Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN

OPEN ENDED PADA MATERI BANGUN RUANG UNTUK


MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII

ARTIKEL

OLEH:
S AMIN ZUHRIA PERTIWI
NIM 150311604542

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
MEI 2019
Artikel oleh S. Amin Zuhria Pertiwi ini
Telah diperiksa dan disetujui,

Malang,
Pembimbing,

Drs. Slamet, M.Si


NIP 19621122 198812 1 001

Penulis,

S. Amin Zuhria Pertiwi


NIM 150311604542
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
OPEN ENDED PADA MATERI BANGUN RUANG UNTUK
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII

S Amin Zuhria Pertiwi1


Slamet2
Universitas Negeri Malang
E-mail: zuhria80@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah penerapan


pembelajaran dengan pendekatan open-ended yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII-A SMP Negeri 12 Malang dalam
menyelesaikan masalah pada materi bangun ruang sisi datar. Jenis penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berlangsung selama dua siklus.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi, lembar
observasi dan lembar tes. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran dengan pendekatan open-ended dengan langkah-langkah
yang meliputi: tahap apersepsi, tahap penyampaian tujuan pembelajaran, tahap
penyampaian motivasi, tahap memahami materi, tahap presentasi, tahap
pengajuan soal, tahap penyelesaian soal, dan tahap kesimpulan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII-A SMP Negeri 12
Malang dalam menyelesaikan masalah pada materi bangun ruang sisi datar
dengan bukti pada siklus I terdapat 57% siswa mencapai kategori minimal
“kreatif” dan dan meningkat sebesar 39% pada siklus II menjadi 96% siswa yang
mencapai kategori minimal “kreatif”.
Kata Kunci: pendekatan open-ended, berpikir kreatif, bangun ruang sisi datar

Abstract: This study aims to determine the steps of applying learning with an
open-ended approach that can improve the creative thinking skills of class VIII-A
students of SMP Negeri 12 Malang in solving problems in the material of building
a flat side space. This type of research is Classroom Action Research (CAR)
which lasts two cycles. The instruments used in this study are validation sheets,
observation sheets and test sheets. Based on the results of the study indicate that
the application of learning with an open-ended approach with steps that includes:
the stage of apperception, the stage of delivering learning objectives, the stage of
delivering motivation, the stage of understanding the material, the presentation
stage, the stage of submission of questions, the stage of problem solving, and the
conclusion stage improve the creative thinking ability of class VIII-A SMP Negeri
12 Malang in solving problems in the building material of flat side space with
evidence in the first cycle there were 57% of students reached the category of
minimal "creative" and and increased by 39% in the second cycle to 96% of
students who achieved the minimum "creative" category.
Keywords: open-ended approach, creative thinking, geometry

1
Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang
2
Dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang
1
Menurut Ruseffendi (dalam Suryadi, 2017:1) matematika bukan hanya
alat bantu untuk matematika sendiri tetapi juga untuk ilmu lainnya seperti kimia,
fisika, biologi, teknik dan farmasi. Contoh nyatanya adalah dalam fisika, rumus
𝑠
mencari kecepatan yaitu 𝑣 = 𝑡 merupakan salah satu penggunaan persamaan

matematika. Karena begitu pentingnya matematika untuk bidang lain, menjadi hal
yang wajar jika matematika dipelajari secara luas dan mendasar sejak sekolah
dasar hingga jenjang pendidikan menengah ke atas. Akan tetapi kondisi yang
sering terjadi pada mata pelajaran matematika menurut Ratih dalam Rahmawati
(2017:2) banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika menjadi
salah satu mata pelajaran yang membuat siswa bingung dan tidak menarik
perhatian ataupun minat siswa. Hal tersebut terjadi karena dalam matematika
terdapat banyak lambang atau notasi, hierarkis dan spasial. Opini tersebut
didukung oleh Ruseffendi (2006, 70) yang menyatakan bahwa “Matematika
adalah ilmu atau pengetahuan yang termasuk ke dalam atau mungkin yang paling
padat dan tidak mendua arti. Karena istilah, simbol, notasi dan semacamnya yang
pada menghitung matematika lama membingungkan, tidak jelas, keliru atau
mendua arti dalam pembelajaran matematika modern itu diperjelas”. Berdasarkan
pengamatan peneliti saat KPL di SMPN 12 Malang, guru masih menggunakan
model konvensional dimana siswa hanya mendengarkan, mencatat pelajaran dan
disuguhi masalah-masalah rutin yang ada di LKS. Kondisi tersebut dapat
membuat siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan matematikanya secara
aktif dan kreatif. Sedangkan pada kenyataannya kemampuan berpikir kreatif
merupakan salah satu yang sangat penting untuk dibekalkan kepada siswa, karena
dalam BSNP (2006:416) dinyatakan bahwa “tujuan adanya pelajaran matematika
adalah untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir kreatif logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif serta dapat bekerja sama dengan baik”.
Berdasarkan hasil tes dan survei PISA (Programme for Internationaal
Students Assessment) yang digagas oleh the Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD) pada tahun 2015 yang melibatkan 72 negara
menyatakan bahwa siswa Indonesia masih tergolong rendah pada aspek
matematika dengan skor 386 dibawah rata-rata yaitu 500 (Kemendikbud, 2016).
Sedangkan untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi atau bersaing dengan negara

2
lain diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satunya adalah
kreativitas yang merupakan hasil dari berpikir kreatif dimana berpikir kreatif
merupakan salah satu aspek dari berpikir tingkat tinggi (higher order thingking
skill). Berpikir kreatif adalah kemampuan dalam menciptakan berbagai gagasan
atau ide. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif perlu dikembangkan dalam
setiap pembelajaran.
Dalam berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan open-ended adapat meningkatkan pemahaman dan
kreativitas peserta didik. Hal tersebut didukung oleh Klavir & Hershkovitz (2005)
yang menyatakan bahwa masalah open-ended dapat membantu peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika. Senada
dengan ini, Lee dan Seo (2003) juga berpendapat bahwa dengan pendekatan open-
ended dapat meningkatkan kreativitas peserta didik. Berdasarkan hal tersebut,
pembelajaran dengan pendekatan open-ended pada materi bangun ruang untuk
kelas VIII diharapkan dapat meningkatkan kreativitas peserta didik.
Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan maka penulis tertarik
menerapkan fokus penelitian pada Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan
Open Ended untuk Meningkatkan Kreativitas Matematika Siswa Kelas VIII
Materi Bangun Ruang Sisi Datar.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (classroom
action research) dengan pendekatan kualitatif. Zainal Aqib (2010: 13)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas dengan
tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Pada penelitian ini
bersifat reflektif dengan melakukan beberapa tindakan tertentu untuk mencapai
atau meningkatkan pembelajaran yang ada di kelas. Data yang diperoleh pada
penelitian ini akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif yaitu data yang
terkumpul dianalisi secara induktif dari data yang terkumpul berupa angka, dan
kalimat, sehingga bersifat deskriptif.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 12 Malang. Waktu penelitian
yakni pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 bulan Januari-Maret 2019.

3
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMPN 12 Malang tahun ajaran
2018/2019.
Data dalam yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu: (1) data hasil
validasi, diperoleh dari validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
yang dilakukan oleh validator dengan menggunakan lembar validasi, (2) data hasil
pekerjaan, diperoleh dari peserta didik dalam menyelesaikan soal atau cek
pemahaman pada (Lembar Kerja Kelompok) LKK dan hasil tes siklus peserta
didik, (3) data hasil observasi terhadap aktivitas peserta didik , diperoleh dari
langkah pembelajaran open ended dan indikator kreativitas, (4) data hasil
observasi aktivitas guru, diperoleh dari langkah pembelajaran open ended.
Pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa siklus yang menerapkan
model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988, 10)
yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Plan atau perencanaan (2) Act atau
tindakan (3) Observe atau pengamatan (4) Reflect atau refleksi.

HASIL
Berdasarkan temuan-temuan pada siklus I dan siklus II, dapat diketahui
bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan open-ended dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII-A SMP Negeri 12
Malang pada materi bangun ruang sisi datar. Kemampuan berpikir kreatif siswa
dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Pada siklus I, hasil tes akhir
siswa menunjukkan bahwa pada aspek fluency terdapat 27 siswa yang berada pada
kriteria minimal kreatif atau 96% siswa memenuhi ketuntasan belajar klasikal,
pada aspek flexibility terdapat 26 siswa yang berada pada kategori minimal kreatif
atau 93% siswa memenuhi ketuntasan belajar klasikal, dan pada aspek novelty
terdapat 8 siswa yang dapat mencapai kriteria minimal dari 28 siswa atau 29%
siswa memenuhi ketuntasan belajar klasikal. Sedangkan berdasarkan rata-rata
ketiga aspek penilaian terdapat 16 siswa yang mencapai kriteria minimal kreatif
atau 57% siswa memenuhi ketuntasan belajar klasikal.dan persentase banyaknya
siswa pada masing-masing kategori kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan
pada Tabel 1.1 berikut.

4
Tabel 1.1 Persentase Hasil Tes Akhir Siklus I
Kategori Banyaknya Siswa Persentase
Sangat Kreatif 5 17,85%
Kreatif 11 39,29%
Cukup Kreatif 11 39,29%
Kurang Kreatif 1 3,57%
Tidak Kreatif - 0,00%

Pada siklus II, hasil tes akhir menunjukkan bahwa dari 28 siswa pada
aspek fluency terdapat 25 siswa yang berada pada kriteria minimal kreatif atau
89% siswa memenuhi ketuntasan belajar klasikal, pada aspek flexibility terdapat
26 siswa yang berada pada kategori minimal kreatif atau 93% siswa memenuhi
ketuntasan belajar klasikal, dan pada aspek novelty terdapat 28 mencapai kriteria
minimal kreatif dari total 28 siswa atau 100% siswa memenuhi ketuntasan belajar
klasikal, sedangkan berdasarkan rata-rata ketiga aspek terdapat 21 siswa yang
mencapai kriteria sangat kreatif dan 6 siswa memenuhi kriteria kreatif dan 1 siswa
memenuhi kriteria cukup kreatif atau 96% siswa memenuhi ketuntasan belajar
klasikaldan persentase banyaknya siswa pada masing-masing kategori
kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan pada Tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.2 Persentase Hasil Tes Akhir Siklus II
Kategori Banyaknya Siswa Persentase
Baik Sekali 26 92,86%
Baik 2 7,14%
Cukup - 0,00%
Kurang - 0,00%
Sangat Kurang - 0,00%

PEMBAHASAN
Pembelajaran dengan pendekatan open-ended terdiri dari beberapa langkah
yaitu, (1) pendahuluan dengan pemberian motivasi, apersepsi, dan tujuan
pembelajaran (2) pemberian masalah terbuka secara individu dan
mengkomunikasinnya bersama guru (3) pembagian kelompok, diskusi dan
penyajian masalah open-ended secara berkelompok menggunakan LKK (4)
presentasi cek pemahaman pada LKK dan penekanan oleh guru kepada siswa
tentang masalah open-ended (5) Siswa dan Guru menyimpulkan materi. Berikut
pembahasan temuan-temuan dari masing-masing langkah yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa.

5
1. Pemberian masalah terbuka (open-ended) secara individu

Pada langkah ini siswa awalnya (siklus I) belum terbiasa menyelesaikan


masalah open-ended, baik dalam memahami soal maupun dalam menjawab soal.
Hal kongkrit yang dilakukan oleh guru untuk membantu kesulitan siswa adalah
dengan menjelaskan maksud dari soal, memberikan contoh penyelesaian soal
serupa dengan yang diberikan. Setelah siswa selesai mengerjakan guru melakukan
diskusi dengan tanya-jawab dan meminta beberapa siswa untuk
mempresentasikan jawabannya ke depan kelas. Hal tersebut dilakukan untuk
membahas setiap masalah terbuka dan memberikan penjelasan kepada siswa
tentang masalah open-ended. Latihan pemberian masalah terbuka ini dilakukan
agar siswa terlatih dalam menyelesaikan permasalahannya dengan lebih lancar
dan percaya diri. Setelah beberapa pertemuan berikutnya atau siklus II siswa
mampu memahami maksud dari masalah open-ended dan dapat menyelesaikannya
dengan lebih dari satu jawaban.
Dengan pemberian masalah terbuka secara individu siswa mendapatkan
kesempatan untuk mengekspresikan jawaban sehingga siswa menjadi termotivasi
untuk lebih kreatif. Menurut As’ari (2016) yang paling utama dalam
meningkatkan kreativitas salah satunya adalah siswa harus sering diajak
mempelajari ide dalam pengerjaan masalah terbuka. Hal tersebut didukung oleh
pendapat Suherman (2003,124) bahwa dengan memberikan masalah open-ended
dapat merangsang siswa untuk berpikir kreatif dengan mengarahkan siswa
memecahkan masalah melalui berbagai strategi.
2. Diskusi dan pemberian masalah open-ended secara berkelompok

Pemberian masalah open-ended disajikan pada cek pemahaman di LKK dan


dikerjakan secara berkelompok dengan diskusi. Pembagian kelompok didasarkan
pada nilai tes awal kemampuan berpikir kreatif. Hal tersebut untuk memudahkan
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat dari Joyce, Weil & Calhoun (2009) yang menyatakan bahwa
ketika pembelajaran dilakukan dengan berkelompok maka akan menghasilkan
produktivitas dari setiap siswa meningkat. Dengan berkelompok setiap siswa
dapat melakukan interaksi dengan siswa lain, khususnya siswa yang

6
berkemampuan tinggi dapat sharing atau berbagi pengetahuan dengan siswa yang
berkemampuan rendah
Soal yang disajikan pada LKK adalah soal terbuka atau soal open-ended. Pada
awal-awal pertemuan, pada siklus I, siswa mengalami kesulitan dalam memahami
maksud soal, sehingga guru memberikan bantuan kepada siswa seperti
menjelaskan maksud soal dan memberikan contoh penyelesaian masalah serupa
yang ditanyakan pada cek pemahaman. Selain itu, kesalahan dalam penulisan
matematika pada hasil akhir jawaban masih sering ditemui. Dalam berkelompok
siswa masih merasa belum terbiasa sehingga komunikasi antar anggota kelompok
belum terbentuk seperti tidak ada pembagian tugas yang jelas, namun pada
pertemuan berikutnya atau pada siklus II siswa telah dapat memahami maksud
dan menyelesaikan persoalan open-ended.
Menurut Arends (1997) dalam Wina Sanjaya (2008, 154-159) diskusi
kelompok merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah dan menurut pendapat Noehi
Nasution (1992,43-44) bahwa dalam diskusi kelompok dapat melatih daya pikir
siswa untuk dapat menyalurkan ide ataupun gagasan-gagasan pada dirinya.
Dengan begitu, diskusi dengan masalah open-ended dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide ataupun gagasan sehingga guru
dapat menganalisis proses berpikir kreatif siswa.
3. Presentasi

Pada tahap presentasi awalnya tidak ada yang berani maju ke depan kelas
untuk mewakili kelompoknya karena siswa kurang percaya diri dan menganggap
dirinya memiliki kemampuan rendah. Dengan adanya hal tersebut guru kemudian
menunjuk secara acak dan memberikan dorongan agar lebih percaya diri. Setelah
beberapa pertemuan, beberapa siswa yang berkemampuan tinggi sudah berani
untuk mempresentasikan dan mengungkapkan bebrapa ide baik secara lisan
maupun tulisan. Pada siklus II guru memberikan ruang pada siswa yang
berkemampuan rendah untuk mampu mengkomunikasikan ide atau gagasannya di
depan kelas. Guru menunjuk beberapa siswa yang kurang dalam pemahaman
untuk melatih percaya diri tampil di depan kelas. Presentasi ini sekaligus untuk
membandingkan jawaban dari setiap masalah antar kelompok. Bantuan teman

7
yang berkemampuan tinggi dapat mendorong hasil belajar siswa yang
berkemampuan rendah. Dengan adanya presentasi ini siswa dituntut untuk lebih
komunikatif dan kreatif dalam mengemukakan idenya. Dengan begitu, siswa lain
dengan jawaban berbeda dapat bertukar gagasan sehingga dapat menyalurkan
daya pikir kreatif siswa. Karena menurut Berki (2014) siswa dapat dikatakan
berpikir kreatif jika siswa dapat membangun ide-ide melalui pertanyaan dan
mengevaluasi produk mereka sendiri dan teman-teman mereka. Selain itu, adanya
penghargaan bagi siswa yang berani tampil di depan kelas untuk
mengkomunikasikan hasil kerja kelompoknya juga dapat membangkitkan antusias
kelompok. Hal tersebut sesuai dengan (Hujodo, 2003) bahwa penghargaan sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan sikap, rasa puas dan bangga setiap siswa
terhadap suatu pelajaran.
4. Kesimpulan

Dengan adanya bimbingan dan dorongan dari guru, setiap kelompok


memberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan menuliskan di
lembar kerja dan mengkomunikasikannya secara langsung. Pada siklus I guru
menunjuk secara acak setiap kelompok yang menyampaikan kesimpulan,
sedangkan pada siklus II guru memberikan kesempatan semua kelompok untuk
mengkomunikasikan setiap kesimpulannya untuk melatih kreativitas siswa dalam
berpendapat. Hal tersebut sesuai dengan Slavin (2009,256) untuk dapat
melibatkan siswa dalam mengungkapkan gagasannya melalui tulisan maupun
kesimpulan guru harus memberikan bimbingan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan open-ended yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam penelitian ini diterapkan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut: (a) Pemberian masalah terbuka secara individu pada awal
pembelajaran untuk melatih siswa terbiasa dengan masalah terbuka, setelah
pemberian masalah terbuka, selanjutnya mengkomunikasikan jawaban beberapa
siswa dengan guru dan teman untuk ditanggapi, (b) Diskusi kelompok
menggunakan lembar kerja kelompok yang memuat masalah open-ended pada

8
latihan soal atau cek pemahaman dengan tahapan: (i) guru membagikan LKK dan
meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya (ii) mengerjakan setiap
kegiatan yang ada di LKK dan mengerjakan soal open-ended pada cek
pemahaman (c) Mengkomunikasikan hasil pekerjaan kelompok dan presentasi
kelompok dengan langkah: (i) guru meminta perwakilan dari beberapa kelompok
atau menunjuk secara langsung beberapa siswa untuk maju ke depan kelas untuk
mengkomunikasikan hasil kerja kelompoknya (ii) setiap kelompok
membandingkan jawabannya dengan jawaban kelompok lain (d) Guru
memberikan penekanan kepada siswa terkait masalah open-ended diakhir
pembelajaran.
Dalam penelitian ini telah mencapai indikator minimal masing-masing aspek
mencapai kriteria minimal 85 % siswa berada dalam kategori minimal “kreatif”
dan hasil observasi aktivitas guru pada kategori “sesuai” dan aktivitas siswa pada
kategori “baik”.
Saran
Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil penelitian, ada beberapa saran
yang akan disampaikan oleh peneliti. Saran tersebut adalah apabila menggunakan
pendekatan open-ended maka perlu dipahami tentang langkah-langkah
pembelajarannya, menggunakan waktu dengan tepat, menyiapkan soal-soal open-
ended yang akan diberikan pada siswa secara individu maupun saat berkelompok
dan saat tes sebelum penelitian dimulai. Apabila menggunakan pendekatan yang
sama, guru ataupun peneliti yang lain dapat memodifikasi atau menganalisis
tindakan guru dalam proses pembelajaran, sesuai dengan pembahasan bahwa
karena kebanyakan siswa masih belum memahami maksud dari masalah dan
penyelesaian open-ended sebaiknya guru atau peneliti lain memberikan
pemahaman atau memperkenalkan bagaimana bentuk dan pemecahannya. Selain
itu dalam prosesnya siswa masih banyak salah dalam menuliskan notasi, satuan
volume dan kurang teliti dalam mengalikan sehingga perlu untuk peneliti ataupun
guru lain memperhatikan hal tersebut. Selain hal akademis, penataan tempat
duduk kelompok juga penting untuk diperhatikan, karena jika tempat duduk antar
kelompok bersebelahan dekat maka dimungkinkan keadaan kelas menjadi tidak
kondusif karena antar kelompok asyik mengobrol.

9
DAFTAR RUJUKAN
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya
As’ari dan Qohar. 2016. Teori, Penelitian dan Pengembangan: Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA Melalui
Pembelajaran Open-Ended Pada Materi SPLDV. Jurnal Pendidikan, 1(2),
227-236.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional
Berki, E. & dkk. 2014. Nurturing Creative Thinking. Prancis. Gonnet Imprimeur
Hujodo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Kemendikbud. 2016. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-
dan-capaian-pisa-indonesia-mengalami-peningkatan. Diakses pada tanggal
23 Mei 2019
Kemmis, S & R. Mc Taggart. 1988. The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University
Klavir & Hershkovitz. 2005. Teaching and Evaluating ‘Open Ended’ Problem.
Jurnal Pendidikan Matematika. (http://www.researchgate.net ) diakses
pada tanggal 22 November 2018
Lee, K.S. & Seo, J.J. 2003. Research in Mathematical Education: A Development
of the The For Mathematical Creative Problem Solving Ability. Journal of
the Korea Society of Mathematical Eduaction Series D, 7(3).
Noehi Nasution, M.A. 1992. Materi Pokok Psikologi Pendidikan Modul 1-6.
Jakarta: Depdikbud
Rahmawati, Nur Rindha. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Roda Impian untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA UM
Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung:
Nusa Media
Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryadi. 2017. Penerapan Pendekatan Open-Ended Pada Pembelajaran
Matematika Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Di
Kelas VII SMPN 4 Banda Aceh. Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh:
Universitas Negeri Ar-Raniry
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

10

Anda mungkin juga menyukai