Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu :

Ciptianingsari Ayu Vitantri, M. Pd.

Oleh :

1. Armelia dwi Oktaviani (5217010)


2. Nur Fidiyatul Himma (5217009)
3. Muhammad Kafabihi Abdillah (5217003)

PRODI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
2020

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Pembelajaran”. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah perencanaan pembelajaran matematika.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jombang, 27 Februari 2020

Penulis

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1

1.3 Tujuan...............................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................................2

2.1 Definisi Perencanaan Pembelajaran..................................................................................2

2.2 Perlunya Perencanaan Pembelajaran................................................................................3

2.3 Prinsip Umum Mengajar...................................................................................................6

2.4 Strategi Pengorganisasian Pengajaran..............................................................................7

2.5 Model dan Metode Pembelajaran.....................................................................................7

BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8

Daftar Pusaka...................................................................................................................................9

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan dan perancangan
(desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa
tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah atu sumber belajar, tetapi mungkin
berintekasi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian
pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.
Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari
kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat
tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai
tujuan tersebut.

Dalam hal ini, yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana
cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan
bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi
secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi perencanaan pembelajaran?
2. Mengapa perencanaan pembelajaran perlu dirancang?
3. Apa saja prinsip umum mengajar?
4. Apa saja strategi pengorganisasian pengajaran?
5. Bagaimana model dan metode pembelajaran?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi perencanaan pembelajaran.
2. Menjelaskan perlunya perencanaan pembelajaran.
3. Mendeskripsikan prinsip umum mengajar.
4. Mendeskripsikan strategi pengorganisasian pengajaran.
5. Menjelaskan model dan metode pembelajaran.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perencanaan Pembelajaran
Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu
perencanaan dan pembelajaran. Dalam KBBI, perencanaan memiliki arti proses,
perbuatan merencanakan (merancang). Sedangkan pembelajaran dalam KBBI diartikan
proses, cara, perbuatan menjadikan belajar.
Menurut Sanjaya (2008;24), setiap perencanaan harus memiliki empat unsur
sebagai berikut:
a) Adanya tujuan yang harus dicapai
b) Adanya strategi untuk mencapai tujuan
c) Sumber daya yang dapat mendukung
d) Implementasi setiap keputusan

Perencanaan merupakan hasil proses berpikir yang mendalam, hasil dari proses
pengkajian dan munngkin penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap lebih
memiliki nilai efektivitas dan efisiensi. Menurut Cunningham (dalam Uno;2006),
perencanaan ialah menyeleksi dan mengubungkan pengetauan, fakta, imajinasi, dan
asumsi untuk masa yang akan dating dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi
hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas
yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Menurut Uno (2006;2),
Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Sanjaya (2008;26) mengemukakan, pembelajaran berarti sebagai proses kerja


sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada
baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar
diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai
tujuan belajar tertentu. Menurut Degeng (dalam Uno; 2006), pembelajaran atau

2
pengajaran adalah upaya untuk memberlajarkan siswa. Dimana dalam pengajaran
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai
teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat
memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2008;26), perencanaan pembelajaran adalah proses


pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan
pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus
dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala
potensi dan sumber belajar yang ada. Menurut Philip Commbs (dalam Harjanto,2011),
perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis
proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya. Perencanaan
pengajaran di Indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternative kebijakan
mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan
yang ada di bidang sosial ekonomi, sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara
meyeluruh terhadap pendidikan nasional.

2.2 Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran diperlukan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.
Menurut Uno (2006;3), upaya perbaikan pembelajaran dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut:

1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran


Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan
pembelajraran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Karena dalam
desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam
mengajar telah dirancang dengan baik.
2. Pembelajaran Dirancang dengan Pendekatan Sistem
Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.
Pendekatan sistem akan memberikan peluang yang lebih besar dalam

3
mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk keterkaitan
antarvariabel pengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel metode, dan
variabel hasil pembelajaran. Sehingga dengan desain pembelajaran yang didasarkan
pada pendekatan sitem, diharapkan dapat mencapai kualitas pembelajaran.
3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.
Hal ini karena kualitas pembelajaran banyak tergantung pada bagaimana
pembalajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan
pendekatan perancangnya, dapat berupa penedekatan yang bersifat intuitif yakni
rancangan pembelajaran itu banyak diwarnai oleh pemikiran perancangnya, atau
pendekatan yang bersifat ilmiah yakni rancangan pembelajaran itu diwarnai oleh
berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan pembelajaran. Seorang
perancang pembelajaran juga dapat menggunakan pendekatan yang bersifat intuitif
ilmiah, yakni rancangan pembelajaran yang dihasilkan disesuaikan dengan
pengalaman empiris yang pernah ditemukan ketika melaksanakan pembelajaran yang
dikembangkan pula dengan menggunakan teori-teori yang relevan.
4. Desain Pembelajaran Diacukan pada siswa Perorangan
Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara
perorangan. Hal ini karena siswa memiliki potensi yang perlu dikembangkan.
Perilaku atau tindakan belajar dapat dipengaruhi, tetapi perilaku atau tindakan belajar
akan selalu berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Misalnya siswa yang memiliki
kemampuan berpikir tinggi tidak mungkin dipaksa bertindak dengan cara lambat,
sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir lambat tidak mungkin dapat
dipaksa segera bertidak secara cepat. Apabila perencanaan pembelajaran tidak
diacukan pada individu yang belajar seperti itu, maka besar kemungkinan siswa yang
cepat berpikir semakin maju pembelajarannya dan siswa yang lambat bealajar akan
semakin tertinggal.
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan
pengiring dari pembelajaran. Sehingga perancangan pembelajaran perlu memilah

4
hasil pembelajaran yang dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang dapat diukur setelah melalui keseluruhan proses
pembelajaran.
6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa dan perencanaan pembelajaran merupakan penataan uapaya
tersebut agar muncul tindakan belajar. Sasaran akhir dari perencanaan desain
pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar. Kemudahan siswa untuk belajar
dapat dicapai dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan yan dilakukan guru telah
terencana, dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran.
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran.
Dimana variabel pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Variabel kondisi
Kondisi pembelajaran mencakup seluruh variabel yang tidak dapat dimanipulasi
oleh perencana pembelajaran dan harus diterima apa adanya. Misalnya tujuan
pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa.
b. Variabel metode
Variabel metode pembelajaran mencakup seluruh cara yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk variabel ini
adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian
pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
c. Variabel hasil pembelajaran
Adapun variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari
pengguanaan metode pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran,
efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran
yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dimana fokus utana
perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan dan pengembangan
variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan

5
pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Setelah mempunyai informasi yang
lengkap mengenai kondisi yang ada dan hasil pembelajaran yang diharapkan, maka
barulah perancang pembelajaran dapat menetapkan dan mengembangkan metode
pembelajarannya.
Ada tiga prinsip dalam menetapkan metode pembelajaran, yaitu:
a. Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam
semua kondisi.
b. Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda
dan konsisten pada hasil pembelajaran.
c. Kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil
pengajaran.

2.3 Prinsip Umum Mengajar


Uno (2006;7) mengemukakan prinsip-prinsip umum yang dijadikan pegangan
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.


Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, guru harus mengetahui tingkat
kemampuan siswa. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry
behavior dapat diketahui dengan melakukan pre-test. Hal ini dilakukan dengan tujuan
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan ini
apa yang sudah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan
diajarkan.
2) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Dengan
menggunakan bahan pelajaran yang seperti itu diharapkan dapat menarik minat siswa,
sekaligus dapat memotivasi belajar siswa.
3) Mengajar harus memerhatikan perbedaan individual setiap siswa.
Adanya perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Sehingga setiap individu
mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan intelegensi yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya.
4) Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.

6
Kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk
melakukan sesuatu disebut kesiapan. Jika siswa siap untuk melakukan proses belajar,
maka hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya jika siswa tidak siap,
maka tidak akan diperoleh hasil yang baik. Sehingga pengajaran dilaksanakan kalau
individu mempunyai kesiapan.
5) Tujuan pengajaran harus diketahui siswa.
Tujuan pengajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang
diperoleh setelah proses belajar mengajar. Jika tujuan pengajaran diketahui, maka
siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Supaya tujuan mudah diketahui, harus
dirumuskan secara khusus.
6) Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan
meningkat. Sehingga dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat
gradual, yaitu:
a) Dari sederhana kepada yang kompleks (rumit).
b) Dari konkret kepada yang abstrak.
c) Dari umum (general) kepada yang kompleks.
d) Dari yang sudah dikehatui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang
bersifat abstrak).
e) Dengan menggunakan prinsip induksi kepada dedukasi atau sebaliknya.
f) Sering menggunakan reinforcement (penguatan).

2.4 Strategi Pengorganisasian Pengajaran


Seperti yang disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merril (dalam Uno; 2006),
strategi mengorganisasi isi pengajaran sebagai structural strategi, yang mengacu pada
cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep,
prosedur, dan prinsip yang berkaitan. Sequencing mengacu pada pembuatan urutan
penyajian isi bidang studi, dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan
kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, atau prinsip yang terkandung
dalam suatu bidang studi.

7
Pengorganisasian pengajaran secara khusus merupakan fase yang sangat penting
dalam rancangan pengajaran. Penggarapan strategi pengorganisasian pengajaran tidak
bisa dipisahkan dari karakteristik struktur isi bidang studi, karena struktur isi bidang studi
memiliki implikasi yang sangat penting untuk upaya pembuatan urutan dan sintesis antar
isi suatu bidang studi. Struktur bidang studi bisa berupa struktur belajar atau hierarki
belajar, struktur procedural, struktur konseptual dan struktur teoritis. Strategi
pengorganisasian, lebih lanjut dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu strategi makro dan
strategi mikro.

1. Strategi Makro dan Mikro


Strategi pengorganisasian makro merupakan strategi pengorganisasian yang
diacukan untuk menata keseluruhan isi bidang studi. Sedangkan strategi
pengorganisasian mikro yang diacukan untuk menata sajian suatu konsep atau prinsip
atau prosedur.
2. Strategi Mikro
Dengan menggunakan teori Gagne dan Briggs, teori pengajaran yang
dikembangkannya mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini:
a. Kapabilitas belajar.
b. Peristiwa pengajaran.
c. Pengorganisasian pengajaran (atau dengan ungkapan aslinya, urutan pengajaran).
3. Kapabilitas Belajar
Kategori kapabilitas sangat penting bagi pengembangan teori pengajaran, karena
setiap kategori menuntut penggunaan metode pengajaran yang berbeda. Menurut
Gagne (dalam Uno; 2006), untuk keperluan merancang pembelajaran, ia
mengemukakan 5 kategori kapabilitas yang didapat siswa, yaitu sebagai berikut:
a. Informasi Verbal
Siswa sudah belajar informasi verbal jika siswa dapat mengingat kembali
informasi itu. Berikut ini beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk
menunjukkan kapabilitas ini: menyebutkan atau menuliskan informasi seperti
nama, kalimat, alas an, argument, proposisi, atau seperangkat proposisi terkait.
b. Keterampilan Intelektual,

8
Merupakan kapabilitas dalam menggunakan symbol untuk mengorganisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan. Siswa akan menggunakan suatu
keterampilan intelektual jika ia berinteraksi dengan lingkungan. Dimana
penggunaan symbol-simbol untuk mendiskriminasi, membentuk konsep dan
kaidah, serta memecahkan masalah menghasilkan apa yang disebut dengan
keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual yang mencakup 5 bagian
kategori:
 Diskriminasi
Merupakan suatu kapabilitas untuk melakukan respons yang berbeda pada
perangsang yang memiliki dimensi fisik yang berbeda. Dimana siswa
dikatakan mendiskriminasi jika ia menyatakan apakah sesuatu itu sama atau
berbeda dengan yang lain berdasarkan dimensi fisiknya seperti ukuran, warna,
bentuk, atau suara.
 Konsep konkret
Siswa bisa dikatan telah belajar konsep konkret apabila siswa dapat
mengidentifikasi contoh-contoh baru (atau yang belum dipelajari) dan
sekelompok objek atau kelompok-kelompok objek. Konsep konkret
diidentifikasi dengan menunjuk ke atau menandai pada, contoh-contoh, dan
biasanya tidak dapat diidentifikasi dengan definisi.
 Konsep abstrak
Seorang siswa dikatakan telah belajar konsep abstrak apabila siswa
tersebut menggunakan suatu definisi untuk mengklasifikasi contoh-contoh
yang tidak dipelajari sebelumnya.
 Kaidah
Kaidah adalah hubungan antara dua konsep atau lebih. Siswa dikatakan
telah belajar kaidah apabila siswa tersebut dapat menggunakan kaidah pada
contoh-contoh yang sebelumya tidak dipelajari.
 Kaidah tingkah lebih tinggi (pemecahan masalah)
Siswa telah mencapai kaidah tingkat tinggi apabila ia menggunakan dua
kaidah atau lebih, yang sudah dipelajari sebelumnya, untuk memecahkan
masalah-masalah baru. Kapabilitas ini melibatkan penguasaan sejumlah

9
konsep dan kaidah yang kemudian harus diintegrasikan untuk memecahkan
masalah. Disisi lain, karena masalah tersebut adalah baru, maka siswa harus
meneliti lebih dahulu dan memiliki kaidah-kaidah mana yang optimal
digunakan.

Sehingga keterampilan intelektual bersifat kontinu dari sederhana ke kompleks


serta memiliki hubungan yang hierarkis. Yang artinya belajar keterampilan
intelektual yang lebih rendah menjadi prasyarat untuk belajar keterampilan
intelektual yang lebih tinggi.

c. Strategi kognitif
Apabila siswa telah mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan
keefektifan dan efisiensi proses berpikir dan proses belajarnya, maka siswa
dikatakan telah belajar strategi kognitif. Demikian juga, apabila siswa dapat
belajar secara mandiri, serta dapat menemukan sekaligus memecahkan masalah-
masalah baru.
d. Sikap
Siakp adalah keadaan mental yang kompleks dari siswa yang dapat
memengaruhi pilihannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
pribadi terhadap orang lain, benda, atau peristiwa. Sikap telah memiliki sikap
apabila telah memilih melakukan tindakan yang sama untuk situasi sama yang
terjadi berulang. Perilaku yang hanya ditujukan pada satu situasi tidak dapat
dijadikan indikator sikap.
e. Keterampilan motoric
Siswa telah mengembangkan keterampilan motoric apabila ia telah
menampilkan geraka-gerakan fisik dalam menggunakan bahan atau perlatan-
peralatan menurut prosedur yang semestinya. Misalnya seperti mengendarai
mobil, melempar bola, dan menulis surat. Kondisi belajar satu alasan yang kuat,
mengapa kategori kapabilitas ini penting untuk rancangan pengajaran adalah
bahwa setiap kapabilitas memperlihatkan unjuk kerja yang berbeda.

2.5 Model dan Metode Pembelajaran

10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir
secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan
perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian
tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Perencanaan pembelajaran diperlukan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.
Menurut Uno (2006;3), upaya perbaikan pembelajaran dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut:

1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran


2. Pembelajaran Dirancang dengan Pendekatan Sistem
3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
4. Desain Pembelajaran Diacukan pada siswa Perorangan
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan

Prinsip-prinsip umum yang dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses


belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.


2) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3) Mengajar harus memerhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4) Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
5) Tujuan pengajaran harus diketahui siswa.
6) Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.

11
Daftar Pusaka
Harjanto. 2011. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Hamzah, A. & Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sanjaya, W. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana.

Uno, H.B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai