BAB I
PENDAHULUAN
terkait dengan atau diperberat oleh kehailan atau penanganannya, tetapi bukan
oleh karena kecelakaan atau cedera. Kematian ibu 90% terjadi pada saat
persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu
antara lain oleh sebab perdarahan yaitu 28%, eklamsia sebesar 24% dan infeksi
11%. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah kurang energi kronis (KEK)
saat kehamilan 57%, anemia ada kehamilan 40%. (Pusat Data dan Informasi,
2012) Selain itu penyebab tidak langsung kematian ibu juga karena terlambat
dalam mengambil keputusan, terlambat tiba ke tempat rujukan, dan terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Penyebab lainnya adalah terlalu
muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, terlalu dekat
jarak kelahiran, rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
kedudukan dan peran perempuan, faktor sosial budaya, serta faktor transportasi
(Kemenkes, 2011).
Capaian AKI provinsi Bali pada tahun 2014 adalah sebesar 70,5 per
100.000 kelahiran hidup, lebih rendah dari target MDGs 2015 yaitu 102 per
100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi perlu diperhatikan dengan baik karena
dalam periode tahun 2010 sampai 2012 AKI terus mengalami peningkatan dan
baru sejak tahun 2013 mengalami penurunan. Berdasarkan sebaran per
kabupaten/kota di Bali pada tahun 2014, AKI tertinggi adalah di Kabupaten
Karangasem (200,9 per 100.000 kelahiran hidup) dan terendah di Kota
Denpasar (16,1 per 100.000 kelahiran hidup). Meskipun AKI Provinsi Bali
telah mencapai target, masih terdapat kabupaten dengan AKI lebih tinggi dari
target nasional yaitu Kabupaten Karangasem. (Dinkes Provinsi Bali, 2015)
Pada tahun 2014, terdapat total 16 kematian ibu dengan penyebab
bermacam-macam di Kabupaten Karangasem. Penyebab kematian ibu tersebut
antara lain ibu hamil menderita sakit sebelumnya, infeksi HIV, pertolongan
petugas kesehatan yang terlambat, usia ibu hamil terlalu muda, kurang
pengetahuan soal kehamilan, kurang kontrol kehamilan, penyakit saat bersalin,
dan sebagainya. Salah satu kasusnya berasal dari wilayah kerja Puskesmas
Karangasem 1.
Pada tahun 2014 hingga 2015 terdapat total 2 kematian ibu yang
disebabkan oleh eklamsia dan gagal ginjal kronis. Berdasarkan data program
kesehatan ibu dan anak (KIA) Puskesmas Karangasem 1, kedua ibu tersebut
memiliki kehamilan dengan berisiko yaitu usia ibu hamil di atas 35 tahun dan
ibu memiliki riwayat penyakit kronis. Selama tahun 2015 terdapat 16,2% ibu
hamil dengan berisiko dari ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Karangasem
1. Hasil tersebut didapat berdasarkan usia ibu hamil, paritas, jarak anak, tingkat
Hb, LILA, dan tinggi badan ibu hamil.
Di Indonesia kelompok kehamilan berisiko berdasarkan survei demografi
dan kesehatan tahun 2012 adalah 63,7%. (Statistik, 2013) Sementara itu
kejadian ibu hamil berisiko di Bali berdasarkan Riskesdas (2013) adalah 63,3%
dengan angka tertinggi dari Kabupaten Karangasem. Berdasarkan Rochjati
(1977) frekuensi kehamilan berisiko adalah 30,8% dari kriteria dan 29,4% dari
skor. Hasil penelitian Pratiwi (2013) di Yogyakarta mendapatkan 67% ibu
hamil berisiko. Penelitian Maidelwita (2010) menemukan terdapat 21,4% ibu
hamil dengan berisiko yang merupakan hasil tertinggi di Kota Padang. Hasil
penelitian Sukesih (2012) di Bogor menemukan 17,9% ibu hamil dengan
berisiko dan 88% dari mereka memiliki pengetahuan yang rendah mengenai
kehamilan berisik. Penelitian Agustini (2012) juga menemukan 81,3% ibu
hamil memiliki pengetahuan kurang mengenai risiko dan tanda bahaya pada
kehamilan.
Kehamilan risiko tinggi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor individu ibu hamil, riwayat kehamilan sebelumnya, penyakit yang
diderita ibu, kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan dan
kesadaran untuk memeriksakan kehamilan, fasilitas dan sarana kesehatan.
Program KIA Puskesmas Karangasem 1 telah menargetkan adanya deteksi dini
ibu hamil berisiko setiap bulan. Selain itu dibentuk kelas ibu hamil sebagai
wadah memberikan penyuluhan, deteksi dini risiko tinggi maupun sangat tinggi
pada kehamilan, dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil. Dengan
adanya program tersebut diharapkan ibu hamil memiliki pengetahuan tentang
kehamilan berisiko, tanggap terhadap tanda bahaya kehamilan dan nantinya
dapat mencegah hal-hal tersebut terjadi.
Namun, dalam praktiknya capaian deteksi dini risiko hamil masih belum
mencapai target. Dari data tahun 2015, deteksi ibu hamil berisiko oleh tenaga
kesehatan dengan pencapaian 27,7% dari target 40% dan deteksi oleh
masyarakat 40,3% dari 60%. Kelas ibu hamil di beberapa desa telah berjalan
namun partisipasi peserta masih rendah. Hal tersebut menyebabkan terbatasnya
kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan pemeriksaan terhadap ibu
hamil. Kurangnya deteksi dini mengenai risiko pada kehamilan dapat
mengakibatkan kurang antisipasi yang cepat pada saat kehamilan sampai
proses persalinan. Ibu hamil dengan risiko seharusnya memilih tempat
perawatan dan persalinan yang sesuai dengan risiko yang dimilliki sehingga
akan mendapatkan pelayanan yang sesuai.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan terhadap beberapa ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1, terdapat 4 (40%) dari 10 ibu hamil
yang memiliki kehamilan risiko tinggi. Sementara itu, 7 (70%) dari 10 ibu
hamil tersebut tidak mengetahui apa saja risiko pada kehamilan. Sehingga
diperlukan penelitian untuk melihat proporsi ibu hamil berisiko di wilayah
kerja Puskesmas Karangasem 1. Gambaran ini juga nantinya akan digunakan
untuk menentukan kebijakan terkait program kesehatan ibu hamil yang akan
dilakukan di wilayah kerja puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan adalah masa dimulai dari saat konsepsi samapai lahirnya janin.
Lama hamil normal adalah 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan/trimester, yaitu
trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari
bulan keempat sampai bulan keenam, dan trimester ketiga dari bulan ketujuh
sampai bulan kesembilan (Depkes RI, 2007). Kehamilan dengan risiko adalah
kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar
terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan
ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal.
(Sarwono, 2008)
Menurut Poedji Rochjati risiko kehamilan dapat dikelompokkan menjadi:
Risiko keguguran
Profil obstetric pada saat persalinan seperti: cenderung melalui
operasi sesar, partus lama, perdarahan postpartum, berat badan
bayi lahir rendah, asfiksia neonatorum, dan kematian perinatal
d. Jarak kehamilan terlalu dekat (≤2 tahun)
Bila jumlah anak ibu telah empat atau lebih perlu diwaspadai karena
semakin lama uterus semakin lemah sehingga memunkginkan untuk
terjadinya persalinan lama, sebagai indikasi untuk persalinan dengan
forcep dan vakum.
g. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang
o Anemia
Anemia pada ibu hamil dengan gejala lemah, pucat, lesu. Ibu hamil
dengan anemia memiliki risiko lebih besar melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, kematian saat persalinan, perdarahan
pasca persalinan, kondisi lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan.
o Malaria
Preeklamsia berat ditandai dengan tekanan darah > 110 mmHg, dan
tanda dari laboratorium dengan proteinuria 2+, oliguria, hiperefleksia,
gangguan penglihatan, nyeri epigastrium dan kejang. Eklamsia adalah
kasus akut pada penderita preeklamsia yang disertai kejang menyeluruh
dan koma. Perawatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit diisolasi pada
kamar gelap, dan beri obat anti kejang magensium sulfat (MgSO4).
Preeklamsia dan eklmsia merupakan indikasi dari persalinan tindakan
seksio sesarea, karena sangat berisiko untuk ibu bila harus mengejan,
baik persalinan normal ataupun tindakan pervaginam.
Bengkak dapat menunjukkan masalah serius jika muncul pada wajah dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik
yang lain dan bertahan lebih dari 2 jam. Bila dibiarkan keadaan ini dapat
membahayakan ibu dan janin. Odema yang terjadi merupakan akumulasi
cairan yang meyeluruh dan berlebihan dalam jaringan terutama pada tangan
dan wajah merupakan gejala dari preeklamsi.
5. Nyeri abdomen hebat
Ibu mulai merasakan gerakn janin ppada minggu ke-18 sampai ke-20 pada
kehmilan pertma atau 2 minggu lebih cepat pada kehamilan ke dua. Bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Jika ibu tidak
merasakan gerakann janin selama 12 jam atau ruptur uteri, gawat janin dan
kematian janin. (Varney, 2007)
7. Demam
Adanya demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya bagi ibu
maupun janin, oleh karena itu harus segera mendapat pertolongan dari bidan
atau dokter.
8. Muntah-muntah hebat
Rasa mual dan muntah biasanya dialami oleh ibu hamil antara periode
pertama dan kedua terlambat haid. Tetapi jika keadaan tersebut berlebihan
disebut hiperemisis, hal ini akan menghambat asupan gizi pada ibu hamil
berkurang sehingga konisi ibu menjadi lemah, dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin, oleh karena itu perlu segera
ditangani.
9. Keluar cairan banyak pervaginam secara tiba-tiba
Selama kehamilan tidak ada larangan bagi seorang ibu hamil untuk bekerja
di luar rumah. Namun dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan ibu harus
memperhatikan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukan. Seorang ibu
yang bekerja dari pagi sampai sore tanpa istirahat dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada tubuh yang akan memicu terjadinya kehamilan
berisiko. Selain itu pekerjaan akan mempengaruhi status sosial ekonomi
seseorang. (Maidelwita, 2010)
3. Pengetahuan
Berdasarkan kartu skor Poedji Rochjati (1977), ibu hamil risiko tinggi dapat
dilihat berdasarkan masalah berikut:
Masalah/Faktor Risiko Skor
Skor awal ibu hamil 2
Terlalu muda, hamil ≤16 tahun 4
Terlalu lambat hamil, kawin ≥4 tahun 4
Terlalu tua, hamil 1 ≥35 tahun 4
Terlalu cepat hamil lagi(≤2 tahun) 4
Terlalu lama hamil lagi (≥10 tahun) 4
Terlalu banyak anak, ≥4 anak 4
Terlalu tua, umur ≥35 tahun 4
Terlalu pendek, ≤145cm 4
Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
a. tarikan tang/vakum 4
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
Pernah operasi Sesar 8
Penyakit pada ibu hamil:
a. kurang darah 4
b. malaria 4
c. TB paru 4
d. Payah Jantung 4
e. Diabetes Melitus 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah tinggi 4
Hamil kembar 2 atau lebih 4
Hamil kembar air (hidramnion) 4
Bayi mati dalam kandungan 4
Kehamilan lebih bulan 4
Letak sungsang 8
Letak lintang 8
Perdarahan pada kehamilan ini 8
Pre-eklamsia/kejang-kejang 8
Berdasarakan jumlah skor yang didapat, ibu hamil dengan resiko kemudian
dikelompokkan menjadi
Skor 2 : ibu hamil dengan risiko rendah, boleh melakukan perawatan di
bidan, melakukan persalinan di polindes, dan ditolong persalinan oleh bidan
Skor 6-10 : ibu hamil dengan risiko tinggi, boleh melakukan perawatan di
bidan atau dokter, melakukan persalinan di polindes, puskesmas, atau rumah
sakit, dengan ditolong oleh bidan dan pendampingan dokter.
Skor ≥12 : ibu hamil dengan risiko sangat tinggi, harus melakukan
perawatan di dokter, melakukan persalinan di rumah sakit, dan ditolong oleh
dokter spesialis kebidanan.
2.3.2 Cara Kriteria
Komplikasi obstetri
e) Perdarahan antepartum
g) Kehamilan ganda
h) Hidramnion
j) Dismaturitas
m) Inkompetensi serviks
n) Postmaturitas
a) Anemia
b) Hipertensi
c) Penyakit jantung
d) Diabetes mellitus
e) Obesitas
Genetik
Pendidikan
Faktor Predisposisi
Pekerjaan
Pengalaman
Pengetahuan
tentang tanda
bahaya dan
risiko tinggi Kehamilan Berisiko
kehamilan
Faktor
Lingkungan sosial
Pemungkin
Tempat tinggal
Faktor Penguat
Sumber
informasi
Tempat ANC
Frekuensi
kunjungan ANC
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Karangasem 1. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang
dapat dijangkau di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.
29
Keterangan:
Keterangan :
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang dapat ditemui dan
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.
- Kriteria Inklusi :
- Kriteria Eksklusi :
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
f. Kehamilan berisiko
untuk memenuhi
kebutuhan hidup
3 Tingkat Pemahaman Kuesioner Wawancara Masing-masing Ordinal
pengetahua responden dengan memiliki skor
n ibu hamil mengenai tanda- menggunakan 1, sehingga
mengenai tanda bahaya kuesioner skor yang
tanda kehamilan dan diharapkan
bahaya faktor risiko paling tinggi
kehamilan pada kehamilan. adalah 16.
Tanda-tanda Rendah : < 70%
bahaya Tinggi : ≥70%
kehamilan
adalah keluhan
atau gejala yang
timbul dalam
kehamilan yang
dapat
mengancam
keselamatan
jiwa ibu atau
janin.
Faktor risiko
adalah yang
dapat
menyebabkan
timbulnya tanda
bahaya pada
kehamilan
4 Upaya Tempat ibu Kuesioner Wawancara -puskesmas Nominal
penanganan hamil lebih dengan -bidan praktek
kehamilan banyak menggunakan mandiri
berisiko melakukan keusioner -dokter Sp. OG
pemeriksaan
rutin kehamilan
pada kehamilan
berisiko
Setelah terkumpul, data dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, dan
narasi dengan bantuan software komputer. Data dianalisis secara univariat untuk
melihat distribusi frekuensi secara desktiptif dan bivariat untuk melihat proporsi
berdasarkan karakteristik.
36
BAB V
HASIL PENELITIAN
Tidak berisiko 27 36
Berisiko 48 64
Total 75 100
Berdasarkan kelompok ibu dengan kehamilan berisiko dapat dibagi menjadi dua
yaitu risiko tinggi (total skor Poedji Rochjati 6-10) dan risiko sangat tinggi (total
skor Poedji Rochjati ≥12). Terdapat 64,6% ibu hamil risiko tinggi dan 35,4% ibu
hamil risiko sangat tinggi (Tabel 5.2).
37
Tabel 5.2
Proporsi masing-masing risiko pada kelompok ibu hamil berisiko di wilayah
kerja Puskesmas Karangasaem 1
Risiko Frekuensi Persentase (%)
Total 48 100
Pendidikan
Pendidikan rendah 44 58,7
Pendidikan tinggi 31 41,3
Pekerjaan
Tidak Bekerja 37 49,3
Bekerja 38 50,7
Pengetahuan
Rendah 46 61,3
Tinggi 29 38,7
Tempat ANC
Puskesmas 4 5,3
Bidan praktek mandiri 64 85,3
Dokter Sp. OG 7 9,3
Sumber Informasi
Dapat informasi 66 88,0
Tidak dapat informasi 9 12,0
Total 75 100
BAB VI
PEMBAHASA
N
Berdasarkan pekerjaan, ibu hamil yang tidak bekerja lebih banyak mengalami
kehamilan berisiko yaitu 75,7%. Hal ini berbeda dengan yang diperoleh
Maidelwita (2010) yang mendapatkan ibu hamil yang bekerja lebih banyak
merupakan kelmpok berisiko yaitu 62,5%. Sementara itu penelitian Sugiarti
(2014) mendapatkan ibu hamil yang tidak bekerja mampu melakukan deteksi dini
risiko tinggi 80% dan yang bekerja mampu deteksi dini 60%. Menurut penelitian
tersebut ibu hamil yang bekerja lebih banyak merupakan kelompok berisiko
karena kesibukan oleh pekerjaannya sehingga ibu tersebut tidak memiliki waktu
luang untuk memeriksakan kehamilannya.
Pada sampel penelitian ini, ibu hamil yang tidak bekerja sebagian besar diam
di rumah mengerjakan tugas rumah tangga. Ibu hamil yang bekerja lebih sedikit
yang masuk ke kelompok kehamilan berisiko karena cenderung didukung oleh
faktor ekonomi dan pengetahuan tingi. Ibu yang bekerja akan memiliki
penghasilan yang lebih baik sehingga mereka dapat memperoleh informasi lebih
banyak dari media massa. Selain itu ibu yang bekerja biasanya memiliki wawasan
yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak didapat dari lingkungan sosial
di tempat bekerja.
Ibu hamil yang tidak bekerja berisiko dalam kehamilannya karena ibu
tersebut memiliki ekonomi yang rendah sehingga untuk memeriksakan kehamilan
dan mencari informasi mengenai kesehatan kehamilan mereka tidak memiliki
cukup biaya. Selain itu, ibu hamil yang tidak bekerja tinggal di rumah biasanya
bersama keluarga besar suami. Terdapat budaya yang terkenal di penduduk
wilayah ini yaitu ibu yang sedang hamil disembunyikan dari masyarakat. Hal
tersebut terkait kepercayaan untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi pada masa
kehamilan. Banyak ibu hamil yang tidak diizinkan keluar rumah. Hal tersebut
membuat ibu hamil memiliki sendikit akses untuk informasi terhadap kesehatan
kehamilan dan deteksi dini kehamilan berisiko.
6.4 Proporsi Ibu Hamil Berisiko berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Ibu hamil yang tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tanda bahaya
dan kehamilan risiko tinggi cenderung lebih banya mengalamai kehamilan
berisiko yaitu 77,8%. Ibu hamil yang tidak mendapat informasi lebih cenderung
kelompok ibu hamil berisiko. Hal tersebut sesuai dengan yang ditemukan
Agustini (2012) 11,9% ibu hamil yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan
memiliki pengetahuan yang baik mengenai kehamilan berisiko.
Informasi dari tenaga kesehatan atau sumber lain sangat diperlukan ibu
hamil. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa informasi yang diperoleh dari
berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, bila
seseorang mempunyai banyak informasi maka ia cenderung mempunyai
pengetahuan yang luas. (Notoatmodjo, 2010) Upaya yang harus dilakukan dalam
hal ini adalah pemberian informasi dari berbagai sumber untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran ibu hamil mengenai kehamilan berisiko.
6.6 Proporsi Upaya Penanganan Kehamilan Berisiko
Kelemahan penelitian ini yaitu sampel terbatas pada wilayah tertentu karena
akses jalan yang cukup sulit serta singkatnya waktu penelitian. Penelitian ini juga
dilakukan dalam waktu satu kali sehingga pemanfaatan temuan penelitian ini
berlaku terbatas hanya pada saat itu pula.
49
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi CS. 2013. Faktor Risiko pada Ibu Hamil di Kota Yogyakarta Tahun
2013. Diunduh dari
journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/view/146 pada tanggal
15 Januari 2016.
Pusat Data dan Informasi. 2014. InfoDatin: Mother’s Day Situasi Kesehatan Ibu.
Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan RI.
Rikadewi. 2010. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan Risiko
di Puskesmas Bangetayu Kecamatan Genuk Kota Semarang Tahun
2010. Diunduh dari: http://digilib.unimus.ac.id pada tanggal 19
Januari 2016
Rochjati, P., 2010. Skrining Ante Natal Care pada Ibu Hamil. Surabaya.
Airlangga University Press
Sarwono P. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Septalia. D. (2010). Pendidikan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Septiana , Tjahjani E. 2014. Kejadian Risiko Kehamilan Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Griya Husada;1:39-43.
Statistics Indonesia (Badan Pusat Statistik—BPS), National Population and
Family Planning Board (BKKBN), and
Kementerian Kesehatan (Kemenkes—MOH), and ICF International. 2013.
Indonesia Demographic and Health Survey 2012. Jakarta, Indonesia:
BPS, BKKBN, Kemenkes, and ICF International.
Sugiarti. 2014. Upaya Pemberdayaan Ibu Hamil untuk Deteksi Dini Risiko
Tinggi Kehamilan Trimester Satu. (Skripsi) GriyaHusada Surabaya.
Sukesih S. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil
mengenai Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal
Selatan Kota Tegal Tahun 2012. (skripsi) FKM Universitas Indonesia.
USAID. 2014. Ending Preventable Maternal Mortality: USAID Maternal
Health Vision for Action. USA: USAID Administrator.
Varney H, Jan M, Kriebs C. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002
WHO. 2015 Trends in maternal mortality: 1990 to 2015. WHO: Departement of
Reproductive Health and Research.
WHO. 2002. Essential Antenatal, Perinatal and Postpartum Care:
Training Module. WHO Regional Office for Europe.