Anda di halaman 1dari 18

ALAT PENGUKUR KEKENTALAN FLUIDA

Disusun Oleh:
Nyimas Firdha Hafizah
Repin Triana
Restu Pratiwi Wulandari
Shaqiel Rashauna
Sintya Atika Putri
Wahyu Septian
Yoelanda Andini
Yosa Desriza
Yurike Oktantia

REGULER IB FARMASI

Dosen Pembimbing: Drs. Benjamin M Noer, Apt., M.M.


DAFTAR ISI
I. LANDASAN TEORI.............................................................................3
1. VISKOSITAS.....................................................................................3
2. VISKOSIMETER...............................................................................4
3. HUBUNGAN FLUIDA DAN VISKOSITAS....................................5

II. ISI..........................................................................................................8
1. VISKOSIMETER OSTWALD...........................................................8
2. VISKOSIMETER HOPPLER............................................................9
3. VISKOSIMETER CONE AND PLATE (BROOKFIELD)..............11
4. VISKOSIMETER BOLA JATUH-STOKES...................................13

III. APLIKASI........................................................................................15
1. PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS...........15
2. STANDART MINYAK PELUMAS................................................16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17

2
I. LANDASAN TEORI

1. VISKOSITAS

Fluida ialah zat yang dapat mengalir dan dapat mengambil bentuk tempat
yang diisinya. Jadi, fluida merupakan suatu wujud benda yang mempunyai bentuk
yang tetap dan dapat mengalir. Zat yang termasuk fluida adalah zat cair, udara dan
gas. Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar
kecilnya gesekan internal fluida. Viskositas fluida berhubungan dengan gaya
gesek antarlapisan fluida, ketika satu lapisan bergerak melewati lapisan yang lain.
Pada zat cair, viskositas
disebabkan terutama oleh gaya
kohesi antar molekul, sedangkan
pada gas, viskositas muncul
karena tumbukan antarmolekul.
Setiap fluida memiliki besar
viskositas yang berbeda yang
dinyatakan
dengan Ƞ.  Viskositas dapat
dengan mudah dipahami dengan
meninjau satu lapisan tipis
fluida yang ditempatkan di antara dua lempeng logam yang rata. Satu lempeng
bergerak (lempeng atas) dan lempeng yang lain diam (lempeng bawah). Fluida
yang bersentuhan dengan lempeng ditahan oleh gaya adhesi antara molekul fluida
dan molekul lempeng. Dengan demikian, lapisan fluida yang bersentuhan dengan
lempeng yang bergerak akan ikut bergerak, sedangkan lapisan fluida yang
bersentuhan dengan lempeng diam akan tetap diam.

Lapisan fluida yang bergerak mempunyai kelajuan sama dengan kelajuan


lempeng yang bergerak, yaitu sebesar v. lapisan fluida yang diam akan menahan

3
lapisan fluida di atasnya karena adanya gaya kohesi. Lapisan yang ditahan itu
menahan lapisan di atasnya lagi dan seterusnya sehingga kelajuan setiap lapisan

fluida bervariasi dari nol sampai v. Untuk menggerakkan lempeng diperlukan


gaya. Untuk membuktikannya, dapat dicoba dengan menggerakan sebuah
potongan kaca di atas tumpahan sirup. Semakin kental fluida, semakin besar gaya
yang diperlukan untuk mendorong.
Gejala viskositas juga dapat diamati ketika menjatuhkan sebutir kelereng
ke dalam gelas kaca yang berisi minyak goreng, maka kelereng tersebut akan
mengalami perlambatan dalam geraknya. Ini terlihat ketika kelereng jatuh lebih
lambat saat berada di dalam minyak goreng dibandingkan saat masih di udara
(sebelum masuk minyak goreng). Perlambatan yang terjadi itu karena adanya
gesekan di dalam fluida. Ketika kelereng dijatuhkan ke dalam minyak goreng,
kelereng mengalami kecepatan yang suatu saat paling besar dan tetap untuk selang
waktu tertentu. Kecepatan itu disebut kecepatan batas. Saat kelereng di dalam
minyak goreng, kelereng mengalami tiga gaya, yaitu gaya berat, gaya ke atas
fluida, dan gaya gesekan fluida.
Viskositas banyak digunakan dalam dunia teknik, terutama dalam sistem
pelumasan. Minyak pelumas mesin mencantumkan spesifikasi yang menyatakan
ukuran kekentalan pelumas dalam kemasan tersebut.

2. VISKOSIMETER

Dalam Farmakope Indonesia Edisi III: “Kekentalan atau koefisien


kekentalan adalah hambatan dorongan relatif 2 lapisan berdekatan, dinyatakan

4
dalam satuan centi poise (cp). Kekentalan ditetapkan dengan Viskosimeter.
Viskometer merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur viskositas
suatu fluida. Model viskometer yang umum digunakan berupa viskometer bola
jatuh, tabung ( pipa kapiler ) dimana bila cairan itu mengalir cepat maka
viskositas cairan itu rendah (misalnya cair) dan bila cairan itu mengalir lambat
maka dikatakan viskositasnya tinggi (misalnya madu) dan sistem rotasi.
Viskometer rotasi silinder sesumbu (concentric cylinder) dibuat berdasarkan 2
standar, sistem, dimana silinder bagian dalam berputar dengan silinder bagian luar
diam dan sistem Couette dimana bagian luar silinder yang diputar sedangkan
bagian dalam silinder diam. Fluida yang akan diukur ditempatkan pada celah
diantara kedua silinder. Ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan
dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas.

Ada beberapa viskosimeter yang sering digunakan untuk menentukan


viskositas suatu larutan, yaitu :
1. Viskosimeter Ostwald
2. Viskosimeter Hoppler
3. Viskosimeter Cup and Bob
4. Viskosimeter Cone and Plate (Brookfield)

3. HUBUNGAN FLUIDA DAN VISKOSITAS

Fluida (zat alir) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas.
Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.

Di dalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler antara


bagian-bagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini adalah
timbulnya gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat
digambarkan sebagai gaya luncur diantara lapisan-lapisan fluida tadi. Hal ini
dapat dilihat dari perbedaan kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida tersebut.
Bila pengamatan dilakukan terhadap aliran fluida makin mengecil ditempat-
tempat yang jaraknya terhadap dinding pipa semakin kecil, dan praktis tidak

5
bergerak pada tempat di dinding pipa. Sedangkan kecepatan terbesar terdapat
ditengah-tengah pipa aliran.
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya
tahanan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas
rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil
dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar.

Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-masing


mempunyai luas A cm2 dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan atas bergerak
sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V cm/detik relatif terhadap lapisan
bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V cm/detik maka harus bekerja
suatu gaya sebesar F dyne. Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa gaya F
berbanding lurus dengan kecepatan V, luas A dan berbanding terbalik dengan
jarak L.

Persamaannya :

Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang


disebut kekentalan atau viskositas (viscosity). Oleh karena itu, viskositas
berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat

6
dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar
kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir.
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan
alir cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran
ini, dinyatakan dengan Koefisien Viscositas ( ไ ).
Viskositas ialah besarnya gaya tiap cm2 yang diperlukan supaya terdapat
perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang parallel
dengan jarak 1 cm. Viskositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.

Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila

makin encer makin mudah mengalir.


Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus diatas
dapat dilihat bahwa Fluiditas berbanding terbalik dengan kekentalan (Koefisien
Viskositas).

7
II. ISI
Alat yang dipakai untuk menentukan Viskositas dinamakan Viscosimeter.
Ada beberapa jenis Viskosimeter yang akan dibahas, yaitu:
a) Viskosimeter Ostwald
b) Viskosimeter Hoppler
c) Viskosimeter Cone and Plate
d) Viskosimeter Bola Jatuh-Stokes

1. VISKOSIMETER OSTWALD

Salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan ialah menggunakan


metode Ostwald dimana prinsip kerjanya berdasarkan waktu yang dibutuhkan
oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya
yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.

Pada metode Ostwald ini jika air dipakai sebagai pembanding, mula-mula


air dimasukkan melaui tabung A kemudian dihisap agar masuk ke tabung B
tepat sampai batas a kemudian dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai
pengukur waktu. Umpamanya waktu yang diperlukan air untuk bergerak dari

8
permukaan a sampai b sama dengan t1, setelah itu percobaan diganti dengan zat
cair lain dengan cara yang sama. Umpamanya diperlukan t2 dengan menggunakan
rumus Poiseville karena V, L dan R sama maka didapat persamaan :

Pada Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan
oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk melalui
batas “a” dan “b” dapat diukur menggunakan stop watch. Dengan kata lain,
Viskometer Ostwald yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi
cairan dalam melewati 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui
viskometer Ostwald. Untuk mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air
yang sudah diketahui tingkat viskositasnya.
Cara kerja Viskometer Ostwald:
1) Sebelum digunakan , viscometer hendaknya di bersihkan terlebih dahulu.
2) Letakkan viscometer pada posisi vertikal.
3) Pipet cairan yang akan ditentukan kekentalannya dimasukkan kedalam
reservoir a sampai melewati garis reservoirnya (kira-kira setengahnya).
4) Biarkan viscometer beberapa menit dalam thermostat untuk menyeimbangkan
atau mencapai suhu yang di kehendaki.
5) Cairan dihisap melalui pipa b sampai melewati garis m reservoirnya.
6) Cairan dibiarkan turun sampai garis n.
7) Catat waktu yang dibutuhkan cairan untuk mengalir dari garis m ke n.

2. VISKOSIMETER HOPPLER

Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler, berdasarkan hukum


stokes (berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair). Pada viskosimeter

9
hoppler yang diukur waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola untuk melewati
cairan pada jarak atau tinggi tertentu. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan
bola yang terbuat dari kaca. Karena gaya gravitasi benda yang jatuh melalui
medium yang berviskositas dengan kecepatan yang besar sampai pada kecepatan
yang maksimum. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga respirok
sampel. Hukum Stokes berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair.
Benda bulat (bola) dengan jari-jari ( r ) dan massa jenis ( ℓi ) yang jatuh karena
gaya gravitasi melalui fluida dengan massa jenis ( ℓ ) fluida akan mempunyai
gaya grafitasi sebesar:

F 1 = (4/3) π r3 (ℓ - ℓi) g

Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar.
Tetapi dalam medium yang memiliki gaya gesek yang makin besar bila kecepatan
benda bertambah besar. Pada saat kesetimbangan (Vmaks), besarnya kecepatan
benda jatuh tetap.
Menurut George Stokes untuk benda jatuh tersebut besarnya gaya gesekan
pada kesetimbangan :

F1 = F2 = 6 π r Vmaks η = (4/3) πr3 (ℓ - ℓi) g


dengan t = waktu bola jatuh setinggi h

pada percobaan ini dipakai penentuan harga relatif terhadap harganya:


sehingga:
Dimana ηx adalah viskositas zat x, ηa adalah
viskositas air, ℓx adalah rapat jenis zat x, ℓa adalah
rapat jenis air, tx adalah waktu bola jatuh setinggi h
pada zat x dan ta adalah waktu bola jatuh setinggi h
pada air.
Prosedur Kerja Dengan Viskosimeter Hoppler:
1) Ukur diameter bola
2) Timbang massa bola

10
3) Ukur panjang tabung viskosimeter dari batas atas - batas bawah
4) Tentukan massa jenis masing- masing cairan
5) Ukur temperature alat viskositas Hoppler
6) Isi tabung dengan aquades dan dimasukkan bola
7) Pada saat bola diatas, stopwatch dihidupkan
8) Pada saat bola dibawah, stopwatch dimatikan
9) Catat waktu bola jatuh dari batas atas sampai batas bawah
10) Tabung dibalik
11) Ulangi prosedur 3 – 6 sebanyak 3 kali berturut- turut, pada temperature lain
dan cairan yang lain.

3. VISKOSIMETER CONE AND PLATE (BROOKFIELD)

Viscometer Cone/Plate adalah alat ukur kekentalan yang memberikan


peneliti suatu instrumen yang canggih untuk menentukan secara rutin viskositas
absolut cairan dalam volume sampel kecil. Cone dan plate memberikan presisi
yang diperlukan untuk pengembangan data rheologi lengkap.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini, misalnya:
1) Dipakai pada cone dan plate ukuran sample

11
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk menstabilkan
pada pelat sebelum terbaca
3) Kebersihan kerucut dan plat
4) Jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel
5) Tipe cone, cone rentang yang lebih rendah memberikan akurasi yang lebih
tinggi
6) Shear rate ditempatkan untuk sampel

Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan,


kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang semit
antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.

Prosedur Kalibrasi untuk Cone/Plate Viscometer


1. Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction
Manual

12
2. Pilih viscosity standard yang akan memberikan nilai pembacaan antara 10%
hingga 100% dari Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih standard dengan
nilai mendekati 100% FSR.
3. Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk
mencapai suhu setting.
4. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP.
Catatan :
 Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran diambil.
 Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan untuk
instrument cone/plate. Jangan gunakan viscsity standard diatas 5.000 cP.
Toleransi dari viskosimeter Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range
(FSR). FSR adalah nilai maksium yang mampu diukur oleh alat dengan kombinasi
setting Spindle dan Kecepatan putar spindle yang kita tetapkan. Sedangkan
toleransi dari cairan standard adalah 1% dari nilai viscosity cairan yang
bersangkutan.

4. VISKOSIMETER BOLA JATUH-STOKES

Terhadap sebuah benda


yang bergerak jatuh didalam
fluida bekerja tiga macam gaya,
yaitu :

1) Gaya gravitasi atau gaya


berat (W). gaya inilah
yang menyebabkan
benda bergerak ke bawah
dengan suatu percepatan.
2) Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). arah gaya ini
keatas dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh
benda itu.

13
3) Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya seperti yang
dinyatakan oleh persamaan :

14
Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar,
tetapi dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh
makin besar. Benda yang bentuknya tidak beraturan dan rumit serta besar akan
menghasilkan harga k yang besar.
Fluida yang viscositasnya besar akan menghasilkan harga k yang besar pula.
Untuk benda yang berbentuk bola dengan jari-jari R dan fluida dengan viskositas

 besarnya k dapat dinyatakan sebagai berikut:

Hubungan ini diberikan oleh Stokes dan berlaku untuk aliran fluida yang
laminer. Jika kedua rumus digabungkan, maka akan diperoleh gaya gesek:
Alat ini terdiri dari sebuah tabung yang di bagian dinding luarnya
diselubungi dengan air agar suhu di dalamnya konstan. Digunakan untuk
menentukan Viskositas cairan yang kental tetapi yang tembus cahaya agar dapat
mengamati jatuhnya bola besi sampai ke dasar tabung, menurut hukum Stokes :

15
III. APLIKASI

1. PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS


Viskositas merupakan besaran yang harganya tergantung terhadap
temperatur. Pada kebanyakan fluida cair, bila temperatur naik viscositas akan
turun, dan sebaliknya bila temperatur turun maka viskositas akan naik.

Pada dinyatakan dengan rumus:

A dan B tetapan untuk cairan tertentu


T = Temperatur mutlak
Rumus ini dapat dipakai untuk cairan murni, adapun rumus untuk sistem
beberapa cairan adalah

16
A, B dan C adalah tetapan.

2. STANDART MINYAK PELUMAS

Standarisasi minyak pelumas untuk mesin kendaraan bermotor pertama kali


dilakukan oleh Society of Automotif Engineering (SAE) pada tahun 1911 dengan
kode SAE J300.

Minyak pelumas dikelompokkan berdasarkan tingkat kekentalannya. Dalam


kemasan atau kaleng pelumas, biasanya dapat ditemukan kode angka yang
menunjukkan tingkat kekentalannya, seperti : SAE 40, SAE 90, SAE 10W-50,
dsb. Semakin tinggi angkanya semakin kental minyak pelumas tersebut. Ada juga
kode angka multi grade seperti 10W-50, yang dapat diartikan bahwa pelumas
memiliki tingkat kekentalan sama dengan SAE 10 pada suhu udara dingin (W=
Winter) dan SAE 50 pada udara panas.

17
DAFTAR PUSTAKA
Murod, Amir. Diktat Bahan Ajar Fisika Dasar. Poltekkes Depkes Palembang.
2005

http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-viskositas-apa-itu-
viskositas.html

http://nannananot.blogspot.com/2012/10/viskometer.html

https://erviaudina.wordpress.com/2011/02/28/viskositas/

Departemen Kesehatan RI 1979, Farmakope Indoneisa (Edisi III)

id.wikipedia.org/wiki/Viskositas

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29343/4/Chapter%20II.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai