Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HEMATEMESIS MELENA
Disusun untuk memenuhi penugasan Profesi Ners Depertemen Emergency di IGD
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

Disusun oleh :
Marya Nurhana
NIM. 19007030011018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/Tanggal : Senin, 3 Februari 2020


Waktu : Pukul 10.00 – 10.30 WIB
Pokok Bahasan : Hematemesis Melena
Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan tentang gejala dan tatalaksana
Hematemesis Melena
Sasaran : Pasien dan keluarga Tn. R di IGD RSUD Bangil
Penyuluh : Marya Nurhana
Tempat : IGD RSUD Bangil

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan mengenai Hematemesis Melena, diharapkan
pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang Hematemesis Melena, tanda
gejala Hematemesis Melena dan tatalaksana Hematemesis Melena.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan tentang Hematemesis Melena, diharapkan
pasien dan keluarga memahami:
1. Pengertian Hematemesis Melena
2. Penyebab Hematemesis Melena
3. Tanda gejala Hematemesis Melena
4. Tatalaksana Hematemesis Melena
III. Materi
Terlampir
IV. Manfaat
Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai
Hematemesis Melena
V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. Media dan Alat Peraga
Leaflet
VII. Petugas Pelaksana
Pembimbing : Ns. Wiwit Widyawati, S.Kep
Penyaji : Marya Nurhana
VIII. Proses Kegiatan Penyuluhan

Sasaran
No Waktu Kegiatan Klien dan keluarga
Penyaji
Klien
1. 5 menit Pembukaan  Menyampaikan salam pembuka  Menjawab salam
a. Salam pembuka  Memperkenalkan diri dan  Memperhatikan dan
b. Perkenalan menjelaskan kontrak waktu terlihat antusias
c. Menyampaikan pelaksanaan kegiatan kepada mengikuti
tujuan peserta penyuluhan dengan penyuluhan
d. Kontrak waktu bahasa yang sopan dan jelas  Menjawab
serta penggunaan kata yang pertanyaan
efisien.
 Menjelaskan tujuan penyuluhan
dan pokok materi yang akan
disampaikan
 Menanyakan beberapa
pertanyaan seputar opini peserta
mengenai topik penyuluhan.
2. 15 menit Kegiatan Inti  Menyampaikan  Menyimak dan
 Penyampaia materi dengan jelas dan tepat memperhatikan
n materi sesuai dengan metode yang penyuluhan dengan
dipilih. Materi meliputi: baik dan antusias.
a. Pengertian Hematemesis
Melena
b. Penyebab Hematemesis
Melena
c. Tanda gejala Hematemesis
Melena
d. Tatalaksana Hematemesis
Melena
 Menyampaikan materi tidak
berbelit-belit serta efisien
sehingga mencegah kekurangan
waktu
 Memanfaatkan media yang
tersedia untuk menyampaikan
materi dengan baik.
3. 10 menit Penutup  Melakukan dialog interaktif  Peserta penyuluhan
 Sesi tanya jawab dengan peserta penyuluhan. dengan antusias
 Melakukan  Menanyakan beberapa
bertanya dan
evaluasi pertanyaan singkat kepada
berdialog tentang
 Menyimpulkan
pasien tentang materi penyuluhan
materi penyuluhan.
materi yang untuk mengetahui feed back.  Bersama penyaji
didiskusikan Contoh pertanyaan: menyimpulkan
 Mengakhiri
kegiatan dengan 1. Apa itu Hematemesis materi.
salam  Mengerti dan mem-
Melena?
2. Apa penyebab Hematemesis punyai pengetahuan

Melena? baru tentang materi


3. Apa saja penyebab tanda penyuluhan ditandai
gejala Hematemesis dengan hampir
Melena? keseluruhan peserta
4. Bagaimana tatalaksana dapat menjawab
Hematemesis Melena? pertanyaan.
 Menyampaikan kesimpulan  Menjawab salam.
dengan singkat dan jelas.
 Menyampaikan salam penutup
dan ucapan terimakasih dengan
sopan dan jelas.

IX. EVALUASI
1. Evaluasi Terstruktur
a. Alat dan media dapat digunakan dengan baik
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di IGD RSUD Bangil
c. Pengorganisasian dan persiapan kegiatan dilakukan pada sehari sebelumnya
2. Proses
a. Penyuluh mampu menguasai materi penyulihan yang diberikan
b. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir secara tertib
c. Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan berkonsentrasi terhadap
materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan
3. Hasil
Peserta memahami materi tentang Hematemesis Melena, terbukti dengan mampu
menjawab dengan benar minimal 2 pertanyaan yang diberikan penyuluh.
HEMATEMESIS MELENA

1. DEFINISI
Hematemesis didefinisikan sebagai muntah darah dan disebabkan oleh
perdarahan saluran cerna atas dari kerongkongan, lambung, atau usus kecil
proksimal. Melena didefinisikan sebagai bagian dari tinja berwarna hitam dan
berbau busuk. Warna hitam merupakan sifat dari melena yang disebabkan oleh
degradasi darah di usus proksimal dan bersifat khas dari perdarahan saluran
pencernaan bagian atas (Mullen, 2012)
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau
tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya
hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal. (syaifudin,2010)
2. ETIOLOGI
Hematemesis Melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejenum
dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis.
Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan
melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit
dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan
bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan
memerlukan perawatan segera di rumah sakit. (Syaifudin.2010) Etiologi dari
Hematemesis melena adalah :
1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,keganasan
dan lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),
purpura trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dan lain-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran
makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap
macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran
makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises
esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas
(syaifudin.2010)
3. MANIFESTASI KLINIS
Muntah darah segar adalah tanda terpercaya bahwa pasien sedang mengalami
perdarahan aktif. Dikatakan hematemesis jika muntah darah merah segar dengan
jumlah yang signifikan (> 200 ml) (Jairath dan Barkun,2012). Muntah seperti kopi
juga merupakan tanda klasik terjadinya perdarahan saluran cerna atas. Tanda ini
menunjukkan perdarahan yang kurang parah. Muntahan seperti kopi ini terjadi
karena komponen darah yaitu zat besi teroksidasi dalam asam lambung.
Melena terjadi karena hemoglobin diubah menjadi hematin atau hemokrom lain
dengan degradasi bakteri. Jika volume perdarahan pada GI atas dengan jumlah
besar, pasien mungkin mengalami hematochezia (mencret darah segar).
Sebaliknya, jika volume perdarahan GI kecil dan hemoglobin mengalami degradasi,
motilitas kolon cukup lambat dan terjadi perdarahan dari usus kecil atau kolon
proksimal sehingga dapat menyebabkan melena (Teoh dan Lau, 2012).
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya
kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai
berikut:
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
2. muntah dan diare.
3. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
4. Ascites, hidratonaks dan edemo.
5. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
6. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis. Bila
secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam
bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif.
Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.
7. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput
medusa, wasir dan varises esofagus.
8. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:
- Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis.
- Amenore, hiperpigmentasi areola mamae
- Spider nevi dan eritema
- Hiperpigmentasi Jari tabuh
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel
yang mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai kemampuan sel
hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggian kadar gula darah.
g. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti HBSAg/HBSAB,
HBeAg, dll
B. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal (Ahmad, 2014).

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama dalam manajemen terapi perdarahan varises akut yaitu untuk
mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan ulang dan mengobati komplikasi
dan penyakit penyerta sehingga memungkinkan pasien untuk bertahan hidup.
- Resusitasi cairan harus dimulai sesegera mungkin pada pasien dengan tanda-
tanda syok (takikardia > 100/menit, tekanan darah sistolik <100 mmHg atau
peningkatan kadar laktat) dengan target rata-rata arteri tekanan (MAP) > 65
mmHg dan dapat diberikan albumin 5% (Colle et al., 2015).
- Obat vasoaktif (terlipressin dan somatostatin) bertujuan untuk vasokonstriksi
splanknik, sehingga mengurangi tekanan portal dan mengurangi atau
menghentikan perdarahan. Pilihan pertama yaitu terlipressin IV 1 - 2mg (<50 kg
= 1 mg; 50-70 kg = 1,5mg; > 70 kg = 2mg) setiap 4 jam selama 48 jam dan
kemudian 1 mg setiap 4 jam sampai 5 hari. Alternatif terapi lain yaitu
somatostatin infus IV 6 mg lebih dari 24 jam dilanjutkan oleh bolus 250 mg
dalam waktu 5 menit. Bolus dapat diulang sampai tiga kali selama satu jam
pertama jika perdarahan tidak terkendali. Dosis dapat ditingkatkan menjadi
12mg pada lebih dari 24 jam dalam kasus perdarahan aktif (Colle et al., 2015).
- Penggunaan antibiotik profilaksis wajib pada pasien dengan perdarahanvarises
karena dapat mengurangi angka kematian. Antibiotika profilaksis dapat
mencegah infeksi dan perdarahan ulang (Po Ho et al., 2010). Neomisin dapat
digunakan sebagai antibiotik profilaksis. Penggunaan antibiotik ini akan
mengurangi bakteri yang memproduksi amonia sehinggan mencegah terjadinya
ensefalopati hepatik. Neomisin diberikan dengan dosis 1-3g per oral setiap 6
jam selama 5 hari (Mullen dan Prakash, 2012).
- Efek samping neomisin yaitu nefrotoksik dan ototoksik sehingga
penggunaannya dibatasi tidak untuk terapi lini pertama (Schiano, 2010).Pilihan
terapi lainnya yaitu siprofloksasin 500 mg per oral dua kali sehari selama 3-7
hari atau siprofloksasin 400 mg IV setiap 12jam untuk hari pertama atau kedua.
Seftriakson 1 g/hari IV harus dipertimbangkan untuk pasien dengan setidaknya
2 hal berikut yaitu gizi buruk, asites, ensefalopati, atau serum bilirubin > 3 mg /
dl (Maddix et al., 2015).
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah koma
hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran,
penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim
hati), syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung
dan tekanan darah menurun), aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat
cairan yang masuk saluran napas), anemi posthemoragik (kehilangan darah yang
mendadak dan tidak disadari).
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Marion et all. 2010. Iowa Intervention Project Nursing Outcomes Classification
(NOC). St. Louis : Mosby Inc.
Mansjoer, Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
McCloskey, Joanne C. dan Gloria M. Bulechek. 2016. Iowa Intervention Project Nursing
Interventions Classification (NIC). St. Louis : Mosby - Year Book Inc.
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol 2. Buku Kedokteran. Jakarta
: ECG.
Santosa, Budi. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.
Soeparman, dkk. 2016. Ilmu Penyakit Dalam Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai