Anda di halaman 1dari 13

Makalah

“ PERAN GURU AGAMA SEBAGAI KONSELOR PENDIDIKAN


AGAMA DAN TUGAS BPI DALAM MELAKSANAKAN DAKWAH “

Dosen
H. Tajuddin, S.Ag., M.Ag

Disusun Oleh :
AMRIALDI : 50200118045
A. IKA YUNIA LISTIANINGRUM : 50200118051
NUR ALNISA : 50200118067

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
BAB   I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidik adalah seseorang yang memberikan pengetahuan, ketrampilan atau


pengalaman kepada orang lain. Orang yang melakukan kegiatan ini bisa siapa saja dan
dimana saja. Di rumah orang yang melakukan tugas tersebut adalah kedua orangtua. Karena
secara moral dan teologi merekalah yang diserahi tanggung jawab mendidik anaknya.
Selanjutnya di sekolah tugas tersebut dilakukan oleh guru, dan di masyarakat dilakukan oleh
organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya. Atas dasar ini, maka yang termasuk
dalam pendidik itu bisa kedua orangtua, guru, tokoh masyarakat, dan sebagainya. 
Dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 39, disebutkan : Pendidik adalah tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi . Dalam pendidikan formal maunpun non farmal salah
satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada
digarda depan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung
dengan anak didiknya dikelas melalui proses belajar mengajar. Ditangan gurulah akan
dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademik, skill ( keahlian ),
kematangan emosional, dan moral serta spriritual.

Guru dituntut tidak hanya sekedar mengajar, tetapi juga mendidik. Sebab kalau hanya
mengajar  cenderung mendidik peserta didik untuk menjadi orang yang pandai dalam ilmu
pengetahuan saja tetapi jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina, sedangkan mendidik
adalah kegiatan yang menitik beratkan pada transfer of value yaitu memindahkan sejumlah
nilai kepada anak didiknya. Sehingga anak tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuan tetapi
juga mempuanyai watak dan kepribadian. Apabila diperhatikan dari kebiasaan guru mengajar
sekarang, maka dapat dikatakan bahwa mereka melakukan kegiatan yang muatanya lebih
kearah kinerja yang sangat tektual dalam segala hal, baik dalam membaca kurikulum,
menghadapkan kurikulum kepada peserta didik, maupun dalam membelajarkan materi
pelajaran kepada peserta didik. Sementara permasalahan klasik dalam proses belajar
mengajar yang sering terjadi dan dilakukan oleh guru menurut mulyasa adalah seringnya guru
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, menunggu peserta didik berprilaku negative,
menggunakan destructive disipliner, mengabaikan perbedaan peserta didik, merasa paling
pandai dan tahu, tidak adil ( diskriminatif ), dan memaksa hak peserta didik. 
 Dalam melaksanakan tugas dakwah, seorang Da’i dihadapkan pada kenyataan bahwa
individu-individu yang akan didakwahi memiliki keberagaman dalam berbagai hal, seperti
pikiran-pikiran (ide-ide), pengalaman, kepribadian, dll. Karena itulah untuk mengefektifkan
usaha dakwah seorang Da’i dituntut untuk memahami Mad’u yang akan dihadapi melalui
metode bimbingan dan penyuluhan islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan guru agama ?
2. Jelaskan peranan guru agama sebagai konselor pendidikan agama ?
3. Apa saja tugas dan tanggungjawab guru agama dalam konselor pendidikan agama?
4. Jelaskan tugas BPI dalam melaksanakan dakwah ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian guru agama
2. Untuk mengetahui peranan guru agama sebagai konselor pendidikan agama
3. Untuk mengetahui tugas dan tanggungjawab guru agama dalam konselor
pendidikan agama
4. Untuk mengetahui tugas BPI dalam melaksanakan dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GURU AGAMA

Dalam pengertian bahasa, guru adalah orang yang pekerjaannya (mata


pencahariannya, profesinya) mengajar. atau orang yang mikul pertanggung jawaban untuk
mendidik. Istilah guru berasal dari bahasa India yang artinya mengajarkan tentang kelepasan
dari sengsara. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata “teacher” yang berarti pengajar.  Dalam
literatur pendidikan Islam seorang guru biasa disebut dengan ustadz, mu’allim, murabbiy,
mursyid, mudarris dan muaddib.  Sebutan diatas sekaligus mengandung pengertian dan
makna guru itu sendiri dalam pendidikan Islam. Kata ustad identik untuk profesor, ini
mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme
dalam mengemban tugasnya. Kata mu’allim yang berarti mengetahui dan menangkap hakekat
sesuatu mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hahekat
ilmu pengetahuan yang diajarkanya serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya dan
berusaha membangkitkan siswa untuk mengamalkanya. Kata murabbiy  yang artinya
menciptakan, mengatur dan memelihara, mengandung makna bahwa guru adalah mendidik
dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi sekaligus mengatur dan memelihara
hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masarakat dan alam
sekitarnya. Kata mursyid sebutan guru untuk thariqah ( tasawuf ) orang yang berusaha
meninggalkan perbuatan maksiyat. Jadi makna guru adalah orang yang berusaha menularkan
penghayatan akhlak  atau kepribadiannyan kepada peserta didiknya baik yang berupa etos
ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya maupun dedikasinya yang serba Lillahi Ta’ala.
Guru adalah model ( teladan sentral bahkan konsultan ) bagi anak didik. Kata mudarris
(terhapus, melatih, mempelajari ) mengandung maksud guru adalah berusaha mencerdaskan
peserta didik , menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan, serta melatih
keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan. Kata muaddib ( moral,
etika )  guru adalah orang yang beradap sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk
membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan. Secara konvensional guru paling
tidak harus memiliki tiga kualifikasi dasar, yaitu menguasai materi, antusiasme, dan penuh
kasih sayang (loving) dalam mengajar dan mendidik. Pendidik dalam Islam ialah siapa saja
yang bertanggung-jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling
bertanggung-jawab adalah orangtua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu
disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, karena kodrat yaitu karena orangtua ditakdirkan
menjadi orangtua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung-jawab mendidik
anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orangtua yaitu orangtua berkepentingan terhadap
kemajuan perkembangan anaknya . Berdasarkan juga pada firman Allah seperti yang tersebut
dalam al-Qur’an Surat At-Tahrim Ayat 6.
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.  (QS. At-Tahrim : 6). Guru dapat diartikan
sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
semua aspeknya, baik spiritual dan emosional intelektual, fisikal maupun aspek lainnya.
Kedudukan Guru Dalam Pendidikan Islam Penghargaan Islam terhadap guru sangat tinggi,
begitu tingginya hingga menempatkan posisi guru kedudukanya setingkat dibawah Nabi dan
rasul.  Didalam Alqur’an  maupun al-Hadis  kita banyak menemukan ajaran  yang berisi
tentang penghargaan terhadap ilmu pengetahuan ( termasuk didalamnya adalah orang yang
berilmu pengetahuan ). Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai manakala orang itu
mengamalkan Ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu kepada orang lain
adalah suatu pengamalan yang paling dihargai oleh Islam. Menurut Al Gazali dalam kitab 
ihya’ yang dikutip oleh Asma Hasan Fahmi mengatakan bahwa siapa yang memilih pekerjaan
mengajar maka  ia telah memilih pekerjaan yang paling penting. Sebenarnya tingginya
kedudukan guru dalam Islam adalah realisasi dari ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan
ilmu pengetahuan, pengetahuan didapat dari belajar sedangkan dalam proses belajar ada
murid dan guru. Maka tidak boleh tidak Islam sangat memuliakan guru. 

B. PERANAN GURU AGAMA SEBAGAI KONSELOR PENDIDIKAN AGAMA

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, peranan guru tidak bisa digantikan oleh siapapun, karena guru merupakan salah
satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran.

Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar guru
merupakan perantara aktif (medium) antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan.Sebagai
pendidik, guru harus menempatkan dirinya sebagai pengarah dan pembina pengembangan
bakat dan kemampuan peserta didik ke arah titik maksimal yang dapat mereka capai.

 Sasaran tugas guru sebagai pendidik tidak hanya terbatas pada pencerdasan otak
(intelegensi) saja, melainkan juga berusaha membentuk seluruh pribadi peserta didik menjadi
manusia dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
pengembangannya untuk kesejahteraan hidup umat manusia. Kemampuan tersebut
berkembang menurut sistem nilai-nilai yang dijiwai oleh norma-norma agama serta
perikemanusiaan. Dengan demikian kegiatan mendidik lebih luas dari areal kegiatan
mengajar. Walaupun  begitu tujuannya adalah tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga
profesional.

            Adanya pandangan di atas menuntut suatu konsekuensi kepada guru untuk


meningkatkan peranannya dalam proses pembelajaran. Peranan guru ini akan senantiasa
menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam  berbagai interaksinya, baik
dengan siswa, sesama guru, maupun dengan staf yang lain.

Motivasi merupakan salah satu peranan  yang harus dimiliki oleh seorang guru
(pendidik). Karena motivasi adalah salah satu faktor yang turut menentukan kefektifan
pembelajaran. Karena motivasi adalah ”suatu proses atau pendorong untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan”. Peserta
didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan
kata lain seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya
(motivasi). Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi
peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini peranan guru dalam
memotivasi peserta didik belajar menurut Nana Saodih Sukmadinata sebagaimana dikutip
oleh Nursyamsi antara lain adalah:
1.    Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan.
2.    Memiliki bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan peserta didik.
3.    Memilih cara penyajian yang bervariasi.
4.    Memberikan sasaran dan kegiatan yang jelas.
5.    Memberikan kesempatan kepada peseta didik untuk sukses.
6.    Berikan kemudahan dan bantuan dalam belajar.
7.    Berikan pujian, ganjaran atau hadiah.
8.    Penghargaan terhadap pribadi anak.
Oleh karena itu seorang guru harus dapat membangkitkan motivasi peserta didik
diantaranya adalah menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pelajaran yang akan
dilaksanakan. Menggunakan metode yang bervariasi juga dapat membangkitkan motivasi
karena siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Adapun dalam rangka upaya memotivasi
belajar peserta didik ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan oleh guru, diantaranya:
1.     Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna
bagi dirinya.
2.     Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan  kepada peserta didik
sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga dapat dilibatkan dalam
penyusunan tujuan tersebut.
3.     Peserta didik harus selalu diberi tahu tentang hasil belajarnya.
4.     Pemberian pujian dan hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan.
5.     Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.
6.     Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik, misalnya perbedaan
kemampuan, latar belakang, dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu.
7.     Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan kondisi
fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka,
mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah
memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah
keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
Berdasarkan kutipan di atas hendaknya guru harus dapat menerapkan prinsip-prinsip
di atas agar peseta didik giat belajar dan merasa tertarik terhadap apa yang disampaikan oleh
guru. Oleh karena itu,  seorang guru harus berusaha agar topik yang dipelajari menarik bagi
peserta didik. Seorang guru harus bisa membedakan kemampuan anatara peserta didik,
karena kemampuan setiap peserta didik tidak sama.

Lebih lanjut H. M. Arifin menjelaskan bahwa prinsip-prinsip metodologis yang


dijadikan landasan psikologis yang memperlancar proses pendidikan Islam yang sejalan
dengan ajaran Islam  adalah:
1.      Prinsip memberikan suasana kegembiraan.
2.      Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut.
3.      Prinsip kebermaknaan bagi peserta didik.
4.      Prinsip pra syarat.
5.      Prinsip komunikasi terbuka.
6.      Prinsip pemberian pengetahuan yang  baru.
7.      Prinsip memberikan model prilaku yang baik.
8.      Prinsip praktek (pengalaman) secara aktif.
9.      Prinsip-prinsip lainnya: Prinsip kasih sayang dan prinsip bimbingan dan penyuluhan
terhadap peserta didik.
Dengan demikian seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip di atas, karena
dengan adanya prinsip tersebut guru dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran.
Sehingga dengan menerapkan prinsip tersebut maka akan dapat membantu guru
memperlancar proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Menurut Decce dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang
berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar peseta didik, yaitu:
1.      Menggairahkan peserta didik
Dalam kegiatan pembelajaran guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton
dan membosankan. Guru harus memelihara minat peserta didik dalam belajar yaitu dengan
memberikan kebebasan tertentu bagi peserta didik menurut cara dan kemampuannya sendiri.
Untuk dapat meningkatkan kegairahan peserta didik, guru harus mempunyai pengetahuan
yang cukup mengenai keadaan awal setiap peserta didiknya.
2.      Memberikan harapan realistis
Guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan
akademis setiap peserta didik di masa lalu. Dengan demikian guru dapat membedakan antara
harapan-harapan yang realistis, pesimis atau terlalu optimis. Apabila peserta didik telah
banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan
peserta didik  harapan yang diberikan tentu saja terjangkau dan dengan pertimbangan yang
matang. Harapan yang tidak realistis adalah kebohongan dan itu yang tidak disenangi peserta
didik.
3.      Memberikan insentif
Apabila peserta didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah
bisa berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya atas keberhasilannya, sehingga peserta
didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran.
4.      Mengarahkan prilaku peserta didik
Mengarahkan prilaku peserta didik adalah tugas guru. Di sini kepada guru dituntut
untuk memberikan respon terhadap peserta didik yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan
belajar di kelas. Peserta didik yang diam yang membuat keributan dam sebagainya harus
diberikan teguran secara bijaksana. Cara mengarahkan perilaku peserta didik dapat berupa
penugasan, bergerak mendekati, memberi hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap
lemah lembut dan dengan perkataan yang ramah dan baik.
Demikian upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
namun motivasi merupakan karakteristik internal individu yang tidak dapat diajarkan sebagai
suatu konsep atau suatu keterampilan. Untuk itu ada resep  umum untuk meningkatkan
motivasi belajar, karena terlalu banyak keragaman dan karakteristik siswa. Suatu hal yang
harus diupayakan secara maksimal oleh guru adalah menjadikan kegiatan belajar sebagai
suatu yang menarik dan menghibur dalam pandangan peserta didik, di samping memuat
manfaat dan nilai pengetahuan.
C.  TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU AGAMA ISLAM
Kemuliaan dan ketinggian derajat guru yang diberikan oleh Allah SWT disebabkan
mereka mengajarkan ilmu kepada orang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan
tanggung jawab yang harus dilaksanakan olah guru adalah mengajak orang lain berbuat baik.
Tugas tersebut identik dengan dakwah Islamiyah yang juga bertujuan mengajak umat Islam
untuk berbuat baik. Dalam Al-Qur’an  surat Ali Imran ayat 104 Allah SWT berfirman:

ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعوْ نَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
. َ‫ َوأُوْ لَئِكَ هُ ْم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ ,‫ف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر‬

Artinya: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar  merekalah orang-orang
yang beruntung”.

Profesi seorang guru juga dapat dikatakan sebagai penolong orang lain, karena
penyampaian hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran Islam agar orang lain dapat
melaksanakan ajaran Islam. Dengan demikian akan tertolong-tolonglah orang lain dalam
memahami ajaran Islam. Hal yang sama sebagaimana diungkapkan oleh Ahmad Mustafa Al-
Maraghi bahwa orang yang diajak bicara dalam hal ini adalah umat yang mengajak kepada
kebaikan, yang mempunyai dua tugas yaitu menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat
yang mungkar.

Sedangkan menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah diterangkan bahwa


Allah memerintahkan orang yang beriman untuk menempuh jalan yang luas dan lurus serta
mengajak orang lain menempuh jalan kebaikan dan makruf.

Berdasarkan penjelasan ayat dan tafsir di atas dapat dipahami bahwa dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya guru berkewajiban membantu perkembangan
anak menuju dewasa yang sesuai  tujuan yang agamis yaitu membentuk agar manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Dengan demikian bahwa tugas dan tanggung jawab guru, terutama guru agama Islam
adalah menyampaikan ajaran Allah dan Sunnah rasul sesuai dengan sabda Rasulullah yang
berbunyi:

‫رو أن‬p‫د هللا بن عم‬p‫ة عن عب‬p‫ة عن أبى كبش‬p‫ان بن عطي‬p‫ا حس‬p‫ثنا أبو عا صم الضحاك بن مخلد أخبر نا األوزاعى حد ثن‬  ‫حد‬
)‫(رواه البخارى‬  ،‫قال بلغوا عنى ولو ايه‬  ‫ صلى هللا عليه وسلم‬-‫النبى‬

Artinya: ”Diriwayatkan oleh Abu ’Ashim Ad-Dukhak bin Mukhallad telah menceritakan kepada kami,
Al-Auza’i telah mengkhabarkan kepada kami, Hasan bin Athiyah telah menceritakan kepada
kami , bahwa riwayat itu dari Abi Kabsah, dari Abdullah bin Umar bahwasanya Nabi
bersabda: Sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat”.(HR. Bukhari).

Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab yang
harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui termasuk pendidik atau guru adalah
menyampaikan apa yang diketahuinya (ilmu) kepada orang yang tidak mengetahui. Apabila
dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru terutama
guru agama Islam, M. Athiyah Al-Abrasyi yang mengutip pendapat Imam Ghazali
mengemukakan bahwa:

1.      Seorang guru harus memiliki rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya dan
memperlakukan mereka seperti terhadap anaknya sendiri.
2.      Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi dengan mengajar itu
bermaksud mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepadanya.
3.      Memberikan nasehat kepada anak murid pada setiap kesempatan.
4.      Mencegah murid dari suatu akhlak yang tidak baik.
5.      Memperhatikan tingkat akal pikiran dan berbicara dengan mereka menurut kadar akalnya.
6.      Jangan menimbulkan rasa benci pada diri murid mengenai suatu cabang ilmu yang lain.
7.      Memberikan pelajaran yang jelas dan pantas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
anak.
8.      Seorang guru harus mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya dan jangan berlainan antara
perkataan dan perbuatan.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagaimana yang dikemukakan di atas menunjukkan
tugas dan tanggung  jawab yang mesti dilaksanakan ketika seorang guru melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan kata lain, ketika berlangsungnya interaksi belajar mengajar terdapat
tugas tersendiri yang mesti dilaksanakan oleh guru di luar materi pelajaran, sebagaimana
tugas dan tanggung jawab di atas.

Menurut Henry Noer Ali tugas guru agama Islam adalah:


a.    Tugas pensucian, guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik
agar dapat mendekatan diri kepada Allah, menjauhkan dari keburukan dan menjaga agar tetap
berada pada fitrahnya.
b.    Tugas pengajaran, guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman
kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa Guru  merupakan orang yang
mempunyai peranan penting dalam membina kepribadiaan siswa. Guru tidak sekedar
menuangkan ilmu ke dalam otak anak didik. Sementara jiwa dan wataknya tidak dibina.
Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu perbuatan mudah, tetapi
untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang
dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi
dengan sejumlah norma hidup sesuai dengan ideologi, falsafah dan apalagi agama. Menjadi
tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik agar tahu
mana perbuatan yang susila dsan asusila, mana perbuatan moral dan amoral. Semua norma
itu tidak mesti guru berikan ketika ada di kelas, di luar kelas pun sebaiknya guru harus
mencontohkan melalui sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak
semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan.
Secara umum tanggung jawab guru Agama meliputi tiga hal:
1)      Tanggung jawab dalam upaya pengembangan kurikulum
2)      Tanggung jawab mengembangkan profesi
3)      Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.
Tanggung jawab dalam upaya pengembangan kurikulum  mengandung arti guru
selalu dituntut untuk mencari gagasan baru atau ide-ide baru, menyempurnakan praktek
pendidikan khususnya dalam bidang pengajaran.Tanggung jawab dalam pengembangan
profesi pada dasarnya adalah panggilan untuk mencintai, menghargai, menjaga dan
meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya dan tugas dan tanggung jawabnya tidak
bisa dilakukan oleh orang lain. Sebagian tugas dan tanggung jawab profesi  guru harus dapat
membina hubungan baik dengan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.

Tugas guru agama Islam itu mencakup tiga hal, selain mengajar dan mendidik ia
juga bertugas sebagai pemimpin yang akan memimpin dirinya dan orang lain. Hal ini senada
dengan pendapat Paul Suparno, ia mengatakan bahwa:

             Tugas guru agama Islam itu adalah mendidik dan mengajar. Mendidik artinya
mendorong dan membimbing peserta didik agar maju menuju kedewasaan secara utuh yang
mencakup kedewasaan intelektual, emosional, sosial, fisik, spiritual, dan moral.
Sedangkan mengajar adalah membantu dan melatih peserta didik agar mau belajar untuk
mengetahui sesuatu dan mengembangkan pengetahuan.

Dengan demikian, Tugas guru agama Islam itu mencakup tiga hal, selain mengajar
dan mendidik ia juga bertugas sebagai pemimpin yang akan memimpin dirinya dan orang
lain. Samsul Nizar juga mengungkapkan bahwa mendidik merupakan rangkaian mengajar,
memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan. Jadi, tugas
pendidik bukan hanya sekedar mengajar, di samping itu juga bertugas sebagai motivator dan
fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat
teraktualisasi secara baik dan dinamis.

D. TUGAS BPI DALAM MELAKSANAKAN DAKWAH

Dalam melaksanakan tugas dakwah, seorang Da’i dihadapkan pada kenyataan bahwa
individu-individu yang akan didakwahi memiliki keragaman dalam berbagai hal. Keragaman
tersebut akan memberikan corak yang berbeda pula dalam menerima dakwah  (materi
dakwah) yang menyikapinya, karena itulah untuk mengefektifkan usaha dakwah seorang Da’i
dituntut untuk memahami Mad’u yang akan dihadapi. Dengan kata lain seorang Da’i dituntut
menguasai tentang kejiwaan manusia sebagai individu maupun anggota kelompok.
Sesungguhnya esensi dakwah terletak pada usaha pencegahan dari penyakit-penyakit
masyarakat yang bersifat  psikis dengan cara mengajak, memotivasi, merangsang serta
membimbing individu agar sehat dan sejahtera jiwa dan raganya, sehingga mereka dapat
menerima ajaran agama dengan penuh  kesadaran dan dapat menjalankan ajaran agama sesuai
dengan tuntutan syariat agama. Konseling adalah suatu proses menolong tetapi bukan
merupakan memberi nasihat saja. 

Dalam proses menolong, konselor perlu membina, membimbing klien supaya lebih
memahami mengenai dirinya, kebolehannya, kemampuannya, dan keupayaannya. Dengan ini
ia akan dibimbing supaya dapat membuat rancangan untuk masa depan.  Segala keputusan
dan pilihan klien itu bukanlah datang dari konselor tetapi dari klien itu sendiri.  Peran
konselor hanya untuk membimbing klien dalam proses membuat keputusan dan pilihan.
Peranan Konseling  dalam Dakwah

Konseling adalah usaha membantu klien dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya. Dalam konseling,
konselor  bertugas mempelajari, membahas tentang gejala-gejala  hidupkejiwaan, baik dari
da’i maupun mad’u  yang terlibat dalam pross dakwah sehingga membantu dai mencari
metodologi baru yang efektif dalam berdakwah yang didasarkan atas kebutuhan hidup
manusia.  Dengan memperhatikan psikologis mad’u  beserta kebutuhan hidupnya, maka
pesan dakwah yang disampaikan  juru dakwah akan dapat diterima  dengan mudah dan akan
diamalkan oleh mad’u karena hal tersebut menyentuh dan memuaskan kehidupan rohaninya.
Menyerukan kebenaran dan mencegah kemungkaran adalah tugas hidup manusia.  Intinya
muslim berkewajiban  berdakwah sebagaimana dalam firman Allah QS. Ali Imran  : 110.
Artinya :

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Kegiatan dakwah merupakan kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada


orang lain, maka diperlukan pengetahuan tentang pokok-pokok landasan mengenai dakwah,
yaitu:

1. Dakwah harus dilakukan dengan hikmah


2. Harus bersabar dan optimis

Sabar akan segala kesulitan dan optimis bahwa Allah SWT akan memberikan jalan bagi
mereka dan akan mendampingi mereka dalam berbuat kebaikan.

Penyampaian Pesan dalam Dakwah

Sebelum memberikan pesan seharusnya seorang dai harus  mengenal mad’unya dulu agar
meluluhkan hati sang mad’u sehingga mad’u dapat menerima pesan yang disampaikan da'i.  
Prinsip  ini sebagai upaya agar mad’u dapat menerima pesan dan mengamalkannya dengan
senang hati dan ikhlas.

1. Agar pesan dakwah dapat mudah diterima oleh mad’u maka perlu adanya
komunikasi yang efektif. Tanda-tanda komunikasi yang efektif di antaranya yaitu:
Mad’u menerima apa yang disampaikan oleh da'i
2. Aktivitas dakwah mampu menimbulkan kesenangan pada mad’u dan mampu
menimbulkan rasa puas.
3.  Mempengaruhi sikap mad’u.
4. Hubungan sosial yang baik, dakwah dapat menumbuhkan hubungan sosial yang
baik.
5. Melahirkan tindakan yang dikehendaki.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari jabaran di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa peran guru agama dalam
pendidikan agama adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta
didik. Peran seorang guru agama juga harus dapat menciptakan situasi yang kondusif bagi
berlangsungnya proses pendidikan, menambah dan mengembangkan ilmu yang dimiliki guna
ditransformasikan kepada peserta didik, dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang
berakhlak mulia.

 Untuk itu seorang Da’i perlu belajar lebih banyak ilmu agar tujuan dakwah bisa
tersampaikan dengan baik. Salah satu ilmu yang harus di pelajari seorang Da’i ialah
konseling, sebab seorang Da’i harus memahami keadaan Mad’unya supaya tidak salah paham
dan tujuan dakwahpun akan sampai teoat sasaran.

B.    SARAN

Adapun saran yang bisa penulis berikan yaitu kepada semua pembaca bila mendapat
kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya dan untuk supaya bisa membaca
kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan
bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Penerapan dalam Pendidikan Agama),(Surabaya: Citra


Media, 1996), h. 54
M. Athiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,Terj.  Bustami A. Gani, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1987), h. 143-144
Henry Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu 1998), Cet. Ke-42, h. 95-96.
https://blockingkampus.blogspot.com/2015/11/pengertian-guru-agama.html

Anda mungkin juga menyukai