Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 2

ANALISIS TOPONIMI KALI LAMONG

ILHAM ALFIN AZZUMARDI


NRP. 03311840000011

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penamaan Kali Lamong didasarkan atas hulu sungai yang berawal di Pegunungan
Kendeng, Kabupaten Lamongan. Sedangkan nama Lamong sendiri berasal dari seorang
pemuda yang mendapat pangkat Rangga, yang diberi sebutan oleh masyarakat mbah
Lamong, karena beliau pada saat itu pandai mengemong (mengayomi) rakyat.

1.2 Kondisi Fisik


1.2.1 Kondisi Geografis
Kali Lamong memiliki luas Daerah Aliran Sungai (DAS) ± 720 km2 dengan
panjang alur sungai ± 103 km. Bagian hulu Kali Lamong terletak di daerah
Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Mojokerto, yang berawal dari pegunungan
Kendeng, sedang bagian hilirnya berada di perbatasan antara Kota Surabaya dan
Kabupaten Gresik, serta bermuara di Selat Madura.

Gambar 1 Pembagian DAS Kali Lamong

1.2.2 Kondisi Topografi


Sebagian kali Lamong mempunyai kelerengan 2-15 % atau sekitar 3 derajat.
Dimana kelerengan dengan interval 2-15 % masih dikatakan kelerengan yang
landai.
Gambar 2 Kontur tanah disekitar Kali Lamong
1.2.3 Kondisi Geologi
Sebagian besar tanah di sekitar Kali Lamong terdiri dari jenis Aluvial,
Grumusol, Mediteran Merah. Tanah Aluvial sendiri adalah jenis tanah yang
terbentuk karena endapan. Daerah endapan terjadi di sungai, danau yang berada di
dataran rendah, ataupun cekungan yang memungkin kan terjadinya
endapan. Tanah aluvial memiliki manfaat di bidang pertanian salah satunya untuk
mempermudah proses irigasi pada lahan pertanian. Sedangkan Tanah grumusol
merupakan tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik yang
umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik didalamnya. Tanah
mediteran adalah tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan
terbentuk dari proses pelapukan batuan kapur.
1.2.4 Kondisi Klimatologi
Iklim di sekitar Kali Lamong termasuk tropis dengan temperatur rata-rata 28,5
°C dan kelembaban udara rata-rata 75%. Curah hujan relatif rendah, yaitu rata-rata
2.245 mm per tahun.

1.3 Kondisi Non-Fisik


Adapun beberapa kondisis non fisik yang dimiliki oleh sungai Lamong, yang terbagi dalam
tiga sektor yaitu.
1.3.1 Penduduk
Penduduk dibantaran kali Lamong kurang lebih sekitar 4.87 juta jiwa.
Kebanyakan penduduk disekitar kali, memliki mata pencaharian sebagai nelayan.
1.3.2 Flora
Adapun jenis flora yang terdapat di bantaran Kali Lamong yaitu mangrove,
pohon pisang, dan pohon pinang.
1.3.3 Fauna
Adapun jenis fauna yang sering dijumpai di bantaran Kali Lamong yaitu udang,
kepiting, ikan kutuk, burung kuntul, burung belibis, katak, dan ular.
BAB II
PERMASALAHAN DAN SOLUSI

2.1 Permasalahan
Adapun permasalahan yang terdapat di Kali Lamong yang ditinjau dari beberapa sektor,
seperti permasalahan kemanusiaan, lingkungan, dan bencana alam.
2.1.1. Kemanusiaan
Permasalahan yang ada pada sektor kemanusiaan yaitu, minimnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatya. pengaruh sampah
terhadap kesehatan dapat dikelompokan menjadi efek yang langsung dan efek tidak
langsung. Yang dimaksud efek langsung adalah efek yang disebabkan karena
kontak langsung dengan sampah tersebut. Misalnya sampah yang korosif terhadap
tubuh yang karsiogenik dan lainnya. Sampah rumah tangga yang cepat membusuk
dapat mengandung kuman patogen yang dapat menimbulkan penyakit. Sedangkan
efek yang tidak langsung adalah pengaruh tidak langsung dirasakan masyarakat
akibat proses pembusukan pembakaran, dan pembuangan sampah. Efek tidak
langsung lainnya dapat berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di
dalam sampah.
2.1.2. Lingkungan
Tingginya intesitas masyarakat untuk membuang sampah di sungai akan
menyebabkan beberapa permasalahan seperti, pencemaran lingkungan sehingga
fungsi ekosistem menjadi terganggu dan tidak berfungsi sesuai peruntukannya. Hal
ini berpengaruh terhadap keberadaan sumbber daya air yang semakin menurun
kualitasnya sebagai akibat pencemaran air dari kegiatan membuang sampah ke
sungai. Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat vital, maka harus
dipergunakan sebesar-sebesarnya unruk kemakmuran rakyar sesuai dengan
Amandemen UUD 1945 pasal 33. Dengan adanya pencemaran, maka lingkungan
yang ada disekitarnya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan
sekitarnya, banyak organisme, biota, hewan dan tumbuhan yang menjadi rusak atau
malah mati karena pencemaran tersebut.
2.1.3. Bencana Alam
Permasalahan banjir akibat meluapnya Kali Lamong sudah menjadi bencana
rutin yang terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Gresik. Wilayah terdampak
merupakan kawasan peri-urban yang secara umum sedang berkembang. Luapan
Kali Lamong setiap tahun menggenangi dan bahkan merendam wilayah
Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Menganti, Wringinanom, dan
Kedamean. Dampak banjir pada kawasan peri-urban ini menimbulkan kerugian
sosial ekonomi bagi masyarakat yang terkena bencana. Penanganan banjir pada
Kali Lamong tidak berjalan mudah, mengingat banyak pihak yang terlibat dan
berkepentingan dengan pengelolaan wilayah aliran sungai yang melintasi beberapa
daerah kabupaten/kota. Secara kewilayahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Jawa Timur 2011-2031 pengaturan sungai dan sistem pengendali banjir
Kali Lamong tersebar di Kabupaten Gresik, Kabupaten Mojokerto dan Kota
Surabaya dengan luas Daerah Aliran Sungai Kali Lamong 720 km dan mempunyai
panjang total kurang lebih 83,70 km. RT RW Kabupaten Gresik 2010-2030.
Informasi banjir di wilayah Kabupaten Gresik tercatat sejak tahun 2003, Kabupaten
Gresik mengalami banjir sebanyak 46 kali dan terjadi setiap tahun Data Informasi
Bencana Indonesia (DIBI, 2017). Data pada bulan Februari 2017, terdapat tiga
kecamatan di Kabupaten Gresik yang mengalami bencana banjir, yaitu Kecamatan
Balongpanggang dengan lima desa terdampak, Kecamatan Cerme dengan dua desa
terdampak, dan jumlah desa terbanyak kena dampak adalah Kecamatan Benjeng
dengan tujuh desa (www.gresiknews.co diakses tanggal 13 Maret 2017). Februari
2015, banjir setinggi 30-100 cm merendam 1.245 rumah di Kecamatan Benjeng,
655 rumah di Kecamatan Cerme, dan 581 rumah di Kecamatan Menganti.
Masyarakat terdampak akibat banjir tersebut adalah sekitar 9.587 jiwa dan tiga
orang meninggal dunia. Kerugian materiil secara keseluruhan diperkirakan
mencapai angka Rp 18 Miliar, dengan terendamnya 3.000 Ha lahan pertanian dan
378 Ha diantaranya dinyatakan gagal panen. Selain kerugian materiil, banjir
merendam sekolah-sekolah yang mengakibatkan kegiatan belajar mengajar
berhenti secara total dan mengganggu aksesibilitas sehingga masyarakat kesulitan
mendapatkan air bersih dan makanan.
2.2 Solusi
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas. Adapun
beberapa solusi yang digagaskan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2.2.1 Pengembangan
Pengembangan yang telah dilakukan yaitu membangun tanggul dan waduk.
Sebagian masyarakat membuat tanggul depan rumah atau meninggikan depan
rumah agar mengurangi air yang masuk ke dalam rumah, selain itu masyarakat bisa
menggunakan pompa air untuk mengeluarkan air dalam rumah. Selain itu terdapat
upaya pemerintah untuk meninggikan waduk dan tanggul yang ada setinggi 1-2 m.

Gambar 3 Bendungan Gerak


2.2.2 Pengelolaan
Upaya pengelolaan yang dilakukan yaitu membersihkan Kali Lamong dari
sampah yang berasal dari masyarakat, serta melakukan pendalaman permukaan
kali Lamong. Serta pembuatan peta rawan bencana banjir

Gambar 4 Peta Rawan Bencana Banjir Kali Lamong


2.2.3 Potensi
Adapun potensi yang dikembangkan untuk memajukan kehidupan masyarakat
yang tinggal di bantaran Kali Lamong, dengan cara sebagai berikut.
1. Keberadaan Kali Lamong memberikan mata pencaharian masyarakat yang tinggal
disekitarnya, (nelayan)
2. Adanya potensi untuk memanfaatkan hutan mangrove sebagai sector pariwisata,
dan menambah pemasukan untuk masyarakat sekitar
3. Bisa juga digunakan wisata untuk mengelilingi kali Lamong menggunakan perahu
masyarakat setempat
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kali Lamong mempunyai sejarah dan manfaatnya sendiri bagi masyarakat yang
bertempat tinggal di pinggiran sungai, akan tetapi ketika musim hujan Kali Lamong
hampir tiap tahun meluap dan menyebabkan beberapa masalah seperti permasalahan pada
sektor kemanusiaan, lingkungan, dan bencana alam. Adapun penanggulangan atau solusi
yang ditawarkan baik dari pemerintah maupun lembaga terkait yang memberikan dampak
positif, sehingga permasalahan tersebut lambat laun kian bisa terselesaikan. Selain itu
terdapat berbagai rekomendasi dari penulis, diantaranya sebagai berikut.
1. Melakukan sosialisasi akan pentingnya menajaga lingkungan
2. Melakukan upaya untuk merehabilitasi Kali Lamong
LAMPIRAN

Tabel Gasetir

ID
Sungai Lamong
Panjang 103 km
Luas 720 km2
Hulu Gunung Kendang, Lamongan
Hilir Selat Madura
Letak Gografis 6°51'54" LS - 7°23'06" LS dan 112°33'45" BT - 112°45'30" BT
Zona 49 S
Penamaan Kali Lamong didasarkan atas hulu sungai yang berawal di
Pegunungan Kendeng, Kabupaten Lamongan. Sedangkan nama Lamong
Sejarah nama sendiri berasal dari seorang pemuda yang mendapat pangkat Rangga, yang
diberi sebutan oleh masyarakat mbah Lamong, karena beliau pada saat itu
pandai mengemong (mengayomi) rakyat.
Kelerengan 2-15 %
Curah Hujan 2.245 mm per tahun
Temperatur 28,5 °C
Flora Mangrove, pohon pisang, dan pohon pinang
Fauna Udang, kepiting, ikan kutuk, burung kuntul, burung belibis, katak, dan ular

Anda mungkin juga menyukai