3 - Pelanggaran HAM
3 - Pelanggaran HAM
(LATSAR)
GOLONGAN III
MODUL 3
PELANGGARAN HAM
Penulis
Muh. Khamdan
Naniek Pangestuti
ii
E. Rangkuman..................................................................................................................... 22
BAB V PENUTUP.............................................................................................................
45
A. Simpulan ........................................................................................................................
45
B. Implikasi ........................................................................................................................
45
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Salam sukses semua untuk kita! Saat ini saudara sudah memasuki materi ke-3
dalam Latihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) untuk penguatan
kompetensi bidang Hak Asasi Manusia. Mata diklat yang akan dipelajari adalah
“Pelangaran HAM”. Pasti Anda pernah mendengar betapa banyaknya konflik dan
kekacauan yang diakibatkan adanya pelanggaran-pelanggaran HAM maupun kejahatan-
kejahatan HAM, Nach, untuk itu sangat penting bagi saudara untuk memahami betul
bagaimana dan apa saja pelanggaran dan kejahatan HAM itu serta upaya
penanganannya dengan tepat dan sesuai prosedur yang ada.
A. Latar Belakang
Dalam membahas tentang HAM, maka akan sangat sering kita dihadapkan pada
serentetan pertanyaan-pertanyaan, seperti apa yang dimaksud pelanggaran hak asasi
manusia? Kapan suatu perbuatan dikategorikan pelanggaran hak asasi manusia? Apakah
pelanggaran hak asasi manusia sama dengan pelanggaran hukum? Kemudian, siapakan
aktor pelaku pelanggaran hak asasi manusia?
Petanyaan-pertanyaan itu sering muncul dan hampir sebagian besar masyarakat
belum memahami, termasuk juga bagi aparatur sipil negara (ASN). Sebagai aparatur
pemerintah yang merupakan bagian dari negara harus berperan dalam menghormati,
menegakan, memajukan melindungi dan memenuhi hak asasiwarga negaranya,
sebagaimana telah dibahas pada materi sebelumnya. Terkait kewajiban tersebut, tentu
akan mengalami kendala jika aparatur pemerintahnya sendiri kurang memahami
pengertian dan batasan pelanggaran hak asasi manusia.
Pelanggaran HAM merupakan ancaman besar terhadap perdamaian, keamanan
dan stabilitas suatu negara. Para ahli mendefinisikan pelanggaran HAM sebagai suatu
pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir dari instrumen-instrumen
internasional hak asasi manusia. Pelanggaran negara terhadap kewajibannya itu dapat
dilakukan baik dengan perbuatannya sendiri (acts of commission) maupun oleh karena
kelalaiannya sendiri (acts of ommission). Dalam rumusan yang lain, pelanggaran hak
asasi manusia adalah tindakan atau kelalaian oleh negara terhadap norma yang belum
dipidana dalam hukum pidana nasional tetapi merupakan norma hak asasi manusia yang
diakui secara nasional. Inilah yang membedakan pelanggaran hak asasi manusia dengan
pelanggaran hukum biasa. Dengan demikian, pihak yang bertanggung jawab adalah
negara, bukan individu atau badan hukum lainnya. Dalam pelanggaran hak asasi
manusia yang ditekankan adalah tanggung jawab negara (state responsibility).
Tanggung jawab atau kewajiban negara yang dimaksud adalah kewajiban yang
lahir dari perjanjian-perjanjian internasional hak asasi manusia, maupun dari hukum
kebiasaan internasional, khususnya norma-norma hukum kebiasaan internasional yang
memiliki sifat jus cogens. Umumnya perjanjian itu telah diterima oleh negara, sehingga
memiliki kewajiban menghormati (to respect) HAM yang diakui secara internasional,
tetapi juga berkewajiban memastikan (to ensure) penerapan hak-hak tersebut di dalam
yurisdiksinya. Kewajiban ini sekaligus menyiratkan secara eksplisit, bahwa negara
berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi
pelanggaran. Jika negara gagal mengambil langkah-langkah yang pencegahan agar tidak
terjadi pelanggaran, maka negara tersebut harus bertanggung jawab.
Jika terjadi pelanggaran HAM diperlukan pengumpulan bukti-bukti dalam
kaitannya dengan usaha penyelesaian atau pertanggungjawabannya. Sangat sulit
dibayangkan bisa diambil langkah penyelesaian apabila tidak diketahui bagaimana sifat
dan skala pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi. Disinilah arti penting
pengumpulan bukti-bukti pelanggaran hak asasi manusia, baik yang dilakukan melalui
pemantauan maupun investigasi. Walaupun pelanggaran HAM senantiasa disangkal
oleh aktor yang justru harus bertanggung jawab terhadapnya, yaitu negara.
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membekali peserta diklat dengan harapan peserta mengerti dan
memahami pengertian pelanggaran HAM, jenis pelanggaran HAM, dan mekanisme
penanganan jika terjadi pelanggaran HAM. Demikian juga untuk membedakan antara
pelanggaran HAM dengan kejahatan HAM yang terjadi di tingkat nasional maupun
tingkat internasional.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari modul ini adalah:
1. Peserta diklat dapat lebih memahami pelanggaran HAM
2. Peserta diklat dapat mengidentifikasi pelanggaran HAM dan kejahatan HAM
3. Peserta diklat dapat mengetahui pengadilan HAM
4. Peserta diklat dapat menganalisis mekanisme penyelesaian pelanggaran HAM
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelajaran ini, peserta diharapkan mampu mengidentifikasi
pelanggaran HAM dan kejahatan HAM, mengetahui peran pengadilan HAM,
dan mampu menganalisis mekanisme penanganan atas terjadinya pelanggaran
HAM dan kejahatan HAM.
E. Materi Pokok
Materi pokok yang dibahas dalam modul ini adalah:
1. Pengertian pelanggaran HAM
2. Jenis pelanggaran HAM dan kejahatan HAM
3. Pengadilan HAM
4. Mekanisme penyelesaian pelanggaran HAM
F. Petunjuk Belajar
Anda sebagai pembelajar, dan agar dalam proses pembelajaran mata Diklat
“Pelanggaran HAM” dapat berjalan lebih lancar, dan indikator hasil belajar tercapai
secara baik, Anda kami sarankan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Bacalah secara cermat, dan pahami indikator hasil belajar atau tujuan pembelajaran
yang tertulis pada setiap awal bab, karena indikator belajar memberikan tujuan dan
arah. Indikator belajar menetapkan apa yang harus Anda capai.
2. Pelajari setiap bab secara berurutan, mulai dari Bab I Pendahuluan sampai dengan
Bab akhir.
3. Laksanakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap tugas pada akhir bab.
4. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata Diklat ini tergantung pada
kesungguhan Anda. Belajarlah secara mandiri atau berkelompok secara seksama.
Untuk belajar mandiri, dapat seorang diri, berdua atau berkelompok dengan yang
lain untuk mempraktikkan implementasi HAM yang baik dan benar.
5. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain, seperti yang tertera
pada Daftar Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan segan-segan bertanya kepada
siapa saja yang mempunyai kompetensi dalam implementasi HAM.
Baiklah, selamat belajar!, semoga Anda sukses menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diuraikan dalam mata Diklat ini, sebagai upaya untuk bekal dalam
melakukan pemantauan HAM sekaligus kemampuan menganalisis atas pelanggaran-
pelanggaran HAM yang menjadi pelaporan dan pengaduan oleh masyarakat nantinya.
BAB II
KONSEP DASAR PELANGGARAN HAM
Setelah membaca bab ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan pengertian pelanggaran
hak asasi manusia (HAM), bukti-bukti pelanggaran, dan pola pelanggaran HAM
D. Latihan
1. Bagaimana pemahaman saudara tentang pengertian pelanggaran HAM?
2. Jelaskan perbedaan antara pelanggaran HAM dengan pelanggaran hukum!
3. Pelaku pelanggaran HAM dapat dikategorikan dengan pelaku negara dan
pelaku non-negara. Bagaimana pandangan saudara dengan kategori pelaku
pelanggaran tersebut!
E. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sejak lahirnya. Dalam
kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan, di mana setiap
bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu
instansi, dan negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM. Pengadilan HAM
menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
Secara eksplisit, pelanggaran HAM berat dapat dipahami melalui ketentuan
pasal 7, pasal 8, dan pasal 9 UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, yaitu
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pelanggaran adalah
pengabaian atau ketidakpatuhan atas aturan yang sudah ada, sedangkan kejahatan tanpa
diatur sekalipun semua orang sudah tahu bahwa perbuatan tersebut sebagai hal yang
jahat.
BAB III
PELANGGARAN HAM BERAT
Setelah membaca bab ini, peserta diklat diharapkan dapat mengidentifikasi jenis-jenis pelanggaran
HAM, dan dapat membedakan pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan
D. Latihan
Untuk mengukur pemahaman saudara tentang pelanggaran HAM berat, silakan
jawab pertanyaan berikut ini!
1. Jelaskan perbedaan antara pelanggaran dengan kejahatan!
2. Jelaskan apa itu kejahatan HAM atau pelanggaran HAM berat!
3. Jelaskan pengaturan pelanggaran HAM berat dalam perundang-undangan
di Indonesia!
E. Rangkuman
Kejahatan HAM atau pelanggaran HAM berat biasa dikategorikan dengan
kejahatan terhadap perdamaian (Crimes against peace), Kejahatan Perang (War
Crimes), dan Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crimes against humanity).
Instrumen atas pelanggaran HAM berat yang terjadi di belahan dunia menganut
aturan yang terdapat dalam hukum HAM internasional. Instrument itu sebagai pedoman
dalam menyelesaikan pelanggaran, yang terdiri atas:
a. Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia (1948)
b. Charter of The United Nation (Piagam PBB)
c. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
d. Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida
e. Konvensi tentang Tidak Berlakunya Hukum Keterbatasan untuk Kejahatan Perang
dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
f. Konvensi-Konvensi Jenewa dan Protokolnya
BAB IV
MEKANISME PENANGANAN PELANGGARAN HAM
Setelah membaca bab ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami pengertian mekanisme
penanganan pelanggaran HAM baik tingkat nasional, regional, dan internasional
1. Mahkamah Konstitusi
Perkembangan pengaturan HAM di Indonesia telah dipengaruhi oleh perubahan
politik setelah kejatuhan Presiden Soeharto pada 1998. Sidang Istimewa MPR bulan
November 1998 misalnya, menghasilkan Ketetapan Nomor XVII/MPR/1998 tentang
Hak Asasi Manusia dan disusul dengan penerbitan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Ketentuan lebih ekstensif
tentang HAM dicantumkan dalam
Perubahan Ketiga Undang-
Undang Dasar 1945 (tahun
2000), meski terdapat kemiripan
rumusan antara hasil amandemen
konstitusi dengan UU Nomor 39
Tahun 1999 dan Ketetapan
Nomor XVII/MPR/1998.
Menurut Pasal 28 I ayat (4)
Undang-Undang Dasar 1945,
negara berkewajiban untuk melindungi, memajukan, menegakkan, dan memenuhi
HAM. Rumusan demikian dirumuskan sebagai kewajiban to protect, to promote, to
implement or enforce and to fulfill human rights.
Wewenang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap konstitusi
merupakan uji konstitusionalitas sehingga dikenal sebagai constitutional review. Dalam
pelaksanaannya, uji konstitusionalitas itu disandarkan kepada suatu alas hak (legal
standing) bahwa undang-undang yang diuji telah merugikan hak dan/atau wewenang
konstitusional pemohon constitutional review.
1. Dewan Eropa
Sebagai sebuah organisasi dengan 48 negara anggota, Dewan Eropa memegang
peranan penting dalam memastikan penghormatan dan penegakan HAM untuk 800 juta
penduduk di Eropa. Tugas utama Dewan Eropa adalah perlindungan HAM, pelaksanaan
demokrasi, dan penegakan hukum. Berdasarkan standar bersama mengenai hukum
internasional publik, hak dan kepentingan setiap orang merupakan fokus utama kerja
organisasi tersebut.
Jumlah negara anggota dan bidang kegiatan Dewan Eropa telah mengalami
peningkatan yang signifikan sejak di dirikan pada 1949 oleh sebelas negara Eropa
Barat. Meskipun HAM hanyalah salah satu fungsi Dewan Eropa, namun program aksi
politik 1997 menunjukkan adanya perkembangan bidang kegiatan yang semakin luas.
Dalam program aksi politik
tersebut, Dewan Eropa telah
mengajukan 19 program dalam 5
bidang untuk memperkuat
stabilitas demokrasi di negara-
negara anggotanya. Lima bidang
tersebut adalah demokrasi dan
HAM, solidaritas, keamanan individu, nilai demokratis dan keragaman, serta struktur
budaya dan cara kerja Dewan.
2. Komisi Afrika
Mekanisme pelaksanaan menurut Piagam Afrika tentang Hak Manusia dan
Rakyat, sering disebut sebagai Piagam Banjul. Pengadilan Afrika tentang Hak Manusia
dan Rakyat dibentuk pada 10 Juni 1998.
Komisi Afrika tentang Hak Manusia dan Rakyat itu terdiri dari 11 orang
independen yang dipilih oleh Uni Afrika. Komisi bersidang dua kali setahun. Tiga
fungsi inti dari Komisi adalah memajukan penghormatan HAM di Afrika, memastikan
perlindungan hak-hak, dan menafsirkan ketentuan-ketentuan Piagam Uni Afrika.
Pemajuan HAM di Afrika melibatkan berbagai tanggungjawab. Hal ini dapat
dilakukan melalui penelitian, konferensi, penyebarluasan informasi, analisis, legislasi,
dan praktik nasional serta kerja sama dengan organisasi lain. Tanggungjawab Komisi
yang paling penting adalah memastikan perlindungan HAM yang berasal dari Piagam.
Perlindungan tersebut diberikan melalui pemeriksaan laporan negara serta komunikasi
antarnegara dan individual. Negara-negara harus menyampaikan laporan tiap dua tahun
tentang tindakan yang diambil untuk menegakkan ketentuan-ketentuan Piagam.
1. Laporan Negara
Semua negara yang mengesahkan satu atau lebih perjanjian internasional tentang
HAM, berkewajiban untuk menyampaikan laporan berkala mengenai tindakan-tindakan
yang diambil negara tersebut untuk mengimplementasikan standar HAM yang
tercantum dalam konvensi-konvensi yang bersangkutan menurut Komite untuk Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Laporan-laporan dari negara-negara pihak dapat diakses oleh publik, dan
diperiksa oleh komite yang relevan dengan kehadiran wakil-wakil pemerintah negara
pelapor. Berdasarkan informasi yang diberikan dalam laporan pemerintah, komite
menanyakan delegasi negara yang bersangkutan tentang situasi hak asasi manusia
negara tersebut.
Selain informasi yang diperlukan oleh negara, komite dapat mencari informasi
tambahan yang berasal dari manapun untuk menciptakan dasar bagi pemeriksaan itu,
terutama dari organisasi-organisasi non pemerintah. Bagi komite, pemeriksaan laporan
berakhir dengan diterimanya apa yang disebut “observasi penutup“, di mana komite
menyampaikan evaluasinya baik aspek positif maupun negatif yang ada mengenai isu-
isu HAM tertentu yang dilaporkan oleh negara tersebut.
Komite membuat rekomendasi khusus kepada negara pihak yang bersangkutan
mengenai tindakan yang perlu yang harus diambil dalam rangka memperbaiki situasi.
Laporan-laporan komite kemudian disampaikan kepada Majelis Umum PBB.
2. Komentar Umum
Bagian dari mandat Komite adalah untuk membuat apa yang disebut “komentar
umum” atau “rekomendasi”. Komentar Umum terfokus terutama pada tata cara
pelaporan dan tentang bagaimana berbagai ketentuan perjanjian internasional
diinterpretasikan dan tidak boleh menyebut negara-negara atau kasus-kasus secara
individual. Komentar umum menjelaskan, membatasi, dan menerangkan ketentuan-
ketentuan individual dalam Kovenan serta menjelaskan hubungan antara berbagai
ketentuan dan berbagai perjanjian internasional.
Walaupun Komentar Umum tidak mengikat secara hukum bagi negara, komentar
tersebut merupakan panduan yang berharga untuk menafsirkan dan menerapkan
Kovenan. Komentar tersebut didasarkan pada pengalaman yang diperoleh komite-
komite penelaahan petisi-petisi individu dan laporan-laporan negara dan mencerminkan
praktik internasional di lapangan serta interpretasi komite terhadap praktik tersebut.
3. Pengaduan Individu
Individu-individu dapat mengajukan petisi kepada Komite HAM yang memantau
KIHSP. Komite Tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial, Komite tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, dan Komite Menentang
Penyiksaan. Setiap individu yang mengklaim bahwa haknya menurut konvensi telah
terlanggar dapat menyampaikan komunikasi kepada badan perjanjian Internasional yang
relevan. Prasyarat untuk mendapatkan akses prosedur pengaduan adalah bahwa negara
yang bersangkutan telah menerima kewenangan komite untuk berbuat, selain itu
terdapat banyak sekali persyaratan prosedural yang beragam yang harus dipenuhi
terutama setelah tuntasnya remedi domestik (KIHSP, Protokol Opsional I, Pasal 2).
Banyak komunikasi pengaduan yang ditolak karena pengaduan menyangkut
kegiatan yang tidak berada di bawah yurisdiksi perjanjian internasional.
D. Latihan
Untuk mengukur pemahaman saudara tentang mekanisme penanganan
pelanggaran HAM, silakan jawab pertanyaan berikut ini!
1. Jelaskan bagaimana mekanisme penanganan pelanggaran HAM di
Indonesia!
2. Bgaimana prosedur pelaksanaan pengadilan HAM atas terjadinya
pelanggaran berat!
3. Jelaskan perbedaan antara mekanisme regional dan internasional atas
pelanggaran HAM!
E. Rangkuman
Mekanisme penanganan pelanggaran HAM dapat ditemui hampir di semua negara
yang kemudian dianggap penyelesaian secara internasional. Pada prinsipnya terdapat
empat prosedur penyelesaian, yaitu prosedur pelaporan oleh negara anggota, prosedur
pengaduan antar negara, prosedur pengaduan individu, prosedur penyelidikan.
Keempat prosedur penyelesaian pelanggaran HAM Internasional tersebut
selanjutnya diproses melalui sebuah mekanisme penanganan pelanggaran HAM yang
terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Mekanisme berdasarkan piagam (the charter base mekanism)
Mekanisme berdasarkan piagam adalah prosedur penegakan HAM yang dibentuk
melalui piagam PBB. Mekanisme ini dilakukan melalui Dewan HAM PBB, Sub
Dewan HAM PBB, Prosedur 1503, dan mekanisme tematis dan negara.
2. Mekanisme berdasarkan perjanjian (the treaty base mekanism)
Mekanisme berdasarkan perjanjian adalah mekanisme yang dibentuk melalui
perjanjian perjanjian hak asasi manusia yang berada dibawah sistem PBB, terutama
komite komite dengan kewenangan untuk memeriksa dan mengevaluasi praktek
praktek hak asasi manusia negara negara anggota menurut tugas yang berasal dari
konvensi konvensi. Metode kerja mereka terkait dengan dokumen pembentukannya
yang membuat badan badan ini bersifat legal.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pelanggaran HAM adalah pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir
dari adanya instrumen-instrumen HAM, baik instrumen nasional maupun
internasional. Pelanggaran tersebut dapat berupa kelalaian negara atas norma
yang belum masuk dalam pidana nasional namun menjadi bagian dari hak yang
diakui secara internasional. Oleh karenanya, titik tekan palanggaran HAM
adalah tanggung jawab negara (state responsibility) sedangkan pelanggaran
pidana berkaitan dengan pelaku non negara.
2. Adanya perbedaan dalam pengakuan dan perlindungan HAM maka perlu
ditafsirkan dan diterapkan perundang-undangan yang berlaku secara
internasional. Pengaturan itu untuk menyediakan keseragaman standar standar
minimum oleh negara terhadap manusia di muka bumi. Instrumen internasional
merupakan alat berupa standar-standar pembatasan pelaksanaan dan mekanisme
kontrol terhadap kesepakatan-kesepakatan antar negara tentang jaminan HAM.
3. Dalam penanganan pelanggaran HAM, maka dapat dikategorikan menjadi 3
(tiga), yaitu penanganan di lingkup nasional yang bersandarkan atas pengaturan
instrumen HAM nasional, mekanisme penanganan regional, dan mekanisme
penanganan internasional.
B. Implikasi
Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat dapat memahami serta menerapkan
meknaisme penanganan pelanggaran HAM dalam pelaksanaan tugasnya. Di sisi lain,
pesertadiklat mampu mengidentifiksi jenis, pola, dan cakupan pelanggaran HAM yang
ada serta memberikan solusi mekanisme penanganan yang ada sesuai dengan instrumen
HAM masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Tahir. Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari
Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Madinah dan Masa
Kini, (Jakarta: Kencana, 2004)
Azizy, Qodri. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004)
B. Kieser, Paguyuban Manusia Dengan Dasafirman (Kanisius: Yogyakarta, 1991)
Donnely, Jack. Universal Human Rights in Theory and Practice (Ithaca and London:
Cornell University Press, 2003)
Kemitraan Partnership. Modul Pelatihan Bagi Petugas Pemasyarakatan Implementasi
Sistem Pemasyarakatan dan Standard Minimum Rules for Treatment of Prisoners
(Jakarta: Kemitraan, 2008)
Khamdan, Muh. Islam dan HAM Bagi Narapidana atau tahanan (Kudus: Parist, 2012)
Melander, Goran. Kompilasi Instrumen Hak Asasi Manusia Raoul Wallenberg Institute
(Jakarta: SIDA-Departemen Hukum dan HAM, 2004)
Muladi. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2002)
Smith, Rhona K. M. Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM-UII, 2008)
BIODATA PENULIS