Kisi-Kisi Akidah Akhlak
Kisi-Kisi Akidah Akhlak
KD 10 (Menganalisis makna 10 Asmaul Husna : al-Karim, al-Mu'min, al- Wakil, al-Matin, al-Jami’ al-
Adl, an- Nafi’ al-Basih, al-hafidz dan al- akhir)
Menunjukkan perilaku yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna : al-Karim, alMu'min, al-Wakil, al-
Matin, al-Jaml, al-Adl, an-Nafr, aI-Basih, al-hafidz dan al-akhir
o Al-Karim
Maka seharusnya kita memiliki budi pekerti yang luhur sehingga ia akan hidup dalam
derajat yang mulia, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia. Kita juga harus berusaha
menghindari akhlak yang tercela yang membuat kita menjadi hina baik di hadapan Allah Swt.
maupun di hadapan sesama.
o Al-Mu’min
Seharusnya kita meneladani sifat Allah tersebut, yaitu satu sama lainnya saling memberi
rasa aman dan keamanan sehingga terciptalah suasana yang nyaman. Demikian pula kita harus
menghindari dari melakukan hal-hal yang dapat membuat orang lain merasa takut atau mengusik
ketenangan orang lain.
o Al-Wakil
Maka kita akan sadar bahwa hanya Allah tempat menggantungkan diri kepada Allah.
Sebab selain Allah tiada yang dapat mencukupi segala kekurangan. Kita juga akan saling
menjaga terhadap sesama, tidak suka mengganggu ketenangan orang lain aplagi mengancam
keselamatan orang serta suka menteror orang lain.
o Al-Matin
Maka kita akan sadar jika meminta pertolongan meminta hanya pada Allah Swt. saja.
Tidak akan meminta kepada yang lain. Karena hanya Allah yang memiliki kekuatan yang
sempurna. Kita juga akan terhindar dari sikap sombong, karena kita sadar bahwa kemampuan
kita terbatas, jauh dari sifat sempurna.
o Al-Jami’
Maka akan membuat kita sadar bahwa kita suatu saat akan mati dan suatu saat akan
dikumpulkan di sebuah tempat yang bernama padang makhsyar, menunggu pennetuan nasib di
akhirat apa akan bertempat di surga atau neraka. Dengan demikian kita akan hati-hati dalam
bertindak dan berbuat karena semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.
o Al-‘Adl
Kita senantiasa bersikap husnudzan kepada Allah terhadap semua ketentuan Allah. Kita
akan senantiasa bersyukur kepada Allah atas ketentuan Allah yang adil yang kita terima.
Disamping itu kita juga harus meneladani sikap ini dengan menerapkan sikap adil terhadap
sesama.
o An-Nafi’
Maka kita bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memberi banyak nikmat yang
membawa banyak manfaat bagi kita dan orang-orang sekitar kita. Di samping itu kita akan
berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi diri, agama, keluarga, umat, masyarakat bangsa
dan negara.
o Al-Basit
Maka kita seharusnya bersyukur kepada Allah karena Alah Swt telah melapangkan rezeki
kepada kita dengan berbagai nikmat yang kita tidak akan sanggup menghitungnya. Disamping
itu seharusnya memiliki sikap kerja keras di dalam mencari anugerah Allah serta bersabar jika
suatu saat mengalami sedikit hambatan di dalam mencari rezeki.
o Al-Hafidz
Maka kita akan sangat bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memelihara dan menjaga
kita dalam segala aspek kehidupan. Di samping itu kita akan semakin sadar bahwa hanya Allah
sajalah yang bisa menjaga kita. Yang lain tidak mampu menjaga dan menjamin keselamatan kita.
Sehingga kita akan berlindung hanya kepada Allah saja.
o Al-Akhir
Maka kita menjadi sadar bahwa Allah saja yang akan kekal sementara hidup kita akan
berakhir. Berangkat dari kesadaran tersebut, maka kita tidak akan lupa diri dan terlena dengan
kehidupan dunia yang sementara ini. Kita juga giat mempersiapkan diri dengan bekal ibadah
yang akan kita bawa ke alam akhirat.
KD 11 (Memahami pengertian dan pentingnya memiliki akhlak husnuzzan, raja', dan tobat)
Menjelaskan pengertian dan pentingnya memiliki akhlak husnuzzan, raja', dan tobat
o Raja’
Secara bahasa raja’ berasal dari kata rajaa yarjuu rajƗ ajƗ’ an, yang berarti mengharap dan
pengharapan. Apabila dikatakan rajƗ’ahu maka artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika
dirunut dari makna bahasa, maka asal makna rajƗ’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu
yang disenangi. Menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah berupa keutamaan, ihsan dan
kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt.
serta yakin hal itu dapat diraih.
Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali adalah kegembiraan hati karena menanti
harapan yang kita senangi dan kita idam-idamkan. Harapan yang kita nantikan harus disertai
dengan ikhtiar, doa dan tawakkal. Harapan yang tidak disertai usaha dan doa dapat menjadikan
seseorang menghayal atau berangan-angan. Khayalan atau anganangan kosong disebut Gurur.
Orang yang hanya berikhtiar tanpa doa maka sesungguhnya ia adalah orang yang sombong,
sedang orang yang hanya berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia adalah orang yang pemalas.
Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal kepada Allah Swt.
Jika mengharap ridha, rahmat, serta pertolongan Allah Swt., kita harus memenuhi
ketentuan Allah Swt. jika kita tidak pernah melakukan salat ataupun ibadah-ibadah lainnya
jangan harap akan meraih ridha, rahmat, atau pertolongan Allah Swt. Sementara orang yang
sudah tidak punya harapa disebut orang yang putus asa, dan ini sangat berbahaya.
Sayidina Ali bin Abi Thalib, r.a. berkata, ”Sesungguhnya orang alim yang benar ialah
yang tidak membuat orang-orang putus asa terhadap rahmat Allah dan tidak membuat orang
merasa aman dari hukuman Allah.” Oleh karena itu, para ulama adalah pewaris para nabi. Ulama
adalah dokter-dokter hati yang memberikan nasihat yang mendatangkan harapan (raja’) bagi
setiap orang sakit.
o Tobat
Kata taubat berasal dari kata taba yang darinya terbentuk antara lain kata taubat, pada
mulanya berarti “kembali”. Taubat berarti memohon ampunan kepada Allah Swt. atas segala
dosa dan kesalahan. Taubat merupakan bentuk pengakuan atas segala kesalahan dan pernyataan
menyesal atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Mengapa manusia harus bertaubat? Jawabannya karena perbuatan dosa yang dilakukan
seseorang dapat membawa akibat buruk bagi pelakunya.
KD 12 (Memahami pengertian dan pentingnya menghindari licik, tamak, zalim, dan diskriminasi)
Menjelaskan pengertian dan pentingnya menghindari licik, tamak, zalim, dan diskriminasi
o Licik
Licik merupakan salah satu sifat negatif yang sangat membahayakan bagi diri sendiri
maupun orang lain. Licik berarti banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, dan
licin.
o Tamak Dan Serakah
Dalam bahasa Arab, serakah disebut tamak yang artinya sikap tak pernah merasa puas
dengan yang sudah dicapai. Menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu
berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Karena
ketidakpuasannya itu, segala cara pun ditempuh. Serakah adalah salah satu dari penyakit hati.
Mereka selalu menginginkan lebih banyak, tidak peduli apakah cara yang ditempuh itu
dibenarkan oleh syariah atau tidak, tidak berpikir apakah harus mengorbankan kehormatan orang
lain atau tidak. Yang penting, apa yang menjadi kebutuhan nafsu syahwatnya terpenuhi. Sikap
serakah dilarang oelh Allah Swt.
o Zalim
Menurut bahasa kata aniaya sama dengan kata zalim yang artinya sewenang-wenang atau
tidak adil.
Seorang yang beriman kepada Allah dan memegang teguh prinsip keadilan, kesamaan
derajat, tidak akan berbuat aniaya. Sebab ia sadar, bahwa kezaliman itu merupakan kegelapan
yang akan menutup rapat hati orang yang melakukannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi
Muhammad Saw di dalam hadis : “Jauhilah dan takutlah kamu berbuat zalim, sebab
sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Lebih tegas lagi Nabi Muhammad saw menyatakan haramnya berbuat aniaya (berlaku
zalim) dan harus dijauhi, karena ini adalah perintah Allah Swt. dan tidak perlu ditakwilkan
dipikir lebih dalam lagi. Allah berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-
kali tidaklah Rabbmu Menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fushshilat [41] : 46)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin Allah melakukan kezaliman
atau aniaya kepada hamba-Nya. Allah adalah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Karena itu
keadilan Allah itu harus diikuti oleh manusia dengan berlaku adil terhadap yang lain. Janganlah
sekali-kali manusia itu berlaku zalim atau aniaya kepada yang lain. Karena itu sangat dibenci
oleh Allah Swt.
o Diskriminasi
Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan terhadap sesama berdasarkan warna kulit,
golongan, suku, ekonomi, status sosial dan lain-lain. Seseorang yang melakukan perbuatan
diskriminasi berarti memiliki sikap diskriminatif.
Kita sering mendengar sikap diskriminatif yang diterapkan dalam beberapa negara yang
umumnya mengarah pada politik rasis, yaitu perlakuan yang tidak manusiawi terhadap warga
berkulit warna. Perlakuan semacam ini tentu telah banyak makan korban bahkan mengarah pada
perlakuan yang tidak manusiawi secar fisik. Diskriminasi termasuk perilaku atau akhlak tercela
sebab sikap ini tidak sejalan dengan ajaran agama Islam yang mengutamakan prinsip:
1) Persamaan (as-sawa’),
2) Persaudaraan (ukhuwwah)
3) Tolong menolong (ta’awun)
KD 15 (Memahami pengertian, ruang lingkup, fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu
lainnya)
Membandingkan antara ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf
o Ilmu Kalam
Secara harfiah kata Kalam berarti pembicaraan. Dalam pengertian, pembicaraan yang bernalar
dan menggunakan logika”. Maka ciri utama Ilmu Kalam adalah rasionalitas dan logis. Sehingga ia
erat dengan ilmu mantiq/logika.
Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-
kepercayaan keagamaan (agama Islam) dengan bukti-bukti yang yakin. Ilmu kalam disebut juga ilmu
yang membahas soal-soal keimanan.
o Filsafat
Studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan
dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir
dan logika bahasa.
o Tasawuf
Ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun
dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi
KD 16 (Menganalisis pokok-pokok aliran- aliran ilmu kalam (Khawarij, Murjiah, Syi'ah, Jabariyah,
Qadariyah, Asyariyah, al- Maturidiyah, dan Mulazilah))
Menunjukkan doktrin aliran — aliran Ilmu Kalam (Khawarij, Murjiah, Syi'ah, Jabariyah, Qadariyah,
Asyariyah, al-Maturidiyah, dan Mulazilah)
o Khawarij
Setiap umat Muhammad yang terus menerus melakukan dosa besar hingga matinya belum
melakukan tobat, maka dihukumkan kafir serta kekal dalam neraka.
Membolehkan tidak mematuhi aturan-aturan kepala negara, bila kepala negara tersebut khianat
dan zalim.
Ada faham bahwa amal soleh merupakan bagian essensial dari iman. Oleh karena itu, para
pelaku dosa besar tidak bisa lagi disebut muslim, tetapi kafir. Dengan latar belakang watak dan
karakter kerasnya, mereka selalu melancarkan jihad (perang suci) kepada pemerintah yang
berkuasa dan masyarakat pada umumnya.
Keimanan itu tidak diperlukan jika masyarakat dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
Namun demikian, karena pada umumnya manusia tidak bisa memecahkan masalahnya, kaum
Khawarij mewajibkan semua manusia untuk berpegang kepada keimanan, apakah dalam
berfikir, maupun dalam segala perbuatannya. Apabila segala tindakannya itu tidak didasarkan
kepada keimanan, maka konsekwensinya dihukumkan kafir.
o Murji’ah
Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari yang terlibat
tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak.
Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
Meletakkan (pentingnya) iman dari amal.
Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan
rahmat Allah.
o Syi’ah
Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
Al ‘Adl, bahwa Allah SWT adalah Maha Adil.
An Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa
berita dari Tuhan kepada umat manusia.
Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000.
Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW suci dari segala aib dan tiada cacat apa pun. Ialah nabi paling
utama dari seluruh Nabi yang ada.
Ahlul Baitnya, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9 Imam dari keturunan Husain
adalah manusia-manusia suci.
Al-Qur’an ialah mukjizat kekal Nabi Muhammad SAW.
Al Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam-imam yang senantiasa memimpin umat
sebagai penerus risalah kenabian.
Al Ma'ad, bahwa akan terjadinya hari kebangkitan.
o Jabariyah
Aliran Ekstrim
Aliran ini dikenal juga dengan nama Jahmiyyah karena mendasarkan pemikiran kepada
tokoh utamanya yakni, Jahm bin Shofwan. Doktrin ajaran Jabariyah yang ekstrim
mengatakan bahwa manusia lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak
Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimilki oleh paham
Qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari skenario dan
kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia dalam perjalanan
hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
Diantara ajaran kelompok ini adalah:
Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
Surga dan neraka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah.
Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai keserupaan dengan manusia
seperti berbicara, mendengar, dan melihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan
indera mata di akherat kelak.
Aliran Moderat
Tokoh yang berpaham seperti ini adalah Husain bin Muhammad An Najjar. Ia menjadi
pelopor aliran moderat yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan segala perbuatan
manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-
perbuatan itu. Menurut aliran Jabaroyah moderat, Tuhan tidak dapat dilihat di akherat.
o Qadariyah
Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang fasikk
itu masuk neraka secara kekal.
Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang
menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas
segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal
perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.
Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah tidak
memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan
zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan
meilahat dengan zatnya sendiri.
Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada
yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.
o Mu’tazilah
Al Tauhid (keesaan Allah)
Ini merupakan inti akidah madzhab mereka dalam membangun keyakinan tentang
mustahilnya melihat Allah di akhirat nanti, dan sifat-sifat Allah itu adalah substansi Dzatnya
sendiri serta Al Qur`an adalah makhluq.
Dalam buku Ahmad Hanafi M.A., Theology Islam (Ilmu Kalam) dikutip pandangan al-
Asy’ari yang menyebutkan bahwa kaum Mu’tazilah menafsirkan Tauhid sebagai berikut:
“Tuhan itu Esa, tidak ada yang menyamainya, bukan benda (jisim), bukan orang
(syakhs), bukan jauhar, bukan pula aradh…tidak berlaku padanya…tidak mungkin
mengambil tempat (ruang), tidak bisa disifati dengan sifat-sifat yang ada pada makhluq yang
menunjukkan ketidak azalianNya. Tidak dibatas, tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan,
tidak dapat dicapai pancaindera…tidak dapat dilihat mata kepala dan tidak bisa digambarkan
akal pikiran. Ia Maha Mengetahui, berkuasa dan hidup, tetapi tidak seperti orang yang
mengetahui, orang yang berkuasa dan orang yang hidup…hanya Ia sendiri yang Qadim, dan
tidak ada lainnya yang Qadim…Tidak ada yang menolongNya dalam menciptakan apa yang
diciptakanNya dan tidak membikin makhluq karena contoh yang telah ada terlebih dahulu.”
Al ‘Adl (keadlilan tuhan)
Paham keadilan yang dikehendaki Mu’tazilah adalah bahwa Tuhan tidak menghendaki
keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia dan manusia dapat mengerjakan perintah-
perintahNya dan meninggalkan larangan-laranganNya dengan qudrah (kekuasaan) yang
ditetapkan Tuhan pada diri manusia itu. Tuhan tidak memerintahkan sesuatu kecuali menurut
apa yang dikehendakiNya. Ia hanya menguasai kebaikan-kebaikan yang diperintahkanNya
dan tidak tahu menahu (bebas) dari keburukan-keburukan yang dilarangNya.
Dengan pemahaman demikian, maka tidaklah adil bagi Tuhan seandainya Ia menyiksa
manusia karena perbuatan dosanya, sementara perbuatan dosanya itu dilakukan karena
diperintah Tuhan. Tuhan dikatakan adil jika menghukum orang yang berbuat buruk atas
kemauannya sendiri.
Al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
Al-Wa’du Wal-Wa’id (janji dan ancaman), bahwa wajib bagi Allah untuk memenuhi
janji-Nya (al-wa’d) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam surga, dan
melaksanakan ancaman-Nya (al-wa’id) bagi pelaku dosa besar (walaupun di bawah syirik)
agar dimasukkan ke dalam neraka, kekal abadi di dalamnya, dan tidak boleh bagi Allah
untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka disebut dengan Wa’idiyyah
Al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
Secara harfiah, berarti posisi diantara dua posisi. Menurut Mu’tazilah maksudnya adalah
suatu tempat antara surga dan neraka sebagai konsekwensi dari pemahaman yang
mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah Fasiq; tidak dikatakan beriman dan tidak pula
dikatakan kafir, dia tidak berhak dihukumkan Mu’min dan tidak pula dihukumkan Kafir,
begitu pula dihukum munafiq, karena sesungguhnya munafiq berhak dihukumkan kafir
seandainya telah diketahui kenifaqkannya. Dan tidaklah yang demikian itu dihukumkan
kepada pelaku dosa besar.
Amar ma’ruf nahi mungkar
Dengan berpegang kepada QS. Ali Imran; 104 dan QS. Luqman ; 17, seperti halnya
golongan lain bahwa perintah untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat jahat adalah
wajib ditegakkan. Dalam pandangan Mu’tazilah; dalam keadaan normal pelaksanaan al-
amru bil ma’rûf wan nahyu ‘anil munkar itu cukup dengan seruan saja, tetapi dalam keadaan
tertentu perlu kekerasan.
o Asy’ariyah
Sifat-sifat Tuhan.
Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di dalam Al Qur’an, yang di sebut
sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri diatas zat tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat
tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.
Al Qur’an.
Menurutnya, Al Quran adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.
Melihat Tuhan.
Menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di akhirat nanti.
Perbuatan Manusia.
Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan tuhan, bukan di ciptakan oleh manusia itu sendiri.
Keadlian Tuhan
Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menentukan tempat manusia di
akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak tuhan sebab Tuhan Maha Kuasa atas
segalanya.
Muslim yang berbuat dosa.
Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat diakhir hidupnya tidaklah kafir dan
tetap mukmin.
o Maturidiyah
Akal dan Wahyu
Al Maturidi dalam pemikiran teologinya berdasarkan pada Al Qur’an dan akal, akal
banyak digunakan diantaranya karena dipengaruhi oleh Mazhab Imam Abu Hanifah. Menurut
Al-Maturidi, mengetahui Allah dan kewajiban mengetahui Allah dapat diketahui dengan akal.
Jika akal tidak memiliki kemampuan tersebut, maka tentunya Allah tidak akan memerintahkan
manusia untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk
memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah berarti ia telah meninggalkan kewajiban
yang diperintahkan Allah.
Perbuatan Manusia
Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah, karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah
ciptaan-Nya. Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah
mengharuskan manusia untuk memiliki kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) agar kewajiban
yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan. Dalam hal ini Al Maturidi mempertemukan
antara ikhtiar manusia dengan qudrat Allah sebagai pencipta perbuatan manusia. Allah
mencipta daya (kasb) dalam setiap diri manusia dan manusia bebas memakainya, dengan
demikian tidak ada pertentangan sama sekali antara qudrat Allah dan ikhtiar manusia.
Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan
Allah memiliki kehendak dalam sesuatu yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini
tidak berarti bahwa Allah berbuat dengan sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-
Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.
Sifat Tuhan
Sifat-sifat Allah itu mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain
adz-dzat wa la hiya ghairuhu). Sifat tidak berwujud tersendiri dari dzat, sehingga
berbilangnya sifat tidak akan membawa kepada bilangannya Dzat Allah.
Melihat Tuhan
Menurut Al Maturidi, manusia dapat melihat Tuhan, sebagaimana firman Allah QS. Al
Qiyamah: 22-23 :
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah
mereka melihat.”
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa Tuhan kelak di akhirat dapat dilihat dengan mata,
karena Tuhan mempunyai wujud walaupun ia immaterial. Namun melihat Tuhan, kelak di
akhirat tidak dalam bentuknya, karena keadaan di sana beda dengan dunia.
Kalam Tuhan
Al Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan
kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi
Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baru (hadits). Kalam nafsi
tidak dapat kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah bersifat dengannya, kecuali dengan
suatu perantara. Maturidiyah menerima pendapat Mu’tazilah mengenai Al Qur’an sebagai
makhluk Allah, tapi Al Maturidi lebih suka menyebutnya hadits sebagai pengganti makhluk
untuk sebutan Al Qur’an.
Perbuatan Tuhan
Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi
kehendak Tuhan, kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya
sendiri. Setiap perbuatan-Nya yang bersifat mencipta atau kewajiban-kewajiban yang
dibebankan kepada manusia tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang dikehendaki-Nya.
Tuhan tidak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan manusia, karena hal
tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan manusia diberikan kebebasan oleh Allah dalam
kemampuan dan perbuatannya, Hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan
tuntutan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.
Pengutusan Rasul
Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti ajaran wahyu
yang disampaikan oleh rasul berarti manusia telah membebankan sesuatu yang berada di luar
kemampuan akalnya. Pandangan ini tidak jauh dengan pandangan Mu’tazilah, yaitu bahwa
pengutusan rasul kepada umat adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik
bahkan terbaik dalam hidupnya.
Pelaku Dosa Besar
Al Maturidi berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam
neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan akan
memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka
adalah balasan untuk orang musyrik. Menurut Al Maturidi, iman itu cukup dengan
membenarkan (tashdiq) dan dinyatakan (iqrar), sedangkan amal adalah penyempurnaan iman.
Oleh karena itu amal tidak menambah atau mengurangi esensi iman, hanya menambah atau
mengurangi sifatnya.
Iman
Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah
tashdiq bi al qalb, bukan semata iqrar bi al-lisan.:
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah: ‘Kamu belum
beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu;
dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun
pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’." (QS. Al
Hujurat [49]: 14
KD 17 (Memahami dosa besar (mabuk- mabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina, pergaulan
bebas dan mencuri))
Menjelaskan bahaya dosa besar (mabukmabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina, pergaulan
bebas dan mencuri) dalam konteks kehidupan sehari-hari
Menunjukkan contoh-contoh dosa besar (mabuk-mabukan, mengkonsumsi narkoba, berjudi, zina,
pergaulan bebas dan mencuri) dalam konteks kehidupan sehari-hari
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al Maidah [5]:
90)
َ أُتِ َي بِ َر ُج ٍل قَ ْد َش ِر
) ن نَحْ َو أَرْ بَ ِع ْينَ (رواه متفق عليهhِ ب ْال َخ ْم َر فَ َجلَ َدهُ بِ َج ِر ْي َدتَ ْي
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAWdidatangkan kepadanya seseorang meminum
khamr, maka Nabi menderanya 40 kali. (HR. Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya Rasulullah bersabda :
انَ َحقّ َـا َعلَى هللاِ أَ ْنhhا َد َكhَ َوإِ ْن ع، ِهhْاب هللاُ َعلَيhَ
َ اب تhََ َوإِ ْن ت افِرًاhاتَ َكhاتَ َمh فَإ ِ ْن َم،ًض هللاُ َع ْنهُ أَرْ بَ ِع ْينَ لَ ْيلَة َ ْب ْالخَ ْم َر لَ ْم يَر َ َم ْن َش ِر
)ار (رواه أحمد ِ َّد أَ ْه ِل النhُ ص ِد ْي
َ : يَا َرسُوْ َل هللاِ َو َما ِط ْينَةُ ْال َخبَا ِل؟ قَا َل: ت
ْ َ ْال َخبَا ِل قَل يَّ ْسقِيـَهُ ِم ْن ِط ْينَ ِة
Siapa saja yang minur khamar, maka Allah tidak akan ridho kepadanya selama empat puluh
malam. Bila ia mati saat itu, maka matinya dalam keadaan kafir. Dan bila ia bertobat, maka
Allah akan menerima tobatnya.Kemudian jika ia mengulang kembali (meminum khamar),
maka Allah memberinya minuman dari “thinatil khabail” ,(Asma bertanya, “Ya Rasulullah,
apakah thinatil khabali itu?. (Rasulullah) menjawab, “Darah bercampur nanah ahli
neraka. (HR Ahmad)
“dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Isra’ [17]; 32)
38. laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. 39. Maka Barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu)
sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maidah [5]:
38-39)
KD 18 (Memahami akhlak (adab) berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu)
Menjelaskan adab berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
Memberikan contoh adab berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
o Berpakaian
Disunnatkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih.
Rasulullah bersabda kepada salah seorang shahabatnya di saat beliau melihatnya
mengenakan pakaian jelek : “Apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta, maka
tampakkanlah bekas ni`mat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu. (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al-Albani).
Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak
memperlihatkan apa yang ada di baliknya.
Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya.
dari Ibnu Abbas ra, menuturkan: “Rasulullah melaknat (mengutuk) kaum laki-laki
yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” (HR.
Bukhari).
Pakaian tidak merupakan pakaian untuk ketenaran
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia
niscaya Allah akan mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat.” ( HR. Ahmad).
Pakaian tidak boleh ada gambar makhluk yang bernyawa atau gambar salib.
dari Aisyah Radhiallaahu ‘anha menyatakan bahwasanya beliau berkata: “Rasulullah
tidak pernah membiarkan pakaian yang ada gambar salibnya melainkan Nabi
menghapusnya”. (HR. Bukhari dan Ahmad).
Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki
Rasulullah bersabda : “Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di
dalam neraka” (HR. Al-Bukhari).
Disunnatkan mendahulukan bagian yang kanan di dalam berpakaian atau lainnya
Aisyah ra, berkata: “Rasulullah suka bertayammun (memulai dengan yang kanan) di
dalam segala perihalnya, ketika memakai sandal, menyisir rambut dan bersuci’.
(Muttafaq’Alaih).
Disunnatkan berdo’a ketika mengenakan pakaian baru
“Segala puji bagi Allah yang telah menutupi aku dengan pakaian ini dan
mengaruniakannya kepada-ku tanpa daya dan kekuatan dariku”. (HR. Abu Daud)
Disunnatkan memakai pakaian berwarna putih
Rasul Bersabda: “Pakaialah yang berwarna putih dari pakaianmu, karena yang putih
itu adalah yang terbaik dari pakaian kamu …” (HR. Ahmad).
o Berhias
Niat yang lurus, berhias hanya untuk beribadah yang diorientasikan sebagai rasa syukur atas
nikmat yang telah Allah berikan.
Dalam berhias tidak diperbolehkan menggunakan bahan-bahan yang dilarang agama
Tidak boleh menggunakan hiasan yang menggunakan simbol non muslim
Tidak berlebih-lebihan
Tidak Boleh berhias seperti orang jahiliah
Berhias menurut kelaziman dan kepatutan dengan memperhatikan jenis kelamin
Berhias bukan untuk berfoya-foya
o Perjalanan
Semua perjalanan dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah SWT.
Mengerjakan shalat sunnah dua atau empat rakaat sebelum memulai Perjalanan.
(HR.Thabrani)
Ketika keluar rumah disunnahkan membaca do'a: Bismillaahi Tawakkaltu 'alalloohi Laa
hawla walaa quwwata illa billaahil 'aliyyil 'adzhiim/ Dengan nama Allah aku bertawakkal
kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali kepada Allah " (HR Abu Dawud, Hakim)
Sunnah menaiki kendaraan dengan membaca Bismillah, kemudian duduk dengan membaca
Alhamdulillah.
Ketika mulai memasuki kendaraan, disunnahkan membaca do'a : Subhaanalladzii sakhkhoro
lanaa haadza wamaa kunnaa lahu muqriniin wa Innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun/Maha
suci Allah, yang memudahkan ini bagi kami, padahal kami tidak sanggup mengendalikannya.
Dan sungguh kami akan kembali kepada Rabb kami.
Jika tiba di tempat tujuan, disunnahkan membaca do'a Robbi Anzilnii Munzalan Mubaarokan
Wa Anta Khoirul Munziliin/ Ya Allah, Turunkanlah kami di tempat yang penuh berkah. Dan
Engkau sebaik-baik Pemberi tempat.
Boleh men-jama' shalat dan atau meng-qasar dalam perjalanan pada dua waktu, yaitu : Shalat
Zhuhur dan Ashar, Shalat Magrib dan Isya.
Gunakan masa dalam perjalanan dengan zikir, jika tidak ada amalan yang dapat dilakukan
lebih baik tidur
o Bertamu
Meminta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Berpakaian yang rapi dan pantas
Memberi isyarat dan salam ketika dating
Jangan mengintip ke dalam rumah
Memperkenalkan diri sebelum masuk
Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Masuk dan duduk dengan sopan
Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Segeralah pulang setelah selesai urusan
Lama waktu bertamu maksimal tiga hari tiga malam
o Menerima Tamu
Berpakaian yang pantas
Menerima tamu dengan sikap yang baik
Menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu mengada-adakan
kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari
waktu itu adalah sedekah baginya
Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam
rumahnya tanpa izin suaminya.
KD 19 (Menganalisis sifat-sifat utama Fatimatuz zahra binti Rasulullah saw dan Uways al-Qarni)
Menemukan keutamaan sifat dari tokoh Siti Fatimatuz zahra binti Rasulullah saw dan Uways al-Qarni
o Fathimah Az-Zahra
Rendah hati
Taat suami
Hidup sederhana
o Uwais Al-Qarni
Jujur
Tidak bergantung kepada orang lain.
KD 25 (Menganalisis kisah keteladanan sahabat Abdurrahman bin Auf dan Abu Dzar al-Gifari)
Menunjukkan nilai-nilai positif yang dapat di teladani dari kisah sahabat Abdurrahman bin Auf dan Abu
Dzar al-Gifari dalam konteks kehidupan sehari-hari
o Abdurrahman bin Auf
Dermawan
Rendah Hati
o Abu Dzar Al-Ghifari
Pemberani
Pantang menyerah
KD 26 (Memahami makna tujuh Asmaul husna: al-Gaffar, al-Razzaq, al- Malik, al-Hasib, al-Hadi, al-
Khaliq dan al-Hakim)
Menjelaskan makna Asmaul Husna (alGaffar, al-Razzaq, al-Malik, al-Hasib, al-Hadi, al-Khaliq dan al-
Hakim)
o Al-Gaffar
Al Ghaffar berasal dari akar kata ghafara yang artinya taghtiyah dan sitr yaitu menutupi
atau merahasiakan. Al Ghaffar bisa juga diterjemahkan berasal dari kata al maghfiroh dan al
ghufron yang artinya pengampunan. Jika al Ghafar disandarkan pada Allah maka berarti Allah
adalah dzat yang Maha mengampuni. Al Ghaffar dapat diterjemahkan juga sebagai dzat yang
menampakkan kebaikan dan menutupi kejelekan di dunia dan memaafkan hukumannya di
akhirat. Dapat kita terjemahkan bahwa maghfiroh dari Allah yaitu dirahasiakan dan diampuni-
Nya dosa-dosa adalah dengan karunia dan rahmat-Nya bukan karena tobat seorang hamba atau
taatnya.
Memberikan pengampunan adalah hak mutlak milik Allah yang tidak dapat dimiliki oleh
siapapun. Allah sebagai al Ghaffar bararti dzat Allah yang Maha merahasiakan dan Maha
menutupi. Hal-hal yang ditutup oleh Allah swt, pertama keburukan badan mereka ditutupi oleh
kebaikan batin manusia atau sebaliknya, kedua keinginan jahat atau buruk manusia ditempatkan
di dalam hati sehingga tidak terlihat seorangpun, ketiga Allah merahasiakan dosa-dosa manusia,
sehingga tidak seorang hambapun tahu berapa dosa yang mereka miliki.
o Al-Razzaq
Al Razzaq berasal dari kata razaqo atau rizq artinya rezeki. Ar Razzaq adalah Allah yang
memberi banyak rizki kepada makhluknya dan secara berulang-ulang. Imam Al Ghazali
menjelaskan arti ar Razzaq adalah Dia yang menciptakan rezeki dan menciptakan yang mencari
rezeki, serta Dia yang mengantarkan kepada mereka dan menciptakan sebab-sebab sehingga
mereka dapat menikmatinya.
Allah menjamin rezeki setiap makhluknya. Jaminan Allah kepada rezeki makhluk-Nya
tidak dapat diartikan apabila kita menginginkan sesuatu bisa di dapatkan tanpa usaha. Sebagai
makhluk kita memiliki kewajiban untuk berusaha atau ikhtiar mencari rezeki yang sudah
disiapkan Allah untuk kita. Cara memperoleh rezeki dengan cara yang halal dan memanfaatkan
dengan baik, sesuai dengan peraturan yang sudah digariskan Allah.
Ar Razzaq bukan hanya membagi rezeki kepada manusia saja, tetapi Allah memberikan
rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Burung yang ada di sangkar, cacing yang ada ditanah dan
janin yang masih ada dalam janin ibunya. Semua rezeki telah disediakan Allah, dan rezeki yang
Allah sediakan tidak akan pernah habis.
o Al-Malik
Al Malik diartikan dengan raja atau penguasa. Al Malik berarti raja penguasa atas seluruh
makhluk-Nya.
Secara umum Al Malik diartikan Raja atau Penguasa, kata Malik terdiri dari huruf Mim
Laam Kaaf yang rangkaiannya mengandung makna kekuatan dan Keshahihan. Al Malik
mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan
keshahihanya. Hal ini menunjukkan bahwa Allah adalah segala kekuatan yang ada di alam
semesta ini yang shahih dan tidak dapat di ingkari kekuasaan-Nya meliputi semesta alam dan
pengetahuan yang ada.
Menurut Imam Ghazali, Malik adalah yang tidak butuh pada zat dan sifat-Nya yang
wujud, bahkan Dia adalah yang butuh kepada-Nya, Wujud segala sesuatu bersumber dari pada-
Nya. Maka segala sesuatu selain-Nya menjadi Milik-Nya dalam zat dan sifat serta
membutuhkan-Nya. Dialah Allah Raja Yang Mutlak.
Kekuasaan Allah adalah sempurna dan mutlak, sedangkan kerajaan lainnya tidak, karena
kerajaan Allah meliputi langit dan bumi.
Allah adalah Raja yang sebenar-benarnya segala bentuk raja di dunia dan semesta ini
adalah milik-Nya dan tunduk kepada-Nya, selain merajai di dunia yang fana ini, kerajaan Allah
juga bersifat langgeng (abadi). Dengan begitu Allah yang menguasai pengetahuan dan segala
urusan tentang hari pembalasan, yang menguasai waktu yang telah lalu dan yang akan datang.
Dunia dan seisinya dalam genggaman-Nya. Dalam Hadits Rasulullah SAW : Allah Yang Maha
Mulia Lagi Agung ‘menggenggam’ bumi pada hari kemudian dan ‘melipat’ semua langit dengan
‘tangan kanan-Nya’, kemudian berseru: Aku Adalah Malik (Raja), maka dimanakah (mereka
yang mengaku) Raja? (HR. Bukhari).
Dengan meyakini dan memaknai Al Malik kita mempunyai landasan hidup yang mapan
dan mantap, sehingga kebal akan bujuk rayu syaitan terhadap kita. Tidak ada yang kita ditakuti
selain Allah karena hanya Allah yang patut untuk diminta pertolongan dan kita senantiasa takut
akan azabnya, tidak takut akan kehilangan jabatan dan harta karena ada Yang Maha Raja dan
kekuasaanya meliputi alam semesta, karena Allah senantiasa bersama orang-orang yang selalu
mengingat-Nya.
o Al-Hasib
Al Hasib secara bahasa artinya menghitung (mengira), mencukupkan, melindungi dan
menolong. Menurut Imam al Ghazali, al Hasib bermakna dia yang mencukupi siapa yang
mengandalkan-Nya. Sifat ini hanya dimiliki oleh Allah, karena hanya Allah saja yang Maha
mencukupi semua makhluk-Nya dan diandalkan oleh seluruh makhluk-Nya.
Makna al Hasib adalah zat yang Maha membuat perhitungan atas perilaku hamba-hamba-
Nya. Allah memiliki hak preogatif untuk memberi atau sebaliknya menahan pemberian-Nya.
Al hasib dapat diartikan juga dengan menghitung. Jika kata Al Hasib dikaitkan dengan
makna menghitung, maka Allah adalah yang melakukan perhitungan menyangkut amal baik dan
buruk, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Anbiya’: 47. Dan jika dipahami dengan makna
pemberi perhitungan maka manusia harus menyadari bahwa introspeksi diri menjadi penting
sebelum hari perhitungan berlangsung kelak.
Allah (Al-Hasib) dapat juga dipahami banwa Allah telah membuat keseimbangan
kimiawi, fisiologis, dan astronomis yang ada di alam semesta secara mengagumkan sehingga
tidak kita temukan kesalahan sekecil apa pun di dalamnya. Kesalahan perhitungan sekecil apa
pun, bahkan sebesar rambut dibelah lima puluh (bukan sekadar dibelah tujuh), sekalipun pasti
akan berakibat fatal. Di sini, tidak ada toleransi terhadap kesalahan sekecil apa pun.
َ َح بِ ْالب
)٥٠( ص ِر ٍ )و َما أَ ْم ُرنَا إِال َوا ِح َدةٌ َكلَ ْم ٍ إِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَاهُ بِقَد
َ ٤٩( َر
Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan dengan kadar (kalkulasi dan akurasi) yang
ditentukan. Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan bagaikan kejapan mata. (QS
Al-Qamar: 49-50).
Betapa akuratnya perhitungan Allah dalam penciptaan benda-benda angkasa sehingga
keberadaannya dapat dihisab sekaligus dirukyat.
KD 27 (Memahami pengertian dan pentingnya amal saleh, toleransi, musawah dan ukhuwwah)
Menjelaskan pengertian dan pentingnya amal saleh, toleransi, musawah dan ukhuwwah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
Menunjukkan contoh perilaku amal saleh, toleransi, musawah, dan ukhuwwah dalam kehidupan sehari
— hari
o Amal Saleh
Amal soleh menurut bahasa diartikan sebagai perbuatan baik yang mendatangkan pahala,
atau sesuatu yang dilakukan dengan tujuan berbuat baik terhadap masyarakat atau sesama
manusia. Amal soleh dari sisi Arab yaitu amal dan soleh, amal berarti perbuatan dan soleh
berasal dari kata hasuna yang artinya baik atau lawan dari rusak.
Secara istilah amal soleh adalah perbuatan bersungguh-sungguh dalam menjalankan
ibadah atau menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan
terhadap masyarakat atau sesama manusia. Amal soleh adalah setiap pekerjaan yang baik,
bermanfaat dan patut dikerjakan, baik pekerjaan yang bersifat ubudiyah (seperti; sholat, puasa,
zakat, haji dan lain-lain) atau pekerjaan yang bersifat sosial (seperti; menolong orang lain,
menyantuni anak yatim, peduli pada sesama dan lain-lain)
Mahmud Syaltut berpendapat amal soleh adalah tiap perbuatan yang mendatangkan
kebaikan untuk diri sendiri, kaum, keluarga dan kemaslahatan umat manusia. Adapun amalan
buruk adalah segala perbuatan yang mendatangkan kejahatan, kemudaratan, kerusakan, bencana
dan lain-lain.
Sedangkan Sayyid Rasyid Ridha berpendapat tentang amal soleh sebagai berikut :
Bukan kemuliaan seseorang yang berkata: sesungguhnya agama saya lebih mulia, lebih
sempurna, lebih benar dan lebih meyakinkan dan seterusnya, namun hanya sebagai
selogan dan buah bibir saja, tetapi tidak diamalkan.
Sudah menjadi sunnatullah, menjadi hukum Illahi, bahwa setiap perbuatan yang jahat
akan diberi ganjaran dan sebaliknya.
Orang-orang yang mengerjakan amal kebaikan itu dibalut dengan iman yang teguh,
mereka itu dinamakan orang-orang yang beramal yaitu orang-orang yang percaya kepada
Allah dan hari akhirat, yang akan masuk surga maka mereka tidak akan dirugikan
sedikitpun dari pahala amal yang mereka kerjakan.
Menurut Quraish Shihab, amal salih adalah pekerjaan yang jika dilakukan, maka suatu
kerusakan akan terhenti atau menjadi tiada, atau bisa juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
dengan melakukannya memperoleh manfaat, berkesesuaian dan menolak mudharat.
o Toleransi
Kata toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti berusaha untuk tetap
bertahan hidup, tinggal atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau
disenangi. Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata toleransi berarti sifat atau
sikap toleran. Kata toleran sendiri di definisikan sebagai bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Toleransi dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang
melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat
diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Dalam bahasa Arab, istilah toleransi dikenal dengan tasamuh yang berarti kemuliaan,
lapang dada, ramah dan suka memaafkan. Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna
kasih sayang (ar-Rahmah), keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-Salam) dan ketauhidan (al-
Tauhid). Konsep-konsep tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, konsep tersebut
merupakan ciri khas Islam yang membedakan toleransi persfektif Islam dengan lainnya.
o Musawah
Secara bahasa musawwah adalah persamaan. Sedangkan secara istilah musawwah adalah
persamaan dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk
Tuhan.
Musawah juga dapat diartikan dengan persamaan derajat, artinya sikap seseorang yang
memandang dirinya sama atau sejajar dengan orang lain. Bagaimanapun, dalam kehidupan ini
selalu ada perbedaan, akan tetapi perbedaan tersebut tidak lebih dari sekedar penanda identitas
antara satu dan yang lainnya.
Sebagian ulama memahami al musawwah sebagai konsekwensi logis dari prinsip as-
syura dan al-aadalah.
o Ukhuwwah
Ukhuwah (brotherhood) biasa diartikan sebagai “persaudaraan”. Ukhuwah dalam konteks
bahasa Indonesia, memiliki arti sempit seperti saudara kandung dan dalam arti yang luas
ukhuwah adalah hubungan pertalian antara sesama manusia dan hubungan kekerabatan yang
akrab diantara mereka.
Dalam pengertian yang luas, ukhuwah adalah suatu sikap yang mencerminkan rasa
persaudaraan, kerukunan, persatuan dan solidaritas yang dilakukan seseorang terhadap orang lain
atau suatu kelompok pada kelompok lain dalam interaksi sosial.
Dalam konteks masyarakat Islam, istilah ukhuwah berkembang menjadi ukhuwah
islamiyah yang berarti persaudaraan yang bersifat Islami atau persaudaraan yang diajarkan Islam.
)١٠( َإِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون
KD 29 (Memahami adab bergaul dengan orang yang sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan lawan
jenis)
Menyebutkan contoh adab bergaul dengan orang yang sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan
lawan jenis dalam bermedia social
o Teman sebaya
Saling menghormati dan toleransi
)٧٠(… َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.” (QS. Al Isra’: 70)
“Seorang mukmin yang bergaul dengan sesama manusia serta bersabar (tahan uji)
atas segala gangguan, mereka lebih baik daripada orang mukmin yang tidak
bergaul dengan yang lainnya serta tidak tahan uji atas gangguan mereka”. (HR.
Tirmidi)
Saling menasehati
َّ صوْ ا بِال
)٣( صب ِْر ِّ صوْ ا بِ ْال َح
َ ق َوتَ َوا َ َوت ََوا
“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”. (QS. Al Ashr: 3)
ٍ ب َم ْك
س َ َم ِن ا ْعتَ َذ َر اِلَى أَ ِخ ْي ِه ْال ُم ْسلِ ِم فَلَ ْم يَ ْقبَلْ ِم ْنهُ َكانَ َعلَ ْي ِه ِم ْث ُل َخ ِط ْيئَ ِة
ِ صا ِح
“Barangsiapa yang meminta maaf kepada saudaranya yang muslim sedangkan ia tidak
mau memaafkannya, maka ia mempunyai dosa sebesar dosa orang yang merampok”.
(HR. lbnu Majah)
o Orang yang lebih tua
Bersikap Sopan
)٢٤( ص ِغيرًا ُّ اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح
َ الذ ِّل ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي ْ َو
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil".(QS. Al Isra’: 24)
Berkata santun
وْ الhhَا قhhلْ لَهُ َمhhُا َوقhhضى َربُّكَ أَال تَ ْعبُدُوا إِال إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِكالهُ َما فَال تَقُلْ لَهُ َما أُفٍّ َوال تَ ْنهَرْ هُ َم
َ ََوق
)٢٣( َك ِري ًما
“dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Perkataan yang mulia”.(QS. Al Isra’: 23)
Menolak dengan halus perintah buruk
َّ َي ثُ َّم إِل
رْ ِج ُع ُك ْمhhي َم َ hَبِي َل َم ْن أَنh ْع َسhِا َواتَّبhhًاح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوف
َّ َاب إِلh ِ صَ ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم فَال تُ ِط ْعهُ َما َو
َ َوإِ ْن َجاهَدَاكَ عَلى أَ ْن تُ ْش ِركَ بِي َما لَي
)١٥( َفَأُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqman: 15)
Menghormati dengan penuh kasih sayang
“Rasulullah SAW bersabda, Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih
muda, maka kau akan menemaniku di surga”. (HR. Baihaqi)
ِ ي ْال َم
)١٤( صي ُر َ ِص ْينَا اإل ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف
َّ َصالُهُ فِي عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ إِل َّ َو َو
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS. Lukman: 14)
ِهhhْصلَّى هَّللا ُ َعلَي ِ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع،ع َْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ْب ِن عَا ِمر، َح َّدثَنَا ابْنُ أَبِي نٌ َجيْح، ُ َح َّدثَنَا ُس ْفيَان:ال
َّ ِيَ ْبلُ ُغ بِ ِه النَّب،اص
َ ي َ َق،َح َّدثَنَا َعلِ ٌّي
ْس ِمنَّا َ فَلَي،يرنَاِ ِق َكب ْ ْر
َّ ف َح ِ َويَع، يرنَا َ َم ْن لَ ْم يَرْ َح ْم:قَا َل، َو َسلَّ َم
َ ص ِغ
“Dari Abdullaah bin Amr bin Aash, ia menyampaikan sesuatu pada Nabi SAW, beliau
bersabda, Barangsiapa tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak mengenali hak
orang tua kami, maka ia bukan termasuk golongan kami”. (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
Memuliakan tokoh masyarakat
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا أَتَا ُك ْم َك ِري ُم قَوْ ٍم فَأ َ ْك ِر ُموه
َ ِ قَال ََرسُو ُل هَّللا,ال
َ َع َْن اب ِْن ُع َم َر ق
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila pemuka suatu kaum
datang kepada kalian, maka muliakanlah ia. (HR. Ibnu Majjah)
Mendahulukan Orang yang Lebih tua
أَ َم َرنِي ِجب ِْري ُل أَ ْن أُقَ ِّد َم األَ َكابِ َر
“Malikat Jibril memerintahkan aku untuk mengutamakan orang-orang tua”. (HR. Al
Baihaqi)
لَّ َمh ِه َو َسhلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيhص َ hَ َوق، فَأ َ ْعطَى أَ ْكبَ َر ْالقَوْ ِم، صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوه َُو يَ ْست َُّن
َ h إِ َّن ِجب ِْري: الh
َ لh ُ َرأَي: قَا َل، أَ َّن ا ْبنَ ُع َم َر
َ ِ ْت َرسُو َل هَّللا
أَ َم َرنِي أَ ْن أُ َكب َِّر
Ibnu ‘Umar berkata, aku melihat Rasulullah SAW, sedang memakai siwak lalu beliau
memberikannya pada orang yang lebih tua dari suatu kaum, dan beliau bersabda,
“Sesungguhnya Malaikat Jibril memerintahkanku untuk mendahulukan yang lebih tua.
(HR. Ahmad dan Baihaqi)
o Orang yang lebih muda
Memberi Nasehat
َ hَك ق
الh ْ َاب َوقَال
َ h َت هَيْتَ ل َ ت األ ْب َو ِ َ) َو َرا َو َد ْتهُ الَّتِي ه َُو فِي بَ ْيتِهَا ع َْن نَ ْف ِس ِه َو َغلَّق٢٢( ََولَ َّما بَلَ َغ أَ ُش َّدهُ آتَ ْينَاهُ ُح ْك ًما َو ِع ْل ًما َو َك َذلِكَ نَجْ ِزي ْال ُمحْ ِسنِين
ُّ ُهh ِرفَ َع ْنhَص
و َءhالس ْ َذلِكَ لِنhانَ َربِّ ِه َكhhَوْ ال أَ ْن َرأَى بُرْ هhhَا لhhَ ِه َوهَ َّم بِهhِت ب ْ ) َولَقَ ْد هَ َّم٢٣( َي إِنَّهُ ال يُ ْفلِ ُح الظَّالِ ُمون
َ َم َعا َذ هَّللا ِ إِنَّهُ َربِّي أَحْ َسنَ َم ْث َوا
ِ ََو ْالفَحْ َشا َء إِنَّهُ ِم ْن ِعبَا ِدنَا ْال ُم ْخل
)٢٤( َصين
“ dan tatkala Dia cukup dewasaKami berikan kepadanya Hikmah dan ilmu. Demikianlah
Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. dan wanita (Zulaikha)
yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya
(kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf
berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku
dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan
Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang
terpilih.”
Rasulullah SAW sendiri sering memberikan arahan dan nasehat kepada para pemuda,
seperti nasehat beliau kepada Abdullah bin Abbas: “Wahai anakku, jagalah Allah maka Dia
pasti akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan menemukan-Nya di hadapanmu.
Jika kamu meminta, maka memintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan,
maka memohonlah kepada Allah. Seandainya semua umat bersatu untuk memberimu suatu
manfaat, mereka tidak akan mampu kecuali sudah ditentukan Allah. Dan seandainya semua
umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak akan mampu kecuali yang telah Allah
tetapkan Allah. Pena (pencatat taqdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan
taqdir) telah mongering”. (HR Bukhari dan Muslim)
Mempererat persaudaraan
)٩٢( لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َحتَّى تُ ْنفِقُوا ِم َّما تُ ِحبُّونَ َو َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فَإ ِ َّن هَّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم
”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.(QS. Ali Imran: 92)
ُ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَ ْل ُم ْؤ ِمنُ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن َك ْالبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد بَ ْع
.ضهُ بَ ْعضًا ِ ع َْن أَبِ ْي ُموْ َسى َر
َ ِ قَا َل َرسُوْ ُل هللا:ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل
“Diriwayatkan dari Abi Musa ra. di berkata, "Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Orang
mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling
mengokohkan”. (HR. Bukhari)
Memberi perhatian dan kasih sayang
ص ِغي َر تُ َرافِ ْقنِي فِي ْال َجنَّ ِة
َّ َوقِّ ِر ْال َكبِي َر َوارْ َح ِم ال، ُ يَا أَنَس: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ قَا َل َرسُو ُل اللَّ ِه
“Rasulullah SAW bersabda, Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih
muda, maka kau akan menemaniku di surga”. (HR. Baihaqi)
ْي ٍء إِ َذاh ابُّوا أَ َوالَ أَ ُدلُّ ُك ْم َعلَى َشhوا َحتَّى ت ََحhُوا َوالَ تُ ْؤ ِمنhُ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى تُ ْؤ ِمنhَصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الَ ت
َ ِ ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا
فَ َع ْلتُ ُموهُ تَ َحابَ ْبتُ ْم أَ ْف ُشوا ال َّسالَ َم بَ ْينَ ُك ْم
“Dari Abu Hurairah ra berkata, “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian
beriman. Dan kalian tidak (dikatakan) beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah
aku beritahu pada kalian pada satu hal, yang jika kalian lakukan, maka kalian akan
saling mencintai? (Yaitu) sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Memberi teladan kebaikan
ٍ َُوإِنَّكَ لَ َعلى ُخل
)٤( ق َع ِظ ٍيم
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al Qalam: 4)
Membina, membimbing dan memberi kesempatan untuk berdedikasi
ٌ ب َر ِه
)٢١( ين ٍ ان أَ ْل َح ْقنَا بِ ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َو َما أَلَ ْتنَاهُ ْم ِم ْن َع َملِ ِه ْم ِم ْن َش ْي ٍء ُكلُّ ا ْم ِر
َ ئ بِ َما َك َس ٍ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َواتَّبَ َع ْتهُ ْم ُذ ِّريَّتُهُ ْم بِإِي َم
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa
yang dikerjakannya”. (QS. At Thur: 21)
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل يَ ِّسرُوا َوال تُ َع ِّسر
ُواوبَ ِّشرُوا َوال تُنَفِّ ُروا وكان يحب التخفيف والتسري على الناس َ ك َع ْنالنَّبِ ِّي ِ ع َْن أَن.
ٍ َِس ب ِْن َمال
“Dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah SAW. bersabda: Mudahkanlah dan
jangan mempersulit. Rasulullah saw. suka memberikan keringanan kepada manusia”.
(HR. Bukhari)
بِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُوأُل َ َرأَ ْيتُ ْم لَوْ أَ َّن نَ ْهرًا بِبَا
َ ِ ال َوفِي َح ِديثِبَ ْك ٍر أَنَّهُ َس ِم َع َرسُو َل هَّللا َ ِ ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَأَ َّن َرسُو َل هَّللا
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
ِ ت ْال َخ ْم
س يَ ْم ُحوهَّللا ُ بِ ِه َّن ِ لَ َواhالص
َّ ُلhَ َذلِكَ َمثhَال ف َ َت هَلْ يَ ْبقَى ِم ْن د ََرنِ ِه َش ْي ٌء قَالُوا ال يَ ْبقَى ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْي ٌء ق ٍ س َمرَّا َ أَ َح ِد ُك ْم يَ ْغتَ ِس ُل ِم ْنهُ ُكلَّيَوْ ٍم َخ ْم
ْالخَ طَايَا
“Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian
seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana
lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya?
Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah
perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa”. (HR.
Muslim).
Memberikan penghargaan atas capaian prestasi
)٩٧( َصالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم أَجْ َرهُ ْم بِأَحْ َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون
َ َم ْن َع ِم َل
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. An Nahl: 97)
َوفِي، يف ِ ْال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ خَ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إلَى هَّللا ِ ِم ْن ْال ُم ْؤ ِم ِن الض َِّع: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا: ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ِ ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ َر
َّد َرhَ ق: ْلhhُ َولَ ِك ْن ق، لَوْ أَنِّي فَ َع ْلت َك َذا َكانَ َك َذا َو َك َذا: ْصابَك َش ْي ٌء فَاَل تَقُل َ َ َوإِ ْن أ، ْج ْز ِ احْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَعُك َوا ْستَ ِع ْن بِاَهَّلل ِ َواَل تَع، ُكلٍّ خَ ْي ٌر
انَ فَإ ِ َّن لَوْ تَ ْفتَ ُح َع َم َل ال َّش ْي، هَّللا ُ َو َما َشا َء هَّللا ُ فَ َع َل
ِ ط
“Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin yang
kuat lebah baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah dan dalam segala
sesuatu ia dipandang lebih baik. Raihlah apa yang memberikan manfaat bagimu. Minta
tolonglah kepada Allah. janganlah lemah! Kalau engkau tertimpa sesuatu, janganlah
berkata, ‘kalau aku berbuat begini, pasti begini dan begitu tetapi katakanlah “Allah
SWT telah menentukan dan Allah menghendaki aku untuk berbuat karena kata “kalau”
akan mendorong pada perbuatan setan”.(HR. Muslim)
o Lawan Jenis
Bersahabat karena Allah
َض فِى هللا َواَ ْن َ ِه ِم َّمhوْ لُهُ اَ َحبَّ اِلَ ْيhوْ نَ هللا َو َر ُسhh أَ ْن يَ ُك:ا ِنhhث َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه َو َج َد َحالَ َوةَ ْا ِال ْي َم
َ َواهُهُ َما َواَ ْن يُ ِحبَّ فِى هللاِ َويَ ْبغhاس ٌ َثَال
ك بِاهللاِ َسيِّئًا ِ َظ ْي َمةٌ فَيَقَ ُع فِ ْيهَا اَ َحبَّ اِلَ ْي ِه ِم ْن اَ ْن يُس
َ ْر ِ تُوْ قَ ُد نَا ٌر ع
“Ada tiga perkara, barangsiapa yang terdapat padanya ketiga hal tersebut, maka akan
merasakan lezat (manisnya) iman: “Jika ia mencintai Allah dan rasulnya melebihi yang
lainnya; Mencintai dan membenci semata-mata hanya karena Allah; Jika dilemparkan
ke dalam api neraka yang menyala-nyala, lebih disukai daripada syirik (menyekutukan)
Allah”. (HR. Muslim)
َ ِك ِم ْث ُل َذال
ك َ َ َول:ُب قَا َل ْال َملَك
ِ ِخ ْي ِه بِظَه ِْر ْال َغ ْيhَإِ َذا َدعَا ال َّر ُج ُل َِِال
“Jika seseorang berdoa untuk sahabatnya di belakangnya (jaraknya berjauhan), maka
berkatalah malaikat: “Dan untukmu pun seperti itu”. (HR. Muslim)
Menjaga Aurat
َ hك أَ ْدنَى أَ ْن يُ ْع
( اhhورًا َر ِحي ًمhhُانَ هَّللا ُ َغفhhْن َو َكhَ ؤ َذيhْ hُر ْفنَ فَال يh َ hِك َوبَنَاتِكَ َونِ َسا ِء ْال ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجالبِيبِ ِه َّن َذل ْ ْيَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُل
َ ألز َوا ِج
)٥٩
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Ahzab:
59)
ِ ْال َمرْ أَةُ عَوْ َرةٌ فَإ ِ َذا َخ َر َج
ُت ا ْستَ ْش َرفَهَا ال َّش ْيطَان
“Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata
laki-laki." (HR. Tirmidzi)
Menjaga Kemaluan
)٣٠( َك أَ ْز َكى لَهُ ْم إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما يَصْ نَعُون
َ ِار ِه ْم َويَحْ فَظُوا فُرُو َجهُ ْم َذل
ِ صَ قُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن أَ ْب
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nur:
30)
Menundukkan pandangan
اhا ِن ِزنَاهُ َمhhَ ْال َع ْين،ّةhَك اَل َم َحال ِّ َ ْيبَهُ ِمنhَص
ُ ْد ِرhا ُمhhَالزن َ ِ ُكت،الhhصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
ِ ب َعلَى ا ْب ِن أ َد َم ن َ ع َْن ابى هريرة رضيى هللاُ عنه النب ّي
والرجل زنا ها الخطى واقلب يهوى ويتمنى ويصدق، واليد زنا ها البطشى، واألدنان زنا هما االستماع واللسان زناه الكالم،ظ ر ْ َّالن
h.ذلك الفرج اويكذبه
“Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “telah ditentukan bagi anak
adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti mengerjakannya. Zina kedua mata
adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara. Zina
tangan adalah memukul, zina kaki adalah berjalan serta zina hati adalah bernafsu dan
berangan-angan, yang semuanya dibuktikan atau tidak dibuktikan oleh kemaluan”.(HR.
Bukhari Muslim)
Dari Jarir bin Abdullah ra, dia berkata,
َ َُول هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم ع َْن نَظَ ِر ْالفُ َجا َء ِة فَأ َ َم َرنِى أَ ْن أَصْ ِرفَ ب
.ص ِرى ُ َسأ َ ْل
َ ت َرس
Aku bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka
beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku. (HR. Muslim)
Saling bertanggung jawab
َ اَ ْل ُم ْؤ ِمنُ ْلل ُم ْؤ ِم ِن َك ْالبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد بَ ْع
ضهُ بَ ْعضًا
“Seseorang mukmin terhadap orang mukmin lainnya adalah bagaikan suatu bangunan,
yang bagian-bagian saling menguatkan satu sama lain”. (HR. Bukhari)
KD 32 (Memahami pengertian dan bahaya perilaku tercela fitnah, namimah, dan gibah)
Menunjukkan bahaya perilaku tercela (fitnah, namimah, dan ghibah)
Menyebutkan contoh — contoh perilaku tercela (fitnah, namimah, dan ghibah) yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari
o Fitnah
Merusak Keharmonisan Keluarga dan Masyarakat
Merusak karakter dan nama baik individu lain
Menyebar Permusuhan dan perpecahan
Menyesatkan Kebenaran Informasi
o Namimah
Mendapat dosa
Mendapat predikat orang fasik
Informasi yang diberikan menyesatkan
Menimbulkan sikap saling membenci
Merusak hubungan persahabatan
o Ghibah
Mendapat dosa
Merendahkan derajat manusia
Berperasangka buruk dan menghancurkan martabat seseorang
Pemakan bangkai
Pembicaraan selalu buruk
Membawa berita bohong (gosip)
KD 33 (Memahami keutamaan adab membaca AI-Qur'an dan adab berdoa dengan baik)
Menjelaskan adab membaca AI-Qur'an dan adab berdo'a
Menyebutkan larangan — larangan ketika membaca AI-Qur'an dan berdo'a
o Membaca Al-Qur’an
Membaca Al Qur'an di tempat yang suci
Menghadap kiblat
Disunahkan dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil
Memohon perlindungan dari godaan setan
Membaca Basmallah
Membaca menurut tertib mushaf
Sujud tilawah, bila bertemu ayat sajdah
Merendahkan dan memerdukan bacaan dengan tartil
Berhenti untuk berdoa ketika membaca ayat rahmat dan ayat azab
Memperbanyak mengkhatamkankan membaca Al Qur'an
Menutup bacaan dengan me-Maha benarkan Allah dengan segala yang termaktub dalam Al
Quran
Mengahiri dengan doa
o Berdo’a
Niat yang tulus dan ikhlas karena Allah swt
Menghadap kiblat
Dalam keadaan suci dari hadas dan najis
Diawali dengan membaca ta’awwud, bismillah, pujian kepada Allah dan shalawat kepada
Nabi Muhammad saw.
Berhati ikhlas hanya berharap ridho Allah
Penuh harap dengan diliputi kecemasan dan yakin do’a akan dikabulkan Allah
Memperbanyak taubat dan memohon ampun kepada Allah
Mengangkat kedua tangan
Melembutkan suara (tidak berlebihan) dan tenang saat berdo’a
Tidak tergesa-gesa
Tidak mengutuk
Khusyu’ dan rendah diri
Memohon dengan asmaul khusna
Mengaku dosa
Diakhiri dengan membaca sholawat dan hamdallah
Tidak berdo’a kepada selain Allah
Tidak berdo’a untuk dipercepat kematian
Tidak berdo’a untuk keburukan dan dosa
Tidak berdo’a dengan berteriak