Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“SUSPENSI TOPICAL”
KELOMPOK VI:
Nolvi E. Bareut
Yolla M. Tasib
Lidia H.Lau
Maria D.A.Saban
Angela O.Mboru
PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan yang telah menolong kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik lancar. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan
sanggup meyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui apa
saja alat-alat gelas kualitatif.
Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri kami sebagai peyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan pertolongan Tuhan
dan dengan penuh kesabaran akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Kami juga
berterimakasih kepada banyak pihak yang telah banyak membantu kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas
kepada pembaca dan dapat membuka cakrawala berpikir kita. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya.
Terimakasih
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 Pengertian Suspensi.............................................................................................................5
2.2 pengertian Suspensi Topikal..............................................................................................11
2.3 Preformulasi Suspensi Topikal...........................................................................................13
2.4. Formulasi Suspensi Topikal..............................................................................................14
2.5. Perhitungan Suspensi Topikal...........................................................................................15
2.6. Cara Kerja Suspensi Topokal............................................................................................15
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB I
2
PENDAHULUAN
3
1.2.1.Apa pengertian suspensi?
1.2.2. Apa pengertian suspensi topical?
1.2.3 Bagaimana preformulasi suspensi topical?
1.2.4. Apa contoh formulasi suspensi topical?
1.2.5. Bagaimana perhitungan formulasi suspensi topikal?
1.2.6. Bagaimana cara kerja formulasi suspensi topikal?
1.3 Tujuan
BAB II
4
PEMBAHASAN
Macam-macam suspensi.
5
Suspensi berdasarkan kegunaanya
1. Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi tetes telinga.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Suspensi berdasarkan istilah
1. Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan
konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3. Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi berdasarkan sifatnya
1. Suspensi deflokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b. Partikel dispersi mudah mengendap
c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
2. Suspensi flokulasi
6
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras
7
menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel
padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).
2. Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :
a. Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan
pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan
adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan
dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi bentuk polimorfi
atau hidrat dari Kristal.
b. Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
c. Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur
atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan
didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak
terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk
flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.
8
Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi
dan medium terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat
cair. Untuk menurunkan tegangan permukaan digunakan wetting agent atau
surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan) misalnya span
dan tween.
3) Floatasi
Floatasi atau trafung disebabkan oleh :
- Perbedaan densitas
- Partikel padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan
- Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan
4) Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi
perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan
penambahan surfaktan.
5) Pengaruh gula
- Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan
fiskositas suspensi naik.
- Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya
kristalisasi dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri
hingga diperlukan pengawet
- Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi
- Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi
Komponen sediaan suspensi :
Komposisi sediaan suspensi yaitu :
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
- Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk
golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc.
Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa,
hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat
misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite,
9
veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
- Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
- Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya
sorbitol dan sukrosa.
- Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya
vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
- Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut
mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer
(karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet
diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang.
Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben,
asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
- Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon,
asam galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
- Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat,
dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
- Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan
kelarutan. Misalnya asam sitrat.
- Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu
partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau
floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer
hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).
10
o Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi
dengan cepat dengan sedikit pengocokan.
o Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan
mikroba
o Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat
hilang ketika digunakan serta cepat kering.
1. Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebaldan cenderung lebih
emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri
11
dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alcohol.
Biasanya lotion akan cepat mongering jika mengandung alcohol yag tinggi.
2. Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memish menjadi dua atau tiga bagian
apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur
dengan larutan berbasis air. Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum diminum.
3. Cream/krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan
mempertahankan bentuknya apabila dikelarkan wadahnya. Cream biasanya
digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan
karena dapat menyebabkan sensifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki
tingkat peneriman yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam
bahan kompisisi, pH, dan toleransi antara merk generic.
4. Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi padat, tebal, berminya dengan
viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lender. Salep
digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau prifilaksis
sesuai dengan tingka oklusi yang diinginkan. Salep digunakan pada kulit dan
selaput lender yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.
Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga
memiliki resiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.
Pada Kulit
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit adalah obat yang
berbentuk cream, lotion, sprei, atau salep. Krim dengan antibiotic seing digunakan pada luka
bakar atau ulkus dekubitus. Sedangkan salep dapat digunakan untuk melindungi kulit dari
iritasi atau lasersi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urine atau fekal.
Lotion adalah suspense berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh yang luas dan
pada daerah berbulu. Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut ke dalam kulit
untuk mendapatkan evek systemic . tujuan pemberian pada kulit yaitu :
12
3. Mengurangi iritasi kulit
1. Zat aktif
a. Calaminum
Sinonim: kalamin
Pemerian: serbuk halus, merah jambu, tidak berbau,praktis tidak berasa
Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, larut dalam asam mineral
Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat
Khasiat: antiseptic
b. Zinci oksydum
Sinonim: sengoksida, ZnO
Pemerian : serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap CO2 dari udara.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam
asam mineral encer dan dalam larutan alkali inhidroksida.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : antiseptikum local
2. Zat Tambahan
a. Glycerolum
Sinonim : Gliserol, Gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis
diikuti rasa hangat. Gogroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu
rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20°.
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P, kloroform
P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan (pelarut)
b. Bentonitum
Sinonim : Bentonoit
13
Pemerian : Serbuk sangat halus, coklat kuning muda atau putih kuning
gading, tidak berbau, dan rasa mirip tanah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air tetapi mengembang menjadi massa
homogeny, praktis tidak larut dalam pelarut organic.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan (suspending agent)
c. Solitio Hydrastis Calcili Kalk Water
Sinonim : Akua calcis, air kapur
Pemerian : Zat cair tak berwarna dan tak berbau, yang bereaksi basa
terhadap henol phthaleine dan bila direbus menjadi keruh
Khasiat : Zat tambahan (pelarut)
B. Lotio kummerfels
R/ sulf praec 4
Camph 0,6
Mucil gum arab 2
Sol.calc hydrat 26,8
Aq.rosae 26,6
A. Lotio calamin
14
2. Zn0 = 8 g /100 ml x 30 ml = 2,4 g
3. Glycerin= 2 ml/100ml x 30 ml= 0,6 ml
= 16,962 ml
B. Lotio kummerfels
A. Lotio calamin
1. dikalibrasi botol 30ml dan ditara cawan porselin
2. dikalibrasi beker gelas 7,5 ml sebanyak 2 kali
3. ayak ZnO dan timbang sebanyak 2,4 g dan dimasukkan dalam mortar
4. diayak calamine lalu ditimbang 2,4 g
5. ditambahkan calamine dengan ZnO kemudian gerus ad homogeny
6. timbang gliycerilin dan tambahkan( campuran 1)
7, diukur bentonit magma dengan solution hydrat pada beker gelas dan diaduk
ad homogeny( campuran 2)
8 diukur seperlima bagian dari campuran 2 dan dimasukkan dalam beker
sebanyak 3ml dan masukkan pada campuran 1 gerus ad homogeny
15
9. campuran yang sudah homogeny dimasukkan dalam botol dan di ad kan
dengan solutio calci hydrat ad 30ml dengan cara gerus kemudia botol ditutup
10. beri etiket dan lebel “kocok dahulu”
B. Lotio kummerfels
BAB III
PENUTUP
16
3.1 Kesimpulan
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel
padat yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
3.2 Saran
Kami harap mahasiswa lebih belajar dan memahami tentang preformulasi, formulasi,
perhitungan bahan dan cara kerja dari larutan topical.
DAFTAR PUSTAKA
17
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
Press
18