Anda di halaman 1dari 19

Makalah Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid

“SUSPENSI TOPICAL”

KELOMPOK VI:
Nolvi E. Bareut
Yolla M. Tasib
Lidia H.Lau
Maria D.A.Saban
Angela O.Mboru

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan yang telah menolong kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik lancar. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan
sanggup meyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui apa
saja alat-alat gelas kualitatif.
Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri kami sebagai peyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan pertolongan Tuhan
dan dengan penuh kesabaran akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Kami juga
berterimakasih kepada banyak pihak yang telah banyak membantu kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas
kepada pembaca dan dapat membuka cakrawala berpikir kita. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya.
Terimakasih

Kupang, 11 Maret 2020

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 Pengertian Suspensi.............................................................................................................5
2.2 pengertian Suspensi Topikal..............................................................................................11
2.3 Preformulasi Suspensi Topikal...........................................................................................13
2.4. Formulasi Suspensi Topikal..............................................................................................14
2.5. Perhitungan Suspensi Topikal...........................................................................................15
2.6. Cara Kerja Suspensi Topokal............................................................................................15
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat,
setiap bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai
dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari
obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak
larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan
secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk
pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga
ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui
mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan
penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat
yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog
dan dituang.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan,
memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi)
terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk
mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai
dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat
diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

3
1.2.1.Apa pengertian suspensi?
1.2.2. Apa pengertian suspensi topical?
1.2.3 Bagaimana preformulasi suspensi topical?
1.2.4. Apa contoh formulasi suspensi topical?
1.2.5. Bagaimana perhitungan formulasi suspensi topikal?
1.2.6. Bagaimana cara kerja formulasi suspensi topikal?

1.3 Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui pengertian suspensi

1.3.2. Untuk mengetahui pengertian suspensi topikal

1.3.3. Untuk mengetahui preformulasi suspensi topikal

1.3.4. Untuk mengetahui contoh formulasi suspensi topical

1.3.5. Untuk mengetahui perhitungan formulasi suspensi topikal

1.3.6. Untuk mengetahui cara kerja formulasi suspensi topikal

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suspensi


Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau
tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :
1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi

Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :

- Terbentuk dua fase yang heterogen


- Berwarna keruh
- Mempunyai diameter partikel > 100 nm
- Dapat disaring dengan kertas saring biasa
- Akan memisah jika didiamkan

Macam-macam suspensi.

5
Suspensi berdasarkan kegunaanya

1. Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi tetes telinga.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Suspensi berdasarkan istilah
1. Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan
konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3. Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi berdasarkan sifatnya
1. Suspensi deflokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b. Partikel dispersi mudah mengendap
c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras

2. Suspensi flokulasi

6
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :

Menurut FI edisi III adalah :

 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap


 Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
 Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
 Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama

Menurut FI edisi IV adalah :

 Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal


 Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba
 Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.

Cara pembuatan suspensi


Suspensi dapat dibuat dengan cara :
1. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya
sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting
adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan
serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena
adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan
sudut kontak 900C disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan
magnesium karbonat. Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel
padat dan cairan pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil
lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut
kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula

7
menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel
padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).
2. Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :
a. Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan
pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan
adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan
dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi bentuk polimorfi
atau hidrat dari Kristal.
b. Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
c. Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur
atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan
didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak
terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk
flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.

Bentuk suspensi yang diinginkan


- Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan
- Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
- Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang
terdeflokulasi.
- Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan
sedimentasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah :
1) Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)
Untuk sediaan farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi
biasanya dimana bentuk suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai
pegangan supaya suspensi stabil sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya
akan terbentuk cacking dan homogenitas kurang.
2) Pembahasan serbuk

8
Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi
dan medium terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat
cair. Untuk menurunkan tegangan permukaan digunakan wetting agent atau
surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan) misalnya span
dan tween.
3) Floatasi
Floatasi atau trafung disebabkan oleh :
- Perbedaan densitas
- Partikel padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan
- Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan
4) Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi
perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan
penambahan surfaktan.
5) Pengaruh gula
- Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan
fiskositas suspensi naik.
- Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya
kristalisasi dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri
hingga diperlukan pengawet
- Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi
- Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi
Komponen sediaan suspensi :
Komposisi sediaan suspensi yaitu :
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
- Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk
golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc.
Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa,
hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat
misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite,

9
veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
- Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
- Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya
sorbitol dan sukrosa.
- Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya
vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
- Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut
mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer
(karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet
diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang.
Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben,
asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
- Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon,
asam galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
- Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat,
dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
- Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan
kelarutan. Misalnya asam sitrat.
- Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu
partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau
floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer
hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).

Kriteria suspensi yang ideal :


o Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dan tidak
mengendap cepat dalam wadah.

10
o Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi
dengan cepat dengan sedikit pengocokan.
o Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan
mikroba
o Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat
hilang ketika digunakan serta cepat kering.

Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi


a. Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama
anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
4. kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
5. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
6. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
b. Kerugian :
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi)
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi
terutama jika terjadi perubahan temperatur
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.

2.2 Pengertian Suspensi Topical

Klasifikasi obat berdasarkan bentuk

1. Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebaldan cenderung lebih
emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri

11
dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alcohol.
Biasanya lotion akan cepat mongering jika mengandung alcohol yag tinggi.
2. Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memish menjadi dua atau tiga bagian
apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur
dengan larutan berbasis air. Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum diminum.
3. Cream/krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan
mempertahankan bentuknya apabila dikelarkan wadahnya. Cream biasanya
digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan
karena dapat menyebabkan sensifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki
tingkat peneriman yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam
bahan kompisisi, pH, dan toleransi antara merk generic.
4. Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi padat, tebal, berminya dengan
viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lender. Salep
digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau prifilaksis
sesuai dengan tingka oklusi yang diinginkan. Salep digunakan pada kulit dan
selaput lender yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.
Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga
memiliki resiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.

Pada Kulit

Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit adalah obat yang
berbentuk cream, lotion, sprei, atau salep. Krim dengan antibiotic seing digunakan pada luka
bakar atau ulkus dekubitus. Sedangkan salep dapat digunakan untuk melindungi kulit dari
iritasi atau lasersi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urine atau fekal.
Lotion adalah suspense berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh yang luas dan
pada daerah berbulu. Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut ke dalam kulit
untuk mendapatkan evek systemic . tujuan pemberian pada kulit yaitu :

1. Untuk mempertahankan hidrasi


2. Melindungi permukaan kulit

12
3. Mengurangi iritasi kulit

2.3 Preformulasi Suspensi Topical

1. Zat aktif
a. Calaminum
Sinonim: kalamin
Pemerian: serbuk halus, merah jambu, tidak berbau,praktis tidak berasa
Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, larut dalam asam mineral
Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat
Khasiat: antiseptic
b. Zinci oksydum
Sinonim: sengoksida, ZnO
Pemerian : serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap CO2 dari udara.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam
asam mineral encer dan dalam larutan alkali inhidroksida.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : antiseptikum local
2. Zat Tambahan
a. Glycerolum
Sinonim : Gliserol, Gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis
diikuti rasa hangat. Gogroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu
rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20°.
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P, kloroform
P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan (pelarut)
b. Bentonitum
Sinonim : Bentonoit

13
Pemerian : Serbuk sangat halus, coklat kuning muda atau putih kuning
gading, tidak berbau, dan rasa mirip tanah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air tetapi mengembang menjadi massa
homogeny, praktis tidak larut dalam pelarut organic.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan (suspending agent)
c. Solitio Hydrastis Calcili Kalk Water
Sinonim : Akua calcis, air kapur
Pemerian : Zat cair tak berwarna dan tak berbau, yang bereaksi basa
terhadap henol phthaleine dan bila direbus menjadi keruh
Khasiat : Zat tambahan (pelarut)

2.4 Formulasi Suspensi Topikal


A. Lotio calamin
R/ Tiap 100 ml mengandung
Calaminum 8g
Zincoxydum 8g
Glycerolum 2 ml
Bentonit Magma 25 ml
Calcii Hydroxydi Solutio hingga 100 ml

B. Lotio kummerfels
R/ sulf praec 4
Camph 0,6
Mucil gum arab 2
Sol.calc hydrat 26,8
Aq.rosae 26,6

2.5 Perhitungan Suspensi Topical

A. Lotio calamin

1. Calamin = 8 g /100 ml x 30 ml = 2,4 g

14
2. Zn0 = 8 g /100 ml x 30 ml = 2,4 g
3. Glycerin= 2 ml/100ml x 30 ml= 0,6 ml

( berat jenis glycerin= 1,230-1,235g

Jadi,glycerin yang ditimbang 0,6 ml x 1,230 g/ml = 0,738 g

4. Bentonit magma= 25 ml/100 ml x 30 ml=7,5 ml


5. Sol.calcii hydrat ad 25 gram

= 30 ml- (2,4 g+2,4 g+0,738 g+ 7,5 ml)

= 16,962 ml

B. Lotio kummerfels

1 sulfur praecipitat= 20 g/300 ml 60 ml= 4g


2 champora= 3 g/300 ml x 60 ml=0,6g
3 mucil PGA= 10g /300ml x 60 ml=2g
4 sol. Calc hydrat= 134g /300ml x 60 ml = 26,8ml
5 aq. Rossae= 133g /300g x 60 ml= 26,6ml

2.6 Cara kerja Suspensi Topical

A. Lotio calamin
1. dikalibrasi botol 30ml dan ditara cawan porselin
2. dikalibrasi beker gelas 7,5 ml sebanyak 2 kali
3. ayak ZnO dan timbang sebanyak 2,4 g dan dimasukkan dalam mortar
4. diayak calamine lalu ditimbang 2,4 g
5. ditambahkan calamine dengan ZnO kemudian gerus ad homogeny
6. timbang gliycerilin dan tambahkan( campuran 1)
7, diukur bentonit magma dengan solution hydrat pada beker gelas dan diaduk
ad homogeny( campuran 2)
8 diukur seperlima bagian dari campuran 2 dan dimasukkan dalam beker
sebanyak 3ml dan masukkan pada campuran 1 gerus ad homogeny

15
9. campuran yang sudah homogeny dimasukkan dalam botol dan di ad kan
dengan solutio calci hydrat ad 30ml dengan cara gerus kemudia botol ditutup
10. beri etiket dan lebel “kocok dahulu”

B. Lotio kummerfels

1. Disiapkan alat dan bahan dan dikalibrasi botol 60ml


2. Ditimbang champora dimasukkan dalam mortar ditambahkan 3 tetes
spiritus dan digerus ad homogeny
3. Ditimbang sulf praecipitat dimasukkan kedalam langkah 2 dipindahkan
dalam kaca arloji yang telah dibasahi glyserin
4. Ditimbang PGA dimasukkan dalam mortir dan digerus lalu ditambahkan
aqua rosae 1,2ml digerus
5. Digabungkan langkah 3 dan 4 kemudian gerus ad homogeny dan
ditambahkan sol calc hydrat diaduk ad homogeny
6. Diencerkan dengan aqua rosae dan dimasukkan dalam botol lalu tutup
kocok ad homogeny
7. Diberi etiket biru dan lebel

BAB III

PENUTUP

16
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel
padat yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.

3.2 Saran

Kami harap mahasiswa lebih belajar dan memahami tentang preformulasi, formulasi,
perhitungan bahan dan cara kerja dari larutan topical.

DAFTAR PUSTAKA

17
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .


Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .


Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi


2 .Jakarta : Dekpes RI

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai