Anda di halaman 1dari 5

Nama : Achmad Badaruddin

Nim : 07041181823024

PELANGGARAN HUKUM HUMANITER DALAM STUDI KASUS PEMBANTAIAN


ETNIS MUSLIM BOSNIA DI SERBIA

A. PENDAHULUAN

Hukum Humaniter Internasional adalah bagian dari Hukum Internasional yang mengatur
segala masalah kemanusiaan yang timbul dalam masa konflik bersenjata baik internasional
maupun non-internasional. Hukum Humaniter ini muncul atas dasar HAM dengan tujuan
memberikan perlindungan dan pertolongan kepada orang yang menjadi korban, baik yang
turut aktif dalam konflik ataupun yang tidak turut dalam peperangan (Masyarakat Sipil)
[ CITATION Pro12 \l 1033 ] . Pada hal ini, penulis mengangkat kasus Pembantaian Etnis Muslim
Bosnia oleh Serbia sebagai studi kasus pelanggaran hukum humaniter internasional.

B. PEMBAHASAN

Republik Federeasi Yugoslavia mengalami perpecahan didalam negeri pada tahun 1991-
1992. Perpecahan ini memunculkan negara- negara baru yang memproklamirkan
kemerdekaannya yaitu, Croatia, Republik Slovenia, Serbia, Bosnia, Montenegro dan
Macedonia. Dengan referendumnya, Bosnia yang pada waktu itu dipimpin oleh Presiden
Alija Izatbigovic menyatakan memisahkan diri dari Republic Yugoslavia. Inilah yang
memicu pembantaian etnis muslim-Bosnia oleh Serbia atas perintah Slobodan Milosevic
pada tahun 1992.

Karena ingin mempertahankan keutuhan Yugoslavia, Milosevic terobsesi untuk membentuk


Negara Serbia Raya yang bersifat monoetnis. Di Serbia, terdapat sekitar 6 juta etnis Serbia,
dan di Bosnia terdapat 1.36 juta etnis Serbia dan 0.5 juta di Croatia. Dengan mimpinya tadi,
Milosevic menentang berdirinya Negara Bosnia Herzegovina yang merupakan mayoritas
muslim dan melakukan pembersihan etnis terhadap non-etnis Serbia di Bosnia dan Croatia.
Mulanya Bosnia dan Croatia bersama- sama menghadapi serangan Serbia, tetapi setelah
Bosnia mencapai titik kritis dimana 70% wilayahnya telah diduduki Serbia,Croatia pun
berkhianat dan merebut 20% wilayah Bosnia yang tersisa, oleh karena itu warga muslim
Bosnia hanya dapat menguasai 10% dari wilayah mereka.[ CITATION Rio14 \l 1033 ]

Negara Serbia terus melakukan pelanggaran humaniter karena Serbia yang terus menekan
bangsa Bosnia dengan peralatan persenjataan yang lengkap, pasukan militer Serbia yang
dipimpin oleh Ratko Mladic, melakukan pembantaian terhadap etnis muslim Bosnia.
Pelanggaran humaniter yang dilakukan Serbia masih terus berlanjut hingga pembunuhan
masal, pemerkosaan wanita muslim bosnia, dan pelanggaran hak- hak asasi manusia lainnya
terus dilakukan. Tindakan ini merupakan tindakan pembantaian terhadap Bangsa Bosnia atau
yang biasa dikenal dengan Genosida. Tindakan ini tentunya merupakan tindakan yang keji
dan melanggar hak asasi manusia.[ CITATION BAn93 \l 1033 ]

PBB membentuk pasukan UNPROFOR, terdiri dari 400 pasukan yang berasal dari Belanda
sejak April 1993. Pada 1995 pasukan Belanda yang bergabung dalam penjaga perdamaian
PBB diserahi mandat untuk menjaga Muslim Bosnia yang berlindung dari pasukan Serbia. Di
antara ribuan Muslim Bosnia, 350 orang tiba di pos pasukan Belanda untuk berlindung
[ CITATION Bud19 \l 1033 ]. PBB juga menetapkan Srebrenica berstatus wilayah aman. Pada 4
Juni 1995 pasukan Serbia yang unggul dalam jumlah, pada akhirnya dapat menguasai
Srebrenica. Pada 6 Juli, para pasukan Serbia menyerang pos-pos tentara Belanda. Menurut
laporan dari ICTY pada 11 Juli 1995 pembantaian dimulai dengan memisahkan laki- laki
berusia 12 hingga 77 tahun. Pembantaian pertama terjadi digudang didekat desa Kravica,
berlanjut hingga ke ujung desa. Para korban diperintahkan berdiri di dekat lubang kuburan
masal, lalu ditembaki pada bagian belakang kepala. Para tentara tanpa mengenal jenis gender
dan usia, orang tua hingga anak-anak tak luput jadi sasaran pembunuhan. [ CITATION Has18 \l
1033 ].

Dalam penyelesaian kasus ini, Dewan keamanan PBB melalui Resolusi No. 827 Tahun 1993
menyetujui pendirian International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY)
[ CITATION Sri17 \l 1033 ] , berupa pengadilan adhoc di Den Haag, Belanda. Resolusi ini
muncul karena desakan dari dunia internasional atas pelanggaran berat hukum humaniter di
Bosnia.
Serbia dalam kasus ini bersalah karena tidak dapat menghindari tindakan genosida.
Walaupun Serbia tidak menandatangani Genocide Convention, tetapi Serbia tetap
bertanggungjawab karena ia merupakan bekas bagian dari Yugoslavia yang telah
menandatangani dan meratifikasi perjanjian ini pada 11 Desember 1948. Kasus ini
ditindaklanjuti oleh Mahkamah Internasional di Den Haag dan selesai pada 9 Mei 2006.
Yang mana Mahkamah Internasional setuju dengan ICTY bahwa kasus di Bosnia telah
melanggar pasal II a dan b dari The Convention on the Preventions and Punishment of the
Crime of Genocide[ CITATION ICT \l 1033 ] . Para pimpinan Serbia pun ditangkap dan dijatuhi
hukuman atas pembantaian etnis muslim Bosnia dan pelanggaran HAM diantaranya
Slobodan Milosevic dan Ratko Mladic yang menjadi komandan militer tantara Serbia.
[CITATION Ano01 \l 1033 ]

C. KESIMPULAN

Dalam pandangan Hukum Internasional, kejahatan Genosida ini merupakan tindakan


pelanggaran yang harus diadili dan diselesaikan. Dalam mencapai tujuan tersebut, The
Convention on the Preventions and Punishment of the Crime of Genocide merupakan
landasan hukum internasional dalam menyelesaikan kasus di Bosnia. Selain itu, masyarakat
internasional dibawah PBB memiliki kontribusi yang besar dalam penyelesaikan kasus ini.
PBB telah melakukan upaya intervensi kemanusian dalam penyelesaiannya, dalam bentuk
tribunal yang bernama The International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia
(ICTY) sebagai badan yang membantu PBB dalam penyelesaian konflik. Hal ini dibuktikan
dengan penangkapan dan pemberian hukuman terhadap aktor yang dinilai sebagai penjahat
kekejaman genosida terhadap etnis muslim di Bosnia yaitu, Slobodan Milosevic.
DAFTAR PUSTAKA

Andika, B. (2011). PERAN KONVENSI ANTI GENOSIDA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA HAM
INTERNASIONAL (Studi Kasus Kejahatan Genosida pada Perang Bosnia). Hubungan Internasional,
14.

Anonim. (2001, November 23). Milsevic Charged with Bosnia Genocide. Retrieved from bbc.co.uk:
http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1672414.stm

Hasan, A. M. (2018, Juli 11). Tragedi Pembantaan Ribuan Muslim di Srebenica. Retrieved from tirto.id:
https://tirto.id/tragedi-pembantaian-ribuan-muslim-di-srebrenica-cNP8

ICTY. (n.d.). Achievements. Retrieved from icty.org: https://www.icty.org/sid/324

Prabekti, R. R. (2014). Analisis Kasus Pembantaian Etnis Muslim Bosnia 1992- 1995. Hukum
Internasional, 1-2.

Prof. KGPH. Haryomataram, S. (2012). Pengantar Hukum Humaniter. In S. Prof. KGPH. Haryomataram,
Pengantar Hukum Humaniter (p. 3). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Raharjo, B. (2019, Juli 20). https://internasional.republika.co.id. Retrieved from Pembantaian Srebrenica:


Belanda Ikut Bertanggung Jawab:
https://internasional.republika.co.id/berita/puxfmy415/pembantaian-srebrenica-belanda-ikut-
bertanggung-jawab

Sari, B. A. (1993). Praktek Perlindungan HAM menurut Hukum Internasional (Studi Kasus di Bosnia-
Herzegovina). memo hukum, 3-4.

Suwardi, S. S. (2017, June). researchgate.net. Retrieved from MAHKAMAH KRIMINAL INTERNASIONAL


UNTUK BEKAS YUGOSLAVIA DAN RWANDA DITINJAU DARI SEGI HUKUM INTERNASIONAL
PUBLIK:
https://www.researchgate.net/publication/318650908_MAHKAMAH_KRIMINAL_INTERNASION
AL_UNTUK_BEKAS_YUGOSLAVIA_DAN_RWANDA_DITINJAU_DARI_SEGI_HUKUM_INTERNASION
AL_PUBLIK

Anda mungkin juga menyukai