Anda di halaman 1dari 5

I-2

1.2 DASAR TEORI

Reaktor adalah jantung dari proses kimia. Reaktor adalah suatu tempat proses
dimana bahan-bahan diubah menjadi produk, dan perancangan reaktor untuk
industri kimia harus mengikuti keperluan: (Coulson, 1983)
1. Faktor kimia : reaksi kimia
2. Faktor transfer panas
3. Faktor transfer massa
4. Faktor keselamatan
Ada beberapa cara dalam memproses jenis fluida, dalam batch tunggal
atau reaktor alir. Dalam bagian reaktor terdiri dari masukan umpan, dalam suatu
reaktor dengan recycle aliran produk dengan kondisi dan perbandingan umpan
yang beragam. Pada waktu tertentu faktor-faktor yang menyangkut sebuah reaktor
sebagai contoh: tipe reaktor, ukuran skala industri, biaya perlengkapan dan
operasi. Jangka waktu produk yang diharapkan untuk diproduksi, umur
perlengkapan, keamanan, stabilitas dan fleksibilitas dalam operasi dan sebagainya
(Levenspiel, 1972).
Reaktor industri kimia merupakan peralatan yang kompleks dalam transfer
panas, transfer massa, difusi dan friksi yang mungkin ditemui selama reaksi
kimia, ini harus dijaga dan terkontrol. Continuous stirred tank reactor (CSTR)
sering digunakan secara multiply dan secara seri. Reaktan secara terus-menerus
dimasukkan ke dalam vessel pertama dan overflow diantara masing-masing saat
terjadi pencampuran dalam masing-masing vessel. Biasanya komposisi seragam
disetiap vessel, tapi ada gradien konsentrasi dalam sistem secara keseluruhan
(Perry, 1997).
Continuous stirred tank reactor (CSTR) bisa berbentuk dalam tangki satu
atau lebih dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini digunakan untuk reaksi fase
cair dan biasanya digunakan untuk reaksi kimia organik. Keuntungan dari reaktor
ini adalah kualitas produk yang bagus, kontrol yang otomatis dan tidak
membutuhkan banyak tenaga operator. Karakteristik dari reaktor ini adalah
beroperasi pada kondisi steady state dengan aliran reaktan dan produk secara
I-3

kontinyu. Continuous stirred tank reactor (CSTR) terdiri dari sebuah tangki yang
dilengkapi pengaduk mekanis dan suatu jacket atau coil, beroperasi kontinyu,
umumnya reaktor ini dipasang seri. Reaktor tangki berpengaduk menjadi dasar
reaktor kimia: model skala besar. Ukuran tangki ada yang hanya menampung
beberapa liter sampai yang dapat memuat ribuan liter. Derajat pengadukan dapat
dikontrol, reaktor tangki berpengaduk cocok untuk reaksi dimana transfer massa
dan transfer panas berlangsung dengan baik (Coulson, 1989).
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sering kali bergantung pada
efektifnya pengadukkan dan pencampuran sebenarnya tidak sinonim satu sama
lain. Pengadukan (agitation) menunjukkan gerakan yang terinduksi menurut cara
tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya
mempunyai semacam pola sirkulasi. Pencampuran (mixing), dilain pihak ialah
peristiwa menyebarkan bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu
menyebar ke bahan yang lain dan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumnya
terpisah dari dua fase atau lebih. Suatu bahan tunggal tertentu, umpama air suatu
tangki dapat diadu tetapi tidak dapat dicampur, kecuali jika ada suatu bahan lain
yang ditambahkan pada air itu (umpamanya sejumlah air panas atau serbuk zat
padat) (Mc Cabe, 1983).
Dengan reaksi sebagai berikut:

NaOH + CH3COOC2H5  CH3COONa + C2H5OH ...(1.1)

Reaksi ini terjadi berasarkan persamaan molar dan reaksi orde pertama yang
bergantung kepada larutan NaOH dan CH3COOC2H5. Konsentrasi yang
digunakan berkisar antara 0 sampai 0.1 M dengan temperatur berkisar 20-40  C.
Reaksi ini berlangsung dalam reaktor CSTR atau reaktor tubular yang bisa
mencapai keadaan steady state ketika konversi dan konsentrasi reagen telah
tercapai. Keadaan steady state akan bervariasi berdasarkan konsentrasi reagen,
flowrate, dan volume reaktor secara temperature reaksi. Kecepatan reaksi
dihitung dengan mengonversikan reaktan menjadi produk dalam waktu tertentu.
Agar reaksi bisa terjadi, partikel dari reaktan-reaktan tersebut harus berkontak
agar menghasilkan suatu interaksi. Kecepatan reaksi bergantung pada frekuensi
I-4

tumbukan dan efisiensi tumbukan partikel dari larutan yang bereaksi. Faktor-
faktor ini didukung dengan pengadukan reaktan dengan menggunakan stirred
(pengaduk) dan baffle di dalam reaktor. Pengadukan yang tidak sempurna akan
menghasilkan kecepatan reaksi yang kurang pula. Berdasarkan reaksi antara
NaOH dan CH3COOC2H5, jika konsentrasi awal dari kedua larutan tersebut sama
(ao) dan konversi (xa) maka konsentrasi dari masing-masing larutan adalah:
NaOH + CH3COOC2H5  C2H5OH + CH3COONa ....(1.2)
(ao - xa) (ao - xa) (xa) (xa)
Persamaan untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi (k) dengan asumsi
volume konstan yaitu: (Smith, 1981)

F ( a0 −a 1 ) ( Fa+ Fb ) a 0 −a1
=
V a2 V a 2
k = 1 1 ....(1.3)
Dengan neraca massa pada kondisi steady state yaitu:

Input – output ± accumulation = 0 ….(1.4)

Konstanta laju reaksi yang ditulis dengan lambang k dipengaruhi salah


satunya adalah temperatur reaksi. Beberapa pendekatan yang sering digunakan
untuk menentukan hubungan antara k dan temperatur dengan beberapa teori.
1. Teori Arrhenius
Tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empiris yang
menyatakan ketergantungan kontanta laju reaksi pada suhu yang berlaku pada
jenjang suhu yang tidak begitu lebar. Persamaan itu adalah:

k = A e Ea / RT .…(1.5)

2. Teori Tumbukan (collision theory)


Teori tumbukan pertama kali dikarenakan oleh Lewis dan Polany. Untuk
tumbukan dari dua molekul yang berbeda dalam campuran A dan B untuk reaksi
A+B→C
2
δ A +δ B N 2 1 1
Z AB =[ 2 10]6
√ [
8 NKT +
MA MB
∙ CA CB
] ....(1.6)
I-5

Dimana:
ZAB = JumLah dari tumbukan antar molekul A dengan molekul B
M = Berat molekul A dan B, cm
k = Tetapan Boltzman, 1,3 x 10-16 erg/K
N = Bilangan Avogadro, 6,023 x 1023 molekul/mol
Laju peruraian A dari reaksi campuran A dan B

-ra = k. CA. CB = ZAB. f ....(1.7)

Faktor f merupakan fraksi dari molekul yang memiliki kelebihan energi yang
dibutuhkan reaksi, yaitu: (Levenspiel, 1972)

103 − E /RT
f= e ....(1.8)
N

Sehingga diperoleh laju peruraian A:

δ A+ δ B N 1 1 − E/ RT
−r AB = [ 2 ]10 3

8 NKT +
(
M A MB
e
) C A CB

....(1.9)

Pembacaan nilai konduktivitas untuk menentukan harga-harga yang digunakan


untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi, dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut: (Smith, 1981)

A 0− A 1
a 1=( a ∞−a 0)
[ A0 −A ∞
+a 0
] ....(1.10)

Dimana a∞ = a0 – b0
A − A1
C 1=C ∞ 0
[
A0 −A ∞ ]
; untuk C0 = 0 ....(1.11)

a0−a1
X a= ....(1.12)
a0

C1
X c= ; untuk C0 = 0 ....(1.13)
C∞
I-6

Anda mungkin juga menyukai