Dosen
H. Tajuddin, S.Ag., M.Ag
Disusun Oleh :
AMRIALDI : 50200118045
A. IKA YUNIA LISTIANINGRUM : 50200118051
NUR ALNISA : 50200118067
A. LATAR BELAKANG
Guru dituntut tidak hanya sekedar mengajar, tetapi juga mendidik. Sebab kalau hanya
mengajar cenderung mendidik peserta didik untuk menjadi orang yang pandai dalam ilmu
pengetahuan saja tetapi jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina, sedangkan mendidik
adalah kegiatan yang menitik beratkan pada transfer of value yaitu memindahkan sejumlah
nilai kepada anak didiknya. Sehingga anak tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuan tetapi
juga mempuanyai watak dan kepribadian. Apabila diperhatikan dari kebiasaan guru mengajar
sekarang, maka dapat dikatakan bahwa mereka melakukan kegiatan yang muatanya lebih
kearah kinerja yang sangat tektual dalam segala hal, baik dalam membaca kurikulum,
menghadapkan kurikulum kepada peserta didik, maupun dalam membelajarkan materi
pelajaran kepada peserta didik. Sementara permasalahan klasik dalam proses belajar
mengajar yang sering terjadi dan dilakukan oleh guru menurut mulyasa adalah seringnya guru
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, menunggu peserta didik berprilaku negative,
menggunakan destructive disipliner, mengabaikan perbedaan peserta didik, merasa paling
pandai dan tahu, tidak adil ( diskriminatif ), dan memaksa hak peserta didik.
Dalam melaksanakan tugas dakwah, seorang Da’i dihadapkan pada kenyataan bahwa
individu-individu yang akan didakwahi memiliki keberagaman dalam berbagai hal, seperti
pikiran-pikiran (ide-ide), pengalaman, kepribadian, dll. Karena itulah untuk mengefektifkan
usaha dakwah seorang Da’i dituntut untuk memahami Mad’u yang akan dihadapi melalui
metode bimbingan dan penyuluhan islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan guru agama ?
2. Jelaskan peranan guru agama sebagai konselor pendidikan agama ?
3. Apa saja tugas dan tanggungjawab guru agama dalam konselor pendidikan agama?
4. Jelaskan tugas BPI dalam melaksanakan dakwah ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian guru agama
2. Untuk mengetahui peranan guru agama sebagai konselor pendidikan agama
3. Untuk mengetahui tugas dan tanggungjawab guru agama dalam konselor
pendidikan agama
4. Untuk mengetahui tugas BPI dalam melaksanakan dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, peranan guru tidak bisa digantikan oleh siapapun, karena guru merupakan salah
satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar guru
merupakan perantara aktif (medium) antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan.Sebagai
pendidik, guru harus menempatkan dirinya sebagai pengarah dan pembina pengembangan
bakat dan kemampuan peserta didik ke arah titik maksimal yang dapat mereka capai.
Sasaran tugas guru sebagai pendidik tidak hanya terbatas pada pencerdasan otak
(intelegensi) saja, melainkan juga berusaha membentuk seluruh pribadi peserta didik menjadi
manusia dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
pengembangannya untuk kesejahteraan hidup umat manusia. Kemampuan tersebut
berkembang menurut sistem nilai-nilai yang dijiwai oleh norma-norma agama serta
perikemanusiaan. Dengan demikian kegiatan mendidik lebih luas dari areal kegiatan
mengajar. Walaupun begitu tujuannya adalah tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga
profesional.
Motivasi merupakan salah satu peranan yang harus dimiliki oleh seorang guru
(pendidik). Karena motivasi adalah salah satu faktor yang turut menentukan kefektifan
pembelajaran. Karena motivasi adalah ”suatu proses atau pendorong untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan”. Peserta
didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan
kata lain seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya
(motivasi). Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi
peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini peranan guru dalam
memotivasi peserta didik belajar menurut Nana Saodih Sukmadinata sebagaimana dikutip
oleh Nursyamsi antara lain adalah:
1. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan.
2. Memiliki bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan peserta didik.
3. Memilih cara penyajian yang bervariasi.
4. Memberikan sasaran dan kegiatan yang jelas.
5. Memberikan kesempatan kepada peseta didik untuk sukses.
6. Berikan kemudahan dan bantuan dalam belajar.
7. Berikan pujian, ganjaran atau hadiah.
8. Penghargaan terhadap pribadi anak.
Oleh karena itu seorang guru harus dapat membangkitkan motivasi peserta didik
diantaranya adalah menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pelajaran yang akan
dilaksanakan. Menggunakan metode yang bervariasi juga dapat membangkitkan motivasi
karena siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Adapun dalam rangka upaya memotivasi
belajar peserta didik ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan oleh guru, diantaranya:
1. Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna
bagi dirinya.
2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik
sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga dapat dilibatkan dalam
penyusunan tujuan tersebut.
3. Peserta didik harus selalu diberi tahu tentang hasil belajarnya.
4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan.
5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.
6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik, misalnya perbedaan
kemampuan, latar belakang, dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu.
7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan kondisi
fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka,
mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah
memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah
keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
Berdasarkan kutipan di atas hendaknya guru harus dapat menerapkan prinsip-prinsip
di atas agar peseta didik giat belajar dan merasa tertarik terhadap apa yang disampaikan oleh
guru. Oleh karena itu, seorang guru harus berusaha agar topik yang dipelajari menarik bagi
peserta didik. Seorang guru harus bisa membedakan kemampuan anatara peserta didik,
karena kemampuan setiap peserta didik tidak sama.
ِ َْو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعوْ نَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو
. َ َوأُوْ لَئِكَ هُ ْم ْال ُم ْفلِحُوْ ن ,ف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر
Artinya: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang
yang beruntung”.
Profesi seorang guru juga dapat dikatakan sebagai penolong orang lain, karena
penyampaian hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran Islam agar orang lain dapat
melaksanakan ajaran Islam. Dengan demikian akan tertolong-tolonglah orang lain dalam
memahami ajaran Islam. Hal yang sama sebagaimana diungkapkan oleh Ahmad Mustafa Al-
Maraghi bahwa orang yang diajak bicara dalam hal ini adalah umat yang mengajak kepada
kebaikan, yang mempunyai dua tugas yaitu menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat
yang mungkar.
Berdasarkan penjelasan ayat dan tafsir di atas dapat dipahami bahwa dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya guru berkewajiban membantu perkembangan
anak menuju dewasa yang sesuai tujuan yang agamis yaitu membentuk agar manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dengan demikian bahwa tugas dan tanggung jawab guru, terutama guru agama Islam
adalah menyampaikan ajaran Allah dan Sunnah rasul sesuai dengan sabda Rasulullah yang
berbunyi:
رو أنpد هللا بن عمpة عن عبpة عن أبى كبشpان بن عطيpا حسpثنا أبو عا صم الضحاك بن مخلد أخبر نا األوزاعى حد ثن حد
)(رواه البخارى ،قال بلغوا عنى ولو ايه صلى هللا عليه وسلم-النبى
Artinya: ”Diriwayatkan oleh Abu ’Ashim Ad-Dukhak bin Mukhallad telah menceritakan kepada kami,
Al-Auza’i telah mengkhabarkan kepada kami, Hasan bin Athiyah telah menceritakan kepada
kami , bahwa riwayat itu dari Abi Kabsah, dari Abdullah bin Umar bahwasanya Nabi
bersabda: Sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat”.(HR. Bukhari).
Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab yang
harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui termasuk pendidik atau guru adalah
menyampaikan apa yang diketahuinya (ilmu) kepada orang yang tidak mengetahui. Apabila
dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru terutama
guru agama Islam, M. Athiyah Al-Abrasyi yang mengutip pendapat Imam Ghazali
mengemukakan bahwa:
1. Seorang guru harus memiliki rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya dan
memperlakukan mereka seperti terhadap anaknya sendiri.
2. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi dengan mengajar itu
bermaksud mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepadanya.
3. Memberikan nasehat kepada anak murid pada setiap kesempatan.
4. Mencegah murid dari suatu akhlak yang tidak baik.
5. Memperhatikan tingkat akal pikiran dan berbicara dengan mereka menurut kadar akalnya.
6. Jangan menimbulkan rasa benci pada diri murid mengenai suatu cabang ilmu yang lain.
7. Memberikan pelajaran yang jelas dan pantas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
anak.
8. Seorang guru harus mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya dan jangan berlainan antara
perkataan dan perbuatan.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagaimana yang dikemukakan di atas menunjukkan
tugas dan tanggung jawab yang mesti dilaksanakan ketika seorang guru melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan kata lain, ketika berlangsungnya interaksi belajar mengajar terdapat
tugas tersendiri yang mesti dilaksanakan oleh guru di luar materi pelajaran, sebagaimana
tugas dan tanggung jawab di atas.
Tugas guru agama Islam itu mencakup tiga hal, selain mengajar dan mendidik ia
juga bertugas sebagai pemimpin yang akan memimpin dirinya dan orang lain. Hal ini senada
dengan pendapat Paul Suparno, ia mengatakan bahwa:
Tugas guru agama Islam itu adalah mendidik dan mengajar. Mendidik artinya
mendorong dan membimbing peserta didik agar maju menuju kedewasaan secara utuh yang
mencakup kedewasaan intelektual, emosional, sosial, fisik, spiritual, dan moral.
Sedangkan mengajar adalah membantu dan melatih peserta didik agar mau belajar untuk
mengetahui sesuatu dan mengembangkan pengetahuan.
Dengan demikian, Tugas guru agama Islam itu mencakup tiga hal, selain mengajar
dan mendidik ia juga bertugas sebagai pemimpin yang akan memimpin dirinya dan orang
lain. Samsul Nizar juga mengungkapkan bahwa mendidik merupakan rangkaian mengajar,
memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan. Jadi, tugas
pendidik bukan hanya sekedar mengajar, di samping itu juga bertugas sebagai motivator dan
fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat
teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Dalam melaksanakan tugas dakwah, seorang Da’i dihadapkan pada kenyataan bahwa
individu-individu yang akan didakwahi memiliki keragaman dalam berbagai hal. Keragaman
tersebut akan memberikan corak yang berbeda pula dalam menerima dakwah (materi
dakwah) yang menyikapinya, karena itulah untuk mengefektifkan usaha dakwah seorang Da’i
dituntut untuk memahami Mad’u yang akan dihadapi. Dengan kata lain seorang Da’i dituntut
menguasai tentang kejiwaan manusia sebagai individu maupun anggota kelompok.
Sesungguhnya esensi dakwah terletak pada usaha pencegahan dari penyakit-penyakit
masyarakat yang bersifat psikis dengan cara mengajak, memotivasi, merangsang serta
membimbing individu agar sehat dan sejahtera jiwa dan raganya, sehingga mereka dapat
menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran dan dapat menjalankan ajaran agama sesuai
dengan tuntutan syariat agama. Konseling adalah suatu proses menolong tetapi bukan
merupakan memberi nasihat saja.
Dalam proses menolong, konselor perlu membina, membimbing klien supaya lebih
memahami mengenai dirinya, kebolehannya, kemampuannya, dan keupayaannya. Dengan ini
ia akan dibimbing supaya dapat membuat rancangan untuk masa depan. Segala keputusan
dan pilihan klien itu bukanlah datang dari konselor tetapi dari klien itu sendiri. Peran
konselor hanya untuk membimbing klien dalam proses membuat keputusan dan pilihan.
Peranan Konseling dalam Dakwah
Konseling adalah usaha membantu klien dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya. Dalam konseling,
konselor bertugas mempelajari, membahas tentang gejala-gejala hidupkejiwaan, baik dari
da’i maupun mad’u yang terlibat dalam pross dakwah sehingga membantu dai mencari
metodologi baru yang efektif dalam berdakwah yang didasarkan atas kebutuhan hidup
manusia. Dengan memperhatikan psikologis mad’u beserta kebutuhan hidupnya, maka
pesan dakwah yang disampaikan juru dakwah akan dapat diterima dengan mudah dan akan
diamalkan oleh mad’u karena hal tersebut menyentuh dan memuaskan kehidupan rohaninya.
Menyerukan kebenaran dan mencegah kemungkaran adalah tugas hidup manusia. Intinya
muslim berkewajiban berdakwah sebagaimana dalam firman Allah QS. Ali Imran : 110.
Artinya :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Sabar akan segala kesulitan dan optimis bahwa Allah SWT akan memberikan jalan bagi
mereka dan akan mendampingi mereka dalam berbuat kebaikan.
Sebelum memberikan pesan seharusnya seorang dai harus mengenal mad’unya dulu agar
meluluhkan hati sang mad’u sehingga mad’u dapat menerima pesan yang disampaikan da'i.
Prinsip ini sebagai upaya agar mad’u dapat menerima pesan dan mengamalkannya dengan
senang hati dan ikhlas.
1. Agar pesan dakwah dapat mudah diterima oleh mad’u maka perlu adanya
komunikasi yang efektif. Tanda-tanda komunikasi yang efektif di antaranya yaitu:
Mad’u menerima apa yang disampaikan oleh da'i
2. Aktivitas dakwah mampu menimbulkan kesenangan pada mad’u dan mampu
menimbulkan rasa puas.
3. Mempengaruhi sikap mad’u.
4. Hubungan sosial yang baik, dakwah dapat menumbuhkan hubungan sosial yang
baik.
5. Melahirkan tindakan yang dikehendaki.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari jabaran di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa peran guru agama dalam
pendidikan agama adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta
didik. Peran seorang guru agama juga harus dapat menciptakan situasi yang kondusif bagi
berlangsungnya proses pendidikan, menambah dan mengembangkan ilmu yang dimiliki guna
ditransformasikan kepada peserta didik, dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang
berakhlak mulia.
Untuk itu seorang Da’i perlu belajar lebih banyak ilmu agar tujuan dakwah bisa
tersampaikan dengan baik. Salah satu ilmu yang harus di pelajari seorang Da’i ialah
konseling, sebab seorang Da’i harus memahami keadaan Mad’unya supaya tidak salah paham
dan tujuan dakwahpun akan sampai teoat sasaran.
B. SARAN
Adapun saran yang bisa penulis berikan yaitu kepada semua pembaca bila mendapat
kekeliruan dalam makalah ini harap bisa meluruskannya dan untuk supaya bisa membaca
kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan
bisa lebih menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA