dimasukkan
ke dalam tabung B
 Ditambahkan 3 mL larutan H2SO4
pekat kedalam tabung A dan tabung B
dengan mengalirkannya melalui
dinding tabung yang dimiringkan
sehingga terbentuk dua lapisan yang
saling memisah
 Larutan pada kedua tabung reaksi
dikocok dalam sentrifuge selama 1-2
menit
 Kedua tabung reaksi didiamkan dalam
ruang gelap selama 30 menit
 Larutan pada kedua tabung reaksi
diencerkan (pengenceran 10 kali, 1
mL larutan diencerkan menjadi 10 mL
dengan penambahan petroleum
eter/petroleum benzene) untuk sampel
 Absorbansi kedua sampel diukur pada
λ = 560 nm

Kurva Kalibrasi

Langkah Kerja Hasil Pengamatan


 3 tabung reaksi ditambahkan 0,5
mL; 1,0 mL; dan 2,0 mL larutan

12
kolesterol standar 0,05 mg/mL
petroleum eter atau petroleum
benzene
Langkah Kerja Hasil Pengamatan
 Ketiganya diuapkan sampai kering
pada penangas air 80oC dan sisa
larutan yang tertinggal diuapkan
pada suhu kamar
 Ditambahkan 4 mL colour reagent
(1 mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat
glasial)
 Dipanaskan dalam penangas air
selama ± 5 menit kemudian
didinginkan pada suhu kamar
 Ditambahkan 3 mL larutan H2SO4
pekat kedalam masing-masing
tabung dengan mengalirkannya
melalui dinding tabung yang
dimiringkan sehingga terbentuk dua
lapisan yang saling memisah
 Larutan pada ketiga tabung reaksi
dikocok dalam sentrifuge selama 1-2
menit
 Ketiga tabung reaksi didiamkan
dalam ruang gelap selama 30 menit
 Larutan pada ketiga tabung reaksi
diencerkan (pengenceran 10 kali, 1
mL larutan diencerkan menjadi 10
mL dengan penambahan petroleum
eter/petroleum benzene) untuk
sampel
 Absorbansi ketiga sampel diukur
pada λ = 560 nm

13
ACARA III

Penetapan Amilase (Wohlgemuth)

A. Tujuan
Menentukan kadar amilase (diastase) pada air seni.

B. Landasan Teori
Enzim amilase merupakan salah satu enzim pencernaan yang berasal dari
getah pankreas dan juga terdapat di dalam duodenum (muara dari getah pankreas).
Enzim ini berfungsi untuk mendegradasi karbohidrat (pati) menjadi monosakarida
dalam proses metabolisme tubuh dan sebagai penghasil energi dalam bentuk ATP.
Enzim ini merupakan salah satu dari beberapa enzim serum yang terdeteksi dalam
air seni.
Beberapa larutan 0,1% amilum yang sama banyaknya, masing-masing
ditambah dengan amilase yang tidak sama banyaknya dan dibiarkan setengah jam
pada temperatur 37oC. Jumlah amilase yang paling sedikit yang diperlukan untuk
mengubah 2 mL larutan amilum terlarut menjadi erythrodextrine ditentukan
dengan percobaan iod. Tujuan percobaan kali ini adalah menentukan kadar
amilase (diastase) pada air seni.
Jumlah air seni paling sedikit yang dapat mencerna 2 mL larutan amilum
10% pada 37oC dalam waktu 30 menit disebut indeks urin (indeks diastase).
Indeks diastase dari air seni normal bervariasi antara 5-20. Pada beberapa penyakit
pankreas dan kerusakan fungsi sekresi ginjal, indeks diastase urin bernilai tinggi.

C. Alat dan Bahan


Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Gelas kimia 600 mL
2. Karet penghisap (rubber bulb)

14
3. Labu ukur 10 mL
4. Penangas air
5. Penjepit tabung reaksi
6. Pipet tetes
7. Pipet volume 2 mL
8. Rak tabung reaksi
9. Stopwatch
10. Tabung reaksi

Bahan-bahan yang dibutuhkan:


1. Air seni
2. Akuades
3. Larutan amilum 0,1%
4. Larutan iod

D. Cara Kerja
1. Sediakan dan beri tanda 10 tabung reaksi kering lalu tempatkan pada rak
2. Lima tabung reaksi pertama diisi dengan air seni yang telah diencerkan (dibuat
dengan mengencerkan 1 mL air seni dengan akuades hingga 10 mL)
masing-masing dengan volume 10 tetes, 12 tetes, 14 tetes, 16 tetes, dan 18
tetes.
3. Lima tabung reaksi kedua diisi dengan air seni tanpa diencerkan masing-
masing dengan volume 2 tetes, 4 tetes, 6 tetes, 8 tetes, dan 10 tetes
4. Tambahkan akuades ke dalam masing-masing tabung reaksi (10 tabung reaksi)
hingga volume totalnya menjadi 20 tetes
5. Tambahkan larutan amilum 0,1% sebanyak 2 mL ke dalam masing-masing
tabung reaksi
6. Letakkan semua tabung reaksi dalam penangas air bersuhu 37 oC selama 30
menit
7. Dinginkan selama 5 menit dalam air dingin untuk menghentikan reaksinya
kemudian letakkan semua tabung reaksi di rak
8. Tambahkan setetes larutan iod pada masing-masing tabung, kocok, dan amati
perubahan warnanya dengan interval waktu. Jika saat dikocok warna iod
memudar dan hilang, tambahkan lagi 1 sampai 2 tetes larutan iod pada
masing-masing tabung reaksi. Penambahan larutan iod harus dilakukan tetes
per tetes dan diusahakan tidak terlalu banyak. Jumlah penambahan larutan iod

15
harus sama pada masing-masing tabung reaksi untuk mengetahui perbedaan
jumlah enzim amilase yang terkandung melalui intensitas warna larutan yang
dihasilkan. Larutan yang berwarna merah (bukan biru atau ungu) mengandung
cukup banyak enzim amilase untuk mencerna 2 mL larutan 0,1% amilum
terlarut menjadi erythrodextrine.

E. Bahan Diskusi
1. Jelaskan mekanisme kerja enzim amilase pada percobaan di atas!
2. Dapatkah kerja enzim amilase digantikan oleh asam atau basa? Jelaskan!
3. Selain di dalam urin, dimana enzim amilase dapat ditemukan?

F. Hasil Pengamatan

Langkah Kerja Hasil Pengamatan


 Lima tabung reaksi pertama diisi
dengan air seni yang telah
diencerkan
 Lima tabung reaksi kedua diisi
dengan air seni tanpa diencerkan
 Masing-masing ditambahkan
akuades sampai volume totalnya
menjadi 20 tetes
 Ditambahkan larutan amilum 0,1%
sebanyak 2 mL
 Diletakkan dalam penangas air
bersuhu 37oC selama 30 menit
 Didinginkan selama 5 menit
 Ditambahkan tetes per tetes larutan
iod, dikocok, dan diamati
perubahannya dengan interval waktu

Tabel Kerj a

Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urine diencerkan (tetes) 10 12 14 16 18 - - - - -
Urine tak diencerkan (tetes) - - - - - 2 4 6 8 10
Aquades (tetes) 10 8 6 4 2 18 1 14 1 10
6 2
Larutan amilum 0,1% (mL) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

16
ACARA IV

Uji Kuantitatif Protein

A. Tujuan
Menentukan konsentrasi protein dengan metode biuret.

B. Landasan Teori
Protein merupakan makromolekul berstruktur polimer yang penting bagi
makhluk hidup. Satuan monomer pembentuk protein adalah asam amino. Di alam
terdapat 20 jenis asam amino standar yang ditemukan sebagai penyusun utama
makhluk hidup.
Analisis protein dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji
kualitatif protein yang sering dilakukan antara lain reaksi Xantoprotein, reaksi
Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida, reaksi Sakaguchi, dan lain-lain.
Sedangkan uji kuantitatif protein terdiri atas metode Kjeldahl, metode titrasi
formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (metode biuret), dan
metode spektrofotometri UV.
Pada praktikum kali ini konsentrasi protein ditentukan dengan metode
biuret. Berdasarkan metode ini, kadar protein dalam sampel dapat ditentukan
dengan cara mengukur nilai absorbansi maksimal dengan spektrofotometri UV-
Vis. Semakin tinggi nilai absorbansi maka semakin tinggi pula kandungan protein
yang terdapat pada sampel. Metode ini didasarkan pada kemampuan protein dalam
menyerap (atau membaurkan) cahaya di daerah UV-Vis.

C. Alat dan Bahan


Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Kuvet
2. Mikro pipet

17
3. Pipet tetes
4. Rak tabung reaksi
5. Spektrofotometer UV-Vis
6. Tabung reaksi
7. Tissue

Bahan-bahan yang dibutuhkan:


1. Akuades
2. Es batu
3. Larutan sampel protein
4. Larutan standar protein
5. Pereaksi biuret (CuSO4 : NaOH = 1:10)

D. Cara Kerja
Preparasi Larutan Standar
1. Masukkan 5 mL larutan standar protein 0,05 mg/mL ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 mL larutan CuSO4 1%, 1 mL larutan NaOH 10%, dan 1 mL
akuades kemudian kocok
3. Ulangi kedua langkah di atas dengan menggunakan larutan standar protein 1
mg/mL, 2 mg/mL, dan 4 mg/mL pada tabung reaksi yang berbeda

Preparasi Larutan Sampel


1. Masukkan masing-masing 5 mL larutan sampel A dan larutan sampel B
kedalam 2 tabung reaksi yang berbeda
2. Tambahkan masing-masing 1 mL larutan CuSO4 1%, 1 mL larutan NaOH
10%, dan 1 mL akuades kemudian kocok

Preparasi Larutan Blanko


Masukkan 1 mL larutan CuSO4 1%, 1 mL larutan NaOH 10%, dan 1 mL akuades
kemudian kocok

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Protein


1. Isikan larutan standar 4 mg/mL yang telah dipreparasi sebelumnya ke dalam
kuvet secukupnya
2. Masukkan kuvet yang telah diisi larutan standar ke dalam spektrofotometer
UV-Vis dan ukur absorbansinya pada λ = 520 nm

18
3. Ulangi kedua langkah di atas dengan λ bervariasi antara 520-545 nm (dengan
interval 5 nm) kemudian tentukan λ maksimumnya!

Pembuatan Kurva Kalibrasi Standard dan Sampel


1. Isikan larutan standar 0,5 mg/mL yang telah dipreparasi sebelumnya ke dalam
kuvet secukupnya
2. Masukkan kuvet yang telah diisi larutan standar ke dalam spektrofometer
UV-Vis dan ukur absorbansinya pada λ maksimum yang didapatkan pada
percobaan “Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Protein”
3. Ulangi kedua langkah di atas untuk larutan standar dengan konsentrasi 1
mg/mL, 2mg/mL, dan 4 mg/mL
4. Catat nilai absorbansinya

Penentuan Konsentrasi Sampel


1. Isikan larutan sampel A yang telah dipreparasi sebelumnya ke dalam kuvet
secukupnya
2. Masukkan kuvet yang telah diisi larutan standar ke dalam spektrofotometer
UV-Vis dan ukur absorbansinya pada λ maksimum yang didapatkan pada
percobaan “Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Protein”
3. Ulangi kedua langkah di atas untuk larutan sampel B
4. Catat nilai absorbansinya!

E. Bahan Diskusi
1. Apa fungsi penambahan larutan CuSO4 1% dan larutan NaOH 10% pada
larutan standar protein?
2. Semakin tinggi nilai absorbansi maka semakin tinggi pula kandungan protein
yang terdapat pada sampel. Jelaskan pernyataan tersebut!

19
F. Hasil Pengamatan
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Protein

No. Panjang Gelombang (nm) Absorbansi


1 520
2 525
3 530
4 535
5 540
6 545
Panjang gelombang maksimum protein, λmaks= …..nm

Pembuatan Kurva Kalibrasi Standard an Sampel

No Konsentrasi Larutan Standar Panjang Gelombang Absorbansi


. (mg/mL)
1 0,5 λmaks
2 1 λmaks
3 2 λmaks
4 4 λmaks

Penentuan Konsentrasi Sampel

No. Sampel Absorbansi


1 A
2 B

20
ACARA V
Isolasi DNA Tumbuhan

A. Tujuan
1. Mengetahui cara isolasi DNA dari beberapa jenis tumbuhan.
2. Mengetahui keefektifan beberapa deterjen untuk isolasi DNA dari beberapa
jenis tumbuhan.
3. Mengamati DNA dari sel tumbuhan

B. Landasan Teori
DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) adalah molekul utama yang mengkode
semua informasi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme setiap organisme
hidup. DNA tersusun atas tiga komponen utama yaitu gula deoksiribosa, basa
nitrogen dan fosfat yang tergabung membentuk nukleotida. DNA terletak pada
kromosom, dijumpai di nucleus, mitokondria dan kloroplas. DNA dapat
mengalami proses denaturasi dan renaturasi. Denaturasi DNA ialah proses
pemisahan untai ganda molekul DNA sehingga konformasinya berubah,
sedangkan renaturasi DNA merupakan proses pembentukan kembali struktur untai
ganda DNA dari keadaan terdenaturasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi proses
tersebut antara lain suhu yang timggi, pH ekstrim, kandungan elektrolit Na+ atau
K+, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan DNA murni dari suatu sel dalam jaringan tubuh
makhluk hidup dapat dilakukan teknik isolasi DNA. Tahapan-tahapan isolasi DNA
antara lain preparasi ekstrak sel, pemurnian DNA dari ekstark sel, dan presipitasi
DNA. Hasil isolasi DNA setiap jenis atau bagian tumbuhan dapat berbeda-beda,
hal ini karena adanya perbedaan konsentrasi senyawa polifenol dan polisakarida
yang terkandung di dalamnya. Dalam konsentrasi tinggi, senyawa tersebut dapat
menghambat pemurnian DNA. Kadar air yang bervariasi pada masing-masing

21
tumbuhan juga dapat memberikan hasil yang berbeda. Semakin tinggi kadar air
suatu tumbuhan maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit,
sehingga DNA yang terendapkan juga akan sedikit.
Proses isolasi DNA diawali dengan proses ekstraksi DNA. Hal ini
bertujuan untuk memisahkan DNA dengan partikel lain yang tidak diinginkan.
Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak menyebabkan
kerusakan pada DNA. Untuk mengeluarkan DNA dari sel, dapat dilakukan dengan
memecahkan dinding sel, membran plasma dan membrane inti baik dengan cara
mekanik maupun secara kimiawi.

C. Alat dan Bahan


Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Batang pengaduk
2. Blender
3. Corong kaca
4. Gelas kimia
5. Gelas ukur
6. Karet penghisap (rubber bulb)
7. Kertas saring
8. Pemanas listrik
9. Pipet tetes
10. Pipet volume
11. Pisau
12. Rak tabung reaksi
13. Spatula
14. Tabung reaksi

Bahan-bahan yang dibutuhkan:


1. Akuades
2. Bawang Bombay
3. Brokoli

22
4. Buah papaya
5. Buah pisang
6. Bauh tomat
7. Deterjen bubuk
8. Deterjen krim
9. Es batu
10. Garam dapur
11. Larutan etanol 95%

D. Cara Kerja
Pembuatan Etanol Dingin
1. Letakkan es batu yang terbungkus plastic kedalam gelas kimia 500 mL
2. Masukkan 100 mL etanol 95% ke dalam gelas kimia dan tutup rapat agar
etanol tidak menguap

Pembuatan Larutan Tumbuhan


1. Ambil 100 gram daging buah (buah papaya, buah pisang, dan buah tomat serta
bawang bombay dan brokoli secara bergantian dan jangan dicampur)
kemudian potong kecil-kecil
2. Masukkan ke dalam blender, tambahkan 100 mL akuades, dan haluskan
selama 40 detik

Isolasi DNA dengan Deterjen Bubuk


1. Larutkan 5 gram deterjen bubuk ke dalam 100 mL akuades, aduk perlahan-
lahan selama 15 menit, jangan membuat banyak gelembung pada larutan sabun
2. Campurkan 4 mL larutan deterjen bubuk dengan masing-masing 4 mL larutan
tumbuhan
3. Tambahkan 1 spatula garam dapur kemudian aduk selama 10 menit hingga
diperoleh campuran yang homogen
4. Saring campuran yang dihasilkan sebanyak dua kali

23
5. Masukkan 6 mL larutan hasil penyaringan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 5 mL larutan etanol 95% yang telah didinginkan dengan
hati-hati melalui dinding tabung (supaya etanol tidak bercampur dengan
eluent) dan biarkan selama 5 menit
6. Perhatikan proses munculnya DNA dan catat semua perubahan yang terjadi,
DNA akan menggumpal di batas antara eluent dan etanol (kelihatan seperti
benang putih)
7. Catat waktu yang diperlukan hingga munculnya DNA, warna, serta banyak
sedikitnya DNA yang terbentuk
8. Gunakan batang pengaduk atau pipet untuk mengambil DNA

Isolasi DNA dengan Deterjen Krim


1. Larutkan 5 gram deterjen krim ke dalam 100 mL akuades, aduk perlahan-
lahan selama 15 menit, jangan membuat banyak gelembung pada larutan
sabun
2. Campurkan 4 mL larutan deterjen krim dengan masing-masing 4 mL larutan
tumbuhan
3. Tambahkan 1 spatula garam dapur kemudian aduk selama 10 menit hingga
diperoleh campuran yang homogeny
4. Saring campuran yang dihasilkan sebanyak dua kali
5. Masukkan 6 mL larutan hasil penyaringan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 5 mL larutan etanol 95% yang telah didinginkan dengan
hati-hati melalui dinding tabung (supaya etanol tidak bercampur dengan
eluent) dan biarkan selama 5 menit
6. Perhatikan proses munculnya DNA dan catat semua perubahan yang terjadi,
DNA akan menggumpal di batas antara eluent dan etanol (kelihatan seperti
benang putih)
7. Catat waktu yang diperlukan hingga munculnya DNA, warna, serta banyak
sedikitnya DNA yang terbentuk

24
8. Gunakan batang pengaduk atau pipet untuk mengambil DNA

E. Bahan Diskusi
1. Apa tujuan penambahan deterjen pada percobaan ini?
2. Apa tujuan penambahan garam dapur pada percobaan ini?

F. Hasil Pengamatan
Pembuatan Larutan Buah

Langkah Kerja Hasil Pengamatan


 100 gram daging buah (buah pepaya,
buah pisang, dan buah tomat serta
bawang bombay dan brokoli)
dipotong kecil-kecil
 Dimasukkan ke dalam blender,
ditambahkan 100 mL akuades, dan
dihaluskan dengan blender selama
40 detik

Isolasi DNA dengan Deterjen Bubuk

Langkah Kerja Hasil Pengamatan


 5 gram deterjen bubuk dilarutkan
dalam 100 mL akuades, diaduk
perlahan-lahan selama 15 menit
 4 mL larutan deterjen bubuk
dicampurkan dengan masing-masing
4 mL larutan buah
 Ditambahkan 1 spatula garam dapur
kemudian diaduk selama 10 menit
 Campuran disaring sebanyak dua
kali
 6 mL larutan hasil penyaringan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 5 mL larutan
etanol 96% dingin melalui dinding
tabung
 DNA diambil dengan menggunakan
pengaduk kaca atau pipet tetes

25
Isolasi DNA dengan Deterjen Krim

Langkah Kerja Hasil Pengamatan


 5 gram deterjen krim dilarutkan
dalam 100 mL akuades, diaduk
perlahan-lahan selama 15 menit
 4 mL larutan deterjen krim
dicampurkan dengan masing-masing
4 mL larutan buah
 Ditambahkan 1 spatula garam dapur
kemudian diaduk selama 10 menit
 Campuran disaring sebanyak dua
kali
 6 mL larutan hasil penyaringan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 5 mL larutan
etanol 96% dingin melalui dinding
tabung
 DNA diambil dengan menggunakan
pengaduk kaca atau pipet tetes

Tabel Kerja

Pengamatan
No. Buah Deterjen
Warna Bentuk Waktu Jumlah
Bubuk
1 Pepaya
Krim
Bubuk
2 Pisang
Krim
Bubuk
3 Tomat
Krim
Bawang Bubuk
4
Bombay Krim
Bubuk
5 Brokoli
Krim

26
ACARA VI
Penentuan Kadar Vitamin

A. Tujuan
Menentukan kadar vitamin C (asam askorbat) dalam sampel jeruk buah dan jeruk
nipis secara titrasi iodimetri.

B. Landasan Teori
Vitamin merupakan golongan senyawa organic yang memiliki peran
sangat penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi
tubuh lainnya agar metabolisme berjalan normal. Vitamin C atau L-asam askorbat
merupakan senyawa yang bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6. Vitamin C
merupakan asam gula yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran
segar. Kegunaan vitamin C adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting
dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu
memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal vitamin C
adalah 60-90 mg/hari.
Penentuan vitamin C pada suatu produk dapat dilakukan dengan cara
titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara
iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih
rendah dari system iodin dengan menggunakan indikator amilum. Titrasi
dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8).
Dalam titrasi iodimetri, iodin digunakan sebagai agen pengoksidasi,
namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat
sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Vitamin C merupakan

27
pereduksi yang sangat kuat, maka vitamin C tepat jika digunakan sebagai sampel
dalam titrasi iodimetri.
Iodin akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil dibandingkan potensial reduksi iodin (+0,535 volt).
Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil (+0,116 volt)
dibandingkan potensial reduksi iodin, sehingga vitamin C dapat dititrasi secara
langsung dengan iodin. Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri dilakukan dengan
mengggunakan indicator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman
pada saat tercapainya titik akhir titrasi.

C. Alat dan Bahan


Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Buret 50 mL
2. Erlenmeyer
3. Gelas kimia 100 mL
4. Gelas ukur 10 mL
5. Kaca arloji
6. Karet penghisap (rubber bulb)
7. Klem
8. Labu ukur 100 mL
9. Pengaduk kaca
10. Pipet tetes
11. Pipet volume 10 mL
12. Statif

Bahan-bahan yang dibutuhkan:


1. Akuades
2. Jeruk buah
3. Jeruk nipis
4. Larutan amilum 1%
5. Larutan H2SO4 2 N

28
6. Larutan KI 10%
7. Larutan Na2S2O3 0,1 N
8. Larutan standar iodium 0,01 N
9. Larutan standar primer KIO3 0,1 N

D. Cara Kerja
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan larutan KIO3 0,1 N
1. Masukkan 10 mL larutan KIO3 0,1 N ke dalam erlenmeyer, timbang, kemudian
tambahkan 5 mL larutan KI 10%
2. Tambahkan 2 mL larutan H2SO4 2 N dan titrasikan dengan larutan Na 2S2O3
sampai berwarna kuning muda
3. Selanjutnya, tambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% lalu lanjutkan titrasi
dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hiang

Standarisasi Larutan I2 dengan Larutan Standar Na2S2O3 0,01 N


1. 10 mL larutan I2 dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai berwarna kuning
muda
2. Tambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% lalu lanjutkan titrasi dengan
larutan Na2S2O3 sampai warna biru hilang

Penetapan Kadar Vitamin C dalam Larutan dengan Larutan Iodium Standar


1. Pembuatan Larutan Buah
 Peras sampel jeruk buah dan jeruk nipis untuk mendapatkan air jeruknya
dan letakkan pada wadah yang berbeda
 Ambil masing-masing 10 mL air jeruk buah dan jeruk nipis dengan
menggunakan pipet volume kemudian timbang untuk mendapatkan
beratnya
2. Titrasi Iodimetri Cara 1
 Encerkan 10 mL air jeruk buah dengan akuades sampai 100 mL
 Ambil 10 mL larutan air jeruk buah dan masukkan ke dalam Erlenmeyer

29
 Tambahkan 6 mL larutan H2SO4 2 N kemudian tambahkan beberapa tetes
larutan amilum 1%
 Titrasikan dengan larutan I2 standar sampai berwarna biru. Sebisa mungkin
tutup rapat erlenmeyer dengan aluminium foil pada saat proses titrasi untuk
mengurangi penguapan larutan I2.
 Ulangi langkah-langkah di atas dengan menggunakan air jeruk nipis
sebagai pengganti air jeruk buah
3. Titrasi Iodimetri Cara 2
 Masukkan 10 mL air jeruk buah ke dalam labu Erlenmeyer
 Tambahkan 6 mL larutan H2SO4 2 N
 Tambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% dan titrasikan dengan
larutan I2 standar sampai berwarna biru. Sebisa mungkin tutup rapat
erlenmeyer dengan dengan aluminium foil pada saat proses titrasi untuk
mengurangi penguapan larutan I2.
 Ulangi langkah-langkah di atas dengan menggunakan air jeruk nipis
sebagai pengganti air jeruk buah

E. Bahan Diskusi
1. Apa tujuan penambahan natrium tiosulfat pada percobaan ini?
2. Apa perbedaan antara titrasi iodimetri cara 1 dengan cara 2 pada percobaan
ini?
Bagaimana perbedaan hasil keduanya?

F. Hasil Pengamatan
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan KIO3 0,1 N

Perlakuan Hasil Pengamtan


Massa 10 mL KIO3 0,1 N ……..gram

Pembuatan Larutan Buah

Perlakuan Hasil Pengamatan

30
Massa 10 mL jeruk buah …….gram
Massa 10 mL jeruk nipis …….gram

Titrasi Iodimetri

Volume titran I2 (mL)


Sampel Volume Sampel
Cara 1 Cara 2
Jeruk buah 10 mL ……. ……
Jeruk nipis 10 mL ……. ……

31

Anda mungkin juga menyukai