Disusun Oleh:
Nyimas Firdha Hafizah
Repin Triana
Restu Pratiwi Wulandari
Shaqiel Rashauna
Sintya Atika Putri
Wahyu Septian
Yoelanda Andini
Yosa Desriza
Yurike Oktantia
REGULER IB FARMASI
II. ISI..........................................................................................................8
1. VISKOSIMETER OSTWALD...........................................................8
2. VISKOSIMETER HOPPLER............................................................9
3. VISKOSIMETER CONE AND PLATE (BROOKFIELD)..............11
4. VISKOSIMETER BOLA JATUH-STOKES...................................13
III. APLIKASI........................................................................................15
1. PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS...........15
2. STANDART MINYAK PELUMAS................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17
2
I. LANDASAN TEORI
1. VISKOSITAS
Fluida ialah zat yang dapat mengalir dan dapat mengambil bentuk tempat
yang diisinya. Jadi, fluida merupakan suatu wujud benda yang mempunyai bentuk
yang tetap dan dapat mengalir. Zat yang termasuk fluida adalah zat cair, udara dan
gas. Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar
kecilnya gesekan internal fluida. Viskositas fluida berhubungan dengan gaya
gesek antarlapisan fluida, ketika satu lapisan bergerak melewati lapisan yang lain.
Pada zat cair, viskositas
disebabkan terutama oleh gaya
kohesi antar molekul, sedangkan
pada gas, viskositas muncul
karena tumbukan antarmolekul.
Setiap fluida memiliki besar
viskositas yang berbeda yang
dinyatakan
dengan Ƞ. Viskositas dapat
dengan mudah dipahami dengan
meninjau satu lapisan tipis
fluida yang ditempatkan di antara dua lempeng logam yang rata. Satu lempeng
bergerak (lempeng atas) dan lempeng yang lain diam (lempeng bawah). Fluida
yang bersentuhan dengan lempeng ditahan oleh gaya adhesi antara molekul fluida
dan molekul lempeng. Dengan demikian, lapisan fluida yang bersentuhan dengan
lempeng yang bergerak akan ikut bergerak, sedangkan lapisan fluida yang
bersentuhan dengan lempeng diam akan tetap diam.
3
lapisan fluida di atasnya karena adanya gaya kohesi. Lapisan yang ditahan itu
menahan lapisan di atasnya lagi dan seterusnya sehingga kelajuan setiap lapisan
2. VISKOSIMETER
4
dalam satuan centi poise (cp). Kekentalan ditetapkan dengan Viskosimeter.
Viskometer merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur viskositas
suatu fluida. Model viskometer yang umum digunakan berupa viskometer bola
jatuh, tabung ( pipa kapiler ) dimana bila cairan itu mengalir cepat maka
viskositas cairan itu rendah (misalnya cair) dan bila cairan itu mengalir lambat
maka dikatakan viskositasnya tinggi (misalnya madu) dan sistem rotasi.
Viskometer rotasi silinder sesumbu (concentric cylinder) dibuat berdasarkan 2
standar, sistem, dimana silinder bagian dalam berputar dengan silinder bagian luar
diam dan sistem Couette dimana bagian luar silinder yang diputar sedangkan
bagian dalam silinder diam. Fluida yang akan diukur ditempatkan pada celah
diantara kedua silinder. Ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan
dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas.
Fluida (zat alir) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas.
Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.
5
bergerak pada tempat di dinding pipa. Sedangkan kecepatan terbesar terdapat
ditengah-tengah pipa aliran.
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya
tahanan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas
rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil
dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar.
Persamaannya :
6
dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar
kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir.
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan
alir cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran
ini, dinyatakan dengan Koefisien Viscositas ( ไ ).
Viskositas ialah besarnya gaya tiap cm2 yang diperlukan supaya terdapat
perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang parallel
dengan jarak 1 cm. Viskositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.
Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila
7
II. ISI
Alat yang dipakai untuk menentukan Viskositas dinamakan Viscosimeter.
Ada beberapa jenis Viskosimeter yang akan dibahas, yaitu:
a) Viskosimeter Ostwald
b) Viskosimeter Hoppler
c) Viskosimeter Cone and Plate
d) Viskosimeter Bola Jatuh-Stokes
1. VISKOSIMETER OSTWALD
8
permukaan a sampai b sama dengan t1, setelah itu percobaan diganti dengan zat
cair lain dengan cara yang sama. Umpamanya diperlukan t2 dengan menggunakan
rumus Poiseville karena V, L dan R sama maka didapat persamaan :
Pada Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan
oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk melalui
batas “a” dan “b” dapat diukur menggunakan stop watch. Dengan kata lain,
Viskometer Ostwald yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi
cairan dalam melewati 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui
viskometer Ostwald. Untuk mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air
yang sudah diketahui tingkat viskositasnya.
Cara kerja Viskometer Ostwald:
1) Sebelum digunakan , viscometer hendaknya di bersihkan terlebih dahulu.
2) Letakkan viscometer pada posisi vertikal.
3) Pipet cairan yang akan ditentukan kekentalannya dimasukkan kedalam
reservoir a sampai melewati garis reservoirnya (kira-kira setengahnya).
4) Biarkan viscometer beberapa menit dalam thermostat untuk menyeimbangkan
atau mencapai suhu yang di kehendaki.
5) Cairan dihisap melalui pipa b sampai melewati garis m reservoirnya.
6) Cairan dibiarkan turun sampai garis n.
7) Catat waktu yang dibutuhkan cairan untuk mengalir dari garis m ke n.
2. VISKOSIMETER HOPPLER
9
hoppler yang diukur waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola untuk melewati
cairan pada jarak atau tinggi tertentu. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan
bola yang terbuat dari kaca. Karena gaya gravitasi benda yang jatuh melalui
medium yang berviskositas dengan kecepatan yang besar sampai pada kecepatan
yang maksimum. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga respirok
sampel. Hukum Stokes berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair.
Benda bulat (bola) dengan jari-jari ( r ) dan massa jenis ( ℓi ) yang jatuh karena
gaya gravitasi melalui fluida dengan massa jenis ( ℓ ) fluida akan mempunyai
gaya grafitasi sebesar:
F 1 = (4/3) π r3 (ℓ - ℓi) g
Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar.
Tetapi dalam medium yang memiliki gaya gesek yang makin besar bila kecepatan
benda bertambah besar. Pada saat kesetimbangan (Vmaks), besarnya kecepatan
benda jatuh tetap.
Menurut George Stokes untuk benda jatuh tersebut besarnya gaya gesekan
pada kesetimbangan :
10
3) Ukur panjang tabung viskosimeter dari batas atas - batas bawah
4) Tentukan massa jenis masing- masing cairan
5) Ukur temperature alat viskositas Hoppler
6) Isi tabung dengan aquades dan dimasukkan bola
7) Pada saat bola diatas, stopwatch dihidupkan
8) Pada saat bola dibawah, stopwatch dimatikan
9) Catat waktu bola jatuh dari batas atas sampai batas bawah
10) Tabung dibalik
11) Ulangi prosedur 3 – 6 sebanyak 3 kali berturut- turut, pada temperature lain
dan cairan yang lain.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini, misalnya:
1) Dipakai pada cone dan plate ukuran sample
11
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk menstabilkan
pada pelat sebelum terbaca
3) Kebersihan kerucut dan plat
4) Jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel
5) Tipe cone, cone rentang yang lebih rendah memberikan akurasi yang lebih
tinggi
6) Shear rate ditempatkan untuk sampel
12
2. Pilih viscosity standard yang akan memberikan nilai pembacaan antara 10%
hingga 100% dari Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih standard dengan
nilai mendekati 100% FSR.
3. Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk
mencapai suhu setting.
4. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP.
Catatan :
Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran diambil.
Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan untuk
instrument cone/plate. Jangan gunakan viscsity standard diatas 5.000 cP.
Toleransi dari viskosimeter Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range
(FSR). FSR adalah nilai maksium yang mampu diukur oleh alat dengan kombinasi
setting Spindle dan Kecepatan putar spindle yang kita tetapkan. Sedangkan
toleransi dari cairan standard adalah 1% dari nilai viscosity cairan yang
bersangkutan.
13
3) Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya seperti yang
dinyatakan oleh persamaan :
14
Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar,
tetapi dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh
makin besar. Benda yang bentuknya tidak beraturan dan rumit serta besar akan
menghasilkan harga k yang besar.
Fluida yang viscositasnya besar akan menghasilkan harga k yang besar pula.
Untuk benda yang berbentuk bola dengan jari-jari R dan fluida dengan viskositas
Hubungan ini diberikan oleh Stokes dan berlaku untuk aliran fluida yang
laminer. Jika kedua rumus digabungkan, maka akan diperoleh gaya gesek:
Alat ini terdiri dari sebuah tabung yang di bagian dinding luarnya
diselubungi dengan air agar suhu di dalamnya konstan. Digunakan untuk
menentukan Viskositas cairan yang kental tetapi yang tembus cahaya agar dapat
mengamati jatuhnya bola besi sampai ke dasar tabung, menurut hukum Stokes :
15
III. APLIKASI
16
A, B dan C adalah tetapan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Murod, Amir. Diktat Bahan Ajar Fisika Dasar. Poltekkes Depkes Palembang.
2005
http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-viskositas-apa-itu-
viskositas.html
http://nannananot.blogspot.com/2012/10/viskometer.html
https://erviaudina.wordpress.com/2011/02/28/viskositas/
id.wikipedia.org/wiki/Viskositas
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29343/4/Chapter%20II.pdf
18