142500071
142500071
142500071
2017
Utami, Indri
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2790
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny.N Dengan Gangguan
Rasa Nyaman : Nyeri (Gastritis) pada Keluarga Ny.N
di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia
OLEH
INDRI UTAMI
142500071
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny.N Dengan Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri
(Gastritis) pada Keluarga Ny.N di Jl. Teratai Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”,
yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan serta
pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari
semua pihak yang membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari. Saya
ucapkan terima kasih banyak Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Aiptu Rudi Hartono
dan Ibunda Nurlina yang sudah memberikan motivasi, dukungan, semangat, perhatian, dan
kasih sayang, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan baik.
Indri Utami
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan........................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Manfaat 4
A. Pengkajian 5
B. Analisa data 5
C. Rumusan masalah 5
D. Perencanaan.....................................................................................6
2. Pengelolaan Kasus
A. Pengkajian......................................................................................43
B. Analisa Data..................................................................................48
C. Rumusan Masalah.........................................................................50
D. Perencanaan...................................................................................53
E. Implementasi dan Evaluasi...........................................................56
iv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di
lingkungan masyarakat dan masalah kesehatan saluran pencernaan
yang banyak terjadi di masyarakat. Badan penelitian kesehatan dunia
WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan
mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,
diantaranya Inggris 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis
29,5% (Gustin, 2012). Gastritis yang terjadi di Asia Tenggara sekitar
583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (WHO, 2013)
Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden
gastritis sebesar 115/100.000 penduduk (Putri dkk, 2012). Persentase
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40%.
Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%.
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia pada
tahun 2011 cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari
238.452.952 jiwa penduduk. Gastritis merupakan salah satu penyakit
didalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien gawat inap di rumah
sakit Indonesia (Gustin,2012).
Di Indonesia angka kejadia gastritis cukup tinggi . Penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis
dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 81,6% yaitu di
kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%,
Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2% (Sulastri, 2012)
Gastritis adalah proses imflamasi pada mukosa lambung dan
submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan
dimana pada umumnya didiagnosa berdasarka gejala klinis bukan
pemeriksaan histopatologi saja. Gastritis erosive atay ulserasi
lambung atau duodenum yang telah mencapai sistem pembuluh darah
1
Universitas Sumatera Utara
lambung atau duodenum dapat terjadi secara akut atau kronis .
kekambuhan yang berulang dapat menyebabka terjadi penyakit
lambung seperti kanker lambung dan perdarahan pada lambung
(Saefani dkk, 2012).
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut. Seperti beberapa
jenis obat, alkoho, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau
intoksikasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu,
iskemia dan trauma langsung. Garam empedu dari usus kecil ke
mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
Iskemia berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung, trauma langsung lambung berhubungan dengan
keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk
menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon
peradangan pada mukosa lambung.
Nyeri merupakan salah satu manisfestasi klinis yang terjadi pada
pasien gastritis. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri
epigastrium. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial. Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada
pasien yang mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien
misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi
wajah (meringis, menggigit bibir, dll), pergerakan tubuh (gelisah, otot
tegang, mondar-mandir, dll). Interaksi sosial (menghindari perakapan,
disorientasi waktu) (Judha, 2012).
Secara garis besar nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya
berkaitan dengan cedera spesifik, waktunya kurang dari enam bulan
dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri kronik adalah nyeri
konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu.
Nyeri kronis berlangsung selama enam bulan atau lebih (Potter &
Perry, 2013).
Hasil observasi yang dilakukan apabila nyeri yang dialami oleh
klien tidak segera diatasi maka akan mengganggu aktivitas lain klien,
seperti kebutuhan tidur dan istirahat.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Ny.N
dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri (Gastritis) pada keluarga
Ny. N di Jl. Teratai Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.
N dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri di Jl. Teratai
kelurahan Sari Rejo Medan Polonia.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.N
dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri di Jl. Teratai Kelurahan
Sari Rejo Medan Polonia.
c. Mampu menyusun intervensi Keperawatan pada Ny.N dengan
gangguan rasa nyaman : Nyeri di Jl. Teratai keluruahan Sari
Rejo Medan Polonia.
d. Mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan pada
Ny.N dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri di Jl. Teratai
Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia.
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada Ny. N dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri
pada keluarga Ny. N di Jl. Teratai Kelurahan Sari Rejo Medan
Polonia.
f. Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga Ny.
N dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri pada keluarga Ny. N
di Jl. Teratai Kelurahan sari Rejo Medan Polonia.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi pendidikan Keperawatan
Menjadi bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman : nyeri sebagai acuan
praktek mahasiswa keperawatan.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Memberikan informasi dan membatatkan kesehatan dan
membantu meningkatkan kesehatan dalam upaya pencegahan
gangguan rasa nyaman : nyeri.
3. Bagi Masyarakat
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui
cara memenuhi kebutuhan klien khususnya kebutuhan rasa
nyaman : Nyeri.
BAB II
PENGELOLAH KASUS
2. Analisa Data
Analisa data mencakup mengenali pola atau
kecenderungan, membandingkan pola ini dengan kesehatan yang
normal., dan menarik konklusi tentang respon klien. Penulis
memperhatikan pola kecenderungan sambil memeriksa kelompak
data.Kelompok data terdiri atas batas karakteristik (Potter & Perry,
2008).Batas karakteristik adalah kriteria klinis yang mendukung
adanya kategori diagnostic. Kriteria klinis adalah tanda dan gejala
objektif dan subjektif atau factor resiko.
3. Rumusan Masalah
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada
identifikasi kebutuhan klien.Bila data pengkajian mulai
menunjukan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa
yang sesuai.Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan
kebutuhan dasar keperawatan dari klien.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus
lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah
masalah tersebut potensial atau actual (Potter & Perry, 2008).
Batas karakteristik nyeri akut antara lain : perubahan selera
makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung,
perubahan frekuensi pernafasan, perilaku Distraksi (misalnya:
berjalan mondar-mandir, mencari orang lain atau aktivitas lain,
aktivitas yang berulang), mengekspresikan prilaku (misalnya:
gelisah, merengek, menangis, waspada), masker wajah (misalnya:
mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpancar
atau tetap pada satu focus, meringis), sikap melindungi area nyeri,
fokus menyempit (misalnya: gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan),
indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk
menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil,
melaporkan nyeri secara verbal, fokus pada diri sendiri, gangguan
tidur.
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan yang dibuat adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam diharapkan nyeri yang dirasakan
klien dapat berkurang atau teratasi dengan criteria hasil klien
tampak tidak meringis kesakitan menahan sakit, nyeri yang
dirasakan pada daerah epigastrium sudah berkurang dan hilang,
klien dalam rentang normal (tekanan darah: 100/70-120/80 mmHg;
nadi: 60-100 x/menit; pernafasan: 18-24 x/menit; suhu: 36,5-37,5
derajat celcius).
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan
yaitu kaji ulang karakteristik nyeri klien untuk mengidentifikasi
karakteristik nyeri yang dirasakan oleh klien, observasi tanda-tanda
vital untuk mengetahui tanda-tanda vital klien secara konsisten,
berikan posisi senyaman mungkin kepada klien untuk membantu
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien, ajarkan kepada klien
tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgetik bagi klien untuk mengurangi nyeri dirasakan oleh klien.
1. Definisi
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedmandalam Hernilawati, 2013) Sedangkan
menurut pakar konseling keluarga, Sayektidalam Hernilawati
(2013) menulis bahwa keluarga adalah suatu
ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang prempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Herlinawati, 2013).
2. Tipe Keluarga
Menurut Friedman, 1998 dalam Ali, Zaidin (2010)
pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks kelimuan
dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
2.1 Keluarga inti ( nucler family) adalah keluarga yang
hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang di
peroleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2.2 Keluarga besar (extended family) adalah keluarga
inti yang ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek,
bibi, paman).
10
Universitas Sumatera Utara
perkembangan keluarga menurut Mubarrak, dkk (2011),
yaitu:
4.1 Tahap I Pasangan baru atau keluarga baru
Keluarga baru dimuali pada saat masing-masing
individu yaitu suami dan istri membentu
keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, dalam
artian secara psikologis keluarga tersebut sudah
memiliki keluarga baru. Adapun tugas
perkembangan pada tahap ini :
4.1.1 Membina hubungan intim dan Kepuasan
bersama.
4.1.2 Menetapkan tujuan bersama.
4.1.3 Membina hubungan dengan keluarga lain,
teman, atau kelompok social.
4.1.4 Merencanakan anak KB.
4.1.5 Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan
mempersiapkan diri menjadi orangtua.
5. Struktur Keluarga
5.1 Patrilineal
5.2 Matrilineal
5.4 Patrilokal
6. Keluarga Sejahtera
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji
status keluarga adalah :
1) Data Umum :
a. Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan
status imunisasi masing-masing keluarga serta genogram.
b. Type keluarga.
c. Suku bangsa.
d. Agama.
e. Status sosial ekonomi keluarga.
f. Aktivitas rekreasi keluarga.
4) Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga.
c. Struktur peran.
d. Nilai dan norma keluarga.
5) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif.
b. Fungsi sosialisasi.
c. Fungsi reproduksi.
d. Fungsi ekonomi.
e. Fungsi perawatan kesehatan.
7) Pemeriksaan fisik.
(Mubarrak, 2011).
20
Universitas Sumatera Utara
2. Analisa Data
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, di dapatkan data dasar
tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh klien.Selanjutnya data
dasar itu digunakan untukl menetukan diagnosis keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien (Mubarrak, 2011).
3. Rumusan Masalah
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian
terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,
lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan
koping keluarga baik yang bersifat actual, resiko maupun sejahtera
dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Diagnosis
keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian.
Komponen diagnosis keperawatan meliputi :
1) Problem atau masalah (P)
2) Etiologi atau penyebab (E)
3) Sign atau tanda (S)
Tipologi dan diagnosis keperawatan :
1. Diagnosis actual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan
yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk
segara ditangani dengan cepat.
2. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan). Sudah ada
data yang menujang namun belum terjadi gangguan, tetapi
tanda tersebut menjadi masalah actual apabila tidak segara
mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau
keperawatan.
3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera “wellness”). Suatu
keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi (Mubarrak, 2011).
1. Definisi
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung. Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri
atau bahan iritan lain. Gastritis merupakan inflamasi dari mukosa
lambung klinis berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema
mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja sudah terjadi perdarahan
(Hadi, 2002).
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga
telat makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung
berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus),
pengaruh obat-obatan, konsumsi alkohol berlebih (Purnomo, 2009).
Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel.
Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince (2005), gastritis adalah suatu
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa
lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya
makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang
terlaluberbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol,
aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2006).
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas,
distribusi anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan
pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan
kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik
merupakan kelanjutan dari gastritis akut (Suyono, 2006).
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada
saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati,
lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut
keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding
lambung. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut
kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus dan
gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu: mengkonsumsi makanan
lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan
asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika memang
diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan
atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).
Lambung sering disebut sebagai maag yang berfungsi untuk
menampung makanan. Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor
stress dan makan yang tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan
tidak teratur. Orang masih percaya bahwa penyakit maag disebabkan
oleh stress. Keadaan stress menyebabkan produksi cairan asam lambung
meningkat sehingga “tegang” oleh cairan asam lambung. Cairan asam
lambung ini bisa mengikis dinding lambung sehingga luka dan terasa
perih bila terkena bahan asam. Bila luka lambung semakin meluas,
berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi perdarahan yang
dimuntahkan sebagai muntah darah. Hati-hatilah jangan stress
berkepanjangan, tidak ada gunanya dan makanlah secara teratur.
Makanan dari lambung akan disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian
diserap dan masuk dalam aliran darah menuju hati (Budiman, 2011).
Gangguan pencernaan diakibatkan oleh kebiasaan pola makan yang
buruk dan stress sehari-hari. Banyak kasus gangguan pencernaan tidak
ditemukan penyebabnya secara organik dengan adanya luka atau
kerusakan pada organ. Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal yang membahayakan fungsi sistem pencernaan
seperti stress, kebiasaan makan yang kurang sehat, tidak teratur, diet
yang salah, pengobatan yang menyebabkan iritasi, infeksi kronis dan
hadirnya bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak gangguan
pencernaan yang dapat teratasi dengan mengubah gaya hidup dengan
mengurangi stress, berhenti merokok, berolahraga secara rutin dan
menjalankan diet yang tepat (Prita, 2010).
2. Klasifikasi Gastritis
A. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar
pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis
akut suatu penyakityang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak
dan sembuh sempurna (Suratum, 2010). Inflamasi akut mukosa
lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan.
Penyebab terberat dari gastritis akut adalah makanan yang bersifat
asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi
akibat obstruksi pylorus (Brunner, 2006).
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat
berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis
hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan
dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan
terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada
beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut
(Suyono, 2006).
a. Gastritis Akut Erosif
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik,
sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai
penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak
diketahui. Perjalanan penyakit ini biasanya ringan, walaupun
demikian kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan
medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita
gastritis akut erosif yang tidak mengalami pendarahan sering
diagnosisnya tidak tercapai.
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan
khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan
penderita yang ringan saja. Diagnosis gastritis akut erosif,
ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung
(Suyono, 2006).
Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik
atau korosif dengan etiologi yang dilakukan pada bahan kimia
dan bahan korosif antara lain HCL, H2SO4, HNO3, Alkali,
NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat ditemukan antara
lain mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri
epigastrium, juga ditemukan tanda yaitu mual, muntah,
hipersalivasi, hiperhidrosis dan diare sampai dehidrasi.
Penatalaksanaan secara umum perhatiakan tanda-tanda vital,
respirasi, turgor dan produksi urine serta tentukan jenis racun
untuk mencari anekdote (Misnadiarly, 2009).
b. Gastritis Akut Hemoragik
Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik. Pertama
diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang
menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan
(aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan mungkin
cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan
berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah.
Kedua adalah stress gastritis yang dialami pasien di Rumah
Sakit, stress gastritis dialami pasien yang mengalami trauma
berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat
lainnya (Suyono, 2006).
Erosi stress merupakan lesi hemoragik majemuk pada
lambung proksimal yang timbul dalam keadaan stress fisiologi
parah dan tidak berkurang. Berbedadengan ulserasi menahun
yang biasa pada traktus gastrointestinalis atas, jarang
menembus profunda kedalam mukosa dan tak disertai dengan
infiltrasi sel radang menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi
stress akan berlanjut dan bersatu dalam 20% kasus untuk
membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan perdarahan
gastrointestinalis atas, yang bisa menyebabkan keparahan dan
mengancam nyawa.
B. Gastritis Kronik
Gastritis Kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung
yang menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus
peptik dan karsinoma lambung tetapi hubungan sebab akibat antara
keduanya belum diketahui. Penyakit gastritis kronik menimpa kepada
orang yang mempunyai penyakit gastritis yang tidak disembuhkan.
Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak disembuhkan,
maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan.
Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria dan
daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu
limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis
sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa
lambung. Derajat ringan pada gastritis kronis adalah gastritis
superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan
lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar
pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan
atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua
tipe, yaitu: tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody
terhadap sel parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi
mukasa lambung, 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60%
pasien dengan gastritis atropik kronik. Biasanya kondisi ini merupakan
tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus atau korpus dan tipe B
merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory terdapat
inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis,
sehingga sering menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).
4. Dyspepsia
5. Anorreksia
4. Penyebab Gastritis:
30
Universitas Sumatera Utara
h. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada)
menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan
edema dan pendarahan.
Defenisi Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difusi atau lokal, dengan karakteristik
anoreksia, perasaan penuh di perut, tidak nyaman pada
epigastrum,mual dan muntah (Ardiansyah, 2012).
Penyakit gastritis ini bisa disebabkan oleh serangan bakteri
yang mengakibatkan gangguan pada saluran pencernaan. Namun,
penyakit ini juga dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian perut
dengan makanan yang dimakan, misalnya makan makanan pedas
(cabai dan merica) ataupun makanan yang memiliki kadar lemak
tinggi. Kalau penyebabnya adalah makanan maka penyakit ini
dapat diatasi dengan menjauhi atau setidaknya mengurangi asupan
makanan tersebut dari menu sehari-hari.Selain karena makanan,
penyakit gastritis dapat pula disebabkan oleh gerakan usus yang
lambat saat mengosongkan makanan di lambung (Yuliarti,
Nurhenti, 2009).
Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti
beberapa jenis bakteri, obat, alkohol, stress (Hirlan, 2009).
Infeksi bakteri, sebagian besarpopulasi didunia terinfeksi
oleh bakteri H.Pyloriyang hidup dibagian dalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung.Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut atau akibat makan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini.Infeksi H.Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Infeksi H.Pylorisering diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcerdan penyebab tersering terjadinya
gastritis.Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophicgastritis, sebuah
keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara
perlahan rusak.Penelitian menyimpulkan bahwan tingkat asam
lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh racun tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan
secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko
(tingkat bahaya) dari kanker lambung.Tapi sebagian besar
orangyang terkena infeksi H.Pylorikronis tidak mempunyai
kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain
tidak (Hirlan, 2009).
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus,
obat analgesik anti inflamasi nonsteroi (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung
akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan peptic ulcer(Hirlan, 2009).
Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat mengiritasikan
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walapun
pada kondisi normal (Hirlan, 2009).
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga
borok serta pendarahan pada lambung (Hirlan, 2009)
Klasifikasi Nyeri
Definisi Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, iniversal, dan
bersifat individual.Dikatakan individual karena respon individu
terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu
dengan lainnya.Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam
mengatasi nyeri pada klien (Asmadi, 2008).
Klasifikasi Nyeri
40
Universitas Sumatera Utara
dalam medulla spinalis dan mengalami spinapsis dengan
serabut saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya.
Nyeri timbul biasanya pada beberapa tempat yang kadang
jauh dari lokasi asal nyeri (Tamsuri, 2007).
Nyeri berdasarkan sifatnya :
Nyeri berdasarkan sifat terbagi atas: nyeri yang timbul
sewaktu_waktu lalu menghilang, nyeri yang dirasakan dalam
waktu yang sama atau menetap, dan nyeri yang berintensitas
tinggi dan kuat yang biasanya terasa kurang lebih 10-15 menit
lalu hilang.
Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak
mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh
nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan kelainan
B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1. PENGKAJIAN
A. Data Umum
Nama : Ny. N
Usia : 34 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : ISLAM
Suku : JAWA
Alamat : JL. Teratai Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia
Tipe keluarga : Inti
Komposisi keluarga :
LINGKUNGAN
1. Karakteristik lingkungan
Hubungan sosial/lingkungan sekitar baik dan ramah dengan
anggota keluarga disekitarnya.
STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang dilakukan setiap hari baik siang hari maupun
malam hari, bahasa yang digunakan bahasa jawa dan bahasa
indonesia.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Tn.S dan Ny.N struktur kekuatan keluarga
saling menghargai dan mendukung serta kebutuhan yang
tercukupi setiap hari.
3. Struktur Peran
a. Tn.S : kepala keluarga yang dihormati
b. Ny.N : sebagai ibu dan istri yang penyayang
kepada anak dan suami
c. An.D : sebagai anak pertama pelindung
d. An.I : sebagai anak kedua sebagai penghibur.
4. Nilai dan Norma keluarga
Nilai dan norma dalam keluarga Ny.N disesuaikan dengan
nilai dalam agama Islam yang dianut serta nilai dan norma yag
ditetapkan di masyarakat.
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun, namun perhatian terhadap anak-
anaknya kadang tidak dapat dilakukan dengan maksimal akibat
Tn.S dan Ny.N sibuk bekerja.
2. Fungsi Sosial
Keluarga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam
masyarakat dan menaati norma yang berlaku di masyarakat.
3. Fungsi Reproduksi
Tn.S dan Ny.N sudah memiliki 2 orang anak dan anggota
keluarga memutuskan tidak punya anak lagi.
4. Fungsi Ekonomi
Ekonomi keluarga terpenuhi dari hasil pekerjaan TnS dan ny.N
sebagai wiraswasta.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit:
keluarga tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit
dengan benar.
1. Kurang/Tidak sehat
Saat ini yang sedang mengalami sakit adalah Ny.N.
2. Ancaman Kesehatan
Kebiasaan makan makanan yang buruk dan waktu
makan yang tidak teratur.
Makanan kurang bersih.
Jarang makan makanan yang mengandung serat dan
protein.
Jarang makan sayur-sayuran.
3. Krisis
Analisa Data
DO:
TD: 100/70 mmHg
HR:83x/i
RR:18x/i
T: 37,4 C
Ny.N tampak sering
memegangi perutnya.
Saat ditanya keluarga
tidak paham betul
mengenai cara
mengatasinya.
DS: Resiko mual muntah Ketidakmampuan
Ny.N mengatakan keluarga mengenal
sering mual, muntah masalah kesehatan.
dan nyeri ulu hati.
DO:
TD: 100/70 mmHg
HR:83x/i
RR:18x/i
T:37,4 C
Saat ditanya keluarga
tidak tahu apa
penyebab masalah
yang dialami oleh
Ny.N
Skoring Masalah
a. Nyeri akut
No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1.Tidak/kurang
sehat
2.Ancaman
Kesehatan
3.krisis
1.Tinggi
2.Cukup
50
Universitas Sumatera Utara
3.Rendah
A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari kasus keluarga dengan masalah nyeri
(gastritis) baik tinjauan secara teori maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan pada keluarga Ny.N terkhusus Ny.N maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pengkajian Ny.N mengalami Nyeri (gastritis), pada saat
pengkajian Ny.N mengatakan sering mual, muntah dan sendawa,
terasa dirusuk-tusuk di daerah ulu hati. Jika nyeri sedang terasa Ny.N
tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri, untuk memenuhi
kebutuhan dibantu oleh keluarga. Keluarga belum mengetahui
bagaimana cara mengatasi nyeri (gastritis) yang benar.
2. Sesuai dengan data yang didapatkan saat pengkajian didapatkan 2
diagnosa keperawatan keluarga, yaitu : 1) Nyeri akut pada keluarga
Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit ditandai dengan Ny.N mengatakan sakit
dibagian ulu hati dan merasa seperti ditusuk-tusuk. 2) Resiko mual
muntah pada keluarga Ny.N terkhusus Ny.N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
ditandai dengan Ny.N sering mual, sendawa dan nafsu makan
berkurang
3. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah yang dihadapi
sekaligus memperhatikan kondisi Ny.N serta kesanggupan keluarga
dalam bekerja sama.
4. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan implementasi dari
rencana keperawatan yang telah disusun. Pelaksanaan saat bergantung
pada sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh perawat. Kepercayaan
klien terhadap perawat menimbulkan sikap kooperatif dalam
menjalankan tindakan keperawatan. Ny.N dan keluarga dapat
berpartisipasi dan menerima terhadap pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah direncankan.
5. Evaluasi yang telah di terapkan dalam teori tidak semua dapat dicapai
dalam batasan waktu yang telah ditentukan dikarenakan waktu yang
cukup lama untuk melihat perubahan terhadap intervensi yang di
berikan. Namun, dalam batasan waktu yang ditentukan ada perubahan
yang di alami Ny. N dan keluarga terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan dapat mengatasi rasa nyeri yang diderita Ny,N. Nyeri, mual
dan muntah yang dialami Ny. N mulai berkurang.
B. SARAN
1. Pendidikan kesehatan
Senantiasa meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas dan
profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil,
dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
2. Pelayanan keperawatan
Lebih meningkatkan pelayanan keperawatan terkhusus yang
bergerak dibidang komunitas, dengan meningkatkan pelayanan
homecare dan pendidikan kesehatan untuk mendukung :
kesembuhan dan kesejahteraan kesehatan masyarakat komunitas.
3. Masyarakat
Senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan dengan memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada disekitar serta mendukung program-
program yang diberikan oleh pelayanan kesehatan sekitar
60
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi ketiga. Jakarta :
FKUI (2009)