Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PAROTITIS

Disusunoleh

Resti Wahyuni W
NIM : R.17.01.057

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
JL.WIRAPATI TELP.(0234)272020FAX.(0234) 272024 INDRAMAYU
2019
A. Pengertian

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular


dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar
ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan
tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan
ini cenderung menyerang anak-anak  dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).
(Warta Medika,2009)

 Parotitis  ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus).  Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis.  Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa
pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa,
infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat,
payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita
atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-
obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan
zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008)

Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat


ditularkan melalui:

1. Kontaklangsung
2. Percikanludah (droplet)
3. Muntahan
4. Bisa pula melalui air kencing

Tidaksemua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% 


penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi
sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit.Masa tunas
(masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
B. Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok


paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan
virus newcastle disease.  Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. 
Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus
subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2
glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga
memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat
larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari
hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.  Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4
ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus
masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran
napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum
setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya
lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,
jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat
infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui
dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus
dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum
pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang
(Sumarmo,2008)

C. Klasifikasi Parotitis

a. Parotitis Kambuhan

Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi
virus kemudian kambuh lagi

b. Parotitis Akut

Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang
dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya
apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
D. Manifestasi Klinis Parotitis

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,
bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical).
Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan,
yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi)
penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18  hari. Adapun tanda dan
gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat
digambarkan sebagai berikut :

1. Padatahapawal (1-2 hari) penderitaGondongmengalamigejala: demam (suhubadan


38,5 – 40 derajatcelcius), sakitkepala, nyeriotot, kehilangannafsumakan,
nyerirahangbagianbelakangsaatmengunyahdanadakalanyadisertaikakurahang
(sulitmembukamulut).
2. Selanjutnyaterjadipembengkakankelenjar di bawahtelinga (parotis) yang
diawalidenganpembengkakansalahsatusisikelenjarkemudiankeduakelenjarmengala
mipembengkakan.
3. Pembengkakanbiasanyaberlangsungsekitar 3 harikemudianberangsurmengempis.
4. Kadangterjadipembengkakanpadakelenjar di bawahrahang (submandibula)
dankelenjar di bawahlidah (sublingual).
Padapriadewasaadalanyaterjadipembengkakanbuahzakar (testis)
karenapenyebaranmelaluialirandarah.

E. PatofisiologiParotitis
Padaumumnyapenyebaranparamyxovirus sebagai agent penyebab parotitis
(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:

1. Percikanludah
2. Kontaklangsungdenganpenderitaparotitis lain
3. Muntahan
4. Urine

Virus tersebutmasuktubuhbisa melalui hidung atau mulut.Biasanya kelenjar yang


terkena adalah kelenjar parotis.Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis
dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut
dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga
terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia
(ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan
kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid.
Keadaaninidisebutparotitis.

Akibatterinfeksinyakelenjarparotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia,


sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000).  Kemudian dalam 3 hari terjadilah
pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai
nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps
dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang
terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

F. Komplikasi klinis

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,


obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi
nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,
pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit,  tetapi
kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini
dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar
liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang 
kurang dini menurut Nelson (2000) :

1. Meningoensepalitis

Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian


disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia).
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.

2. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis

Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena
mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga
kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi
mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit
pada testis.  Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis.  Bila
testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil.  Orkitis biasanya menyertai
parotitis dalam 8 hari setelah parotitis.  Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 –
14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya
bengkak dan merah.  Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena
menjadi atrofi.  Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.  Tetapi infertilitas
absolut jarang terjadi.
4. Ensefalitis atau Meningitis

Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,
mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

5. ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita
pasca pubertas

6. Pankreatitis

Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan
mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1
minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai sedang
muncul tiba-tiba pada parotitis.  Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan
pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya
pankreatitis akibat mumps.

7. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria
terdeteksi pada 75%.  Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum
diketahui.  Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis
ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna  tanpa meninggalkan
kelainan pada ginjal.

8. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada
umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya
antibodi antitiroid pada penderita.

9. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan
dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari
miokarditis  seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.
Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
10. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan


dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang
jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-
pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya
yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-
12 minggu dan sembuh sempurna.

11. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya


bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala
bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan
penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan
fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam
20 hari;  skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

G. Pemeriksaan Diagnostik

a.  Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan
yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah
adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering
menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

b.  Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan


parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase
normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

c.  Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya
infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:

1.       Hemaglutination inhibition (HI) test

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum
yang satunya di ambil pada hari ketiga.  Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama
infeksi akut, maka kemungkinannya  parotitis.
2.       Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas
embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran
serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis
epidemika.  Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya
untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.

3.Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi
terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut.
Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap
selama 6 bulan berikutnya dan kemudian  menurun secara lambat 2 tahun sampai
suatu jumlah yang rendah dan tetap ada.  Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan
analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi.  Antibodi terhadap
antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul
gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.

d.  Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus  dilakukan dengan
biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan
dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-
NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun

H. Penatalaksanaan Parotitis

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang


berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi
virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan
suportif.

Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti
tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan
untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal
atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih
sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:

1.  Penderita rawat jalan

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup
baik).

a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Kompres panas dingin bergantian

d. Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu

-          metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

-          parasetamol  : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

-          hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko
menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-
obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali
disebut juga sebagai “salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.

        2.  Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala

hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a.  Diet lunak, cair dan TKTP

b.  Analgetik-antipiretik

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi


        3.  Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a.  Encephalitis

simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit


kepala.

b.  Orkhitis

-   istrahat yang cukup

-   pemberian analgetik

- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari

c.  Pankreatitis dan ooporitis

Simptomatik saja

I. Pencegahan

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.

1. Pasif

               Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.

2. Aktif 

      Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang
hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan
subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007).  Vaksin ini tidak
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak
menular.  Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin
campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian
vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan
bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi
dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.  Proteksi yang baik sekurang-
kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella,
dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin;  demam akut; selama
kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;  sedang diberi obat-obat imunosupresif,
alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah
pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam
situasi ini
ASUHAN KEPERAWATAN
Tahap Pengkajian
Keluhan Utama Pasien
Umumnya pada pasien penderita parotitis, pasien mengeluhkan Demam, nyeri di bawah
telinga, bengkak, dan sulit menelan
Riwayat Penyakit Sekarang pasien

Biasanya pasien mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang
telinga dan pipi.dan timbul bengkak dan kemerahan ,adanya rasa nyeri dan bengkak
menyebar ke daerah pipi

 Riwayat Penyakit Dahulu:


 Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama.
 Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit alergi.
 Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)

 Pemeriksaan Fisik
Ukur Tanda-tanda Vital
Suhu,Nadi,Nafas ,tekanan darah,dan Kesadaran

DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin mucul pada pasien parotitis adalah
·       nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna nutrien adekuat akibat penyakit kronis infeksi
·       Nyeri berhubungan dengan Infeksi Virus
·       Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat
parotitis dan pengaruh lingkungan
·       Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis
ANALISIS DATA
Contoh analisa data pada pasien parotitis
NO Data Etiologi Masalah Keerawatan
1` Data subjektif : Parotitis Perubahan nutrisi
Sulit menelan,bengkak,nafsu makan ↓ kurang dari kebutuhan
menurun. tubuh
Data objektif : Sulit menelan
-BB turun menjadi 28kg dari BB semula ↓
yang 30kg.
Intake menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan


2 Data subjektif : Gangguan rasa aman
Sulit tidur, tertutup dan tidak mau Parotitis dan nyaman
membuka diri karena ada pembengkakan ↓
ada kalenjar parotis.
Data objektif : Pembengkakan pada kelenjar
parotid dan Sakit kepala

Nyeri

Perasaan tidak aman dan nyaman
3 Data subjektif : Parotitis Resiko komplikasi
Nyeri kepala hebat,yang kemudian ↓
disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan
suhu tubuh yang tinggi Tidak tertangani
Data objektif : ↓
-adanya ST deresi penyebaran virus ke organ lain
-suhu tubuh meningkat 38 c ↓
-ditemukannya virus di organ lain risiko komplikasi

Intervensi Keperawatan
Contoh intervensi yang dapat di lakukan seorang perawat saat menemui pasien dengan
diagnosa parotitis:
Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Nutrisi kurang dari Menunjukkan Berikan makan Makanan yang keras tidak
kebutuhan tubuh peningkatan berat lembut sedikit demi mampu dikunyah oleh pasien
yang berhubungan badan mencapai sedikit dan makanan parotitis. Makanan asam
dengan rentang yang kecil tambahan yang menmbah rasa tidak nyaman
ketidakmampuan diharapkan,dengan tepat. Menghindari pada pasien parotitis.
untuk mencerna Kriteria hasil: Berat makanan asam
nutrien adekuat badan kembali ke
akibat kondisi infeksi rentang normal Berikan diet cair Bila masukan kalori gagal
atau makanan selang untuk memenuhi kebutuhan
/hiperalimentasi bila metabolic, dukungan nutrisi
diperlukan dapat digunakan untuk
mencegah malnutrisi
Berikan minum Membasahi selaput lendir
yang sedikit-sedikit mulut yang kurang basah
tetapi sering karena jarang digunakan
Gangguan rasa aman pasien dapat merasakan Istirahat selama Pada perode demam,
dan nyaman kembali rasa aman dan periode demam metabolism tubuh tinggi
berhubungan dengan nyaman seiring dengan sehingga istirahat dapat
manifestasi klinis proses penyembuhan, Mengurangi metabolism
akibat parotitis dan dengan kriteria Hasil: tubuh dan mempercepat
pengaruh lingkungan Pasien ikut serta dan kesembuhan klien
bekrjasama dalam Kompres dingin Karena terjadi infeksi, suhu
proses mengembalikan pada daerah di sekitar lokasi
rasa aman dan nyaman bengkak pembengkakan mengalami
peningkatan  Dengan
kompres dingin diharapkan
suhu dapat turun dan
mengurangi pembengkakan

Resiko komplikasi Menghilangkan faktor Mengurangi Kortikosteroid dapat


berhubungan dengan resiko komplikasi terjadinya menekan pertumbuhan
pembengkakan dengan Kriteria hasil: komplikasi dengan mikroba dan Globulin
Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
kelenjar parotis tidak terjadi komplikasi pemberian obat Spt: mencegah terjadinya orkitis
penyakit lain Kortikosteroid
selama 2-4 hari dan
globulin
Pantau jantung Mencegah resiko terjadi
dengan pemasangan komplikasi ke otot jantung
EKG

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku

Kedokteran EGC

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapicus Penerbit FK UI

Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI

Anda mungkin juga menyukai