Anda di halaman 1dari 4

Peran Agama dalam Kehidupan

Bermasyarakat
Selain itu agama merupakan pedoman hidup dan menjadi tolok ukur yang mengatur tingkah
laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya tindakan seseorang
tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan terhadap agama yang
diyakini. Agama berperan sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia dan
mengarahkannya kepada kebaikan bersama.

Secara lebih terperinci, pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia dapat dipahami
dalam poin-poin berikut:

1. Pertama, agama menghidupkan nilai luhur moralitas. Dalam proses kehidupan yang
dijalani manusia, agama sangat mendukung untuk tindakan kebaikan. Artinya, agama
tidak hanya memberikan nilai-nilai yang bersifat moralitas, namun juga
menjadikannya sebagai fondasi keyakinan. Agama mensyarakatkan moralitas sebagai
bagian iman secara keseluruhan. Tak hanya moralitas yang ditekankan agama bersifat
mengikat kepada setiap penganutnya.

2. Kedua, agama memberi kekuatan dalam menanggung penderitaan hidup. Agama


menghidupkan kekuatan dalam diri manusia untuk mampu menghadapi berbagai
penderitaan hidup dan berperan sebagai benteng kokoh yang melindunginya dari
serangan keputusasaan dan hilangnya harapan. Berkat keimanan yang kuat dan
keyakinan bahwa Allah pasti memberi pertolongan, setiap masalah yang muncul dan
setiap jalan buntu yang ditemui dalam kehidupannya dapat dipecahkan dan diatasi.

3. Ketiga, agama menjadi pegangan dan pedoman hidup. Al-qur'an merupakan pedoman
hidup yang tidak pernah berubah setiap zaman. Meskipun terdapat berbagai
perbedaan tafsiran dalam memahaminya, namun tidak pernah ada perubahan dalam
kitab suci yang diyakini kebenarannya tersebut.

4. Keempat, agama mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Selain memberikan


pedoman hidup yang bersifat spiritual, agama juga mendorong kemajuan ilmu
pengetahuan. Keyakinan agama mengajarkan kepada manusia bahwa pengetahuan tak
terbatas merupakan sumber dari keteraturan alam yang berlaku di jagat raya ini (yang
menjadi dasar dari teori ilmu pengetahuan).

5. Kelima, agama sebagai integrator (menyatu padukan), baik individual maupun sosial,
dalam arti bahwa agama mengintregasikan dan menyerasikan segenap aktivitas
manusia, baik sebagai perseorangan maupun anggota masyarakat, yaitu integrasi dan
keserasian sebagai insan yang taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta integrasi
dan keserasian antara manusia sebagai makhluk social dalam hubungannya dengan
sesama dan lingkungannya. Dengan kata lain, integrasi dan keserasian antara
mengejar kebaikan dunia dan akhirat.
6. Keenam, agama sebagai sublimator (memperindah)  agama menyandukan dan
mengkuduskan segala perbuatan manusia, sehingga perbuatan manusia, bukan hanya
yang bersifat keagamaan saja, tetapi setiap perbuatan dijalan kan dengan tulus ikhlas
dan penuh pengabdian karena keyakinan agama, bahwa segala pekerjaan yang baik
merupakan bagian pelaksanaan ibadah insan terhadap Sang pencipta atau al-kholiqnya
atau Tuhan Yang Maha Esa. 

7. Ketujuh, agama sebagai sumber inspirasi (ilham) budaya bangsa Indonesia,


melahirkan hasil budaya fisik berupa cara pakaian yang sopan dan indah, gaya
arsitektur, dan lain-lain, serta hasil budaya nonfisik seperti seni budaya yang
menafaskan agama kehidupan beragama yang jauh dari syirik dan musyrik. (Youlie,
2013)

Empat Karakter Agama Islam


Karakter Agama Islam 

Pertama, Islam adalah agama yang lengkap dan integral. Artinya Islam dalam hal ini adalah
syariat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama yang lengkap dimana
tidak ada satu pun masalah yang luput darinya. Semua masalah umat manusia  telah
diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah baik secara rinci maupun global.

Hal ini sesuai dengan firman Allah ta'ala dalam surat

al-An’am ayat 38 yang artinya “Tidaklah kami luputkan dalam al-Kitab suatu apapun”

(An-Nahl : 89). “Dan telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab sebagai penjelas bagi segala
sesuatu.” Yakni bagi segala sesuatu yang dibutuhkan dari masalah-masalah agama. 

Disamping itu, Islam juga bersifat integral. Di mana Islam mengurusi kehidupan manusia
baik secara individual maupun sosial kemasyarakatan. Mulai dari urusan kecil pribadi sampai
urusan besar pemerintahan dan kekuasaan negara. Jadi, orang yang sering mengkampanyekan
pemisahan antara negara dan agama, bisa jadi dalam dirinya terdapat kemunafikan atau
mungkin karena kedangkalan ilmu yang ia miliki. 

Kedua, Islam memiliki karakteristik moderat atau pertengahan. Agama Islam yang hakiki
adalah agama yang tidak terlalu exstrim dalam syariatnya maupun terlalu longgar. Islam ada
di antara keduannya. Maka paslah tatkala Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu
berkata “Hendaklah kalian berpegang kepada sikap pertengahan. Dengan sikap ini, orang
yang tertinggal harus menyusul dan orang yang berlebihan harus kembali mundur.” 

Contoh dari sikap berlebihan adalah mudah mengkafirkan orang lain. Menambah-nambah
ajaran Islam. dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari sikap longgar adalah suka
mengabaikan ajaran agama Islam.  Sikap moderat inilah yang diinginkan oleh Allah ta'ala
dalam firman-Nya yang artinya “ Demikianlah kami telah menjadikan kalian (umat islam)
umat yang moderat agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia.” (Al-Baqarah : 143). 

Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jâmi’ li Ahkâmi al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah
ta'ala selain telah menjadikan Ka’bah berada di tengah-tengah dunia, Allah ta'ala juga telah
menjadikan umat ini sebagai umat pertengahan. Yakni Allah ta'ala tidak mengutus pada umat
ini kecuali hanya satu nabi, dan Allah ta'ala juga telah menjadikan umat ini berada di atas
umat-umat lainnya. Pertengahan bermakna adil, dan pada dasarnya hal-hal yang terpuji
adalah pertengahan. Imam at-Turmudzi meriwayatkan dari Sa’id al Khudri radhiallahu 'anhu
dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang ayat Allah ta'ala “ wa kadzâ lika ja’alnâkum
ummatan wa satha..”  beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Adil/seimbang” 

sikap moderat yang dimiliki Islam inilah yang membedakan Islam dari keekstriman kaum
nasrani yang sampai menjadikan nabi mereka sebagai tuhan atau anak Tuhan. Sikap moderat
ini pula yang membedakan Islam dengan kesembronoan kaum Yahudi yang telah membunuh
nabi-nabi mereka. Maka pesan Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam yang harus kita
pegang adalah “Sebaik-baik perkara adalah pertengahan.” 

Ketiga, Islam adalah kemudahan dan bukan kesulitan. Islam datang tidak untuk
menyengsarakan umatnya. Islam datang tidak untuk membebani manusia dengan beban-
beban berat. Allah ta'ala berfirman yang artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul,
Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di
sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Araf : 157) 

Islam datang adalah untuk menyempurnakan kekurangan risalah-risalan kenabian yang


dahulu. Islam datang untuk menghapus syarait-syariat yang menyulitkan seperti syariat nabi
Musa yang mengharuskan bunuh diri jika mau bertaubat dari syirik. Dan Islam datang untuk
memberikan syariat yang belum perna diberikan kepada umat-umat sebelumnya.  

Kemudahan Islam ini tergambar dari firman Allah ta'ala yang artinya “Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu..” (Al Baqarah : 185).  

Allah ta'ala telah memberikan kemudahan pada agama ini tidak hanya menyangkut dalam
masalah puasa sebagaimana konteks ayat di atas melainkan untuk semua masalah dalam
urusan agama. Hal ini senada dengan firman Allah ta'ala yang artinya “Dia telah memilih
kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (Al
Hajj : 78).  Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda  dalam masalah ini
“Mudahkanlah dan jangan engkau persulit, dan berilah kabar gembira dan jangan buat
mereka pergi”. Inilah karakter agama Islam.  

Keempat, Islam adalah rahmatan lil alamin. Ini juga menjadi karakter Islam. Islam hadir
bukan hanya untuk orang Arab. Islam hadir tidak untuk orang yahudi. Islam hadir tidak hanya
untuk orang nasrani. Tapi Islam hadir membawa rahmat untuk alam semesta dari generasi ke
generasi selanjutnya.  

Allah ta'ala berfirman yang artinya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al Anbiya` : 107)  

Salah satu bukti Islam adalah risalah untuk semua umat manusia semenjak diturunkan sampai
hari penghakiman adalah risalah Islam selalu sesuai dengan zaman dan keadaan. Inilah
mengapa banyak sekali ayat Al-Qur'an yang bersifat umum dan multi tafsir. Tidak lain adalah
supaya manusia dari satu generasi ke generasi yang lainnya mampu mengistimbat hukum dari
nash-nash umum tersebut sebuah hukum yang sesuai dengan keadaan zaman dan tempat.
Dari sinilah muncul kaidah bahwa hukum berubah sesuai dengan zaman dan kondisi. Namun
dengan catatan bahwa hukum yang berubah adalah hukum yang tidak qothi yang tunjuk oleh
nash yang qoth’iyu ad dilalah. 

Anda mungkin juga menyukai