Anda di halaman 1dari 42

KD 1 (Memahami akidah Islam dan metode peningkatan kualitasnya)

 Menentukan metode peningkatan akidah islam


 Memberikan contoh peningkatan kualitas akidah seseorang
o Metode-metode peningkatan kualitas akidah
Seorang mukmin harus memiliki kualitas akidah yang baik, yaitu akidah yang benar, kokoh
dan tangguh. Kualitas akidah tidak hanya diukur dari kemauan seseorang untuk percaya kepada
Allah Swt. atau kepada yang lain seperti yang tercantum di dalam rukun iman. Namun lebih jauh dari
itu, kepercayaan itu harus bisa dibuktikan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Percaya saja tidak
cukup, tapi harus dikuti dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari di manapun berada.
Contoh seseorang yang beriman kepada Allah Swt. maka ia harus melakukan semua yang
diperintahkan Allah Swt. dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Jika ia beriman kepada kitab
Allah, maka ia harus melaksanakan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. Jika ia beriman kepada para
rasul Allah, maka ia wajib melaksanakan ajaran yang disampaikan para rasul dengan sebaik-baiknya
serta meneladani akhlaknya.
Untuk itu mengingat pentingnya kekuatan akidah itu dimiliki oleh setiap mukmin, maka
diperlukan upaya-upaya atau cara-cara yang baik agar bisa meningkatan keyakinan dan memudahkan
menerapkan semua keyakinannya itu di dalam kehidupannya di masyarakat. Sebab kepercayaan atau
keyakinan itu bisa tumbuh paling tidak karena tiga hal; yaitu karena meniru orang tua atau
masyarakat, karena suatu anggapan dan karena suatu pemikiran (dalil akli).
Di antara cara atau metode yang bisa diterapkan adalah
(1) Melalui pembiasaan dan keteladanan
Pembiasaan dan keteladanan itu bisa dimulai dari keluarga. Di sini peran orang tua sangat penting
agar akidah itu bisa tertanam di dalam hati sanubari anggota keluarganya sedini mungkin.
Keberhasilan penanaman akidah tidak hanya menjadi tanggungjawab guru saja, tetapi menjadi
tanggungjawab smua pihak. Karena itu, semuanya harus terlibat. Selain itu pembiasaan hidup dengan
kekuatab akidah itu harus dilakukan secara berulang-ulang (istiqamah), agar menjadi semakin kuat
keimanannya
(2) Melalui pendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan pengajaran dapat dilaksanakan baik dalam keluarga, masyarakat atau lembaga
pendidikan formal. Pendidikan keimanan ini memerlukan keterlibatan orang lain untuk menanamkan
akidah di dalam hatinya. Penanaman kalimat-kalimat yang baik seperti dua kalimat syahadat dan
kalimat laa ilaha ill Allah (tiada Tuhan selain Allah) sangat penting untuk menguatkan keimanan
seseorang. Pendidikan dan pengajaran menjadi salah satu cara yang tepat dalam menanamkan akidah
dan meningkatkan kualitas akidah.Islam mendidik manusia supaya menjadikan akidah dan syariat
Allah sebagai hakim terhadap seluruh perbuatan dan tindakannya. Oleh sebab itu, pendidikan Islam
menjadi kewajiban orang tua dan guru di samping menjadi amanat yang harus dipikul oleh satu
generasi untuk disampaikan kepada generasi berikutnya, dan dijalankan oleh para pendidik dalam
mendidik anak-anak.

KD 2 (Memahami konsep tauhid dalam Islam)


 Menjelaskan konsep tauhid dalam islam menurut para ahli
o Pengertian Tauhid
Menurut bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tauhid bentuk masdar (infinitif) dari
kata wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan atas keesaan Allah).
Sedangkan secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa dan tidak ada sekutu
bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laa ilaha illa Allah (tidak ada
Tuhan selain Allah).
Tauhid artinya mengesakan Allah. Esa berarti Satu. Allah tidak boleh dihitung dengan
satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak layak dikaitkan dengan bilangan. Beberapa
ayat al-Qur’an telah dengan jelas mengatakan keesaan Allah. Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-
4 sebagai berikut:
Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.'' (Q.S. al-Ikhlas [112]:1-4)
Dari ayat di atas dapat ditangkap penjelasan bahwa Allah itu Maha Esa. Keesaan Allah
Swt. itu menurut M. Quraish Shihab mencakup keesaan Zat, keesaan Sifat, keesaan Perbuatan,
serta keesaan dalam beribadah kepada Nya.
Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah Swt.
tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Karena, bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri
dari dua unsur atau lebih—betapapun kecilnya unsur atau bagian itu—maka ini berarti Dia
membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian ini merupakan
syarat bagi wujud-Nya.
Adapun keesaan dalam sifat-Nya, mengandung pengertian bahwa Allah memiliki sifat
yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi
bahasa kata yang digunakan untuk menunjuk sifat tersebut sama. Sebagai contoh, kata rahim
merupakan sifat bagi Allah, tetapi juga digunakan untuk menunjuk rahmat atau kasih sayang
makhluk. Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih sayang Allah berbeda dengan rahmat
makhluk-Nya. Allah Esa dalam sifat-Nya, sehingga tidak ada yang menyamai substansi dan
kapasitas tersebut.
Keesaan dalam perbuatan-Nya mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di
alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya, kesemuanya adalah hasil
Perbuatan Allah semata.
Sedangkan keesaan dalam beribadah merupakan perwujudan dari ketiga keesaan di atas.
Katakanlah: ”sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku, semuanya karena Allah,
Pemelihara seluruh alam.” (Q.S. al-An’am [6]:162)
Dari sini dapat disimpulkan bahwa segala bentuk peribadatan harus ditujukan hanya
kepada Allah semata. Hanya Allah yang wajib disembah. Tidak boleh peribadatan itu ditujukan
kepada selain Allah Swt.
Keesaan Allah Swt. sangat penting ditanamkan dalam hati setiap orang yang mengimani
adanya Allah Swt. Oleh karena itu, untuk mendukung ketercapaian keimanan tersebut harus
didukung dengan pemahaman mengenai llmu tauhid dan cabang-cabang lain dari ilmu tauhid.
Dengan pemahaman yang utuh seperti ini, diharapkan bisa memudahkan seseorang untuk
bertauhid yang benar.
Kemudian untuk melengkapi pemahaman tentang pengertian tauhid tersebut, berikut ini
dijelaskan tentang hal-hal lain yang terkait dengan penjelasan di atas. Ilmu tauhid adalah ilmu
yang membahas tentang Allah Swt. sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang boleh
disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali harus ditiadakan daripada-Nya, serta
tentang rasul-rasul Allah Swt. untuk menetapkan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada pada
diri mereka, hal-hal yang boleh (dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal terlarang
mengaitkannya kepada mereka.
Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid karena pokok pembahasannya yang paling penting
adalah menetapkan keesaan (wahҕdah) Allah Swt. dalam zatNya, dalam menerima peribadatan
dari makhluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya tujuan. Keyakinan
tauhid inilah yang menjadi tujuan utama bagi kebangkitan Nabi Muhammad Saw.

KD 3 (Memahami akhlak Islam dan metode peningkatan kualitasnya)


 Menunjukkan metode peningkatan kualitas akhlak
(sama seperti KD 1)

KD 4 (Menganalisis induk-induk akhlak terpuji (hikmah, iffah, syaja`ah dan `adalah))


 Menunjukkan contoh perilaku akhlak terpuji (hikmah, iffah, syaja`ah dan `adalah) dalam konteks
kehidupan sehari-hari
o Hikmah
1) Dapat menempatkan perkataan yang bijak, pengajaran, serta pendidikan sesuai dengan
tempatnya. Berkata dan berbuat secara tepat dan benar
2) Dapat memberi nasihat pada tempatnya
3) Dapat menempatkan mujadalah (dialog) yang baik pada tempatnya
4) Dapat menempatkan sikap tegas
5) Memberikan hak setiap sesuatu, tidak berkurang dan tidak berlebih, tidak lebih cepat ataupun
lebih lambat dari waktu yang dibutuhkannya
o Iffah
1) Selalu mengendalikan dan membawa diri agar tetap menegakan sunnah Rasulullah,
2) Senantiasa mempertimbangkan teman bergaul dengan teman yang jelas akhlaknya,
3) Selalau mengontrol diri dalam urusan makan, minum dan berpakaian secara Islami,
4) Selalu menjaga kehalalan makanan, minuman dan rizki yang diperolehnya,
5) Menundukkan pandangan mata (ghadul bashar) dan menjaga kemaluannya,
6) Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki atau perempuan yang bukan mahramnya,
7) Senantiasa menjauh diri dari hal-hal yang dapat mengundang fitnah.
o Syaja’ah
1) Rasa takut kepada Allah Swt.
2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia,
3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang
4) Tidak menomori satukan kekuatan materi,
5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah,
o ‘Adalah
1) Adil terhadap Allah, artinya menempatkan Allah pada tempatnya yang benar, yakni sebagai
makhluk Allah dengan teguh melaksanakan apa yang diwajibkan kepada kita, Sehingga benar-
benar Allah sebagai Tuhan kita.
2) Adil terhadap diri sendiri, yaitu menempatkan diri pribadi pada tempat yang baik dan benar.
Untuk itu kita harus teguh, kukuh menempatkan diri kita agar tetap terjaga dan terpelihara dalam
kebaikan dan keselamatan. Untuk mewujudkan hal tersebut kita harus memenuhi kebutuhan
jasmani dan rohani serta menghindari segala perbuatan yang dapat mencelakakan diri.
3) Adil terhadap orang lain, yakni menempatkan orang lain pada tempatnya yang sesuai, layak, dan
benar. Kita harus memberikan hak orang lain dengan jujur dan benar tidak mengurangi
sedikitpun hak yang harus diterimanya.
4) Adil terhadap makhluk lain, artinya dapat menempatkan makhluk lain pada tempatnya yang
sesuai, misalnya adil kepada binatang, harus menempatkannya pada tempat yang layak menurut
kebiasaan binatang tersebut.

KD 5 (Menganalisis induk-induk akhlak tercela (Hubbun-dun-ya, fasad, takabur/ujub, riya')


 Menunjukkan contoh perilaku tercela (Hubbun-dun-ya, hasad, takabur/ujub, riya') dalam konteks
kehidupan sehari-hari
o Hubbun-dun-ya
1) Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai kebahagiaan akhirat
2) Suka mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan halal
dan haramnya
3) Kikir, tidak rela sediki pun hartanya lepas atau berkurang. Jangankan untuk sedekah, zakat yang
memang wajib saja ia tidak mau. Pada puncaknya ia juga akan kikir kepada dirinya, sehingga
ketika dia sakit tidak mau berobat karena khawatir hartanya berkurang
4) Serakah dan rakus serta tamak. Ia tidak puas dengan apa yang telah ia miliki sehingga ia akan
berusaha menambah perbendaharaan hartanya
5) Tidak mensyukuri nikmat yang sedikit. Maunya nikmat-nikmat yang besar, banyak dan
melimpah.
o Hasad
1) Sombong
2) Serakah
3) Hasut, iri, dan dengki.
o Takabur/ujub
1) Ujub dan takabur karena kelebihan ¿sik, misalnya tampan, cantik dan kuat. Ia merasa bahwa
¿siknya lebih hebat, lebih cantik atau lebih tampan dan kuat daripada yang lainnya. Ditambah
dengan suaranya yang lebih merdu. lantas ia takabur dan merendahkan yang lainnya.
2) Ujub dan takabur karena kekuatan fisiknya dalam melawan musuh. Ia takabur dan sesumbar
bahwa tidak akan ada orang yang dapat mengalahkan Dia. Ini adalah sikap yang keliru, karena
akan menghilangkan kewaspadaannya. Ia akan lemah karena menganggap enteng lawan.
3) Ujub dan takabur karena ilmu, akal dan kecerdikannya dalam memahami ilmu-ilmu agama dan
juga urusan-urusan keduniaannya. Umumnya orang yang demikian itu merasa dan menggap
dirinya paling pintar dan merasa bahwa pendapatnya paling benar.
4) Ujub dan takabur karena keturunan. Artinya sombong dirinya, karena ia merasa dirinya turunan
ningrat atau bangsawan. Biasanya orang yang demikian itu menganggap bahwa dirinyalah yang
harus dihormati dan di muliakan. Ia harus di perioritaskan dalam segala hal. ia selalu
mebayangkan bahwa orang yang ada di sekitarnya itu adalah pembantunya
5) Ujub dan takabur karena banyak anaknya yang dapat diandalkan, banyak keponakan dan
anggota lainnya yang sukses, banyak temannya yang mempunyai kedudukan tinggi dan lain
sebagainya. Semuanya dibangga-banggakan secara berlebihan sampai takabur dan sombong
6) Ujub dan takabur karena harta yang berlimpah ruah. Ia sombong, takabur, dan riya dengan
hartanya itu. Seolah-olah dia saja yang yang kaya. Ia suka bercerita dan pamer tentang hartanya
yang melimpah dan terdapat di mana-mana. Termasuk ketika ia berbuat baik dengan hartanya
misalnya zakat dan sedekah ia lakukan bukan karena Allah tetapi karena pamer atau riya’.
o Riya
1) Riya’ dalam niat
Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau
tujuan selain mencari ridha Allah. Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal
diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat.
2) Riya’ dalam perbuatan
Yang dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah ketika kita melakukan sebuah amal
ibadah ia berharap mendapat perhatian dari orang lain. Kadang-kadang berlebih-lebihan di dalam
melakukan ibadah tersebut contoh ketika ia membaca al-Fatihah dalam salat ia baca dengan cara
yang tidak wajar. Ia juga menunda sebuah amal karena belum ada yang memperhatikan misalnya
ia mau memasukkan uang amal ke kotak amal, ia menunggu ada orang lain yang melihatnya kalau
tidak ada yang memperhatikan ia tidak jadi beramal atau jumlahnya dikurangi. Ciri yang lain
adalah ia melakukan amal ibadah dengan sungguh-sungguh, penuh semangat tatkala ada orang lain
yang melihatnya, apakah orang tua, guru atau teman. Contoh: seorang anak belajar sungguh-
sungguh ketika orang tuanya ada di rumah. Namun tatkala orang tuanya tidak ada, ia tidak belajar
lagi atau menjadi kendor semangatnya.
Salah satu sifat lagi yang erat kaitannya dengan riya’ adalah sum’ah, yaitu suka
memperdengarkan atau menceritakan kebaikan-kebaikannya, keberhasilannya kepada orang lain
dengan tujuan ia mendapat pujian dari orang yang mendengarkan atau ia ingin dikatakan hebat. Ini
juga termasuk penyakit ruhani yang kadang kala sulit dihindari.

KD 6 (Memahami makna syukur, qana`ah, rida, dan sabar)


 Menyebutkan manfaat dari sifat syukur, qana'ah, ridha, dan sabar
 Menunjukkan bentuk perilaku syukur, qana'ah, ridha, dan sabar dalam konteks kehidupan sehari-hari
o Manfaat
 Syukur
a. Membuat seseorang bahagia karena apa yang ia dapatkan akan membawa manfaat bagi ia dan
orang-orang sekitarnya.
b. Allah akan menambah nikmat yang ia peroleh sesuai dengan janji Allah Swt. dan akan
terhindar dari siksa yang amat pedih.
c. Orang yang pandai bersyukur akan disukai oleh banyak orang, karena ia adalah orang yang
pandai berterima kasih terhadap sesama.
 Qana’ah
a. Stabilisator, maksudnya apabila seorang muslim telah memiliki sifat qana’ah, maka ia akan
selalu berhati tenteram, berlapang dada, merasa puas dengan apa yang dimilikinya, merasa
kaya dan terhindar dari sifat rakus, serakah dan tamak.
b. Dinamisator, maksudnya apabila seorang muslim telah memiliki sifat qana’ah maka ia akan
mempunyai kekuatan batin yang selalu mendorong untuk mencapai kemajuan hidup
berdasarkan keadaan dan kekuatan yang dimilikinya dengan tetap bergantung kepada
kehendak dan karunia Allah. Dengan demikian ia akan terhindar dari cara-cara yang
menghalalkan segala cara dengan memperturutkan hawa nafsunya untuk meraih kemajuan
hidupnya yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak mempunyai sifat qana’ah.
Dengan demikian qana’ah merupakan simpanan atau kekuatan yang sangat berarti.
 Rida dan Sabar
a. Orang yang sabar akan berhasil dalam meraih cita-citanya, ia akan memiliki jiwa yang kuat
dan tahan uji menghadapi berbagai persoalan hidup. Dan yang pasti Allah akan bersamanya.
b. Orang yang sabar akan dicintai Allah dan sebaliknya orang yang tidak sabar tidak dicintai
Allah bahkan justru diperintahkan mencari Tuhan selain Allah.
c. Orang yang sabar akan tenang, karena sesungguhnya sikap sabar dan ridha adalah
mencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang. Ia tidak akan tergoncang oleh apapun yag
dihadapinya. Orang yang ridha akan ketentuan Allah akan mendapat balasan ridha dari
Allah Swt.
o Perilaku
 Syukur
a. Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari dengan sepenuh bahwa segala nikmat
yang diperoleh berasal dari Allah Swt. dan tiada seseorang pun selain Allah Swt. yang dapat
memberikan nikmat itu. Bersyukur dengan hati juga berupa rasa gembira dan rasa terhadap
nikmat yang telah diterimanya.
b. Bersyukur dengan lisan, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan
kalimat hamdalah. Bahkan ada beberapa doa yang diajarkan oleh rasul sebagai ungkapan
syukur atas nikmat tertentu, misalnya doa setelah makan, doa bangun tidur, doa selesai
buang hajat dan lain sebagainya.
c. Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu menggunakan nikmat yang telah Allah berikan.
Misalnya menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang baik. Misalnya:
 Menggunakan anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang positif dan diridhai Allah Swt.
 Jika seseorang memperoleh nikmat harta benda, maka ia mempergunakan harta itu sesuai
dengan jalan Allah Swt.
 Jika nikmat yang diperolehnya berupa ilmu pengetahuan, ia akan memanfaatkan ilmu itu
untuk keselamatan, kebahagian, dan kesejahteraan manusia dan diajarkan kepada orang lain;
bukan sebaliknya, ilmu yang diperoleh digunakan untuk membinasakan dan menghancurkan
kehidupan manusia.
 Qana’ah
a. Bersyukur apabila berhasil dalam usahanya dan jauh dari sifat sombong
b. Bersabar dan berlapang dada apabila gagal dan jauh dari sifat frustasi
c. Memiliki hati yang tenteram dan damai
d. Merasa kaya dan berkecukupan
e. Membebaskan diri dari sikap rakus dan tamak
f. Hidup hemat, tidak bergaya hidup lebih besar pasak daripada tiang
g. Menyadari bahwa harta berfungsi sebagai bekal ibadah.
h. Menyadari bahwa kaya dan miskin itu tidak terletak pada harta, tetapi pada hati
 Rida dan Sabar
a. Sabar dalam melaksankan ibadah.
Untuk melaksankan ibadah membutuhkan kesabaran, sabar untuk memulai
dan sabar untuk melaksankannya, banyak di antara kita yang kurang sabar dalam
melaksankan ibadah wajib maupun ibadah sunnah. Demikian pula saat kita
sedang melaksanakan ibadah, sering kali kita tidak sabar sehingga kualitas ibadah
kita menjadi tidak baik. Suatu contoh ketika kita sedang shalat, karena kita kurang
sabar maka shalat tersebut kita laksanakan dengan tergesa-gesa. Demikian pula
orang yang ingin menunaikan ibadah haji ia mesti sabar untuk menabung sedikit
demi sedikit dan siap mental dalam melaksanakannya.
b. Sabar dalam meninggalkan maksiat.
Dalam benak kita, mungkin kita menganggap bahwa maksiat adalah
sesuatu yang indah, nikmat,dan mengasyikan. Zina dinggap nikmat, ,judi
dianggap akan membuat seseorang kaya raya, mencuri merupakan cara yang
praktis untuk mencari harta, mabuk mabukan adalah sesuatu yang membanggakan
dan lain sebagainya. Semua anggapan tersebut tentunya bisikan syetan yang
dihembuskan lewat benak dan pikiran kita. Untuk menghindari perbuatan
perbuatan maksiat tersebut sungguh sangat membutuhkan kesabaran. Demikian
pula dengan seseorang yang telah terbiasa melaksanakan perbuatan maksiat,
misalnya ia terbiasa mabuk-mabukan, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, main
togel, berzina, dan sebagainya. Untuk berhenti, insyaf dan bertobat dari
perbuatan-perbuatan terlarang tersebut sungguh merupakan perjuangan yang berat
dan membutuhkan kesabaran.
c. Sabar dalam manghadapi musibah.
Dalam hidup ini hanya ada dua kenyataan yaitu bahagia atau sengsara,
senang atau susah, berhasil atau gagal. Tidak mungkin kita akan bahagia, atau
senang terus-menerus, ada kalanya kita sedikit sengsara, susah atau pernah
mengalami gagal. Semua itu harus kita hadapi dengan sikap yang benar. Jika kita
sedang bahagia, senang dan berhasil, maka kita harus bersyukur dan ingat kepada
Allah, memahasucikan Allah (tasbih), memuji-Nya, dan beristighfar.
Di samping itu kita juga harus sabar pada saat kita emosi ataau marah.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi situasi di mana situasi tadi
membuat kita terpancing untuk marah. Dalam kondisi seperti kita membutuhkan
kemampuan mengendalian diri dengan cara bersabar.

KD 7 (Memahami adab kepada orang tua dan guru)


 Menunjukkan adab yang baik terhadap orang tua dan guru
o Orang Tua
 Hendaklah kita selalu tunduk dan patuh kepada kedua oramg tua dalam segala hal yang baik-
baik. Apabila keduanya berada dalam keka¿ran (belum beragama Islam) dan keduanya
memerintahkan untuk keluar dari agama Islam, atau memerintahkan sesuatu perbuatan syirik,
kita wajib tidak mengikuti keduanya. Tetapi penolakan itu harus dengan cara halus. Agar tidak
menyakiti keduanya.
 Kita dilarang berkata kasar, membentak misalnya berkata hus / ah dan kata kata sejenisnya,
yang termasuk ungkapan yang tidak baik.
 Apabila orang tua atau salah satunya mencapai usia lanjut kita harus berbuat baik kepadanya,
sebagaimana orang tua merawat kita pada saat kita masih kecil.
 Selalu berusaha menyenangkan hati orang tua dan menghindari hal-hal yang menyusahkan
hati kedua orang tua selama tidak bertentangan dengan kewajiban kepada Allah dan Rasul
yang fardhu ‘ain.
 Kita dilarang durhaka kepada kedua orang ibu bapak, sebab itu termasuk dosa besar.
 Senantiasa mendoakan, baik kepada orang tua yang masih hidup, maupun yang sudah wafat.
 Jika orang tua kita sudah wafat, maka kewajiban kita adalah:
 Memandikan, mengkafani, menshalati dan menguburnya.
 Melaksanakan wasiatnya (yang baik) jika berwasiat,
 Melunasi tanggungan/hutang-hutangnya jika punya hutang
 Meneruskan perjuangannya
 Senantiasa menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang pernah menjadi teman karib
orang tua kita
 Memohonkan ampun untuk mereka dan senantiasa mendoakannya.
o Guru
 Jika bertemu dengan guru ucapkanlah salam
 Perhatikan ketika guru sedang memberi pelajaran
 Tunjukkan rasa rendah hati dan hormat serta sopan santun
 Mentaati perintahnya selama perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama
 Senantiasa menjaga nama baik guru, tidak menceritakan aib dan kesalahan guru.
 Mengunjungi guru jika ia sedang sakit atau mendapat musibah.
 Tetap mengakuinya sebagai guru walaupun sudah tidak mengajar lagi.
 Patuh terhadap tata tertib sekolah berarti pula patuh terhadap guru dan sebagainya
KD 8 (Menganalisis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s. )
 Menganalisis keutamaan sifat Nabi Yusuf a.s. dengan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari
 Pemaaf dan tidak pendendam
 Cerdas, jujur dan amanah
 Kokoh dan tangguh dalam menghadapi godaaan
 Sabar dalam menghadapi perlakukaan zalim
 Menyayangi keluarga
 Istiqamah dalam dakwah
 Patuh kepada orang tua

KD 9 (Menganalisis perbuatan syirik dan macam-macam dan cara menghindarinya)


 Menjelaskan cara menghindari perbuatan syirik dalam kehidupan sehari – hari
 Selalu menegakkan shalat, karena dengan melakukan salat yang benar akan terhindar dari perbuatan
keji dan munkar
 Selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah, karena dengan begitu akan selalu diberikan
jalan keluar terhadap segala masalah yang dihadapi.
 Selalu berusaha melatih diri untuk senantiasa ingat bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar di
antara dosa-dosa yang ada dan tidak akan diampuni oleh Allah Swt. Jika kita selalu berada di dalam
kesadaran bahwa syirik itu akan menyeret pelakunya ke neraka, maka kita akan berusaha
menghindari perbuatan syirik tersebut.
 Selalu mengingat Allah di manapun berada. Dengan selalu mengingat Allah hati akan tenang dan
selalu berada dalam suasana kontak batin dengan sang Khaliq. Ibadah merupakan salah satu
komponen paling mendasar dalam membangun kedekatan dengan Tuhan. Semakin banyak
melakukan ibadah semakin terbuka kesempatan untuk bisa dekat dengan Tuhan.

KD 10 (Menganalisis makna 10 Asmaul Husna : al-Karim, al-Mu'min, al- Wakil, al-Matin, al-Jami’ al-
Adl, an- Nafi’ al-Basih, al-hafidz dan al- akhir)
 Menunjukkan perilaku yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna : al-Karim, alMu'min, al-Wakil, al-
Matin, al-Jaml, al-Adl, an-Nafr, aI-Basih, al-hafidz dan al-akhir
o Al-Karim
Maka seharusnya kita memiliki budi pekerti yang luhur sehingga ia akan hidup dalam
derajat yang mulia, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia. Kita juga harus berusaha
menghindari akhlak yang tercela yang membuat kita menjadi hina baik di hadapan Allah Swt.
maupun di hadapan sesama.
o Al-Mu’min
Seharusnya kita meneladani sifat Allah tersebut, yaitu satu sama lainnya saling memberi
rasa aman dan keamanan sehingga terciptalah suasana yang nyaman. Demikian pula kita harus
menghindari dari melakukan hal-hal yang dapat membuat orang lain merasa takut atau mengusik
ketenangan orang lain.
o Al-Wakil
Maka kita akan sadar bahwa hanya Allah tempat menggantungkan diri kepada Allah.
Sebab selain Allah tiada yang dapat mencukupi segala kekurangan. Kita juga akan saling
menjaga terhadap sesama, tidak suka mengganggu ketenangan orang lain aplagi mengancam
keselamatan orang serta suka menteror orang lain.
o Al-Matin
Maka kita akan sadar jika meminta pertolongan meminta hanya pada Allah Swt. saja.
Tidak akan meminta kepada yang lain. Karena hanya Allah yang memiliki kekuatan yang
sempurna. Kita juga akan terhindar dari sikap sombong, karena kita sadar bahwa kemampuan
kita terbatas, jauh dari sifat sempurna.
o Al-Jami’
Maka akan membuat kita sadar bahwa kita suatu saat akan mati dan suatu saat akan
dikumpulkan di sebuah tempat yang bernama padang makhsyar, menunggu pennetuan nasib di
akhirat apa akan bertempat di surga atau neraka. Dengan demikian kita akan hati-hati dalam
bertindak dan berbuat karena semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.
o Al-‘Adl
Kita senantiasa bersikap husnudzan kepada Allah terhadap semua ketentuan Allah. Kita
akan senantiasa bersyukur kepada Allah atas ketentuan Allah yang adil yang kita terima.
Disamping itu kita juga harus meneladani sikap ini dengan menerapkan sikap adil terhadap
sesama.
o An-Nafi’
Maka kita bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memberi banyak nikmat yang
membawa banyak manfaat bagi kita dan orang-orang sekitar kita. Di samping itu kita akan
berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi diri, agama, keluarga, umat, masyarakat bangsa
dan negara.
o Al-Basit
Maka kita seharusnya bersyukur kepada Allah karena Alah Swt telah melapangkan rezeki
kepada kita dengan berbagai nikmat yang kita tidak akan sanggup menghitungnya. Disamping
itu seharusnya memiliki sikap kerja keras di dalam mencari anugerah Allah serta bersabar jika
suatu saat mengalami sedikit hambatan di dalam mencari rezeki.
o Al-Hafidz
Maka kita akan sangat bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memelihara dan menjaga
kita dalam segala aspek kehidupan. Di samping itu kita akan semakin sadar bahwa hanya Allah
sajalah yang bisa menjaga kita. Yang lain tidak mampu menjaga dan menjamin keselamatan kita.
Sehingga kita akan berlindung hanya kepada Allah saja.
o Al-Akhir
Maka kita menjadi sadar bahwa Allah saja yang akan kekal sementara hidup kita akan
berakhir. Berangkat dari kesadaran tersebut, maka kita tidak akan lupa diri dan terlena dengan
kehidupan dunia yang sementara ini. Kita juga giat mempersiapkan diri dengan bekal ibadah
yang akan kita bawa ke alam akhirat.

KD 11 (Memahami pengertian dan pentingnya memiliki akhlak husnuzzan, raja', dan tobat)
 Menjelaskan pengertian dan pentingnya memiliki akhlak husnuzzan, raja', dan tobat
o Raja’
Secara bahasa raja’ berasal dari kata rajaa yarjuu rajƗ ajƗ’ an, yang berarti mengharap dan
pengharapan. Apabila dikatakan rajƗ’ahu maka artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika
dirunut dari makna bahasa, maka asal makna rajƗ’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu
yang disenangi. Menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah berupa keutamaan, ihsan dan
kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt.
serta yakin hal itu dapat diraih.
Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali adalah kegembiraan hati karena menanti
harapan yang kita senangi dan kita idam-idamkan. Harapan yang kita nantikan harus disertai
dengan ikhtiar, doa dan tawakkal. Harapan yang tidak disertai usaha dan doa dapat menjadikan
seseorang menghayal atau berangan-angan. Khayalan atau anganangan kosong disebut Gurur.
Orang yang hanya berikhtiar tanpa doa maka sesungguhnya ia adalah orang yang sombong,
sedang orang yang hanya berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia adalah orang yang pemalas.
Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal kepada Allah Swt.
Jika mengharap ridha, rahmat, serta pertolongan Allah Swt., kita harus memenuhi
ketentuan Allah Swt. jika kita tidak pernah melakukan salat ataupun ibadah-ibadah lainnya
jangan harap akan meraih ridha, rahmat, atau pertolongan Allah Swt. Sementara orang yang
sudah tidak punya harapa disebut orang yang putus asa, dan ini sangat berbahaya.
Sayidina Ali bin Abi Thalib, r.a. berkata, ”Sesungguhnya orang alim yang benar ialah
yang tidak membuat orang-orang putus asa terhadap rahmat Allah dan tidak membuat orang
merasa aman dari hukuman Allah.” Oleh karena itu, para ulama adalah pewaris para nabi. Ulama
adalah dokter-dokter hati yang memberikan nasihat yang mendatangkan harapan (raja’) bagi
setiap orang sakit.
o Tobat
Kata taubat berasal dari kata taba yang darinya terbentuk antara lain kata taubat, pada
mulanya berarti “kembali”. Taubat berarti memohon ampunan kepada Allah Swt. atas segala
dosa dan kesalahan. Taubat merupakan bentuk pengakuan atas segala kesalahan dan pernyataan
menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Mengapa manusia harus bertaubat? Jawabannya karena perbuatan dosa yang dilakukan
seseorang dapat membawa akibat buruk bagi pelakunya.

KD 12 (Memahami pengertian dan pentingnya menghindari licik, tamak, zalim, dan diskriminasi)
 Menjelaskan pengertian dan pentingnya menghindari licik, tamak, zalim, dan diskriminasi
o Licik
Licik merupakan salah satu sifat negatif yang sangat membahayakan bagi diri sendiri
maupun orang lain. Licik berarti banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, dan
licin.
o Tamak Dan Serakah
Dalam bahasa Arab, serakah disebut tamak yang artinya sikap tak pernah merasa puas
dengan yang sudah dicapai. Menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu
berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Karena
ketidakpuasannya itu, segala cara pun ditempuh. Serakah adalah salah satu dari penyakit hati.
Mereka selalu menginginkan lebih banyak, tidak peduli apakah cara yang ditempuh itu
dibenarkan oleh syariah atau tidak, tidak berpikir apakah harus mengorbankan kehormatan orang
lain atau tidak. Yang penting, apa yang menjadi kebutuhan nafsu syahwatnya terpenuhi. Sikap
serakah dilarang oelh Allah Swt.
o Zalim
Menurut bahasa kata aniaya sama dengan kata zalim yang artinya sewenang-wenang atau
tidak adil.
Seorang yang beriman kepada Allah dan memegang teguh prinsip keadilan, kesamaan
derajat, tidak akan berbuat aniaya. Sebab ia sadar, bahwa kezaliman itu merupakan kegelapan
yang akan menutup rapat hati orang yang melakukannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi
Muhammad Saw di dalam hadis : “Jauhilah dan takutlah kamu berbuat zalim, sebab
sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Lebih tegas lagi Nabi Muhammad saw menyatakan haramnya berbuat aniaya (berlaku
zalim) dan harus dijauhi, karena ini adalah perintah Allah Swt. dan tidak perlu ditakwilkan
dipikir lebih dalam lagi. Allah berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-
kali tidaklah Rabbmu Menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fushshilat [41] : 46)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin Allah melakukan kezaliman
atau aniaya kepada hamba-Nya. Allah adalah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Karena itu
keadilan Allah itu harus diikuti oleh manusia dengan berlaku adil terhadap yang lain. Janganlah
sekali-kali manusia itu berlaku zalim atau aniaya kepada yang lain. Karena itu sangat dibenci
oleh Allah Swt.
o Diskriminasi
Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan terhadap sesama berdasarkan warna kulit,
golongan, suku, ekonomi, status sosial dan lain-lain. Seseorang yang melakukan perbuatan
diskriminasi berarti memiliki sikap diskriminatif.
Kita sering mendengar sikap diskriminatif yang diterapkan dalam beberapa negara yang
umumnya mengarah pada politik rasis, yaitu perlakuan yang tidak manusiawi terhadap warga
berkulit warna. Perlakuan semacam ini tentu telah banyak makan korban bahkan mengarah pada
perlakuan yang tidak manusiawi secar fisik. Diskriminasi termasuk perilaku atau akhlak tercela
sebab sikap ini tidak sejalan dengan ajaran agama Islam yang mengutamakan prinsip:
1) Persamaan (as-sawa’),
2) Persaudaraan (ukhuwwah)
3) Tolong menolong (ta’awun)

KD 13 (Memahami adab islami ketika membesuk orang sakit)


 Menjelaskan adab yang baik ketika menjenguk orang sakit
o Memberi salam sambil mengulurkan tangan dengan ramah
o Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kecil kepada penderita
o Memberi bimbingan keagamaan seperti salat
o Memberi nasehat untuk senantiasa sabar menerima musibah
o Memberi nasehat untuk memperbanyak dzikir
o Memberi nasehat supaya tidak buruk sangka kepada Allah
o Menghibur dengan kata-kata yang menenangkan hati
o Mendoakan pasien dengan doa kesembuhan

KD 14 (Menganalisis kisah keteguhan nabi- nabi Ulul Azmi)


 Menganalisis keutamaan dan keteguhan sifat para Nabi Ulul Azmi dalam kehidupan sehari-hari.
o Memiliki kesabaran yang tinggi ketika berdakwah.
o Senantiasa mohon kepada Allah agar tidak menurunkan azab kepada kaumnya.
o Senantiasa berdoa agar Allah memberi hidayah kepada kaum mereka.
o Memiliki keazaman (semangat yang kuat dan kokoh) yang tinggi semasa berdakwah.

KD 15 (Memahami pengertian, ruang lingkup, fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu
lainnya)
 Membandingkan antara ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf
o Ilmu Kalam
Secara harfiah kata Kalam berarti pembicaraan. Dalam pengertian, pembicaraan yang bernalar
dan menggunakan logika”. Maka ciri utama Ilmu Kalam adalah rasionalitas dan logis. Sehingga ia
erat dengan ilmu mantiq/logika.
Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-
kepercayaan keagamaan (agama Islam) dengan bukti-bukti yang yakin. Ilmu kalam disebut juga ilmu
yang membahas soal-soal keimanan.
o Filsafat
Studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan
dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir
dan logika bahasa.
o Tasawuf
Ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun
dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi

KD 16 (Menganalisis pokok-pokok aliran- aliran ilmu kalam (Khawarij, Murjiah, Syi'ah, Jabariyah,
Qadariyah, Asyariyah, al- Maturidiyah, dan Mulazilah))
 Menunjukkan doktrin aliran — aliran Ilmu Kalam (Khawarij, Murjiah, Syi'ah, Jabariyah, Qadariyah,
Asyariyah, al-Maturidiyah, dan Mulazilah)
o Khawarij
 Setiap umat Muhammad yang terus menerus melakukan dosa besar hingga matinya belum
melakukan tobat, maka dihukumkan kafir serta kekal dalam neraka.
 Membolehkan tidak mematuhi aturan-aturan kepala negara, bila kepala negara tersebut khianat
dan zalim.
 Ada faham bahwa amal soleh merupakan bagian essensial dari iman. Oleh karena itu, para
pelaku dosa besar tidak bisa lagi disebut muslim, tetapi kafir. Dengan latar belakang watak dan
karakter kerasnya, mereka selalu melancarkan jihad (perang suci) kepada pemerintah yang
berkuasa dan masyarakat pada umumnya.
 Keimanan itu tidak diperlukan jika masyarakat dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
Namun demikian, karena pada umumnya manusia tidak bisa memecahkan masalahnya, kaum
Khawarij mewajibkan semua manusia untuk berpegang kepada keimanan, apakah dalam
berfikir, maupun dalam segala perbuatannya. Apabila segala tindakannya itu tidak didasarkan
kepada keimanan, maka konsekwensinya dihukumkan kafir.
o Murji’ah
 Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari yang terlibat
tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak.
 Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
 Meletakkan (pentingnya) iman dari amal.
 Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan
rahmat Allah.
o Syi’ah
 Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
 Al ‘Adl, bahwa Allah SWT adalah Maha Adil.
 An Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa
berita dari Tuhan kepada umat manusia.
 Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000.
 Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad SAW.
 Nabi Muhammad SAW suci dari segala aib dan tiada cacat apa pun. Ialah nabi paling
utama dari seluruh Nabi yang ada.
 Ahlul Baitnya, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9 Imam dari keturunan Husain
adalah manusia-manusia suci.
 Al-Qur’an ialah mukjizat kekal Nabi Muhammad SAW.
 Al Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam-imam yang senantiasa memimpin umat
sebagai penerus risalah kenabian.
 Al Ma'ad, bahwa akan terjadinya hari kebangkitan.
o Jabariyah
 Aliran Ekstrim
Aliran ini dikenal juga dengan nama Jahmiyyah karena mendasarkan pemikiran kepada
tokoh utamanya yakni, Jahm bin Shofwan. Doktrin ajaran Jabariyah yang ekstrim
mengatakan bahwa manusia lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak
Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimilki oleh paham
Qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari skenario dan
kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia dalam perjalanan
hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
Diantara ajaran kelompok ini adalah:
 Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
 Surga dan neraka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah.
 Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai keserupaan dengan manusia
seperti berbicara, mendengar, dan melihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan
indera mata di akherat kelak.
 Aliran Moderat
Tokoh yang berpaham seperti ini adalah Husain bin Muhammad An Najjar. Ia menjadi
pelopor aliran moderat yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan segala perbuatan
manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-
perbuatan itu. Menurut aliran Jabaroyah moderat, Tuhan tidak dapat dilihat di akherat.
o Qadariyah
 Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang fasikk
itu masuk neraka secara kekal.
 Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang
menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas
segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal
perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.
 Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah tidak
memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan
zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan
meilahat dengan zatnya sendiri.
 Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada
yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.
o Mu’tazilah
 Al Tauhid (keesaan Allah)
Ini merupakan inti akidah madzhab mereka dalam membangun keyakinan tentang
mustahilnya melihat Allah di akhirat nanti, dan sifat-sifat Allah itu adalah substansi Dzatnya
sendiri serta Al Qur`an adalah makhluq.
Dalam buku Ahmad Hanafi M.A., Theology Islam (Ilmu Kalam) dikutip pandangan al-
Asy’ari yang menyebutkan bahwa kaum Mu’tazilah menafsirkan Tauhid sebagai berikut:
“Tuhan itu Esa, tidak ada yang menyamainya, bukan benda (jisim), bukan orang
(syakhs), bukan jauhar, bukan pula aradh…tidak berlaku padanya…tidak mungkin
mengambil tempat (ruang), tidak bisa disifati dengan sifat-sifat yang ada pada makhluq yang
menunjukkan ketidak azalianNya. Tidak dibatas, tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan,
tidak dapat dicapai pancaindera…tidak dapat dilihat mata kepala dan tidak bisa digambarkan
akal pikiran. Ia Maha Mengetahui, berkuasa dan hidup, tetapi tidak seperti orang yang
mengetahui, orang yang berkuasa dan orang yang hidup…hanya Ia sendiri yang Qadim, dan
tidak ada lainnya yang Qadim…Tidak ada yang menolongNya dalam menciptakan apa yang
diciptakanNya dan tidak membikin makhluq karena contoh yang telah ada terlebih dahulu.”
 Al ‘Adl (keadlilan tuhan)
Paham keadilan yang dikehendaki Mu’tazilah adalah bahwa Tuhan tidak menghendaki
keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia dan manusia dapat mengerjakan perintah-
perintahNya dan meninggalkan larangan-laranganNya dengan qudrah (kekuasaan) yang
ditetapkan Tuhan pada diri manusia itu. Tuhan tidak memerintahkan sesuatu kecuali menurut
apa yang dikehendakiNya. Ia hanya menguasai kebaikan-kebaikan yang diperintahkanNya
dan tidak tahu menahu (bebas) dari keburukan-keburukan yang dilarangNya.
Dengan pemahaman demikian, maka tidaklah adil bagi Tuhan seandainya Ia menyiksa
manusia karena perbuatan dosanya, sementara perbuatan dosanya itu dilakukan karena
diperintah Tuhan. Tuhan dikatakan adil jika menghukum orang yang berbuat buruk atas
kemauannya sendiri.
 Al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
Al-Wa’du Wal-Wa’id (janji dan ancaman), bahwa wajib bagi Allah untuk memenuhi
janji-Nya (al-wa’d) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam surga, dan
melaksanakan ancaman-Nya (al-wa’id) bagi pelaku dosa besar (walaupun di bawah syirik)
agar dimasukkan ke dalam neraka, kekal abadi di dalamnya, dan tidak boleh bagi Allah
untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka disebut dengan Wa’idiyyah
 Al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
Secara harfiah, berarti posisi diantara dua posisi. Menurut Mu’tazilah maksudnya adalah
suatu tempat antara surga dan neraka sebagai konsekwensi dari pemahaman yang
mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah Fasiq; tidak dikatakan beriman dan tidak pula
dikatakan kafir, dia tidak berhak dihukumkan Mu’min dan tidak pula dihukumkan Kafir,
begitu pula dihukum munafiq, karena sesungguhnya munafiq berhak dihukumkan kafir
seandainya telah diketahui kenifaqkannya. Dan tidaklah yang demikian itu dihukumkan
kepada pelaku dosa besar.
 Amar ma’ruf nahi mungkar
Dengan berpegang kepada QS. Ali Imran; 104 dan QS. Luqman ; 17, seperti halnya
golongan lain bahwa perintah untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat jahat adalah
wajib ditegakkan. Dalam pandangan Mu’tazilah; dalam keadaan normal pelaksanaan al-
amru bil ma’rûf wan nahyu ‘anil munkar itu cukup dengan seruan saja, tetapi dalam keadaan
tertentu perlu kekerasan.
o Asy’ariyah
 Sifat-sifat Tuhan.
Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di dalam Al Qur’an, yang di sebut
sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri diatas zat tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat
tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.
 Al Qur’an.
Menurutnya, Al Quran adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.
 Melihat Tuhan.
Menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di akhirat nanti.
 Perbuatan Manusia.
Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan tuhan, bukan di ciptakan oleh manusia itu sendiri.
 Keadlian Tuhan
Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menentukan tempat manusia di
akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak tuhan sebab Tuhan Maha Kuasa atas
segalanya.
 Muslim yang berbuat dosa.
Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat diakhir hidupnya tidaklah kafir dan
tetap mukmin.
o Maturidiyah
 Akal dan Wahyu
Al Maturidi dalam pemikiran teologinya berdasarkan pada Al Qur’an dan akal, akal
banyak digunakan diantaranya karena dipengaruhi oleh Mazhab Imam Abu Hanifah. Menurut
Al-Maturidi, mengetahui Allah dan kewajiban mengetahui Allah dapat diketahui dengan akal.
Jika akal tidak memiliki kemampuan tersebut, maka tentunya Allah tidak akan memerintahkan
manusia untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk
memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah berarti ia telah meninggalkan kewajiban
yang diperintahkan Allah.
 Perbuatan Manusia
Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah, karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah
ciptaan-Nya. Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah
mengharuskan manusia untuk memiliki kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) agar kewajiban
yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan. Dalam hal ini Al Maturidi mempertemukan
antara ikhtiar manusia dengan qudrat Allah sebagai pencipta perbuatan manusia. Allah
mencipta daya (kasb) dalam setiap diri manusia dan manusia bebas memakainya, dengan
demikian tidak ada pertentangan sama sekali antara qudrat Allah dan ikhtiar manusia.
 Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan
Allah memiliki kehendak dalam sesuatu yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini
tidak berarti bahwa Allah berbuat dengan sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-
Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.
 Sifat Tuhan
Sifat-sifat Allah itu mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain
adz-dzat wa la hiya ghairuhu). Sifat tidak berwujud tersendiri dari dzat, sehingga
berbilangnya sifat tidak akan membawa kepada bilangannya Dzat Allah.
 Melihat Tuhan
Menurut Al Maturidi, manusia dapat melihat Tuhan, sebagaimana firman Allah QS. Al
Qiyamah: 22-23 :
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah
mereka melihat.”
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa Tuhan kelak di akhirat dapat dilihat dengan mata,
karena Tuhan mempunyai wujud walaupun ia immaterial. Namun melihat Tuhan, kelak di
akhirat tidak dalam bentuknya, karena keadaan di sana beda dengan dunia.
 Kalam Tuhan
Al Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan
kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi
Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baru (hadits). Kalam nafsi
tidak dapat kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah bersifat dengannya, kecuali dengan
suatu perantara. Maturidiyah menerima pendapat Mu’tazilah mengenai Al Qur’an sebagai
makhluk Allah, tapi Al Maturidi lebih suka menyebutnya hadits sebagai pengganti makhluk
untuk sebutan Al Qur’an.
 Perbuatan Tuhan
Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi
kehendak Tuhan, kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya
sendiri. Setiap perbuatan-Nya yang bersifat mencipta atau kewajiban-kewajiban yang
dibebankan kepada manusia tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang dikehendaki-Nya.
Tuhan tidak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan manusia, karena hal
tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan manusia diberikan kebebasan oleh Allah dalam
kemampuan dan perbuatannya, Hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan
tuntutan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.
 Pengutusan Rasul
Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti ajaran wahyu
yang disampaikan oleh rasul berarti manusia telah membebankan sesuatu yang berada di luar
kemampuan akalnya. Pandangan ini tidak jauh dengan pandangan Mu’tazilah, yaitu bahwa
pengutusan rasul kepada umat adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik
bahkan terbaik dalam hidupnya.
 Pelaku Dosa Besar
Al Maturidi berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam
neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan akan
memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka
adalah balasan untuk orang musyrik. Menurut Al Maturidi, iman itu cukup dengan
membenarkan (tashdiq) dan dinyatakan (iqrar), sedangkan amal adalah penyempurnaan iman.
Oleh karena itu amal tidak menambah atau mengurangi esensi iman, hanya menambah atau
mengurangi sifatnya.
 Iman
Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah
tashdiq bi al qalb, bukan semata iqrar bi al-lisan.:
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah: ‘Kamu belum
beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu;
dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun
pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’." (QS. Al
Hujurat [49]: 14
KD 17 (Memahami dosa besar (mabuk- mabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina, pergaulan
bebas dan mencuri))
 Menjelaskan bahaya dosa besar (mabukmabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina, pergaulan
bebas dan mencuri) dalam konteks kehidupan sehari-hari
 Menunjukkan contoh-contoh dosa besar (mabuk-mabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina,
pergaulan bebas dan mencuri) dalam konteks kehidupan sehari-hari
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al Maidah [5]:
90)
َ ‫أُتِ َي بِ َر ُج ٍل قَ ْد َش ِر‬
) ‫ن نَحْ َو أَرْ بَ ِع ْينَ (رواه متفق عليه‬hِ ‫ب ْال َخ ْم َر فَ َجلَ َدهُ بِ َج ِر ْي َدتَ ْي‬
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAWdidatangkan kepadanya seseorang meminum
khamr, maka Nabi menderanya 40 kali. (HR. Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya Rasulullah bersabda :
‫انَ َحقّ َـا َعلَى هللاِ أَ ْن‬hh‫ا َد َك‬hَ‫ َوإِ ْن ع‬،‫ ِه‬hْ‫اب هللاُ َعلَي‬hَ
َ ‫اب ت‬hََ ‫ َوإِ ْن ت‬ ‫افِرًا‬h‫اتَ َك‬h‫اتَ َم‬h‫ فَإ ِ ْن َم‬،ً‫ض هللاُ َع ْنهُ أَرْ بَ ِع ْينَ لَ ْيلَة‬ َ ْ‫ب ْالخَ ْم َر لَ ْم يَر‬ َ ‫َم ْن َش ِر‬
)‫ار (رواه أحمد‬ ِ َّ‫د أَ ْه ِل الن‬hُ ‫ص ِد ْي‬
َ : ‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ َو َما ِط ْينَةُ ْال َخبَا ِل؟ قَا َل‬: ‫ت‬
ْ َ‫ ْال َخبَا ِل قَل‬ ‫يَّ ْسقِيـَهُ ِم ْن ِط ْينَ ِة‬
Siapa saja yang minur khamar, maka Allah tidak akan ridho kepadanya selama empat puluh
malam. Bila ia mati saat itu, maka matinya dalam keadaan kafir. Dan bila ia bertobat, maka
Allah akan menerima tobatnya.Kemudian jika ia mengulang kembali (meminum khamar),
maka Allah memberinya minuman dari “thinatil khabail” ,(Asma bertanya, “Ya Rasulullah,
apakah thinatil khabali itu?. (Rasulullah) menjawab, “Darah bercampur nanah ahli
neraka. (HR Ahmad)

“dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Isra’ [17]; 32)

38. laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. 39. Maka Barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu)
sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maidah [5]:
38-39)

KD 18 (Memahami akhlak (adab) berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu)
 Menjelaskan adab berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
 Memberikan contoh adab berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
o Berpakaian
 Disunnatkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih.
 Rasulullah bersabda kepada salah seorang shahabatnya di saat beliau melihatnya
mengenakan pakaian jelek : “Apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta, maka
tampakkanlah bekas ni`mat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu. (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al-Albani).
 Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak
memperlihatkan apa yang ada di baliknya.
 Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya.
dari Ibnu Abbas ra, menuturkan: “Rasulullah melaknat (mengutuk) kaum laki-laki
yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” (HR.
Bukhari).
 Pakaian tidak merupakan pakaian untuk ketenaran
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia
niscaya Allah akan mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat.” ( HR. Ahmad).
 Pakaian tidak boleh ada gambar makhluk yang bernyawa atau gambar salib.
dari Aisyah Radhiallaahu ‘anha menyatakan bahwasanya beliau berkata: “Rasulullah
tidak pernah membiarkan pakaian yang ada gambar salibnya melainkan Nabi
menghapusnya”. (HR. Bukhari dan Ahmad).
 Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki
Rasulullah bersabda : “Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di
dalam neraka” (HR. Al-Bukhari).
 Disunnatkan mendahulukan bagian yang kanan di dalam berpakaian atau lainnya
Aisyah ra, berkata: “Rasulullah suka bertayammun (memulai dengan yang kanan) di
dalam segala perihalnya, ketika memakai sandal, menyisir rambut dan bersuci’.
(Muttafaq’Alaih).
 Disunnatkan berdo’a ketika mengenakan pakaian baru
“Segala puji bagi Allah yang telah menutupi aku dengan pakaian ini dan
mengaruniakannya kepada-ku tanpa daya dan kekuatan dariku”. (HR. Abu Daud)
 Disunnatkan memakai pakaian berwarna putih
Rasul Bersabda: “Pakaialah yang berwarna putih dari pakaianmu, karena yang putih
itu adalah yang terbaik dari pakaian kamu …” (HR. Ahmad).
o Berhias
 Niat yang lurus, berhias hanya untuk beribadah yang diorientasikan sebagai rasa syukur atas
nikmat yang telah Allah berikan.
 Dalam berhias tidak diperbolehkan menggunakan bahan-bahan yang dilarang agama
 Tidak boleh menggunakan hiasan yang menggunakan simbol non muslim
 Tidak berlebih-lebihan
 Tidak Boleh berhias seperti orang jahiliah
 Berhias menurut kelaziman dan kepatutan dengan memperhatikan jenis kelamin
 Berhias bukan untuk berfoya-foya
o Perjalanan
 Semua perjalanan dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah SWT.
 Mengerjakan shalat sunnah dua atau empat rakaat sebelum memulai Perjalanan.
(HR.Thabrani)
 Ketika keluar rumah disunnahkan membaca do'a: Bismillaahi Tawakkaltu 'alalloohi Laa
hawla walaa quwwata illa billaahil 'aliyyil 'adzhiim/ Dengan nama Allah aku bertawakkal
kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali kepada Allah " (HR Abu Dawud, Hakim)
 Sunnah menaiki kendaraan dengan membaca Bismillah, kemudian duduk dengan membaca
Alhamdulillah.
 Ketika mulai memasuki kendaraan, disunnahkan membaca do'a : Subhaanalladzii sakhkhoro
lanaa haadza wamaa kunnaa lahu muqriniin wa Innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun/Maha
suci Allah, yang memudahkan ini bagi kami, padahal kami tidak sanggup mengendalikannya.
Dan sungguh kami akan kembali kepada Rabb kami.
 Jika tiba di tempat tujuan, disunnahkan membaca do'a Robbi Anzilnii Munzalan Mubaarokan
Wa Anta Khoirul Munziliin/ Ya Allah, Turunkanlah kami di tempat yang penuh berkah. Dan
Engkau sebaik-baik Pemberi tempat.
 Boleh men-jama' shalat dan atau meng-qasar dalam perjalanan pada dua waktu, yaitu : Shalat
Zhuhur dan Ashar, Shalat Magrib dan Isya.
 Gunakan masa dalam perjalanan dengan zikir, jika tidak ada amalan yang dapat dilakukan
lebih baik tidur
o Bertamu
 Meminta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
 Berpakaian yang rapi dan pantas
 Memberi isyarat dan salam ketika dating
 Jangan mengintip ke dalam rumah
 Memperkenalkan diri sebelum masuk
 Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
 Masuk dan duduk dengan sopan
 Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
 Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
 Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
 Segeralah pulang setelah selesai urusan
 Lama waktu bertamu maksimal tiga hari tiga malam
o Menerima Tamu
 Berpakaian yang pantas
 Menerima tamu dengan sikap yang baik
 Menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu mengada-adakan
 kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari
waktu itu adalah sedekah baginya
 Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
 Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam
rumahnya tanpa izin suaminya.

KD 19 (Menganalisis sifat-sifat utama Fatimatuz zahra binti Rasulullah saw dan Uways al-Qarni)
 Menemukan keutamaan sifat dari tokoh Siti Fatimatuz zahra binti Rasulullah saw dan Uways al-Qarni
o Fathimah Az-Zahra
 Rendah hati
 Taat suami
 Hidup sederhana
o Uwais Al-Qarni
 Jujur
 Tidak bergantung kepada orang lain.

KD 20 (Memahami pengertian, kedudukan dan sejarah tasawuf dalam Islam)


 Menjelaskan pengertian/konsep tasawuf
o Pengertian Etimologi
Istilah tasawuf, menurut Amin Syukur adalah istilah yang baru di dunia Islam. Istilah
tersebut belum ada pada zaman Rasulullah saw, juga pada zaman para sahabat. Bahkan, tasawuf
sendiri tidak ditemukan dalam dalam al-Qur’an. Tasawuf adalah sebutan untuk mistisisme Islam.
Dalam pandangan etimologi kata sufi mempunyai pengertian yang berbeda. Menurut Haidar
Bagir, kata sufi berasal bahasa Arab yang merujuk pada beberapa kata dasar. Di antaranya
adalah: 1.  Kata shaff (baris, dalam shalat), karena dianggap kaum sufi berada dalam shaff
pertama. 2.  Kata Shuf, yakni bahan wol atau bulu domba kasar yang biasa mencirikan pakaian
kaum sufi. 3. Kata Ahlu as-Shuffah, yakni parazahid (pezuhud), dan abid (ahli ibadah) yang tak
punya rumah dan tinggal di serambi masjid Nabi, seperti Abu Hurairah, Abu Dzar al-Ghifary,
Imran ibn Husein, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah ibn Mas’ud, Abdullah ibn Abbas, dan
Hudzifah bin Yaman. 4. Ada juga yang mengaitkannya dengan nama sebuah suku Badui yang
memiliki gaya hidup sederhana, yakni Bani Shufah. Dan yang paling tepat pengertian
tasawuf berasal dari kata suf (bulu domba), baik dilihat dari konteks kebahasaan, sikap
sederhana para sufi maupun aspek kesejarahan.
o Pengertian Terminologi
 Imam Junaid dari Baghdad (w. 910) mendefinisikan tasawuf sebagai mengambil setiap sifat
mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah. Atau keluar dari budi perangai yang tercela dan
masuk kepada budi perangai yang terpuji.
 Syekh Abul Hasan Asy Syadzili (w.1258), syekh sufi besar dari Arika Utara, mendefinisikan
tasawuf sebagai praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk
mengembalikan diri kepada jalan Tuhan.
 Ibn Khaldun mendifinisaikan tasawuf adalah semacam ilmu syar’iyah yang timbul kemudian
dalam agama. Asalnya ialah bertekun ibadah dan memutuskan pertalian dengan segala selain
Allah, hanya menghadap kepada Allah semata. Menolak hiasan-hiasan dunia, serta membenci
perkara-perkara yang selalu memperdaya orang banyak, kelezatan harta-benda, dan kemegahan.
Dan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadah”.
 Ibnu Maskawayh mengatakan akhlak ialah suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong
(diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa didahului oleh daya
pemikiran kerana sudah menjadi kebiasaan.
 Harun Nasution dalam bukunya falsafat dan Mistisme dalam islam menjelaskan bahwa, tasawuf
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang islam
bisa sedekat mungkin dengan tuhan. 
 Amin syukur mendefinisikan tasawuf sebagai sistem latihan dengan kesungguhan (riyadhah
mujahadah) untuk membersihkan, mempertinggi dan memeperdalam aspek kerohanian dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) sehingga segala perhatian hanya tertuju
kepada Nya.
Jafi, tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan
akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Dari definisi
tentang tasawuf di atas diperhatikan dan dipahami secara utuh, maka akan tampak selain
berorientasi spiritual, tasawuf juga berorientasi moral. Dan dapat disimpulkan bahwa basis
tasawuf ialah penyucian hati dan penjagaannya dari setiap cedera, dan bahwa produk akhirnya
ialah hubungan yang benar dan harmonis antara manusia dan Allah.
Dengan demikian, sufi adalah orang yang telah dimampukan Allah untuk menyucikan hati
dan menegakkan hubungannya dengan Dia dan ciptaan-Nya dengan melangkah pada jalan yang
benar, sebagaimana dicontohkan dengan sebaik-baiknya oleh Nabi Muhammad SAW

KD 21 (Menganalisis fungsi dan peranan tasawuf dalam kehidupan modern)


 Menunjukkan peranan tasawuf dalam kehidupan modern
Prof. Zakiah Darajat, dalam bukunya Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, menyatakan
bahwa fungsi agama adalah :
 Agama memberikan bimbingan bagi manusia dalam mengendalikan dorongan-dorongan sebagai
konsekwensi dari pertumbuhan fisik dan psikis seseorang. 
 Agama dapat memberikan terapi mental bagi manusia dalam menghadapi kesukaran-kesukaran
dalam hidup.  Seperti pada saat menghadapi kekecewaan-kekecewaan yang kadang dapat
menggelisahkan bathin dan dapat membuat orang putus asa.  Disini agama berperan
mengembalikan kesadaran kepada sang pencipta.
 Agama sebagai pengendali moral, terutama pada masyarakat yang mengahadapi problematika
etis, seperti prilaku sex bebas.
Akhlak tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat modernisasi untuk
melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan. Intisari ajaran tasawuf adalah
bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa
dengan kesadarannya iu brrada di hadirat-Nya. Tasawuf perlu dikembangkan dan disosialisasikan
kepada masyarakat dengan beberapa tujuan, antara lain:
 Menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka rasakan sebagai
akibat kurangnya nilai-nilai spiritual.
 Memahami tentang aspek asoteris islam, baik terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim.
 Menegaskan kembali bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam.
Tarikat atau jalan rohani (path of soul) merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam
islam sebagaimana syariat bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Betapapun ia tetap menjadi sumber
kehidupan yang paling dalam, yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam islam. Ajaran dalam
tasawuf memberikan solusi bagi kita untuk menghadapi krisis-krisis dunia. Seperti ajaran tawakkal pada
Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan yang kokoh, karena ia telah mewakilkan atau
menggadaikan dirinya sepenuhnya pada Tuhan.
Selanjutnya sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridla. Yaitu selalu pasrah dan menerima
terhadap segala keputusan Tuhan. Sikap materialistik dan hedonistik dapat diatasi dengan menerapkan
konsep zuhud. Demikan pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf. Yaitu mengasingkan diri dari
terperangkap oleh tipu daya keduniaan. Ajaran-ajaran yang ada dalam tasawuf perlu disuntikkan ke
dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan
lain sebagainya perlu dilandasi ajaran akhlak tasawuf.
Mempelajari tasawuf membawa manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan ini, baik secara
individu, masyarakat, bangsa dan negara. Para Sufi sangat menyadari betul akan siapa dirinya dan
bagaimana posisinya dihadapan Tuhan dan mereka sudah mampu menguasai hawa nafsu mereka,
sehingga dengan demikian segala apa yang mereka lakukan selalu berada dalam koridor kepatuhan,
ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt. dengan penuh keridhaan, kecintaan dan mereka pun diridhai
dan dicintai oleh Allah, bahkan Allah mengundang mereka kesebuah perjamuan yang sangat indah.
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr
[89]: 27-30). Orang-orang yang diundang oleh Allah tentunya tidak sembarang orang tetapi yang
diundang adalah mereka yang sudah sampai ketingkat (maqam) insan kamil (manusia paripurna) yang
didalam diri mereka sudah tercermin sifat-sifat Tuhan.
Tujuan akhir dari ajaran tasauf adalah untuk mendekatkan diri seorang hamba kapada Allah
sebagai Khaliknya melalui riyadhah melewati stasiun-stasiun atau maqamat-maqamat tertentu, dengan
selalu mensucikan jiwa (nafs) lahir dan bathin dalam upaya mempersiapkan diri menggapai
ma’rifatullah sampai pada tingkat bertemu dan menyatu dengan Allah menuju kehidpan yang abadi.
Apabila seseorang mengalami kebingunagan, kebimbangan, dan kehampaan dalam mengahrungi
bahtera kehidupan ini karena mengahadapi berbagai problem dan permasalah silakan kembali kepada
agama sesegera mungkin, insyaallah agama akan memberikan solusi yang terbaik bagi umatnya.
Kehampaan spiritual yang di alami orang-orang Barat, karena disebabkan paradigma perdaban yang
mereka bangun dari awal telah menyatakan adanya pemisahan antara sains dan agama, padahal
seharunya keduanya harus saling bersinergi. Tasauf Islam tidak menafikan sains, bahkan tasauf Islam
banyak menyumbangkan pemikiran dalam bidang filsafat, sastra, musik, tarian, psikologi, dan sains
modren. Dalam konteks ajaran Islam, untuk mengatasi keterasingan jiwa manusia dan membebaskan
dari derita keterasingan, justru harus menjadikan Tuhan sebagai tujuan akhir, Tuhan yang Maha Wujud
dan Maha Absolut.

KD 22 (Memahami pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja)


 Menganalisis implementasi pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja Ukhuwah dan Tasamuh
ditengah keragaman budaya
o Persaudaraan (ukhuwah)
Setiap muslim dengan muslim lainya adalah saudara dengan segala hak dan kewajiban
yang melekat pada masing-masing pribadi. Islam menghendaki penganutnya untuk menjalin
persaudaraan (ukhuwah), baik yang berkaitan dengan keyakinan dan berbangsa demi terciptanya
masyarakat yang berperadaban.
Dalam kaitanya dengan remaja, salah satu masalah yang sering menjadi masalah adalah
pola pergaulan. Islam memberi petunjuk bahwa antara laki-laki dengan perempuan di
perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah
agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh
nilai-nilai kesucian.
Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan
terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi
masyarakat umum. Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari
perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut :
 Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika
laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula
saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu
semua adalah bujuk rayu setan.
 Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik.
Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan
disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi
tidaklah dilarang.
o Menghormati dan menghargai (tasamuh)
Tasamuh (toleransi) adalah rasa tenggang rasa atau sikap menghargai dan menghormati
terhadap sesama, baik terhadap sesama muslim maupun dengan non muslim. Sikap tasamuh
juga berarti sikap toleran yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan juga tidak memaksakan
kehendak. Salah satu nilai yang terkandung dalam tasamuh adalah menghormati dan
menghargai perbedaan dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing indifidu untuk
mencari titik temu dalam persamaan dalam batas-batas tertentu.
Islam mengajarkan bahwa sesama muslim harus bersatu serta tidak boleh bercerai-berai,
bertengkar, dan bermusuhan. Karena sesama muslim adalah saudara. Terhadap pemeluk agama
lain, kita diperintahkan agar bersikap tasamuh. Sikap tasamuh terhadap non muslim itu hanya
terbatas pada urusan yang bersifat duniawi, tidak menyangkut masalah akidah, syari’ah dan
ubudiyah.

KD 23 (Memahami pengertian dan bentuk israf, tabzir dan bakhil)


 Menjelaskan pengertian dan bentuk israf, tabzir dan bakhil
o Israf
Kata israf berasal dari bahasa Arab asrofa-yusrifu-isroofan berarti bersuka ria sampai
melewati batas. Isyraf ialah suatu sikap jiwa yang memperturutkan keinginan yang melebihi
semestinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, melampaui batas (berlebihan) jdiartikan
melakukan tindakan di luar wewenang yang telah ditentukan berdasarkan aturan (nilai) tertentu
yang berlaku. Secara istilah, melampaui batas (berlebihan) dapat dimaknai sebagai tindakan yang
dilakukan seseorang di luar kewajaran ataupun kepatutan karena kebiasaan yang dilakukan untuk
memuaskan kesenangan diri secara berlebihan. Diantara bentuk perbuatan israf adalah :
 Menambah-nambah di atas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal makan, karena
makan yang terlalu kenyang dapat menimbulkan hal yang negatif pada struktur tubuk
manusia.
 Bermewah-mewah dalam makan, minum dan lain-lain artinya dalam memakan atau
meminum sesuatu tidak boleh memperturutkan hawa nafsu, sehingga semua yang di
inginkan tersedia.
 Menumpuk-numpuk harta atau sesuatu hal yang tidak telalu dibutuhkan oleh kita maupun
oleh masyarakat.
 Melakukan segala sesuatu yang berlebiha, contohnya terlalu banyak tidur bisa
menyebabkan berbagai penyakit terutama malas, dari penyakit malas inilah timbul berbagai
dampak yang tidak baik seperti tidak mau bekerja, kalaupun bekerja hasilnya pun tidak
akan optimal.
 Melakukan pekerjaan yang sia-sia, terkadang kita sebagai manusia suka dengan hal-hal
yang bersifat hura-hura
 Memperturutkan hawa nafsunya, manusia dalam menghadapi hidup biasanya dihadapakan
pada dua permasalahan yaitu antara keperluan dan kebutuhan dengan keinginan.
o Tabzir
Kata tabzir /pemborosan dalam bahasa Arab berasal dari kata badzara-yubadzdziru-
tabdziiron dipahami oleh ulama dalam arti pengeluaran yang bukan haq. Kata tabzir berarti
menggunakan/ membelanjakan harta kepada hal yang tidak perlu. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, boros diartikan berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan dalam pemakaian uang
ataupun barang. Secara istilah, boros sebagai perbuatan yang dilakukan dengan cara menghambur-
hamburkan uang atupun barang karena kesenangan ataupun kebiasaan. Berikut adalah beberapa
tindakan yang tergolong sebagai perbuatan tabzir, yaitu :
 Membantu orang lain dalam kemaksiatan. Contoh : memberi sumbangan kepada orang
untuk meminum-minuman keras
 Mengkonsumsi makanan yang tidak ada manfaatnya dan membahayakan
 Orang yang bersodakoh tetapi tidak ikhlas 
 Merayakan Hari Raya  lebaran dengan berlebihan
 Merayakan pesta pernikahan dengan berlebihan tidak sesuai dengan syari'at

KD 24 (Memahami akhlak (adab) yang baik ketika melakukan takziyah)


 Memberikan contoh adab yang baik ketika melakukan takziyah
o Menghibur yang kena musibah
o Bersikap sopan dan berbicara dengan santun
o Mengikuti penyelenggaraan jenazah
 Ikutilah upacara menyalati mayyit,
 Sempurnakanlah dengan mengantarkan jenazah hingga sampai ke makam,
o Dilakukan kepada siapa saja yang kena musibah
o Disunnahkan untuk membuat makanan bagi keluarga mayit

KD 25 (Menganalisis kisah keteladanan sahabat Abdurrahman bin Auf dan Abu Dzar al-Gifari)
 Menunjukkan nilai-nilai positif yang dapat di teladani dari kisah sahabat Abdurrahman bin Auf dan Abu
Dzar al-Gifari dalam konteks kehidupan sehari-hari
o Abdurrahman bin Auf
 Dermawan
 Rendah Hati
o Abu Dzar Al-Ghifari
 Pemberani
 Pantang menyerah

KD 26 (Memahami makna tujuh Asmaul husna: al-Gaffar, al-Razzaq, al- Malik, al-Hasib, al-Hadi, al-
Khaliq dan al-Hakim)
 Menjelaskan makna Asmaul Husna (alGaffar, al-Razzaq, al-Malik, al-Hasib, al-Hadi, al-Khaliq dan al-
Hakim)
o Al-Gaffar
Al Ghaffar berasal dari akar kata ghafara yang artinya taghtiyah dan sitr yaitu menutupi
atau merahasiakan. Al Ghaffar bisa juga diterjemahkan berasal dari kata al maghfiroh dan al
ghufron yang artinya pengampunan. Jika al Ghafar disandarkan pada Allah maka berarti Allah
adalah dzat yang Maha mengampuni. Al Ghaffar dapat diterjemahkan juga sebagai dzat yang
menampakkan kebaikan dan menutupi kejelekan di dunia dan memaafkan hukumannya di
akhirat. Dapat kita terjemahkan bahwa maghfiroh dari Allah yaitu dirahasiakan dan diampuni-
Nya dosa-dosa adalah dengan karunia dan rahmat-Nya bukan karena tobat seorang hamba atau
taatnya.
Memberikan pengampunan adalah hak mutlak milik Allah yang tidak dapat dimiliki oleh
siapapun. Allah sebagai al Ghaffar bararti dzat Allah yang Maha merahasiakan dan Maha
menutupi. Hal-hal yang ditutup oleh Allah swt, pertama keburukan badan mereka ditutupi oleh
kebaikan batin manusia atau sebaliknya, kedua keinginan jahat atau buruk manusia ditempatkan
di dalam hati sehingga tidak terlihat seorangpun, ketiga Allah merahasiakan dosa-dosa manusia,
sehingga tidak seorang hambapun tahu berapa dosa yang mereka miliki.
o Al-Razzaq
Al Razzaq berasal dari kata razaqo atau rizq artinya rezeki. Ar Razzaq adalah Allah yang
memberi banyak rizki kepada makhluknya dan secara berulang-ulang. Imam Al Ghazali
menjelaskan arti ar Razzaq adalah Dia yang menciptakan rezeki dan menciptakan yang mencari
rezeki, serta Dia yang mengantarkan kepada mereka dan menciptakan sebab-sebab sehingga
mereka dapat menikmatinya.
Allah menjamin rezeki setiap makhluknya. Jaminan Allah kepada rezeki makhluk-Nya
tidak dapat diartikan apabila kita menginginkan sesuatu bisa di dapatkan tanpa usaha. Sebagai
makhluk kita memiliki kewajiban untuk berusaha atau ikhtiar mencari rezeki yang sudah
disiapkan Allah untuk kita. Cara memperoleh rezeki dengan cara yang halal dan memanfaatkan
dengan baik, sesuai dengan peraturan yang sudah digariskan Allah.
Ar Razzaq bukan hanya membagi rezeki kepada manusia saja, tetapi Allah memberikan
rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Burung yang ada di sangkar, cacing yang ada ditanah dan
janin yang masih ada dalam janin ibunya. Semua rezeki telah disediakan Allah, dan rezeki yang
Allah sediakan tidak akan pernah habis.
o Al-Malik
Al Malik diartikan dengan raja atau penguasa. Al Malik berarti raja penguasa atas seluruh
makhluk-Nya.
Secara umum Al Malik diartikan Raja atau Penguasa, kata Malik terdiri dari huruf Mim
Laam Kaaf yang rangkaiannya mengandung makna kekuatan dan Keshahihan. Al Malik
mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan
keshahihanya. Hal ini menunjukkan bahwa Allah adalah segala kekuatan yang ada di alam
semesta ini yang shahih dan tidak dapat di ingkari kekuasaan-Nya meliputi semesta alam dan
pengetahuan yang ada.
Menurut Imam Ghazali, Malik adalah yang tidak butuh pada zat dan sifat-Nya yang
wujud, bahkan Dia adalah yang butuh kepada-Nya, Wujud segala sesuatu bersumber dari pada-
Nya. Maka segala sesuatu selain-Nya menjadi Milik-Nya dalam zat dan sifat serta
membutuhkan-Nya. Dialah Allah Raja Yang Mutlak.
Kekuasaan Allah adalah sempurna dan mutlak, sedangkan kerajaan lainnya tidak, karena
kerajaan Allah meliputi langit dan bumi.
Allah adalah Raja yang sebenar-benarnya segala bentuk raja di dunia dan semesta ini
adalah milik-Nya dan tunduk kepada-Nya, selain merajai di dunia yang fana ini, kerajaan Allah
juga bersifat langgeng (abadi). Dengan begitu Allah yang menguasai pengetahuan dan segala
urusan tentang hari pembalasan, yang menguasai waktu yang telah lalu dan yang akan datang.
Dunia dan seisinya dalam genggaman-Nya. Dalam Hadits Rasulullah SAW : Allah Yang Maha
Mulia Lagi Agung ‘menggenggam’ bumi pada hari kemudian dan ‘melipat’ semua langit dengan
‘tangan kanan-Nya’, kemudian berseru: Aku Adalah Malik (Raja), maka dimanakah (mereka
yang mengaku) Raja? (HR. Bukhari).
Dengan meyakini dan memaknai Al Malik kita mempunyai landasan hidup yang mapan
dan mantap, sehingga kebal akan bujuk rayu syaitan terhadap kita. Tidak ada yang kita ditakuti
selain Allah karena hanya Allah yang patut untuk diminta pertolongan dan kita senantiasa takut
akan azabnya, tidak takut akan kehilangan jabatan dan harta karena ada Yang Maha Raja dan
kekuasaanya meliputi alam semesta, karena Allah senantiasa bersama orang-orang yang selalu
mengingat-Nya.
o Al-Hasib
Al Hasib secara bahasa artinya menghitung (mengira), mencukupkan, melindungi dan
menolong. Menurut Imam al Ghazali, al Hasib bermakna dia yang mencukupi siapa yang
mengandalkan-Nya. Sifat ini hanya dimiliki oleh Allah, karena hanya Allah saja yang Maha
mencukupi semua makhluk-Nya dan diandalkan oleh seluruh makhluk-Nya.
Makna al Hasib adalah zat yang Maha membuat perhitungan atas perilaku hamba-hamba-
Nya. Allah memiliki hak preogatif untuk memberi atau sebaliknya menahan pemberian-Nya.
Al hasib dapat diartikan juga dengan menghitung. Jika kata Al Hasib dikaitkan dengan
makna menghitung, maka Allah adalah yang melakukan perhitungan menyangkut amal baik dan
buruk, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Anbiya’: 47. Dan jika dipahami dengan makna
pemberi perhitungan maka manusia harus menyadari bahwa introspeksi diri menjadi penting
sebelum hari perhitungan berlangsung kelak.
Allah (Al-Hasib) dapat juga dipahami banwa Allah telah membuat keseimbangan
kimiawi, fisiologis, dan astronomis yang ada di alam semesta secara mengagumkan sehingga
tidak kita temukan kesalahan sekecil apa pun di dalamnya. Kesalahan perhitungan sekecil apa
pun, bahkan sebesar rambut dibelah lima puluh (bukan sekadar dibelah tujuh), sekalipun pasti
akan berakibat fatal. Di sini, tidak ada toleransi terhadap kesalahan sekecil apa pun.

َ َ‫ح بِ ْالب‬
)٥٠( ‫ص ِر‬ ٍ ‫)و َما أَ ْم ُرنَا إِال َوا ِح َدةٌ َكلَ ْم‬ ٍ ‫إِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَاهُ بِقَد‬
َ ٤٩( ‫َر‬
Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan dengan kadar (kalkulasi dan akurasi) yang
ditentukan. Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan bagaikan kejapan mata. (QS
Al-Qamar: 49-50).
Betapa akuratnya perhitungan Allah dalam penciptaan benda-benda angkasa sehingga
keberadaannya dapat dihisab sekaligus dirukyat.

‫وْ ٍم‬hَ‫ت لِق‬ ِّ َ‫ق يُف‬


ِ ‫ا‬hَ‫ ُل اآلي‬h‫ص‬ ْ hِ‫كَ إِال ب‬hhِ‫ق هَّللا ُ َذل‬
ِّ ‫ال َح‬h َ ‫َاز َل لِتَ ْعلَ ُموا َع َد َد ال ِّسنِينَ َو ْال ِح َس‬
َ hَ‫ا خَ ل‬h‫اب َم‬ ِ ‫ضيَا ًء َو ْالقَ َم َر نُورًا َوقَ َّد َرهُ َمن‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي َج َع َل ال َّش ْم‬
ِ ‫س‬
)٥( َ‫يَ ْعلَ ُمون‬
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan
tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang berilmu. (QS Yunus: 5).
Sungguh, secerdas apa pun pikiran manusia, mereka tidak akan mampu menjangkau
angka perhitungan di seluruh jagad raya dari atom terkecil hingga planet terbesar dalam berbagai
jenis, orbit, dan lingkungannya. Manusia, bahkan tidak akan mampu menyebut angka
perhitungan yang terjadi dalam tubuh mereka sendiri.
Al-Qur’an tidak saja menjelaskan tentang akurasi perhitungan Allah terhadap penciptaan
langit dan bumi. Tapi Dia sangat cermat dalam memperhitungkan segala amal perbuatan hamba-
Nya dan membalas mereka sesuai dengan keadilan-Nya.
o Al-Hadi
Secara bahasa al hadi dapat diartikan dengan tampil kedepan memberi petunjuk dan
menyampaikan dengan lemah lembut. Al Hadi dapat diartikan juga pemberi petunjuk,
maksudnya adalah Allah swt yang menganugrahkan petunjuk atau hidayah kepada hamba-hamba
yang dikehendaki-Nya, sesuai dengan peranan makhluk dan sesuai dengan tingkatannya.
Allah juga memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu beribadah
kepada-Nya, serta mengikuti ajaran Rasul-Nya. Dialah Allah yang memberi petunjuk kepada
orang-orang yang berbuat maksiat sehingga ia bertaubat. Allahlah yang telah menunjukkan jalan
kepada orang-orang yang sesat sehingga mereka kembali ke jalan yang benar. Allah berfirman :
َ ِّ‫ك َج َع ْلنَا لِ ُكلِّ نَبِ ٍّي َع ُد ًّوا ِمنَ ْال ُمجْ ِر ِمينَ َو َكفَى بِ َرب‬
ِ َ‫ك هَا ِديًا َون‬
)٣١( ‫صيرًا‬ َ ِ‫َو َك َذل‬ o
“Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. Al Furqoon : 31)
)٦( ‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬
ِّ ‫)ا ْه ِدنَا ال‬٥( ُ‫ك نَ ْستَ ِعين‬
َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬
َ ‫إِيَّا‬ o
“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.” (QS. Al Faatihah : 5-6)
o Al-Khaliq
Al Khaliq secara bahasa berasal dari kata khalq atau khalaqa yang berarti mengukur atau
memperhalus. Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata khalq atau khalaqa yang berarti
mengukur atau memperhalus. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa
contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang
kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya.
Allah Al-Khaliq, artinya Allah pencipta semua makhluk dan segala sesuatu. Malaikat, jin,
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini
diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan setiap makhluk secara sempurna dan dalam bentuk
yang sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling tepat. Al-Qur'an menegaskan,
)٧( ‫ان ِم ْن ِطي ٍن‬ َ ‫الَّ ِذي أَحْ َسنَ ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَقَهُ َوبَدَأَ خَ ْل‬
ِ ‫ق اإل ْن َس‬ o
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia
dari tanah.”(QS. As-Sajdah : 7)
o Al-Hakim
Al-Hakim artinya yang memiliki hikmah, sifat, perbuatan dan pengetahuan yang paling
utama. Dengan hikmah-Nya, Allah menebarkan kemaslahatan, kemanfaatan dan kemudahan
yang lebih besar atau lebih baik. Dengan hikmah-Nya pula menghalangi atau menghindarkan
terjadinya kemudharatan dan kesulitan yang lebih besar bagi makhluk-Nya. Tidak ada keraguan
dan kebimbangan dalam segala perintah dan larangan-Nya, dan tak satu pun makhluk yang dapat
menghalangi terlaksananya kebijaksanaan atau hikmah-Nya
Allah menampakkan hikmah-Nya di balik segala sesuatu yang tampak maupun yang
tersembunyi; tidak ada perbuatan-Nya yang sia-sia dan hampa dari hikmah. Allah
menghamparkan berbagai hikmah agar makhluk mengenali-Nya. Hal ini bukan ditujukan untuk
kepentingan-Nya karena Dia tidak membutuhkan apa-apa pun dari makhluk-Nya.
Sebagian Ulama juga mengartikan Al-Hakiim dengan pengertian bahwa Allah
mengetahui kebenaran secara mutlak dan bertindak berdasarkan pengetahuan itu secara mutlak
pula. Tindakan atau amalan tanpa ilmu berarti kesesatan, sedangkan ilmu tanpa amalan adalah
kesia-siaan.
Bagaimanapun sedikitnya kadar hikmah yang dikaruniakan kepada seseorang, itu sangat
berarti bagi mereka. Hikmah adalah karunia yang amat besar setelah ilmu. Allah berfirman:
)٢٦٩( ‫ب‬ ْ ‫ي ُْؤتِي ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَ َشا ُء َو َم ْن ي ُْؤتَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد أُوتِ َي َخ ْيرًا َكثِيرًا َو َما يَ َّذ َّك ُر إِال أُولُو‬
ِ ‫األلبَا‬
“Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah itu, maka benar-benar telah dianugerahi karunia
yang banyak”. (QS. Al Baqarah: 269)
Imam Ghazali memahami kata hakim dalam arti pengetahuan tentang sesuatu yang paling
utama, dan yang paling utama adalah Allah sebagai hakim yang sebenarnya. Karena Dia
mengetahui ilmu yang paling abadi dan tidak tergambar dalam benak dan tidak mengalami
perubahan dalam pengetahuanya. Hanya Dia pula yang mengetahui wujud yang paling mulia,
karena Dia yang paling mengenal hakekat dzat, sifat dan perbuatan-Nya.

KD 27 (Memahami pengertian dan pentingnya amal saleh, toleransi, musawah dan ukhuwwah)
 Menjelaskan pengertian dan pentingnya amal saleh, toleransi, musawah dan ukhuwwah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
 Menunjukkan contoh perilaku amal saleh, toleransi, musawah, dan ukhuwwah dalam kehidupan sehari
— hari
o Amal Saleh
Amal soleh menurut bahasa diartikan sebagai perbuatan baik yang mendatangkan pahala,
atau sesuatu yang dilakukan dengan tujuan berbuat baik terhadap masyarakat atau sesama
manusia. Amal soleh dari sisi Arab yaitu amal dan soleh, amal berarti perbuatan dan soleh
berasal dari kata hasuna yang artinya baik atau lawan dari rusak.
Secara istilah amal soleh adalah perbuatan bersungguh-sungguh dalam menjalankan
ibadah atau menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan
terhadap masyarakat atau sesama manusia. Amal soleh adalah setiap pekerjaan yang baik,
bermanfaat dan patut dikerjakan, baik pekerjaan yang bersifat ubudiyah (seperti; sholat, puasa,
zakat, haji dan lain-lain) atau pekerjaan yang bersifat sosial (seperti; menolong orang lain,
menyantuni anak yatim, peduli pada sesama dan lain-lain)
Mahmud Syaltut berpendapat amal soleh adalah tiap perbuatan yang mendatangkan
kebaikan untuk diri sendiri, kaum, keluarga dan kemaslahatan umat manusia. Adapun amalan
buruk adalah segala perbuatan yang mendatangkan kejahatan, kemudaratan, kerusakan, bencana
dan lain-lain.
Sedangkan Sayyid Rasyid Ridha berpendapat tentang amal soleh sebagai berikut :
 Bukan kemuliaan seseorang yang berkata: sesungguhnya agama saya lebih mulia, lebih
sempurna, lebih benar dan lebih meyakinkan dan seterusnya, namun hanya sebagai
selogan dan buah bibir saja, tetapi tidak diamalkan.
 Sudah menjadi sunnatullah, menjadi hukum Illahi, bahwa setiap perbuatan yang jahat
akan diberi ganjaran dan sebaliknya.
 Orang-orang yang mengerjakan amal kebaikan itu dibalut dengan iman yang teguh,
mereka itu dinamakan orang-orang yang beramal yaitu orang-orang yang percaya kepada
Allah dan hari akhirat, yang akan masuk surga maka mereka tidak akan dirugikan
sedikitpun dari pahala amal yang mereka kerjakan.
Menurut Quraish Shihab, amal salih adalah pekerjaan yang jika dilakukan, maka suatu
kerusakan akan terhenti atau menjadi tiada, atau bisa juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
dengan melakukannya memperoleh manfaat, berkesesuaian dan menolak mudharat.
o Toleransi
Kata toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti berusaha untuk tetap
bertahan hidup, tinggal atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau
disenangi. Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata toleransi berarti sifat atau
sikap toleran. Kata toleran sendiri di definisikan sebagai bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Toleransi dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang
melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat
diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Dalam bahasa Arab, istilah toleransi dikenal dengan tasamuh yang berarti kemuliaan,
lapang dada, ramah dan suka memaafkan. Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna
kasih sayang (ar-Rahmah), keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-Salam) dan ketauhidan (al-
Tauhid). Konsep-konsep tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, konsep tersebut
merupakan ciri khas Islam yang membedakan toleransi persfektif Islam dengan lainnya.
o Musawah
Secara bahasa musawwah adalah persamaan. Sedangkan secara istilah musawwah adalah
persamaan dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk
Tuhan.
Musawah juga dapat diartikan dengan persamaan derajat, artinya sikap seseorang yang
memandang dirinya sama atau sejajar dengan orang lain. Bagaimanapun, dalam kehidupan ini
selalu ada perbedaan, akan tetapi perbedaan tersebut tidak lebih dari sekedar penanda identitas
antara satu dan yang lainnya.
Sebagian ulama memahami al musawwah sebagai konsekwensi logis dari prinsip as-
syura dan al-aadalah.
o Ukhuwwah
Ukhuwah (brotherhood) biasa diartikan sebagai “persaudaraan”. Ukhuwah dalam konteks
bahasa Indonesia, memiliki arti sempit seperti saudara kandung dan dalam arti yang luas
ukhuwah adalah hubungan pertalian antara sesama manusia dan hubungan kekerabatan yang
akrab diantara mereka.
Dalam pengertian yang luas, ukhuwah adalah suatu sikap yang mencerminkan rasa
persaudaraan, kerukunan, persatuan dan solidaritas yang dilakukan seseorang terhadap orang lain
atau suatu kelompok pada kelompok lain dalam interaksi sosial.
Dalam konteks masyarakat Islam, istilah ukhuwah berkembang menjadi ukhuwah
islamiyah yang berarti persaudaraan yang bersifat Islami atau persaudaraan yang diajarkan Islam.

)١٠( َ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-Hujurat : 10)
Munculnya sikap ukhuwah dalam kehidupan masyarakat disebabkan adanya dua hal, yaitu :
a. Adanya persamaan, baik dalam masalah keyakinan, wawasan, pengalaman, kepentingan,
tempat tinggal dan cita-cita.
b. Adanya kebutuhan yang dirasakan hanya dapat dicapai dengan melakukan kerja sama dengan
orang lain.
KD 28 (Memahami pengertian nifaq dan keras hati (pemarah))
 Menjelaskan pengertian perilaku tercela nifaq dan keras hati (pemarah)
o Nifaq
Nifaq (hipokrit, bermuka dua) berasal dari kata ‫النافقاء‬ (naafiqaa’). Nifaq secara bahasa
(etimologi) berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari
sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu, maka ia akan keluar dari lobang yang
lain. Dikatakan pula, ia berasal dari kata ‫(النفق‬nafaq) yaitu lobang tempat bersembunyi.Nifaq
secara bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin.
Nifaq menurut syara (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi
menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.Pelakunya dinamakan munafik. Pada sisi pelakunya
dapat berarti, manusia secara lahiriah memperkenalkan dirinya seorang muslim dan mengaku
beriman, tapi secara batin ia adalah seorang kafir dan tidak memiliki keyakinan seperti apa yang
diucapkannya.Menurut al-Hafizh Ibnu Katsir mereka adalah orang-orang yang keluar dari jalan
kebenaran masuk ke jalan kesesatan.
o Keras Hati
Kata ghadab secara harfiah berarti marah atau pemarah. Marah dalam pengertian ghadab
bersifat negatif. Dengan istilah lain, ghadab (marah) yaitu merasa tidak senang dan panas hati
karena suatu sebab, seperti dihina dan lainnya. Marah secara umum mengakibatkan
terganggunya aktualisasi diri di dalam kehidupan kita atau marah merupakan penyakit jiwa yang
ada di dalam diri manusia.
.‫ ال تغضب‬:‫ قال‬،ً‫ فردد مرارا‬.‫ ال تغضب‬:‫ قال‬،‫ أوصني‬:‫أن رجالً قال للنبي صلى هللا عليه وسلم‬,‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه‬
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa seorang laki-laki berkata: "Berilah aku pesan".
Rasulullah Saw bersabad: "Jangan marah". Laki-laki itu mengulang permintaannya agar
Rasulullah  Saw memberinya pesan, namun Rasulullah Saw tetap bersabda: "Jangan marah".
(HR. Bukhari)
Marah merupakan salah satu satu fitrah manusia yang muncul ketika kebutuhan (needs)
dan motif (motive) mereka terhalangi atau terhambat untuk dipenuhi. Menurut Imam Ghazali
penyakit marah (ghadab) disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas (al-hararah), yang
mana unsur tersebut melumpuhkan peran unsur kelembaban atau basah (al-ruthubah) dalam diri
manusia. Hal ini telah disabdakan oleh Rasulallah SAW. bahwa “Sesungguhnya marah itu bara
api yang dapat membakar lambung anak Adam. Ingatlah bahwa sebaik-baik orang adalah
orang yang melambatkan (menahan) amarah dan mempercepat keridhaan dan sejelek-jelek
orang adalah orang yang mempercepat amarah dan melambatkan ridha”. (HR. Ahmad dari Abu
Sa’id al-Khudriy).
Al Quran memerintahkan setiap muslim untuk menahan marah dan akan memperoleh
ampunan Allah dan surga Allah,
َ‫ظ‬hْ‫اظ ِمينَ ْال َغي‬h
ِ ‫رَّا ِء َو ْال َك‬h‫الض‬
َّ ‫رَّا ِء َو‬h‫الس‬ ْ ‫ات َواألرْ ضُ أُ ِع َّد‬
َّ ‫ونَ فِي‬hُ‫)الَّ ِذينَ يُ ْنفِق‬١٣٣( َ‫ت لِ ْل ُمتَّقِين‬ ُ ْ‫ارعُوا إِلَى َم ْغفِ َر ٍة ِم ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
ُ ‫ضهَا ال َّس َما َو‬ ِ ‫َو َس‬
)١٣٤( َ‫اس َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬ ِ َّ‫َو ْال َعافِينَ ع َِن الن‬
“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang lebarnya (seluas) langit
dan bumi yang disediakan bagi orang yang bertakwa, yaitu orang yang menginfakkan
(hartanya) di waktu lapang atau susah, dan orang-orang yang menahan amarah, dan bersikap
pemaaf kepada manusia, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik” (Q.S Ali
Imran:133-134)

KD 29 (Memahami adab bergaul dengan orang yang sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan lawan
jenis)
 Menyebutkan contoh adab bergaul dengan orang yang sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan
lawan jenis dalam bermedia social
o Teman sebaya
 Saling menghormati dan toleransi
)٧٠(… ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم‬
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.” (QS. Al Isra’: 70)

)٦( ‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِدي ِن‬


“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al Kafirun: 6)
 Saling menghormati dan toleransi
‫قال َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم وهللا عون العبد ماكان العبد فى عون احيه‬
“Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah SAW bersabda, ”Allah akan slalu menolong hamba-
Nya selama hamba itu mau menolong saudaranya”.(H.R Muslim)
)٢(… ‫اإلث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن‬
ْ ‫اونُوا َعلَى‬
َ ‫اونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َوال تَ َع‬
َ ‫َوتَ َع‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al Maidah: 2)
 Saling Mengasihi dan melindungi
َ َّ‫َم ْن الَ يَرْ َح ُم الن‬
ُ ‫اس الَ يَرْ َح ْمهُ هللا‬
“Barangsiapa yang tidak menyayangi sesama manusia, niscaya tidak akan disayangi
oleh Allah”.(HR. Bukhari Muslim)
َ َّ‫ال ُم ْؤ ِمنُ الًّ ِذيْ يُخَالِطُ الن‬
َ َّ‫اس َويَصْ بِ ُر َعلَى اَذاهُ ْم خَ ْي ٌر ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنَ الَّ ِذى الَيُ َخالِطُ الن‬
‫اس َويَصْ بِ ُر َعلَى اَذاهُ ْم‬

“Seorang mukmin  yang bergaul dengan sesama manusia serta bersabar (tahan uji)
atas segala gangguan, mereka lebih baik daripada orang mukmin yang tidak
bergaul   dengan yang lainnya serta tidak tahan uji atas gangguan mereka”. (HR.
Tirmidi)
 Saling menasehati
َّ ‫صوْ ا بِال‬
)٣( ‫صب ِْر‬ ِّ ‫صوْ ا بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوتَ َوا‬ َ ‫َوت ََوا‬
“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”. (QS. Al Ashr: 3)
ٍ ‫ب َم ْك‬
‫س‬ َ ‫َم ِن ا ْعتَ َذ َر اِلَى أَ ِخ ْي ِه ْال ُم ْسلِ ِم فَلَ ْم يَ ْقبَلْ ِم ْنهُ َكانَ َعلَ ْي ِه ِم ْث ُل َخ ِط ْيئَ ِة‬
ِ ‫صا ِح‬
“Barangsiapa yang meminta maaf kepada saudaranya yang muslim sedangkan ia tidak
mau memaafkannya, maka ia mempunyai dosa sebesar dosa orang yang merampok”.
(HR. lbnu Majah)
o Orang yang lebih tua
 Bersikap Sopan
)٢٤( ‫ص ِغيرًا‬ ُّ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح‬
َ ‫الذ ِّل ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي‬ ْ ‫َو‬
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil".(QS. Al Isra’: 24)
 Berkata santun
‫وْ ال‬hhَ‫ا ق‬hh‫لْ لَهُ َم‬hhُ‫ا َوق‬hh‫ضى َربُّكَ أَال تَ ْعبُدُوا إِال إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِكالهُ َما فَال تَقُلْ لَهُ َما أُفٍّ َوال تَ ْنهَرْ هُ َم‬
َ َ‫َوق‬
)٢٣( ‫َك ِري ًما‬
“dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia”.(QS. Al Isra’: 23)
 Menolak dengan halus perintah buruk
َّ َ‫ي ثُ َّم إِل‬
‫رْ ِج ُع ُك ْم‬hh‫ي َم‬ َ hَ‫بِي َل َم ْن أَن‬h‫ ْع َس‬hِ‫ا َواتَّب‬hhً‫اح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوف‬
َّ َ‫اب إِل‬h ِ ‫ص‬َ ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم فَال تُ ِط ْعهُ َما َو‬
َ ‫َوإِ ْن َجاهَدَاكَ عَلى أَ ْن تُ ْش ِركَ بِي َما لَي‬
)١٥( َ‫فَأُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqman: 15)
 Menghormati dengan penuh kasih sayang
“Rasulullah SAW bersabda, Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih
muda, maka kau akan menemaniku di surga”. (HR. Baihaqi)
ِ ‫ي ْال َم‬
)١٤( ‫صي ُر‬ َ ِ‫ص ْينَا اإل ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬
َّ َ‫صالُهُ فِي عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ إِل‬ َّ ‫َو َو‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS. Lukman: 14)
‫ ِه‬hhْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَي‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬،‫ع َْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ْب ِن عَا ِمر‬، ‫ َح َّدثَنَا ابْنُ أَبِي نٌ َجيْح‬، ُ‫ َح َّدثَنَا ُس ْفيَان‬:‫ال‬
َّ ِ‫يَ ْبلُ ُغ بِ ِه النَّب‬،‫اص‬
َ ‫ي‬ َ َ‫ق‬،‫َح َّدثَنَا َعلِ ٌّي‬
‫ْس ِمنَّا‬ َ ‫فَلَي‬،‫يرنَا‬ِ ِ‫ق َكب‬ ْ ‫ْر‬
َّ ‫ف َح‬ ِ ‫ َويَع‬، ‫يرنَا‬ َ ‫ َم ْن لَ ْم يَرْ َح ْم‬:‫قَا َل‬، ‫َو َسلَّ َم‬
َ ‫ص ِغ‬
“Dari Abdullaah bin Amr bin Aash, ia menyampaikan sesuatu pada Nabi SAW, beliau
bersabda, Barangsiapa tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak mengenali hak
orang tua kami, maka ia bukan termasuk golongan kami”. (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
 Memuliakan tokoh masyarakat
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا أَتَا ُك ْم َك ِري ُم قَوْ ٍم فَأ َ ْك ِر ُموه‬
َ ِ ‫قَال ََرسُو ُل هَّللا‬,‫ال‬
َ َ‫ع َْن اب ِْن ُع َم َر ق‬
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila pemuka suatu kaum
datang kepada kalian, maka muliakanlah ia. (HR. Ibnu Majjah)
 Mendahulukan Orang yang Lebih tua
‫أَ َم َرنِي ِجب ِْري ُل أَ ْن أُقَ ِّد َم األَ َكابِ َر‬
“Malikat Jibril memerintahkan aku untuk mengutamakan orang-orang tua”. (HR. Al
Baihaqi)
‫لَّ َم‬h‫ ِه َو َس‬h‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬h‫ص‬ َ hَ‫ َوق‬، ‫ فَأ َ ْعطَى أَ ْكبَ َر ْالقَوْ ِم‬، ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوه َُو يَ ْست َُّن‬
َ h‫ إِ َّن ِجب ِْري‬: ‫ال‬h
َ ‫ل‬h ُ ‫ َرأَي‬: ‫ قَا َل‬، ‫أَ َّن ا ْبنَ ُع َم َر‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
‫أَ َم َرنِي أَ ْن أُ َكب َِّر‬
Ibnu ‘Umar berkata, aku melihat Rasulullah SAW, sedang memakai siwak lalu beliau
memberikannya pada orang yang lebih tua dari suatu kaum, dan beliau bersabda,
“Sesungguhnya Malaikat Jibril memerintahkanku untuk mendahulukan yang lebih tua.
(HR. Ahmad dan Baihaqi)
o Orang yang lebih muda
 Memberi Nasehat
َ hَ‫ك ق‬
‫ال‬h ْ َ‫اب َوقَال‬
َ h َ‫ت هَيْتَ ل‬ َ ‫ت األ ْب َو‬ ِ َ‫) َو َرا َو َد ْتهُ الَّتِي ه َُو فِي بَ ْيتِهَا ع َْن نَ ْف ِس ِه َو َغلَّق‬٢٢( َ‫َولَ َّما بَلَ َغ أَ ُش َّدهُ آتَ ْينَاهُ ُح ْك ًما َو ِع ْل ًما َو َك َذلِكَ نَجْ ِزي ْال ُمحْ ِسنِين‬
ُّ ُ‫ه‬h‫ ِرفَ َع ْن‬h‫َص‬
‫و َء‬h‫الس‬ ْ ‫ َذلِكَ لِن‬h‫انَ َربِّ ِه َك‬hhَ‫وْ ال أَ ْن َرأَى بُرْ ه‬hhَ‫ا ل‬hhَ‫ ِه َوهَ َّم بِه‬hِ‫ت ب‬ ْ ‫) َولَقَ ْد هَ َّم‬٢٣( َ‫ي إِنَّهُ ال يُ ْفلِ ُح الظَّالِ ُمون‬
َ ‫َم َعا َذ هَّللا ِ إِنَّهُ َربِّي أَحْ َسنَ َم ْث َوا‬
ِ َ‫َو ْالفَحْ َشا َء إِنَّهُ ِم ْن ِعبَا ِدنَا ْال ُم ْخل‬
)٢٤( َ‫صين‬
“ dan tatkala Dia cukup dewasaKami berikan kepadanya Hikmah dan ilmu. Demikianlah
Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. dan wanita (Zulaikha)
yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya
(kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf
berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku
dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan
Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang
terpilih.”
Rasulullah SAW sendiri sering memberikan arahan dan nasehat kepada para pemuda,
seperti nasehat beliau kepada Abdullah bin Abbas: “Wahai anakku, jagalah Allah maka Dia
pasti akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan menemukan-Nya di hadapanmu.
Jika kamu meminta, maka memintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan,
maka memohonlah kepada Allah. Seandainya semua umat bersatu untuk memberimu suatu
manfaat, mereka tidak akan mampu kecuali sudah ditentukan Allah. Dan seandainya semua
umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak akan mampu kecuali yang telah Allah
tetapkan Allah. Pena (pencatat taqdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan
taqdir) telah mongering”. (HR Bukhari dan Muslim)
 Mempererat persaudaraan
)٩٢( ‫لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َحتَّى تُ ْنفِقُوا ِم َّما تُ ِحبُّونَ َو َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فَإ ِ َّن هَّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬
”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.(QS. Ali Imran: 92)
ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَ ْل ُم ْؤ ِمنُ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن َك ْالبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد بَ ْع‬
.‫ضهُ بَ ْعضًا‬ ِ ‫ع َْن أَبِ ْي ُموْ َسى َر‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬

“Diriwayatkan dari Abi Musa ra. di berkata, "Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Orang
mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling
mengokohkan”. (HR. Bukhari)
 Memberi perhatian dan kasih sayang
‫ص ِغي َر تُ َرافِ ْقنِي فِي ْال َجنَّ ِة‬
َّ ‫ َوقِّ ِر ْال َكبِي َر َوارْ َح ِم ال‬، ُ‫ يَا أَنَس‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫قَا َل َرسُو ُل اللَّ ِه‬
“Rasulullah SAW bersabda, Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih
muda, maka kau akan menemaniku di surga”. (HR. Baihaqi)
‫ ْي ٍء إِ َذا‬h‫ ابُّوا أَ َوالَ أَ ُدلُّ ُك ْم َعلَى َش‬h‫وا َحتَّى ت ََح‬hُ‫وا َوالَ تُ ْؤ ِمن‬hُ‫ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى تُ ْؤ ِمن‬hَ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الَ ت‬
َ ِ ‫ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫فَ َع ْلتُ ُموهُ تَ َحابَ ْبتُ ْم أَ ْف ُشوا ال َّسالَ َم بَ ْينَ ُك ْم‬
“Dari Abu Hurairah ra berkata, “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian
beriman. Dan kalian tidak (dikatakan) beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah
aku beritahu pada kalian pada satu hal, yang jika kalian lakukan, maka kalian akan
saling mencintai? (Yaitu) sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
 Memberi teladan kebaikan
ٍ ُ‫َوإِنَّكَ لَ َعلى ُخل‬
)٤( ‫ق َع ِظ ٍيم‬
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al Qalam: 4)
 Membina, membimbing dan memberi kesempatan untuk berdedikasi
ٌ ‫ب َر ِه‬
)٢١( ‫ين‬ ٍ ‫ان أَ ْل َح ْقنَا بِ ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َو َما أَلَ ْتنَاهُ ْم ِم ْن َع َملِ ِه ْم ِم ْن َش ْي ٍء ُكلُّ ا ْم ِر‬
َ ‫ئ بِ َما َك َس‬ ٍ ‫َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َواتَّبَ َع ْتهُ ْم ُذ ِّريَّتُهُ ْم بِإِي َم‬
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa
yang dikerjakannya”. (QS. At Thur: 21)
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل يَ ِّسرُوا َوال تُ َع ِّسر‬
‫ُواوبَ ِّشرُوا َوال تُنَفِّ ُروا وكان يحب التخفيف والتسري على الناس‬ َ ‫ك َع ْنالنَّبِ ِّي‬ ِ ‫ع َْن أَن‬.
ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬
“Dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah SAW. bersabda: Mudahkanlah dan
jangan mempersulit. Rasulullah saw. suka memberikan keringanan kepada manusia”.
(HR. Bukhari)
‫ب‬ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُوأُل َ َرأَ ْيتُ ْم لَوْ أَ َّن نَ ْهرًا بِبَا‬
َ ِ ‫ال َوفِي َح ِديثِبَ ْك ٍر أَنَّهُ َس ِم َع َرسُو َل هَّللا‬ َ ِ ‫ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَأَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ِ ‫ت ْال َخ ْم‬
‫س يَ ْم ُحوهَّللا ُ بِ ِه َّن‬ ِ ‫لَ َوا‬h‫الص‬
َّ ‫ ُل‬hَ‫ َذلِكَ َمث‬hَ‫ال ف‬ َ َ‫ت هَلْ يَ ْبقَى ِم ْن د ََرنِ ِه َش ْي ٌء قَالُوا ال يَ ْبقَى ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْي ٌء ق‬ ٍ ‫س َمرَّا‬ َ ‫أَ َح ِد ُك ْم يَ ْغتَ ِس ُل ِم ْنهُ ُكلَّيَوْ ٍم َخ ْم‬
‫ْالخَ طَايَا‬
“Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian
seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana
lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya?
Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah
perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa”. (HR.
Muslim).
 Memberikan penghargaan atas capaian prestasi
)٩٧( َ‫صالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم أَجْ َرهُ ْم بِأَحْ َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. An Nahl: 97)
‫ َوفِي‬، ‫يف‬ ِ ‫ ْال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ خَ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إلَى هَّللا ِ ِم ْن ْال ُم ْؤ ِم ِن الض َِّع‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬: ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ َر‬
‫ َّد َر‬hَ‫ ق‬: ْ‫ل‬hhُ‫ َولَ ِك ْن ق‬، ‫ لَوْ أَنِّي فَ َع ْلت َك َذا َكانَ َك َذا َو َك َذا‬: ْ‫صابَك َش ْي ٌء فَاَل تَقُل‬ َ َ‫ َوإِ ْن أ‬، ‫ْج ْز‬ ِ ‫ احْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَعُك َوا ْستَ ِع ْن بِاَهَّلل ِ َواَل تَع‬، ‫ُكلٍّ خَ ْي ٌر‬
‫ان‬َ ‫ فَإ ِ َّن لَوْ تَ ْفتَ ُح َع َم َل ال َّش ْي‬، ‫هَّللا ُ َو َما َشا َء هَّللا ُ فَ َع َل‬
ِ ‫ط‬
“Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin yang
kuat lebah baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah dan dalam segala
sesuatu ia dipandang lebih baik. Raihlah apa yang memberikan manfaat bagimu. Minta
tolonglah kepada Allah. janganlah lemah! Kalau engkau tertimpa sesuatu, janganlah
berkata, ‘kalau aku berbuat begini, pasti begini dan begitu tetapi katakanlah “Allah
SWT telah menentukan dan Allah menghendaki aku untuk berbuat karena kata “kalau”
akan mendorong pada perbuatan setan”.(HR. Muslim)
o Lawan Jenis
 Bersahabat karena Allah
‫َض فِى هللا َواَ ْن‬ َ ‫ ِه ِم َّم‬h‫وْ لُهُ اَ َحبَّ اِلَ ْي‬h‫وْ نَ هللا َو َر ُس‬hh‫ أَ ْن يَ ُك‬:‫ا ِن‬hh‫ث َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه َو َج َد َحالَ َوةَ ْا ِال ْي َم‬
َ ‫ َواهُهُ َما َواَ ْن يُ ِحبَّ فِى هللاِ َويَ ْبغ‬h‫اس‬ ٌ َ‫ثَال‬
‫ك بِاهللاِ َسيِّئًا‬ ِ ‫َظ ْي َمةٌ فَيَقَ ُع فِ ْيهَا اَ َحبَّ اِلَ ْي ِه ِم ْن اَ ْن يُس‬
َ ‫ْر‬ ِ ‫تُوْ قَ ُد نَا ٌر ع‬
“Ada tiga perkara, barangsiapa yang terdapat padanya ketiga hal tersebut, maka akan
merasakan lezat (manisnya) iman: “Jika ia mencintai Allah dan rasulnya melebihi yang
lainnya; Mencintai dan membenci semata-mata hanya karena Allah; Jika dilemparkan
ke dalam api neraka yang menyala-nyala, lebih disukai daripada syirik (menyekutukan)
Allah”. (HR. Muslim)
َ ِ‫ك ِم ْث ُل َذال‬
‫ك‬ َ َ‫ َول‬:ُ‫ب قَا َل ْال َملَك‬
ِ ‫ ِخ ْي ِه بِظَه ِْر ْال َغ ْي‬hَ‫إِ َذا َدعَا ال َّر ُج ُل َِِال‬
“Jika seseorang berdoa untuk sahabatnya di belakangnya (jaraknya berjauhan), maka
berkatalah malaikat: “Dan untukmu pun seperti itu”. (HR. Muslim)
 Menjaga Aurat
َ h‫ك أَ ْدنَى أَ ْن يُ ْع‬
( ‫ا‬hh‫ورًا َر ِحي ًم‬hhُ‫انَ هَّللا ُ َغف‬hh‫ْن َو َك‬hَ ‫ؤ َذي‬hْ hُ‫ر ْفنَ فَال ي‬h َ hِ‫ك َوبَنَاتِكَ َونِ َسا ِء ْال ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجالبِيبِ ِه َّن َذل‬ ْ ْ‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُل‬
َ ‫ألز َوا ِج‬
)٥٩
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Ahzab:
59)
ِ ‫ْال َمرْ أَةُ عَوْ َرةٌ فَإ ِ َذا َخ َر َج‬
ُ‫ت ا ْستَ ْش َرفَهَا ال َّش ْيطَان‬
“Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata
laki-laki." (HR. Tirmidzi)
 Menjaga Kemaluan
)٣٠( َ‫ك أَ ْز َكى لَهُ ْم إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما يَصْ نَعُون‬
َ ِ‫ار ِه ْم َويَحْ فَظُوا فُرُو َجهُ ْم َذل‬
ِ ‫ص‬َ ‫قُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن أَ ْب‬
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nur:
30)
 Menundukkan pandangan
‫ا‬h‫ا ِن ِزنَاهُ َم‬hhَ‫ ْال َع ْين‬،ّ‫ة‬hَ‫ك اَل َم َحال‬ ِّ َ‫ ْيبَهُ ِمن‬h‫َص‬
ُ ‫ ْد ِر‬h‫ا ُم‬hhَ‫الزن‬ َ ِ‫ ُكت‬،‫ال‬hh‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ِ ‫ب َعلَى ا ْب ِن أ َد َم ن‬ َ ‫ع َْن ابى هريرة رضيى هللاُ عنه النب ّي‬
‫ والرجل زنا ها الخطى واقلب يهوى ويتمنى ويصدق‬، ‫ واليد زنا ها البطشى‬، ‫ واألدنان زنا هما االستماع واللسان زناه الكالم‬،‫ظ ر‬ ْ َّ‫الن‬
h.‫ذلك الفرج اويكذبه‬
“Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “telah ditentukan bagi anak
adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti mengerjakannya. Zina kedua mata
adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara. Zina
tangan adalah memukul, zina kaki adalah berjalan serta zina hati adalah bernafsu dan
berangan-angan, yang semuanya dibuktikan atau tidak dibuktikan oleh kemaluan”.(HR.
Bukhari Muslim)
Dari Jarir bin Abdullah ra, dia berkata,
َ َ‫ُول هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم ع َْن نَظَ ِر ْالفُ َجا َء ِة فَأ َ َم َرنِى أَ ْن أَصْ ِرفَ ب‬
.‫ص ِرى‬ ُ ‫َسأ َ ْل‬
َ ‫ت َرس‬
Aku bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka
beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku. (HR. Muslim)
 Saling bertanggung jawab
َ ‫اَ ْل ُم ْؤ ِمنُ ْلل ُم ْؤ ِم ِن َك ْالبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد بَ ْع‬
‫ضهُ بَ ْعضًا‬
“Seseorang mukmin terhadap  orang mukmin lainnya adalah bagaikan suatu bangunan,
yang bagian-bagian saling menguatkan satu sama lain”. (HR. Bukhari)

KD 30 (Menganalisis kisah keteladanan Al- Gazali dan lbnu Sina)


 Menemukan keutamaan sifat tokoh Al-Gazali dan lbnu Sina
o Al-Gazali
Selain kejiniusan dan semangat tinggi yang dimiliki al Ghazali, banyak keteladan al
Ghazali yang dapat kita jadikan panutan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kedudukan dan
ketinggian jabatan tidak membuat beliau sombong, congkak dan lebih mencintai dunia. Bahkan
terjadi perang batin yang berkecamuk dalam hati beliau, sehingga akhirnya beliau lebih memilih
menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Beliau menolak jabatan yang tinggi dan kembali beribadah
hanya kepada Allah, ihlas dan memperbaiki jiwa. Sehingga, menurut riwayat yang ada pada
bulan Dzulqo’dah tahun 488 beliau melaksanakan ibadah haji dan mengangkat saudaranya yang
bernama Ahmad sebagai penggantinya.
Al Ghazali juga dikenal sebagai seseorang yang sangat haus akan ilmu pengetahuan, pada
suatu riwayat dikisahkan imam al Ghazali pernah berguru kepada seorang tukang sol sepatu.
Beliau dengan ikhlas melaksanakan semua perintah gurunya. Beliau tidak pernah membedakan
kedudukan siapapun. Meskipun al Ghazali dikenal memiliki sifat penyanyang dan lembut tetapi
al Ghazali adalah tokoh yang sangat tegas, beliau menolak dengan tegas segala bentuk pemikiran
filsafat metafisik non Islam, seperti filsafat Aristoteles yang tidak dilandasi keyakinan tentang
adanya Tuhan.
o Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan dan ensiklopedis besar, beliau juga dikenal jenius dan
memiliki daya berfikir yang sangat kuat. Karena kejeniusannya inilah beliau dapat mempelajari
berbagai macam ilmu pengetahuan. Beliau selalu haus akan ilmu, hari-harinya dihabiskan di
dalam perpustakaan, meskipun sudah memiliki banyak karya, Ibnu Sina tidak merasa puas atau
cukup kemudian berhenti dalam mencari ilmu. Selain cerdas, Ibnu sina adalah seorang yang taat
kepada Allah, kreatif, tidak mengenal putus asa, gigih, tabah dan tekun dalam mempelajari ilmu
pengetahuan.
Ibnu Sina dikenal sebagai seorang dokter yang handal, beliau dapat mengobati berbagai
macam penyakit, tetapi ketika berhasil mengobati pasiennya beliau tidak pernah meminta
imbalan darinya.
KD 31 (Menjelaskan pengertian dan pentingnya perilaku semangat berkompetisi (fastabiqul khairat),
optimis, dinamis, inovatif dan kreatif)
 Menunjukkan dasar perintah (berkompetisi fastabiqul khairat, optimis, dinamis, inovatif dan kreatif)
o Fastabiqul Khairat
ِ ْ‫ت أَ ْينَ َما تَ ُكونُوا يَأ‬
)١٤٨( ‫ت بِ ُك ُم هَّللا ُ َج ِميعًا إِ َّن هَّللا َ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬ ِ ‫َولِ ُك ٍّل ِوجْ هَةٌ هُ َو ُم َولِّيهَا فَا ْستَبِقُوا ْال َخي َْرا‬
“dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan
kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-
Baqarah : 148)
‫ك فَضْ ُل هَّللا ِ ي ُْؤتِي ِه َم ْن يَ َشا ُء َوهَّللا ُ ُذو‬ ْ ‫ض أُ ِع َّد‬
َ ِ‫ت لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه َذل‬ ُ ْ‫َسابِقُوا إِلَى َم ْغفِ َر ٍة ِم ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
ِ ْ‫ضهَا َك َعر‬
ِ ْ‫ض ال َّس َما ِء َواألر‬
)٢١( ‫ْالفَضْ ِل ْال َع ِظ ِيم‬
“berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-
rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah
mempunyai karunia yang besar”. (QS. Al-Hadid: 21)
o Optimis
)١٣٩( َ‫َوال تَ ِهنُوا َوال تَحْ َزنُوا َوأَ ْنتُ ُم األ ْعلَوْ نَ إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-
orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.
o Dinamis
َ ‫فَإ ِ َذا فَ َر ْغتَ فَا ْن‬
َ ِّ‫) َوإِلَى َرب‬٧( ْ‫صب‬
)٨( ْ‫ك فَارْ غَب‬
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.(QS. Al Insyirah: 7-8)
o Inovatif
)١٣( َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬
ٍ ‫ض َج ِميعًا ِم ْنهُ إِ َّن فِي َذلِكَ آليَا‬ ِ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال َّس َما َوا‬
ِ ْ‫ت َو َما فِي األر‬
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. (QS. Al- Jaatsiyah : 13)
o Kreatif
)١( َ‫ور ثُ َّم الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِ َربِّ ِه ْم يَ ْع ِدلُون‬ ُّ ‫ض َو َج َع َل‬
ِ ‫الظلُ َما‬
َ ُّ‫ت َوالن‬ َ ْ‫ت َواألر‬ َ َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي خَ ل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang,
Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka” (QS. Al-An’am :
1)

KD 32 (Memahami pengertian dan bahaya perilaku tercela fitnah, namimah, dan gibah)
 Menunjukkan bahaya perilaku tercela (fitnah, namimah, dan ghibah)
 Menyebutkan contoh — contoh perilaku tercela (fitnah, namimah, dan ghibah) yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari
o Fitnah
 Merusak Keharmonisan Keluarga dan Masyarakat
 Merusak karakter dan nama baik individu lain
 Menyebar Permusuhan dan perpecahan
 Menyesatkan Kebenaran Informasi
o Namimah
 Mendapat dosa
 Mendapat predikat orang fasik
 Informasi yang diberikan menyesatkan
 Menimbulkan sikap saling membenci
 Merusak hubungan persahabatan
o Ghibah
 Mendapat dosa
 Merendahkan derajat manusia
 Berperasangka buruk dan menghancurkan martabat seseorang
 Pemakan bangkai
 Pembicaraan selalu buruk
 Membawa berita bohong (gosip)

KD 33 (Memahami keutamaan adab membaca AI-Qur'an dan adab berdoa dengan baik)
 Menjelaskan adab membaca AI-Qur'an dan adab berdo'a
 Menyebutkan larangan — larangan ketika membaca AI-Qur'an dan berdo'a
o Membaca Al-Qur’an
 Membaca Al Qur'an di tempat yang suci
 Menghadap kiblat
 Disunahkan dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil
 Memohon perlindungan dari godaan setan
 Membaca Basmallah
 Membaca menurut tertib mushaf
 Sujud tilawah, bila bertemu ayat sajdah
 Merendahkan dan memerdukan bacaan dengan tartil
 Berhenti untuk berdoa ketika membaca ayat rahmat dan ayat azab
 Memperbanyak mengkhatamkankan membaca Al Qur'an
 Menutup bacaan dengan me-Maha benarkan Allah dengan segala yang termaktub dalam Al
Quran
 Mengahiri dengan doa
o Berdo’a
 Niat yang tulus dan ikhlas karena Allah swt
 Menghadap kiblat
 Dalam keadaan suci dari hadas dan najis
 Diawali dengan membaca ta’awwud, bismillah, pujian kepada Allah dan shalawat kepada
Nabi Muhammad saw.
 Berhati ikhlas hanya berharap ridho Allah
 Penuh harap dengan diliputi kecemasan dan yakin do’a akan dikabulkan Allah
 Memperbanyak taubat dan memohon ampun kepada Allah
 Mengangkat kedua tangan
 Melembutkan suara (tidak berlebihan) dan tenang saat berdo’a
 Tidak tergesa-gesa
 Tidak mengutuk
 Khusyu’ dan rendah diri
 Memohon dengan asmaul khusna
 Mengaku dosa
 Diakhiri dengan membaca sholawat dan hamdallah
 Tidak berdo’a kepada selain Allah
 Tidak berdo’a untuk dipercepat kematian
 Tidak berdo’a untuk keburukan dan dosa
 Tidak berdo’a dengan berteriak

KD 34 (Menganalisis keutamaan sifat Ibnu Rusyd dan Muhammad lqbal)


 Menganalisis Implementasi keutamaan sifat tokoh Ibnu Rusyd dan Muhammad lqbal dalam kehidupan
modern bagi remaja
o Ibnu Rusyd
Keberadaan Ibnu Rusyd yang seorang dokter banyak kalangan yang tidak
mengetahuinya. Seorang sejarawan ilmu yang bernama Sarton mengatakan bahwa ketenaran
Ibnu Rusyd dalam filsafat hampir menutupi prestasi Ibnu Rusyd di dunia pendidikan. Padahal,
dia adalah seorang dokter yang ternama pada masanya.
Meskipun berasal dari keluarga kaya dan terhormat, tidak menjadikan Ibnu Rusyd
bermalas malasan. Beliau adalah seorang yang mencintai ilmu pengetahuan, cerdas dan selalu
mempertahankan ketaatannya kepada Allah swt.
o Muhammad Iqbal
Selain kompeten dalam pengembangan ilmu pengetahuan, Muhammad Iqbal juga terlibat
dalam kehidupan berpolitik. Beliau pernah terpilih menjadi ketua la liga. Walaupun demikian,
kesetiaannya kepada ilmu pengetahuan tetap berjalan harm

Anda mungkin juga menyukai